BAB I
PENDAHULUAN
1
Wibisono Siswomihardjo, “Diktat Mata Kuliah Filsafat Ilmu”, dalam Syahrul Kirom, Filsafat
Ilmu dan Arah Pengembangan Pancasila: Relevansinya dalam Mengatasi Persoalan
Kebangsaan (Jurnal Filsafat Vol.21, Nomor 2, Agustus 2011), h. 102
2
Manusia adalah mahluk yang memiliki akal. Akal dan pemikiran adalah dua
ikatan dalam menentukan kebenaran. Setiap individu memiliki pendapat yang
berbeda. Disisi lain pendapat dikatan benar oleh orang lain, begitupun sebaliknya
belum tentu dianggap benar oleh orang lain. Kedua ikatan inilah adalah suatu
usaha dalam menentukan hal kebenaran terhadap sesuatu.
Salah satu filsafat adalah mencari kebenaran demi kebenaran itu sendiri dan
kebenaran yang dicari adalah kebenaran yang hakiki, kebenaran yang
memungkinkan dan lebih pasti.2
Filsafat bukan hanya proses mencari kebenaran yang hanya mengacu kepada
bagian tertentu dari realitas melainkan secara keseluruhan. Secara keseluruhan
filsafat berusaha mencari hal yang paling hakiki dari realitas tersebut. Para filsuf
Yunani mengamati berbagai realitas alam semesta untuk mencari hakikat
kebenaran tentang berbagai hal perubahan alam semesta.
Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami segala sesuatu
secara sistematis, radikal dan kritis. Berarti filsafat merupakan sebuah proses
bukan sebuah produk, maka proses yang dilakukan adalah berpikir kritis yaitu
usaha secara aktif, sistematis dan mengutip prinsip-prinsip logika untuk mengerti
dan mengevaluasi informasi dengan tujuan menentukan apakahinformasi itu
diterima atau ditolak dengan demikian filsafat akan terus berubah hingga satu titik
tertentu.3
Kata Filsafat dan ilmu merupakan dua kata yang saling berkaitan satu sama
lainnya, baik secara subtansial maupun historis hal ini karena berbagai ilmu yang
lahir tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan dan kemajuan
teknologi memperkuat adanya filsafat. Filsafat mampu mengubah berbagai pola
pemikiran bangsa Yunani dan umat manusia dalam pandangan mitosentris
menjadi logosentris. Perubahan pola pikir ini memiliki implikasi yang besar
terhadap perubahan seperti ditemukannya teori-teori ilmiah dan hukum-hukum
alam yang mengungkapkan berbagai fenomena alam baik alam semesta maupun
alam manusia.
2
Muhammad Saleh Tajuddin, Filsafat Ilmu ( Makassar: Alauddin Press, 2019), h. 15-16.
3
Indah Binarni, “Petunjuk Islam Tentang Ilmu Pengetahuan,” dalam Syafrizal Helmi Situmorang.
Filsafat Ilmu dan Metode Riset (Medan: USU Press, 2008), h. 2.
3
4
Zulhairani, “Filsafat Pendidikan Islam”, dalam Nihaya dan Abdullah. Filsafat Umum dari Yunani
Kuno Sampai Neo-Modern (Makassar : Alauddin Press, 2011), h. 6
5
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 2-3
4
terjadi ketimpangan antar berbagai tujuan dan kepentingan. Dalam konteks inilah
kemudian ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk dikaji dan didalami.
Oleh karena itu, dalam tulisan ini sangat penting untuk membahas secara
mendalam tentang bagaimana definisi filsafat secara etimologi, terminologi dan
menurut para ahli sehingga kajian dari filsafat ilmu dapat menambah pengetahuan
yang lebih luas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
dapat diuraikan yaitu:
1. Bagaimanakah definisi filsafat secara etimologi?
2. Bagaimanakah definisi filsafat secara terminologi?
3. Bagaimanakah definisi filsafat ilmu dari menurut para ahli?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi filsafat ilmu secara etimologi.
2. Untuk mengetahui definisi filsafat ilmu secara terminologi.
3. Untuk mengetahui definisi filsafat ilmu dari menurut para ahli.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
The Liang Gie, “Suatu Konsepsi Ke Arah Penerbitan Bidah Filsafat”, dalam Asmoro Achmadi,
Filsafat Umum, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), h. 5
6
7
Kamaruddin Mustamin, Pengantar Filsafat Ilmu: dari Sejarah Ke Epesemologi (Makassar:
Alauddin Pers, 2014), h. 20
8
Soejono, “Filsafat Ilmu Pengetahuan”, dalam siti makhmudah, Hakikat Ilmu Pengetahuan dalam
Perspektif Modern dan Islam, (Jurnal Volume 4, Nomor 2, Januari 2018), h. 203-204
9
KBBI.kemdikbud.go.id/entri/nul
10
B. Arief Sidharta, Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu itu (Bandung: Pustaka Sutra, 2008), h. 7
7
itu tidak tetap (statis) namun bersifat dinamis dengan berbagai perubahan dan
perkembangan akal dan budi. Sesuatu yang dianggap sebagai ilmu yang
dianutnya pada masa tertentu tidak berlaku lagi atau akan ditinggalkan karna
tidak sesuai dengan perubahan zaman karena dari masa ke masa pembuktian
dan lahirlah pengetahuan baru yang sesuai dengan zamannya.
Dari uraian diatas maka akan memperoleh suatu gambaran bahwa filsafat
ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan secara umum, ini
dikarenakan ilmu itu sendiri merupakan suatu bentuk pengetahuan dengan
karakteristik khusus yaitu diperlukannya pembatasan yang dapat
menggambarkan dan memberi makna khusus dalam mempelajari objek-objek
yang ada terkait dengan filsafat ilmu.
Adanya ilmu dapat membekali manusia akan kebijaksanaan yang
didalamnya terdapat nilai-nilai kehidupan yang sangat diperlukan oleh umat
manusia. Hanya ilmu filsafat yang dapat diharapkan mampu memberi
manusia suatu integrasi dalam mampu mendekatkan manusia pada nilai-nilai
pada kehidupan, untuk mengetahui mana yang pantas kita tolak dan mana
yang pantas kita terima.
11
Nihaya dan Abdullah, Filsafat Umum dari Yunani kuno sampai Neo-Moderen (Makassar:
Alauddin Pers, 2011), h. 10
8
12
Endang saifuddin, op.cit dalam Nihaya dan Abdullah, Filsafat Umum dari Yunani kuno sampai
Neo-Moderen (Makassar: Alauddin Pers, 2011), h. 12
9
13
Muntasyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu (Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2010), h. 25
14
Sabarti Akhadiah dan Winda, Filsafat Ilmu Lanjutan (Cet. II; Jakarta: kencana, 2013), h. 104
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berfilsafat merupakan
kegiatan berpikir yang khas, yaitu radikal, sistematis dan universal untuk
mencari kearifan, kebenaran yang sesungguhnya dari segala sesuatu.
Berfilsafat berarti berpikir merangkum (sinopsis) tentang pokok-pokok
atau dasar-dasar dari hal yang ditelaahnya.
2. Berfilsafat merupakan salah satu kegiatan manusia yang memiliki peran
penting dalam menentukan dan menemukan eksistensinya. Kearifan
merupakan hasil dari filsafat dari usaha mencapai hubungan-hubungan
antara berbagai pengetahuan dan menentukan implikasinya
3. Filsafat ilmu juga bermakna segenap pemikiran reflektif terhadap
persoalan persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu
maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan umat manusia.
4. Filsafat ilmu merupakan satu bidang pengetahuan campuran yang
eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan
saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.
B. Saran-saran
Adapu hal-hal yang dapat disarankan yaitu:
1. Sebagai umat manusia hendaknya kita selalu berpikir dan menanamkan
pemahaman yang relialistis terhadap aliran-aliran yang ada dalam filsafat
sebagai wahana pengetahuan tentang filsafat ilmu.
2. Adanya kekurangan dari penyusunan makalah ini hendaknya menjadi
motivasi bagi teman-teman untuk lebih memperluas ide, wawasan serta
menggali lebih dalam tentang makna filsafat ini yang sesungguhnya.
13
Daftar Pustaka
KBBI.kemdikbud.go.id/entri/nul
Muntasyir dan Misnal Munir. Filsafat Ilmu. Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2010.
Mustafa, mustari. Filsafat introduksi kritis. Cet. I; Makassar: Alauddin Pers, 2011.
Nihaya dan Abdullah. Filsafat Umum dari Yunani kuno sampai Neo-Moderen.
Makassar: Alauddin Pers, 2011.
Sabarti Akhadiah dan Winda. Filsafat Ilmu Lanjutan. Cet. II; Jakarta: Kencana
Pranada Media Group, 2013.
Sidharta, Arief. Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu itu. Bandung: Pustaka Sutra,
2008.
Situmorang, Syafrizal Helmi. Filsafat Ilmu dan Metode Riset. Medan: USU Press,
2008.