Anda di halaman 1dari 31

Accelerat ing t he world's research.

UJIAN TENGAH SEMESTER


FILSAFAT DASAR DAN SEJARAH
SENI RUPA INDONESIA
MUHAMMAD REVANZA NUGRAHA
PUTRA C0719028 DES...
Muhammad Revanza

Revanza

Cite this paper Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Sejarah peradaban dunia


roymond well

Makalah sejarah dan dinamika ilmu penget ahuan sebagai agen perubahan sosial persfekt if pendidika…
Abdullah Jalil U L I L A L B A B Pawellangi

Makalah Logika,Est et ika,Et ika dalam Ilmu Filsafat


Ahmad Iqbal
UJIAN TENGAH SEMESTER FILSAFAT
DASAR DAN SEJARAH SENI RUPA
INDONESIA

MUHAMMAD REVANZA NUGRAHA PUTRA


C0719028
DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – FSRD UNS
FILSAFAT/PEMIKIRAN MODERN

1. Uraikan pemikir dan pemikiran filosofisnya terpenting zaman Yunani klasik yg


masih dirujuk dan berpengaruh sampai masa kini.

Dengan adanya filsafat lahirlah tokoh-tokoh yang membuat perubahan dengan


berbagai pemikiran-pemikirannya. Pemikiran-pemikiran itu menjadikan orang
menggunakan akalnya untuk berfikir lebih dalam dan menggali ilmu pengetahuan
yang sangat bermanfaat hingga kini. Berbagai penemuan baru telah diperoleh
sehingga menjadikan seseorang lebih bijaksana dalam menghadapi suatu
permasalahan yang ada. Filsuf-filsuf pada zaman Yunani Klasik yang pemikirannya
masih digunakan hingga saat ini adalah sebagai berikut :

a. Socrates
Socrates (470 SM – 399 SM) adalah filsuf dari Athena, Yunani dan merupakan
salah satu figur paling penting dalam tradisi filosofis Barat. Socrates lahir di
Athena, tanggal 4 Juni 470 SM, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli
filsafat besar di Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Plato dan
Aristoteles merupakan murid Socrates. Ayah Socrates berprofesi sebagai pemahat
patung dari batu (stone mason) bernama Sophroniscos. Ibunya adalah seorang
bidan yang bernama Phainarete, dari sinilah Socrates menamakan metodenya
berfilsafat dengan metode kebidanan. Socrates beristri seorang perempuan
bernama Xantippe dan dikaruniai tiga orang anak yaitu Ramprocles, Sophroniscos
dan Menexene. Socrates adalah sosok tokoh filosuf yang penuh teka-teki dalam
sejarah perkembangan filsafat. Ia tidak pernah menulis sebaris kalimatpun dalam
sebuah tulisan. Namun pemikiran-pemikirannya tentang filsafat masih bisa kita
ketahui dari buku yang ditulis oleh muridnya, Plato.

Pemikiran Socrates
Dari hal tersebut timbullah pemikiran-pemikiran yang sangat bermanfaat sampai
sekarang ini. Adapun pemikiran-pemikirannya adalah sebagai berikut:

• Pemikiran tentang adanya kebenaran umum, karena Socrates berfikir


bahwa tidak semua kebenaran itu bersifat relatif atau disebut juga cara
berfikir induksi, yaitu menyimpulkan pengetahuan yang sifatnya umum
dengan berpangkal dari banyak pengetahuan tentang hal yang bersifat
khusus.
• Metode dialektika, yang sebenarnya telah diterapkan oleh seorang filsuf
bernama Zeno yang merupakan murid dari Parmenindes. Meskipun
demikian, Socrateslah yang mengembangkan metode ini. Cara kerjanya
adalah seperti nama metodenya yaitu dengan cara bertanya-jawab atau
berdialog. Metode ini juga disebut dengan maieutika atau seni kebidanan.
• Pemikiran tentang “keutamaan adalah pengetahuan” jadi semua hal
dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada.
• Bahkan Socrates telah menjelaskan bahwa baik dan jahat dalam kehidupan
manusia dikaitkan dengan pengetahuan, bukan dengan kemauan manusia.
• Pemikiran tentang adanya manusia yang abadi atau imortalitas. Socrates
berpendapat bahwa orang yang mati hanya meninggalkan jasad, dan
ruhnya akan menuju ke alam selanjutnya.

b. Plato
Plato merupakan salah satu filsuf yang terlahir di Atena pada tahun427 SM, dan
meninggal pada tahun 347 SMdi Atena pula pada usia 80 tahun. Ia berasal dari
keluarga aritokrasi yang turun temurun memegang politik penting dalam politik
Atena. Ia bercita-cita menjadi orang Negara, tapi perkembangan politik dimasanya
tidak memberi kesempatan padanya untuk mengikuti jan hidup yang
diinginkannya itu.

Pelajaran yang diperolehnya dimasa kecil, selain pelajaran umum adalah


menggambar dan melukis disambung dengan belajar musik dan puisi. Sebalum
dia dewasa dia sudah pandai membuat karangan yang bersajak. Dimasa itu Plato
mendapat didikan dari guru-guru filosofi, pelajaran filosofi mula-mula
diperolehnya dari Kratylos. Kratylos dahulunya adalah murid Herakleitos yang
mengajarkan “semuanya berlalu” seperti air. Sejak umur 20 tahun Plato mengikuti
pelajaran Sokrates dan pelajaran itulah yang memberikan kepuasan baginya.

Pemikiran Plato
Menurut Plato Negara ideal menganut prinsip yang mementingkan kebajikan.
Kebajikan menurut Plato adalah pengetahuan, apapun yang dilakukan atas nama
Negara harus dengan tujuan untuk mencapai kebajikan. Atas dasar itulah
kemudian Plato memandang perlunya kehidupan bernegara. Tidak ada cara lain
menurut Plato untuk membangun pengetahuan kecuali dengan lembaga-lembaga
pendidikan, inilah yang kemudian memotivasi Plato untuk mendirikan sekolah
dan akademi pengetahuan.

Plato menilai Negara yang mengabaikan prinsip kebajikan jauh dari Negara yang
didambakan manusia, sehingga Negara yang ideal menurut Plato adalah Negara
yang menjunjung tinggi kebajikan.Plato menggambarkan seorang filsuf adalah
dokter, meski mengetahui penyakit-penyakit yang dialami oleh masyarakat dan
mampu mendiagnosa serta mendeteksi sejak dini Plato beranggapan munculnya
Negara adalah akibat hubungan timbale balik dan rasa saling membutuhkan antar
sesame manusia. Manusia juga dianugrahi bakat dan kemampuan yang tidak
sama, masing-masing memiliki bakat alamiah yang berbeda dan itu menciptakan
saling ketergantungan.

Negara ideal menurut Plato juga didasarkan pada prinsip-prinsip larangan atas
kepemilikan pribadi baik dalam bentuk uang atau harta, keluarga, anak dan istri
inilah yang disebut “NIHILISM”. Plato juga tidak memperkenankan lembaga
perkawinan, tak seorangpun yang dapat mengklaim istri mereka, istri hanya
hanya bias menjadi hak kolektif hubungan seks yang dilakukan tidak boleh
monogam melainkan poligami. Plato melihat lembaga perkawinan telah
mengekang bakat alami manusia dan membuat diskriminasi.

Pemikiran Plato yang anti individualism yang telah merusak kehidupan social
masyarakat Athena, manusia menjadi individualism hanya mementingkan
kebutuhan diri mereka sendiri dan mengabaikan kepentingan orang lain. Ada
tuduhan yang mengatakan bahwa Plato adalah anti demokrasi, argumentasi ini
membenarkan tuduhan itu mengapa Plato menjadi anti demokrasi. Pemikiran
Plato tidak terlepas dalam konteks sosio-hostoris kehancuran Athena. Kehancuran
Athena menurut Plato bukan hanya karena kekalahan Athena dalam perang
pelopenesos. Kemenangan Sparta atas Athena menunjukkan prinsip-prinsip dari
kenegaraan Athena yang demokratis. Inilah yang melahirkan karya-karya Plato
dalam judul republic. Dalam buku ini Plato secara tegas menujukkan simpati dan
kekagumannya kepda system kenegaraan otoriter Sparta dan antipatinya kepada
demokrasi. Plato menuduh kehancuran Athena disebabkan akibat demokrasi yang
lemah dan disintegrasi serta tidak stabil.

Negara ideal menurut Plato adalah City State, Negara yang tidak terlalu luas dan
tidak terlalu kecil. Negara luas akan sulit untuk menjaganya sementara negara
kecil akan sulit dipertahankan karena mudah untuk dikuasai.

c. Aristoteles
Aristoteles atau juga dikenal sebagai bapak ilmu pengetahuan, merupakan salah
satu filusuf yang terkenal pada masa Yunani kuno. Aristoteles lahir di Stagira,
Macedonia, 384 SM. Aristoteles lahir dari keluarga berpendidikan, ayahnya
merupakan ahli fisika dan tabib kerajaan. Pada usia 17 tahun, ia menimba ilmu
pada Plato, filusuf yang terkenal pada masa itu. Plato memiliki sebuah akademi
yang dinamakan akademi Plato, di tempat itu Aristoteles menetap selama dua
puluh tahun. Selain menimba ilmu dari sang senior, Aristoteles juga diangkat
menjadi guru di akademi Plato. Ilmu yang dipelajari oleh Aristoteles berkembang
dalam hal spekulasi filosofis. Aristoteles berhasil mengadopsi ilmu Plato dan
beberapa dari ilmu tersebut bertentangan dengan pendapat Aristoteles sendiri.

Pemikiran Aristoteles
Aristoteles telah melahirkan banyak teori selama 62 tahun hidupnya, bahkan
beberapa teori atau pemikirannya masih diaplikasikan hingga saat ini. Tercatat
kurang lebih seratus tujuh puluh buku hasil tulisan Aristoteles, dimana dalam
buku-buku tersebut terkandung teori-teori buah pemikiran Aristoteles dalam
berbagai disiplin ilmu. Berikut beberapa pemikiran dari Aristoteles:

• Ilmu alam
Dalam ilmu alam, Aristoteles memberikan sumbangan beberapa teori. Berikut
beberapa kontribusi Aristoteles dalam ilmu alam:

(1) Aristoteles dikenal sebagai orang pertama yang mengumpulkan dan


mengelompokkan spesies-spesies dalam ilmu biologi secara sistematis.
(2) Aristoteles adalah orang yang pertama kali membuktikan bahwa bumi itu
bulat. Ia membuktikan hal tersebut dengan cara melihat gerhana.
(3) Aristoteles menulis tentang astronomi, zoologi, embryologi, geografi, geologi,
fisika, anatomi, physiologi, dan hampir tiap karyanya dikenal di masa Yunani
purba
(4) Aristoteles menyampaikan teori yang bertentangan dengan Plato. Ia
menyampaikan bahwa semua benda bergerak menuju satu tujuan dan benda
itu harus ada penggeraknya,yaitu Theos (Tuhan). Teori yang disampaikan oleh
Aristoteles ini mengandung unsur teleologis atau ketuhanan.

• Filsafat
Sebagai bapak ilmu pengetahuan sekaligus filusuf yang ternama pada masa itu,
Aristoteles banyak sekali mengemukakan teori-teori mengenai filsafat. Menurut
Aristoteles filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung
didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.

Berikut adalah teori-teori yang disampaikan oleh Aristoteles mengenai filsafat:

(1) Aristoteles mengklasifikasikan filsafat menjadi beberapa bagian yaitu:


Logika yaitu tentang bentuk susunan pikiran.
Filosofia teoritika
Filosofia praktika, tentang hidup kesusilaan (berbuat)
Filosofia poetika/aktiva (pencipta)
(2) Aristoteles menegaskan bahwa ada dua cara untuk mendapatkan kesimpulan
demi memperoleh pengetahuan dan kebenaran baru, yaitu metode rasional-
deduktif dan metode empiris-induktif. Dalam metode rasional-deduktif dari
premis dua pernyataan yang benar, dibuat konklusi yang berupa pernyataan
ketiga yang mengandung unsur-unsur dalam kedua premis itu. Inilah
silogisme, yang merupakan fondasi penting dalam logika, yaitu cabang filsafat
yang secara khusus menguji keabsahan cara berfikir.
Contoh silogisme:

– Semua binatang mamalia pasti menyusui (premis mayor)

– Kucing adalah binatang mamalia (premis minor)

– Kucing pasti menyusui (kesimpulan)

Silogisme sering kita temui dalam pelajaran bahasa Indonesia di tingkat


SMP dan SMA. Hal in i menunjukkan bahwa teori yang dikemukakan oleh
Aristoteles hingga saat ini masih diaplikasikan oleh umat manusia.

(3) Selain teori silogisme, Aristoteles juga mengemukakan mengenai teori


Hilemorfisisme ( berdasarkan kata yunani Hyle dan morphe). Teori ini
menyatakan bahwa bila manusia mati dapat disimpulkan maka jiwanya pun
mati. Aristoteles pula yang menyatakan bahwa manusia adalah makhluk
sosial, dimana manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia saling
membutuhkan satu sama lain. Pernyataan ini terus diterapkan oleh manusia
hingga saat ini. Teori ini membuat manusia menyadari bahwa menjaga
hubungan baik dengan sesama merupakan suatu kewajiban mengingat mereka
akan saling membutuhkan.
Aristoteles mencetuskan kalimat-kalimat yang menakjubkan, diantaranya
“Kemiskinan adalah bapaknya revolusi dan kejahatan,” dan kalimat “Barangsiapa
yang sudah merenungi dalam-dalam seni memerintah manusia pasti yakin bahwa
nasib sesuatu emperium tergantung pada pendidikan anak-anak mudanya.” Hal ini
tentu saja menjadi luar biasa karena pada waktu itu, pada abad Aristoteles hidup,
belum terdapat sekolah seperti pada saat sekarang ini. Begitu hebatnya pemikiran
Aristoteles sehingga apa yang belum ada pada masanya ternyata dapat Ia cetuskan
hingga dapat dibuktikan pada masa sekarang.
• Ilmu politik
Dalam ilmu politik, Aristoteles menyampaikan teorinya bahwa sistem
pemerintahan yang ideal merupakan gabungan dari sistem pemerintahan
demokrasi dan monarki
• Bahasa
Dalam bidang bahasa Aristoteles menemukan Sepuluh jenis kata yang dikenal
orang saat ini seperti. Kata kerja, kata benda, kata sifat dan sebagainya merupakan
pembagian kata hasil pemikirannya.

Selain itu, terdapat istilah-istilah ciptaan Aristoteles yang masih digunakan hingga
saat ini, diantaranya “Informasi, relasi, energi, kuantitas, kualitas, individu,
substansi, materi, esensi, dll”
• Seni
Aristoteles menuangkan pemikirannya mengenai seni dengan menulis sebuah
buku berjudul Poetika. Ia mengemukakan bahwa pengetahuan dibangun dari
pengamatan dan penglihatan. Dalam wikipedia disebutkan bahwa menurut
Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material.
Menurut Aristoteles sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang
merupakan hasil chatarsis disertai dengan estetika. Chatarsis adalah
pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan ke luar. Kumpulan perasaan
itu disertai dorongan normatif. Dorongan normatif yang dimaksud adalah
dorongan yang akhirnya memberi wujud khusus pada perasaan tersebut. Wujud
itu ditiru dari apa yang ada di dalam kenyataan

2. Uraikan mengapa zaman pertengahan sering disebut sebagai zaman kegelapan


Masa itu disebut sebagai diselimuti ‘kegelapan’ karena dianggap tidak terdapat
banyak dokumentasi sejarah atau penemuan arkeologi yang bisa menjelaskan apa
yang terjadi pada masa itu.

Zaman Kegelapan (Dark Ages)


Abad kegelapan merupakan sebuah zaman antara runtuhnya Kekaisaran Romawi dan
Renaisannce atau munculnya kembali peradaban lama. Dari masa sebelum masehi
yang kental dengan Filsafat Relativisme (Kebenaran) Sofisme Yunani Kuno, berlanjut
ke apa yang kemudian dinamakan Jaman Abad Pertengahan yang berlangsung lama,
kurang lebih selama lima belas Abad, dari sekitar Abad I sampai Abad XV M.

Masa ini disebut juga sebagai Era atau masa Medieval atau juga Abad Kegelapan atau
Dark Ages) dan dimulai setelah masa Nabi Isa bin Maryam ‘alaihis salam
menapakkan kaki di muka Bumi dan berdakwah. Beliau dikenal juga sebagai Isa bin
(anak) Maryam, yang dengan sejumlah perkecualian dan catatan perbedaan mendasar
adalah hampir dapat dikenal sama juga sebagai Yesus Kristus atau Yesus dari
Nazareth dalam khazanah Kristen.

Kegemparan akan datangnya ’Yesus dari Nazareth’ yang tak memiliki ayah dan
nasabnya ditahbiskan kepada Maryam (Maria), ibunya, dan dalam hidup singkatnya
menampilkan berbagai mukjizat luar-biasa itu, mengguncang peradaban manusia di
sekitarnya saat itu, dan banyak orang yang kemudian berspekulasi akan kenyataan ini.

Di masa ini, lahir pula agama Kristen, dan ide-idenya mendominasi relung kehidupan
masyarakat Eropa dan pengikutnya, termasuk para Pemikirnya. Dan wajah peradaban
Barat pada Abad Pertengahan ini, karenanya, didominasi oleh Filsafat Kristen.

Filsafat Kristen atau Abad Pertengahan ini, antara lain bertokohkan Filsuf Plotinus,
(Santo atau Saint) Augustinus atau Augustine, (Saint) Anselmus, Robert Grosseteste,
Roger Bacon, Albert Agung, Thomas Aquinas, dsb. Yang kesemuanya sepakat
mengedepankan iman dogmatis (tak boleh dibantahi) Kristiani, dan telaahnya pun
bersifat religius-dogmatis.Akibat pengaruh hebat dan dominan Agama Kristen yang
didominasi oknum kaum Gerejawan dan Monarki Baratnya dengan segala ragam
tafsir dogmatisnya.

Dan tak pelak pemanfaatan Platonisme ala Yunani Kuno (dicetuskan Plato) yang
mengajarkan bahwa kebenaran itu sudah ada dengan sendirinya dan berpusat kepada
Tuhan namun berjenis dan berbungkus baru, yang disebut sebagai Neo-Platonisme,
menjadi gencar dan ditahbiskan sepenuhnya tanpa telaah kristis kepada iman
Kristiani. Ini, mau tak mau mendukung pula klaim dogmatis akan kebenaran Kristen.

Para ahli Filsuf dan Agamawan mereka di saat itu karenanya teguh bermottokan
”Credo et intelligam” atau ”Keyakinan (keimanan agama) berkedudukan di atas
pemikiran (logika), keyakinan mengungguli pemikiran” atau lebih mudahnya, ”Yakini
dulu sesuatu, baru carikan alasan untuk menjelaskannya”.

Maka, dengan sendirinya, Akal (di Barat) benar-benar kalah pada masa ini (terutama
terlihat pada isi Filsafat dari Plotinus, Augustinus, Anselmus). Bahkan potensi
pemanfaatan akal diganti mutlak oleh Augustinus dengan Iman dogmatis, sebelum
penghargaan terhadap potensi Akal sempat muncul kembali kemudian pada masa
Thomas Aquinas di akhir masa Abad Pertengahan itu.
Dan karenanya pula, Aquinas kemudian ditentangi hebat dan dibenci sebagian besar
masyarakat gereja yang terlanjur menjadi pendukung jalur hati iman Kristiani yang
dalam hal ini sebagaimana telah disebutkan di atas adalah iman mutlak dogmatis
kristiani yang tidak mengindahkan telaah kritis akal.

Ini juga tak pelak menyebabkan masyarakat Barat di masa itu secara luas menjadi
percaya dan beriman dogmatis akan ‘rasa hati’ (atau yang adalah agama, Kristen,
lebih tepatnya Kristen Katolik, bagi mereka), karena menurut mereka agama adalah
rasa hati dan Filsafat adalah pemikiran. Filsafat dan Agama itu sendiri, satu hal yang
di masa sesudahnya terutama masa Thomas Aquinas, dicoba untuk disatu-padukan
namun menemui sejumlah kendala sampai masa Modern merebak.

Keyakinan Kristiani yang mendominasi di masa Abad Pertengahan ini,


menjadikannya tidak boleh atau tidak mudah untuk dapat dikritiki, sekaligus membuat
kedudukan mereka yang berada dalam struktur otoritas agamanya menjadi tinggi dan
tak dapat disalahkan. Dan karenanya ini juga membuat mereka makmur secara
ekonomi juga sebagai pemegang mandat negara dengan mandat Otokrasi dan
Teokrasi Kristiani.

Dan kenyataan ini bagi sebagian orang lain, misalnya rakyatnya yang mereka pimpin,
artinya juga adalah kesemena-menaan yang diorganisasikan. Kekuasaan absolut
negara dan pusat-pusat kesejahteraan masyarakat saat itu dipegang mutlak oleh Gereja
dan Kerajaan, dengan pajak sistem Feodalisme berdasarkan tafsir mereka terhadap
iman Kristiani dan bahwa Gereja adalah wakil Tuhan di Bumi dan bahwa sistem
pemerintahan yang terbenar adalah Kerajaan Kristiani penyokongnya. Golongan
Ksatria, dan Raja adalah pelindung rakyat dan rakyat harus membayar pajak kepada
mereka yang penafsirannya seringkali dianggap semena-mena oleh rakyat.

Tak pelak juga, maka, perkembangan ilmu-pengetahuan yang biasanya berdasarkan


kepada gelitikan pemikiran, rasa penasaran, kebertanya-tanyaan pemikiran pun
menjadi lambat pula. Pendeknya, potensi telaah akal pada masa ini dihambati.

Di saat Zaman Kegelapan, segala keputusan pemerintah dan hukum negara tidak
diambil berdasarkan demokrasi di parlemen seperti ketika zaman Kekaisaran
Romawi. Keputusan tersebut diambil oleh majelis dewan Gereja. Tidak setiap
individu berhak berpendapat, karena pada zaman itu yang berhak mengeluarkan
pendapat keputusan adalah para ahli agama. Gagasan tentang Dark Age berasal dari
Petrarch (seorang humanis,cendekiawan dan penyair Italia) pada tahun 1330-an. Dia
menulis tentang orang-orang yang hidup sebelum dia, ia berkata: "Di tengah
kesalahan bersinar seorang genius, mata mereka melihat dengan tajam meskipun
mereka dikelilingi oleh kegelapan yang sangat pekat ". Para penulis yang beragama
Kristen, termasuk Petrarch sendiri telah lama menggunakan kiasan " terang melawan
gelap "untuk menggambarkan" kebaikan melawan kejahatan ". Petrarch adalah orang
pertama yang menggunakan kiasan dan memberikan makna sekuler dengan
membalikkan penerapannya. Zaman klasik telah lama dianggap sebagai zaman
"gelap" karena kurangnya kekristenan yang dilihat oleh Petrarch sebagai zaman
"cahaya" karena prestasi dan pencapaian kultural, sedangkan pada zaman Petrarch,
diduga kurang prestasi budaya sehingga Petrarch memandangnya sebagai zaman
kegelapan (dark age).

Abad pertengahan merupakan zaman dimana Eropa sedang mengalami masa suram.
Berbagai kreativitas sangat diatur oleh gereja. Dominasi gereja sangat kuat dalam
berbagai aspek kehidupan. Agama Kristen sangat mempengaruhi berbagai kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah. Seolah raja tidak mempunyai kekuasaan, justru malah
gereja lah yang mengatur pemerintahan. Berbagai hal diberlakukan demi kepentingan
gereja, tetapi hal-hal yang merugikan gereka akan mendapat balasan yang sangat
kejam. Contohnya, pembunuhan Copernicus mengenai teori tata surya yang
menyebutkan bahwa matahari pusat dari tata surya, tetapi hal ini bertolak belakang
dari gereja sehingga Copernicus dibunuhnya.

Pemikiran manusia pada Abad Pertengahan ini mendapat doktrinasi dari gereja.
Hidup seseorang selalu dikaitkan dengan tujuan akhir (ekstologi). Kehidupan manusia
pada hakekatnya sudah ditentukan oleh Tuhan. Maka tujuan hidup manusia adalah
mencari keselamatan. Pemikiran tentang ilmu pengetahuan banyak diarahkan kepada
theology. Pemikiran filsafat berkembang sehingga lahir filsafat scholastik yaitu suatu
pemikiran filsafat yang dilandasi pada agama dan untuk alat pembenaran agama. Oleh
karena itu disebut Dark Age atau Zaman Kegelapan.

Abad pertengahan merupakan abad kebangkitan religi di Eropa. Pada masa ini agama
berkembang dan mempengaruhi hampir seluruh kegiatan manusia, termasuk
pemerintahan. Sebagai konsekuensinya, sains yang telah berkembang di zaman klasik
dipinggirkan dan dianggap sebagai ilmu sihir yang mengalihkan perhatian manusia
dari pemikiran ketuhanan.
Eropa dilanda Zaman Kegelapan sebelum tiba Zaman Pembaharuan. Yang dimaksud
Zaman Kelam atau Zaman Kegelapan ialah zaman masyarakat Eropa menghadapi
kemunduran intelektual dan kemunduran ilmu pengetahuan Menurut Ensikopedia
Amerikana, zaman ini berlangsung selama 600 tahun, dan bermula antara zaman
kejatuhan Kerajaan Romawi dan berakhir dengan kebangkitan intelektual pada abad
ke-15 Masehi.

Gelap juga dianggap sebagai tidak adanya prospek yang jelas bagi masyarakat Eropa.
Keadaan ini merupakan wujud kekuasaan agama, yaitu gereja Kristiani yang sangat
berpengaruh. Gereja serta para pendeta mengawasi pemikiran masyarakat serta juga
politik. Mereka berpendapat hanya gereja saja yang pantas untuk menentukan
kehidupan, pemikiran, politik dan ilmu pengetahuan. Akibatnya kaum cendekiawan
yang terdiri daripada ahli-ahli sains merasa mereka ditekan dan dikawal ketat.
Pemikiran mereka pun ditolak dan timbul ancaman dari gereja, yaitu siapa yang
mengeluarkan teori yang bertentangan dengan pandangan gereja akan ditangkap dan
didera, malah ada yang dibunuh. segala keputusan pemerintah dan hukum negara
tidak diambil berdasarkan demokrasi di parlemen seperti ketika zaman kekasiaran
Roma. Keputusan tersebut diambil oleh majelis dewan Gereja. Tidak setiap individu
berhak berpendapat, karena pada zaman itu yang berhak mengeluarkan pendapat-
keputusan adalah para ahli agama. (lihat perilaku kaum Salafy yang kini justru meniru
mereka) Bahkan segala sesuatu yang bertentangan dengan penafsiran dewan gereja
merupakan pelanggaran hukum berat.

Akibatnya setiap inovasi yang berasal dari kaum ilmuan selalu digagalkan oleh dewan
gereja. Ya itu tadi pokoknya bila dewan gereja tidak paham dan tidak memiliki dasar
argumen yang kuat di dalam injil maka inovasi tersebut merupakan perkara
pelanggaran agama berat. Salah satu yang menjadi korbannya adalah Nicholas
Coppernicus yang berakhir tragis akibat teorinya yang mengatakan akibat terlalu
banyak intervensi dewan Gereja pada sendi-sendi kehidupan, termasuk juga
pelarangan terhadap temuan maupun inovasi baru yang tidak ada pada injil maka
akhirnya terjadi stagnasi secara multi dimensi yang lambat laun berimbas pada
timbulnya krisis multi dimensi

3. Jelaskan para pemikir dan temuan-temuan pemikiran penting sejak masa


Renaissance sampai Aufklarung yang berperan penting dalam science dan ilmu
pengetahuan modern

Masa Renaissance
Masa Renaissance adalah masa dimana para ahli pikir berupaya melepaskan diri dari
dogma agama. Renaissance adalah sebuah gerakan budaya yang berkembang pada
periode kira-kira dari abad ke-14 sampai abad ke-17, dimulai di Italia pada Abad
Pertengahan Akhir (Abad Pertengahan Akhir atau Zaman Pertengahan Akhir adalah
sebuah zaman dari sejarah Eropa yang utamanya meliputi abad ke-14 sampai ke-15
(sekitar 1301–1500). Tentunya ada manfaatnya apabila menyelami seluk beluk
modernisasi suatu bangsa dan negara, khusunya Italia dan Eropa.

A. Nicollo Machiavelli
Filsuf ini hidup di zaman renaisans, sebagai seorang yang terlibat politik.
Machiavelli adalah nama seorang genius yang sangat besar perannya dalam
sejarah.Pikiran-pikirannya diam-diam atau terang-terangan ternyata menjadi
ptaktik politik dibanyak Negara dewasa ini, diabad ke-20 ini. Karena itu adalah
suatu kelalaian besar melewatkan gagasannya.
PEMIKIRAN FILSUF MACHIAVELLI
Menurut machiavelli yang terpenting dalam politik pemerintahan Negara adalah
kekuasaan, dia menghalalkan segala cara untuk tetap berkuasa. Jadi yang dianjurkan
bukan bagaimana melaksanakan etika bernegara yang baik tapi bagaimana seseorang
atau sekelompok orang dapat merebut kekuasaan dan memepertahankannya.
Sebagai contoh dalam bukunya yang terkenal berjudul il principe (buku ini adalah
kumpulan surat-surat yang diterbitkan orang lain setelah niccollo Machiavelli
meninggal dunia). Dia menulis bahwa agar penguasa dijunjung tinggi dan dihormati
oleh rakyatya, maka dia harus berpura-pura bahwa dia memihak seseorang atau
menentang seseorang, dengan demikian antara dia dan rakyat timbul jiwa korzak,
senasib sepenanggungan, sebangsa senegara. Jadi tidak memihak sama sekali
seseorang pemipimpin, bagi Machiavelli mengajarkan bahwa untuk menundukkan
musuh-musuh politik, maka lawan politik tersebut harus dimusnahkan musuh-musuh
politik, maka lawan politik tersebut harus dimusnahkan (genocide) sampai ke anak
cucunya tanpa ampun, dengan begitu memang Machiavelli mengkombinasikan antara
kelicikan (cunning) dengan sikap tidak mengenal belas kasihan.
Machiavelli lebih jauh berpendapat bahwa dalam praktek kekuasaan yang nyata, tidak
ada hubungan antara kekuasaan tersebut dengan etika bernegara, karena Negara itu
bagi Machiavelli bersifat secular, termasuk didalam berbagai perebutan kekuasaan,
sedangkan atika berkaitan dengan norma yang berkenaan dengan peraturan tuhan
yang transedental sifatnya, yaitu dianggap berorientasi pada dunia ghaib.
Praktik-praktik busuk kekuasaan yang sering dihubung-hubungkan dengan
Machiavelli misalnya taktik “Machiavellian” seorang dictator.

Kalau membaca gagasan-gagasannya, orang-orang saleh tidak akan menemukan


dukungan moral didalamnya. Pikirannya dianggap menyimpang dari suara hati yang
sehat. Akan tetapi, setelah mendalami gagasan-gagasannya, kita lalu mulai mengakui
bahwa Machiavelli adalah nama seorang genius yang sangat besar perannya dalam
sejarah. Pikiran-pikirannya diam-diam atau terang-terangan ternyata menjadi ptaktik
politik dibanyak Negara dewasa ini, diabad ke-20 ini. Karena itu adalah suatu
kelalaian besar melewatkan gagasannya.
Filsuf ini hidup di zaman renaisans. sebagai seorang yang terlibat politik, diamenjalin
kontrak dengan bangsawan tinggi kota velentino, casare borga, seorang yang sangat
ambisius dan gila kuasa. Ketika tokoh ini mau menaklukkan iltalia yag dikuasai paus
Julius II, achiavelli menjadi pengamat pribadinya yang paling jeli.
Kariernya sebagai penasihat politik hancur ketika Florence di kuasai keluarga medici
yang memusuhinya da menjebloskanya dalam kerungan penjara selama setahun.
Setelah bebas, dia menyingkir kepinggir kota, untuk menulis dan merenungkan hasil-
hasil pengamatan dan pengalamannya itu yang dia salurkan dibukunnya yang berjudul
il principe dan siscorsi sopra la prima decade di tito livio.
• Masalah hubungan Negara dan agama (fungsi politis agama)
Machiavelli juga mebahas masalah hubungan Negara dan agama dan mengangkat
fungsi pilitis agama dalam keterlibatan dirinya dalam diskusi tetang soal ini.
Di zaman abad pertengahan, Negara berada dibawah nominasi kekuasaan rohani
gereja katolik yang dipegang oleh paus, sehingga kaisarpun iangkat oleh paus.
Model kekuasaan macam ini, pada zaman renaisans, mulai mengalami krisis.
Gagasan Machiavelli mencerminkan gagagsan renaisas yang banyak mengacu pada
kebudyaan klasik. Machivellin menegaskan bahwa Negara jangan sampai dikuasai
agama, sbaliknya, menurutnya, Negara harus mendominasi agama, seperti yang
berlangsung didalam kekaisaran romawi kuno, saat agama Kristen diatur Negara.
Dengan pendapat ini, dia tidak ingin mengatakan bahwa agama tidak penting.
Dia memang menganggap ajaran-ajaran moral dan dogma-dogma agama pada dirinya
tidak begitu penting, tetapi semua yang ada dalam agama, termasuk yang kurang
penting itu ternyata memiliki fungsi untuk mempersatu Negara. Jadi, bagi
Machiavelli, agama punya segi pragmatis untuk mengintegrasikan Negara. Agama,
karena itu, juga dapat mendukung patriotism dan memperkuat pranata-pranata
kebudayan.
Dengan gagasan yang sangat pragmatis tentang agama ini, Machiavelli tidak
menyatakan diri sebagai ateis.
Yang dipersoalkan bukanlah ada tidaknya tuhan, melainkan fungsi agama dalam
kehidupan politis. Akan. Akan tetai dengan gagasannya itu, dia sebetulnya berhasi
memperlihatkan bahwa agama tidak sekeramat yang disangka orang.

Agama hanyalah salah satu pranata dalam kehidupan bermasyarakat yang bisa
difungsikan. Dalam hal ini, gagasan emngenai agama bersifat secular.
• Kelihaian yang melampaui moralitas (mobilisasi nafsu-nafsu rendah dalam
politik)
”seorang pangeran harus mampu bermain baik sebagai manusia maupun sebagai
binatang buas… sang pangeran harus bisa memakai kedua kodrat itu… yang satu
tanpa yang lin tak dapat ada. Dan karena seorang pangeran harus mampu bermain
sebagai binatang buas, dia harus mencontoh rubah dan singa; karena singa tak lepas
dari jerat dan rabah tak bisa lolos dari serigala. Jadi, dia harus menjadi rubah untuk
mengenali, dan menjadi singan untuk menakut-nakuti serigala-serigala. Mereka yng
hanya mencontoh singa tak tahu apa-apa. Seorang penguasa yang credit bisa dan
karenanya juga tak harus menempati kata-katanya, jika hal itu merugikannya dan alas
an-alasan… mencolok. Andaikata semua manusia baik, nasihat itu kirannya tak ada
artinya; tetapi karena mereka tak banyak faedahnya dan kata-kata mereka tak ditepati,
untuk mereka kau juga tak perlu menempatinya. Juga seorang pangeran jangan
habisan alas an baik untuk mamanis-maniskan pelanggaran janjinya” {Machiavelli, II
princie, Bab 18}
Pandangan mochiavelli yang terdapat dalam bukunya il principe soal hubungan antara
politik dan moralitas yang dipandangan ini ada hubungannya dengan pandangan dia
tentang manusia. Diabad pertengahan, para pemikir mengagungkan manusia sebagai
citra Allah.
Pandangan ini tidak disetujuinya. Mengoyahkan anggapan lazim itu, dia memandang
manusia sebagi suatu makhluk yang dikendalikan oleh kepentingan diri. Manusia
adalah makhluk irasional yang tingkah-lakunya diombang-ambingkan oleh emosi-
emosinya. Kalau keadaan manusia semacam itu, menurut Machiavelli, seorang
penguasa harus bisa membentuk opini umum yang bisa mengendalikan tingkah laku
warganya. Karena itu untuk memperkokoh kekuasaan, penguasa harus mampu
memobilisasi nafsu-nafsu rendah mereka yang ingin dikuasai demi maksud-
maksudnya sendiri.
Dalam rangka dominasi menurut Machiavelli, seorang penguasa tidak perlu
memperhatikan pertimbangan-pertimbangan moral.
Penguasa bisa saja bertindak sangat moralities, missal menunjukkan kemurahan hati,
sikap saleh, manusiawi, jujur, tetapi semua itu harus berfungsi untuk maksud-
maksudnya. Kalau keadaan menuntut demi kuasaan juga, dia harus bisa mengambil
sikap yang sebaliknya. Demikian pula, perjanjian-perjanjian tidak perlu mutlak
dipatuhi seorang penguasa, sebab perjanjian hanyalah menunda perang.

Kalau kekuasaan menuntut, perjanjian menjadi tidak relavan untuk dipatuhi.


Didalam perang pun, seorang penguasa dianjurkan bersifat realities, yaitu memihak
kubu yang paling kuat agar mendapat bagian maksimal dalam pemampasan perang.

Di dalam pemerintahannya, penguasa yang cerdik akan menyingkirkan orang-orang


yang potensial menjadi saingannya. Sebagai gantinya diaakan menempatkan orang-
orang yang mematuhinya disekeliingnya.
Dengan pandangan-pandangan tersebut, Machiavelli mendahului mieztsche dia abad
ke-19. Bedanya, kalau nierzsche mau membuka kedok moralitas sebaginkekuasaan,
Machiavelli memandangan bahwa moralitas dapat diperhatikan dlam kekuasaan
hanya sejauh ia berguna untuk kekuasaan.
Dengan cara ini, Machiavelli membenarkan segala cara untuk meraih dan
mempertimbangkan kekuasaan, entah lewat kekerasan militer, propaganda yang
menipu, ataupun peperangan.
• The prince and the discourses
Karier Machiavelli sebagai politius dan diplomat berakhir ketika ia diberhentikan dari
jabatannya oleh penguasa italia, meskupun secara pribaditohoh renaisans ini masi
berkeinginan berkecimpunang dalam dunia politik kenegaraan. Setalah di
berhentikan, Machiavelli mulai sebagai seorag pemikir,menarik diri dari peraturan
politik nasional italia. Ia memencilkan diri selama bertahun tahun. Hari-harinya hanya
dihabiskan untuk karya-karya klasi, merefleksikan dan menulis.
Ketika Machiavelli mengekpresikan pemikiran dan pengalaman politik dalam bentuk
tulisan, ia juga dipengearuhi oleh kondisi ekonomi dan poltik negaranya.
Mac Lernet melukiskan keadaann Machiavelli demikian: “ia tinggal pda masa ketika
pertumbuhan ekonomi telah berkembang jauh sehngga menimbulkan ikatan iatan
bentuk politik yang ada saat ini”
Karya Machiavelli itu membuatnya dikenal sebagai seorang ilmuan politik renaisan,
meskipun hanna Arrendt dan plamenatz menyaksikannya. Kedunya berpendpat bahwa
Machiavelli bukanlah seorang ilmuan poltik karena ia kurang memiliki basis metologi
dan pemikiran politik yang sistematis. Dan dinilai pihak, ada bahwa karya tersebut
ditulis demi menarik perhatian penguasa italia. Lorenzio de maize.
Dalam sejarah pemikiran politik islam “tuduhan” terhaap machiavellu ini mirip
dengan tuduhan dolziher terhadap karya imam almawardi, al ahkam alshulthoniyyah
yah ditulis untuk menarik perhatian penguasa da merupakan upaya intelektual
memeprthankan kekuasaan dinasti itu.
Buku the prince, teridir dari dua puluh enam bab berisi pemikira Machiavelli
mengenai berbagai persoalan macam kerjaan dan cara menegakkannya, sebab sebab
kerajaan danius yang ditaklukkan tidak memberontak terhadap penggantinya setelah
kematiannya, perebutan wilayah baru dngan kekutan senjata, kewjibab raja terhadap
angkatan perang, kekuasaan konsituasional, Negara gereja, bagaimana menaklukkan
kekuasaan, sarana-sarana utuk membebaskan bangsa italia dan lain-lain.
• Penguasa Negara dan kekuasaan
Dari perspektif sejarah pemikiran politik, gagasan nya itu merupakan pemutusan
hubungan total masa kini dengan masa llu, suatu cirri penting abd renaisans.

Berbeda dengan para pemikir adab pertegahan seperti santo augustinus dan Thomas
Aqquias yang mengkaitakan kekuasaan dan Negara dengan agama dan tuhan maupun
moralitas, Machiavelli justru berpendapat baha kekuasaan hendaknya dipisahkan dari
semua itu.
Tidak ada kaitan atau relavasi antara kekuasaan dengan teologi keristen, kecuali sejuh
agama moral itu meiliki nilai utilitarianisme bagia kekuasaan dan Negara.
Tidak seperti pemikir abad pertngahan, Machiavelli melihat kekuasaan sebagi tujuan
itu sendiri. Ia mnyanhkal asusi bahwa kekuasaan adalah alat intrumen belakan untuk
memeprthankan nilai-nilai moralitas, etika atau agama.
Bagi machiavelii segala kebajikan, agama, moralitas justru harsu dijadikan dijadikan
alat untukmemperoleh dan meperbesar kekusaan. Bukan sebaliknya, jadi kekuasaan
haruslah diperoleh digunakan dan diperthakan semata –mata demiki kekuasaan itu
sendiri.
Dengan pandangan itu machivelli menolak tegas diktrin Aquinas tentang gambaran
penguasa yang baik.
Aquinas dalam karyanya the government of prince berpendapat bahwa penguasa yang
baik harus menghindari godaan kejayaan dan kekayaan-kekayaan duniawi agar
memperoleh ganjaran surgawi kelak.
Bagi Machiavelli justru terbalik, penguasa yang baik harus berusaha mengejar
kekayaan dan kejayaan karena keduannya harus berusaha mengerjar kekayaan dan
kejayaan Karen keduanya merupakan nasib mujur yang dimiliki seorang penguasa.
Bagi machiavelii kekuasaan adalah rasion d’etre Negara.
Negara juga merupakan simbolisasi tertinggi kekuasaan poltik yng sifatnya mencakup
semua dan mutlak.
Machiavelli membahas perebutan kekeuasaan, bila seseorang penguasa berhasil
merebut suatu kerajaan maka ada cara memerintah dan memepertahankan Negara
yang baru saja direbut itu.
Pertama memusnahkan dan membumihanguskan Negara dan membunuh keluarga
penguasa lama.
Kedua melalukan kolonisasi, mendirikan pemukiman baru.
tetapi menurut Machiavelli cara yang efektif adalah cara yg pertama meskipun
bertentangan dengan aturan moralitas.
Dalam the prince machavelli juga menguraikan bahwa mereka yang menjadi
penguasa lewat cara-cara keji, kejam, dan jahat tidaklah dapat direbut memperolah
kekuasaan berdasarkan kebajikan dan nasib baik.
Cara seperti ini yang di praktikkan Agathocles yang membunuh secara biadab semua
senior Syracuse demi menduduki tahta kekuasaan, memang bisa menjadikan mereka
penguasa Negara.
Tetapi kata Machiavelli penguasa itu tidak akan dihormati dan dipija sebagai
pahlawan.
Apalagi setelah berkuasa ia menjadikan kekerasan, kekejaan dan perbuatan keji
lainnya sebagai bagian dari kehidupan politik sehari-hari.
Machiavelli menyimpulkan bahwa cara-cara itu hanya akan menjadikan sang
penguasa berkuasa tetapi tidak menjadikan terhormat, pahlawan atau orang besar.

Masa Aufklarung
Filsafat abad ke-18 di Jerman disebut Zaman Aufklarung atau zaman pencerahan
yang di Inggris dikenal dengan Enlightenment, yaitu suatu zaman baru dimana
seorang ahli pikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara
rasionalisme dengan empirisme. Zaman ini muncul dimana manusia lahir dalam
keadaan belum dewasa dalam pemikiran filsafatnya.Namun setelah Immanuel Kant
mengadakan penyelidikan dan kritik terhadap peran pengetahuan akal barula manusia
terasa bebas dari otoritas yang datang dari luar manusia demi kemajuan peradaban
manusia. Pemberian nama ini juga dikarenakan pada zaman itu manusia mencari
cahaya baru dalam rasionya.
Tokoh Filsuf Berpengaruh Di Tiga Negara Eropa

1. David Hume (1711-1776)


David Hume adalah salah seorang seorang tokoh filsafat pencerahan di Inggris. Beliau
lahir pada tanggal 26 April1711, dan meninggal pada tanggal 25 Agustus1776 pada
usia 65 tahun. Beliau adalah filsuf, ekonom, dan sejarawan. Dia dimasukan sebagai
salah satu figur paling penting dalam filosofi barat dan Pencerahan
Skotlandia.Walaupun kebanyakan ketertarikan karya Hume berpusat pada tulisan
filosofi, sebagai sejarawanlah dia mendapat pengakuan dan penghormatan. Karyanya
The History of England merupakan karya dasar dari sejarah Inggris untuk 60 atau 70
tahun.
Hume merupakan filusuf besar pertama dari era modern yang membuat filosofi
naturalistis. Filosofi ini sebagian mengandung penolakan atas konsep dari pikiran
manusia merupakan miniatur dari kesadaran suci; sebuah pernyataan Edward Craig
yang dimasukan dalam doktrin 'Image of God'.Doktrin ini diasosiasikan dengan
kepercayaan dalam kekuatan akal manusia dan penglihatan dalam realitas.10
Hume sangat dipengaruhi oleh empirisisJohn Locke dan George Berkeley, dan juiga
bermacam penulis berbahasa Perancis seperti Pierre Bayle, dan bermacam figur dalam
landasan intelektual berbahasa Inggris seperti Isaac Newton, Samuel Clarke, Francis
Hutcheson, Adam Smith, dan Joseph Butler.

2. Voltaire (1694 – 1778)


François-Marie Arouet(lahir 21 November1694 – meninggal 30 Mei1778 pada umur
83 tahun), lebih dikenal dengan nama penanya Voltaire, adalah penulis dan filsuf
Perancis pada Era Pencerahan. Voltaire dikenal tulisan filsafatnya yang tajam,
dukungan terhadap hak-hak manusia, dan kebebasan sipil, termasuk kebebasan
beragama dan hak mendapatkan pengadilan yang patut.
Pada tahun 1726 ia mengungsi ke Inggris. Di situ ia berkenalan dengan teoriLocke
dan Newton. Apa yang telah diterimanya dari kedua tokoh ini ialah:
a) sampai di mana jangkauan akal manusia, b) di mana letak batas akal manusia.
Berdasarkan kedua hal itu ia membicarakan soal-soal agama alamiah
danetika.Maksudtujuannya tidak lain ialah mengusahakan agar hidup kemasyarakatan
zamannya itu sesuai dengan tuntutan akal.
Mengenai jiwa dikatakan, bahwa kita tidak mempunyai gagasan tentang jiwa
(pengaruh Locke).Yang kita amati hanyalah gejala-gejala psikis. Pengetahuan kita
tidak sampai kepada adanya suatu substansi jiwa yang berdiri sendiri. Oleh karena
agama dipandang sebagai terbatas kepada beberapa perintah kesusilaan, maka ia
menentang segala dogma, dan menentang agama.
Ia adalah pendukung vokal terhadap reformasi sosial walaupun Perancis saat itu
menerapkan aturan sensor ketat dan ancaman hukuman yang keras bagi pelanggarnya.
Ia sering menggunakan karyanya untuk mengkritik dogma gereja dan institusi
Perancis pada saat itu. Voltaire dianggap sebagai salah satu tokoh yang paling
berpengaruh pada zamannya.

3. Immanuel Kant (1724 – 1804)


Immanuel Kant (lahir di Königsberg, 22 April1724 – meninggal di Königsberg, 12
Februari1804 pada umur 79 tahun) adalah seorang filsufJerman. Karya Kant yang
terpenting adalah Kritik der Reinen Vernunft, 1781. Dalam bukunya ini ia
“membatasi pengetahuan manusia”. Atau dengan kata lain “apa yang bisa diketahui
manusia.” Ia menyatakan ini dengan memberikan tiga pertanyaan:
· Apakah yang bisa kuketahui?
· Apakah yang harus kulakukan?
· Apakah yang bisa kuharapkan?
Pertanyaan ini dijawab sebagai berikut:
· Apa-apa yang bisa diketahui manusia hanyalah yang dipersepsi dengan panca
indra. Lain daripada itu merupakan “ilusi” saja, hanyalah ide.
· Semua yang harus dilakukan manusia harus bisa diangkat menjadi sebuah
peraturan umum. Hal ini disebut dengan istilah “imperatif kategoris”. Contoh: orang
sebaiknya jangan mencuri, sebab apabila hal ini diangkat menjadi peraturan umum,
maka apabila semua orang mencuri, masyarakat tidak akan jalan.
· Yang bisa diharapkan manusia ditentukan oleh akal budinya. Inilah yang
memutuskan pengharapan manusia.
Ketiga pertanyaan di atas ini bisa digabung dan ditambahkan menjadi pertanyaan
keempat: “Apakah itu manusia?”12
Tujuan utama dari filsafat kritis Kant adalah untuk menunjukkan, bahwa manusia bisa
memahami realitas alam (natural) dan moral dengan menggunakan akal
budinya.Pengetahuan tentang alam dan moralitas itu berpijak pada hukum-hukum
yang bersifat apriori, yakni hukum-hukum yang sudah ada sebelum pengalaman
inderawi.Pengetahuan teoritis tentang alam berasal dari hukum-hukum apriori yang
digabungkan dengan hukum-hukum alam obyektif.Sementara pengetahuan moral
diperoleh dari hukum moral yang sudah tertanam di dalam hati nurani manusia.
Kant menentang Empirisme dan Rasionalisme. Empirisme adalah paham yang
berpendapat, bahwa sumber utama pengetahuan manusia adalah pengalaman
inderawi, dan bukan akal budi semata. Sementara Rasionalismeberpendapat bahwa
sumber utama pengetahuan adalah akal budi yang bersifat apriori, dan bukan
pengalaman inderawi. Bagi Kant kedua pandangan tersebut Kant juga berpendapat
bahwa moralitas memiliki dasar pengetahuan yang berbeda dengan ilmu pengetahuan
(science).
SEJARAH SENI RUPA INDONESIA

1. Uraikan perbedaan candi2 Hindu Budha di zaman kerajaan2 di Jawa Tengah


dan periode Jawa Timur sebagai ekspresi peradaban dan kebudayaan yg
penting (meliputi arsitektur candi, relief, patung, dan pola ragam hiasnya)

Candi Hindu Candi Buddha

Fungsi Candi Hindu umumya Candi Budha memiliki


berfungsi sebagai makam fungsi sebagai tempat
para raja Hindu yang ibadah atau tempat
pernah berkuasa. Abu pemujaan para dewa bagi
jenazah para raja keluarga kerajaan dan
dimakamkan di candi. masyarakat di zaman itu.

Struktur Sebagian besar bangunan Sebagian besar bangunan


candi Hindu umumnya candi Budha terdiri dari 3
terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian, yaitu Kamadhatu
bhurloka (bagian dasar (bagian dasar candi yang
candi yang menyimbolkan menyimbolkan manusia
dunia fana), bhurvaloka yang identik dengan penuh
(tubuh candi yang dosa), Rupadhatu (bagian
menyimbolkan dunia tengah candi yang
permurnian), dan svarloka menyimbolkan kehidupan
(bagian atas/ atap candi manusia di dunia fana
yang menyimbolkan dunia yang penuh dengan nafsu),
para dewa). dan Arupadhatu (bagian
atas candi yang
menyimbolkan manusia
yang telah mencapai
nirwana).

Bentuk Puncak Candi Bagian teratas atau puncak Bagian teratas atau puncak
pada bangunan candi pada bangunan candi
Hindu disebut Ratna yang Bundha disebut Stupa yang
bentuknya meruncing. bentuknya tambun.

Arca Candi Sebagian besar bangunan Sebagian besar bangunan


candi Hindu biasanya candi Budha dihiasi
dihiasi dengan arca-arca 3 dengan arca-arca Budha
dewa utama dalam seperti arca kelompok
kepercayaan Hindu Dyani Bodhisatwa dan
(trimurti). Ketiga dewa kelompok Dyani Budha.
utama tersebut adalah
Dewa Brahma, Dewa
Wisnu, dan Dewa Siwa.

Bentuk Bangunan Candi Candi-candi Hindu Candi-candi Budha


memiliki bentuk candi memiliki bentuk bangunan
yang ramping. candi yang tambun dan
Contoh: Candi Prambanan besar.
Contoh: Candi Borobudur

Arah Pintu Utama Pada bangunan candi Pada bangunan candi


Hindu, pintu utama candi Budha, pintu utama candi
berada di arah Barat. berada di sebelah Timur.

Bahan Pembuatan Candi Sebagian besar bangunan Sebagian besar bangunan


candi Hindu dibuat dari candi Budha dibuat dari
batu-batu merah yang tidak batu andesit yang telah
dibakar, bahkan ada mengalami pemotongan
beberapa candi yang dibuat secara rapi.
dari batu bata biasa.

Atap Candi Atap candi-candi Hindu Atap candi-candi Budha


menunjukan adanya umumnya hanya berupa
undakan yang biasanya satu tingkatan yang terdiri
terdiri dari 3 tingkat dari undakan-undakan
undakan. berukuran kecil namun
jumlahnya banyak dan
membentuk satu kesatuan
dengan bentuk lengkungan
halus.

Bentuk Puncak secara Umum Candi-candi Hindu Candi-candi Budha


memiliki bentuk puncak memiliki bentuk puncak
Dagoba yang berbentuk kubus
tabung.

Hiasan Relung dan Gawang Pada candi Hindu terdapat Gawang pintu pada
Pintu pada Candi hiasan kepala Kala tengah bangunan candi Budha
yang terlihat menyeringai umumnya berupa Gaya
lengkap dengan bagian Kala Makara, yaitu kepala
rahang bawah. Hiasan ini Kala dengan peringai
diletakan di bagian atas mulut yang mengaga lebar
pintu. Pada pintu juga namun tanpa rahang
tidak terdapat Makara. bagian bawah. Hiasan ini
biasanya berada di atas
pintu utama dan terhubung
dengan Makara ganda.

Style Hiasan Relief pada Candi Pada sebagian besar Pada sebagian besar
bangunan candi Hindu, bangunan candi Budha,
hiasan relief terlihat lebih hiasan relief terlihat lebih
rendah dan teksturnya tinggi serta bertekstur
tidak terlalu menonjol. menonjol. Gambar relief
Gambar relief lebih mirip dibuat dengan gaya
dengan tokoh-tokoh natural.
pewayangan Bali.

Tata Letak Umumnya candi Hindu Umumnya bangunan candi


dibangun dengan tata letak Budha dibangun dengan
yang asimetris dan linier tata letak mandala
sesuai dengan topografi konsentris dan simetris.
wilayah setempat. Bangunan candi utama
Bangunan candi utama terletak di bagian tengah
berada di belakang dan kompleks candi dan
jauh dari pintu masuk. bangunan utama ini
Bangunan candi utama dikelilingi oleh candi-
juga biasanya dibangun di candi kecil yang ditata
tanah yang paling tinggi di rapi.
kawasan kompleks candi.
Terdapat candi
perwarayang terletak di
depan bangunan candi
utama.

Kedatangan para pedagang, penjajah, dan penyerang ternyata turut mempengaruhi


teknik konstruksi dan gaya arsitektur bangunan candi Hindu dan candi Budha. India,
misalnya, memiliki pengaruh yang paling besar terutama dari segi gaya arsitektur
candi (gaya arsitektur klasik). Selain India, terdapat dua budaya lainnya yang turut
sedikit mengubah gaya arsitektur bangunan candi-candi Hindu dan Budha yang ada di
Indonesia. Sebut saja Arab dan China. Sedang pengaruh dari bangsa-bangsa Eropa
baru terlihat ketika memasuki abad ke-18 dan 19.

2. Uraikan transformasi penting seni klasik wayang sejak masa Hindu Budha
sampai zaman Islam (dari wayang Beber sampai wayang kulit Purwa)
WAYANG PADA PERIODE PENYEBARAN AGAMA HINDU-BUDDHA
Pada masa kerajaan Majapahit, seni pertunjukkan kesenian umumnya berkaitan
dengan fungsi-fungsi ritual yang mengacu pada nilai-nilai budaya agraris yang
berhubungan dengan kegiatan keagamaan Hindu-Buddha.Seni pertunjukkan yang
berkaitan dengan fungsi-fungsi ritual keagamaan memiliki ciri-ciri
khas.[1] Pertunjukkan tersebut membutuhkan tempat pertunjukkan yang dipilih yang
lazimnya dianggap sakral, bahkan tidak berhenti disakralnya tempat akan tetapi
pilihan hari dan waktupun harus tepat.
Pemain pertunjukkan dianggap bersih atau suci secara spiritual.Selama pertunjukkan
dibutuhkan bermacam-macam sesaji karena nilai tujuan spiritual lebih diutamakan
daripada nilai estetis.Sehingga, pemain beserta semua anggota yang berhubungan
dengan pertunjukkan harus menggunakan busana khusus.

Pertunjukkan Wayang diperiode Hindu-Buddha, merupakan ritual keagamaan yang


disetiap pertunjukkan dikait-kaitkan dengan usaha-usaha spiritual yang disebut
dengan meruwat.[2]Karena pertunjukkan wayang yang dinilai sebagai pertunjukkan
spiritual, maka para dalangpun diposisikan sebagai orang suci atau pendeta bahkan
titisan dewa.

IDENTIK DENGAN “MERUWAT”


Maka ritual meruwat ini dipimpin oleh para dalang yang dianggap mampu untuk
mengusir unsur kejahatan dari hal-hal yang ghaib.Wayang-wayang yang digunakan
untuk meruwatpun berwujud gambar utuh dan menyerupai manusia.Sebagai mana
yang tampak dibeberapa relief candi-candi.Pada masa kerajaan Hindu-Buddha,
wayang digambar diatas kain lalu diberi warna.Wayang ini dikenal dengan sebutan
Wayang Beber Purwa.

Akan tetapi fungsi dari wayang pada periode Hindu-Buddha, tidak sebatas pada ritual
peruwatan atau ranah spiritual saja.Karena, fungsi wayangpun berkembang dengan
seiring berkembangnya peradaban.Didalam periode ini, wayang diikutsertakan
didalam ranah politik kerajaan.Penontonnya pun terbatas hanya kalangan Istana.[3]

Etika dan Moral yang tidak seirama dengan dengan konsep Tauhid
Penyusunan pakem cerita pewayanganpun, masih bernuansa Hindu-Budda. Serta
masih banyak ditemukan nilai-nilai etika dan moral yang tidak sesuai
dengan Tauhid. Misalnya, didalam epos Mahabharata asli dari india, dikisahkan
Drupadi melakukan poliandri. Didalam pewayangan Hindu-Buddha, Drupadi adalah
istri dari kelima bersaudara Pandawa.[4]
Akan tetapi kisah poliandri ini tidak akan pernah ditemukan didalam kisah
pewayangan Islam. Karena Poliandri tidak dibenarkan didalam ajaran Islam.Hal-hal
yang bernuansa kedewaan pun mempunyai kekuasaan dan kebenaran
mutlak.Tembang-tembang pengiring ritual wayangpun bermakna puji-pujian bagi
para dewata.

WAYANG PADA PERIODE PENYEBARAN AGAMA ISLAM


Wayang adalah salah satu bukti peninggalan nenek moyang Jawa yang sarat akan
falsafah kehidupan dan nilai-nilai moral didalamnya. Selain berperan menjadi
komunikasi sosial, wayangpun terpilih oleh para wali menjadi salah satu media
dakwah Islam dikarenakan kedekatannya dengan masyarakat.Pada masa penyebaran
agama Islam, para wali banyak mengubah atau menambahkan alur cerita wayang
ataupun falsafah tokoh-tokohnya.

Unsur-unsur animisme dan dinamisme ataupun kehinduan telah dihilangkan dan diisi
ulang oleh nilai-nilai moral dan falsafah Qur’ani.Penyebaran Islam di Tanah Jawa
berlangsung dengan cepat dan mudah.Para masyarakat menerima kehadiran agama
baru ini pun dengan jalan damai tanpa kekerasan. Kehadiran WaliSongo di Nusantara,
mempunyai peran penting dalam penyebaran agama Islam.
Setiap Wali mempunyai pendekatan berbeda-beda dalam pengajaran nilai-nilai
keislaman.Beberapa wali menggunakan pendekatan tradisi, budaya dan kesenian,
salah satunya adalah Sunan Kalijaga.

KARAKTERISTIK TAUHID
Wayang di periode penyebaran Islam mempunyai karaterisktik yang berbeda dengan
wayang yang beredar diperiode-periode sebelumnya.Para Wali telah menanamkan
nilai-nilai ketauhidan tidak hanya ditampilannya ataupun yang nampak saja.Akan
tetapi dari berbagai macam tokoh, lakon bahkan hingga hal-hal sederhana pelengkap
pertunjukkan wayang itu sendiri.

Para pecinta pewayangan telah sependapat untuk memberikan predikat pada wayang
sebagai kesenian klasik tradisional adiluhung, bernilai tinggi. Nilai adiluhung pada
wayang ditentukan oleh nilai dan fungsinya yang serba ganda seperti nilai hiburan,
seni, pendidikan, ilmiah, rohani bahkan religius.[5]
Wali Sanga telah mengaktifkan media wayang untuk peragaan fungsi watak dan tugas
wali serta mubaligh Islam.Wayang, seperti halnya pada periode penyebaran agama
Hindu yang difungsikan sebagai perantara penyebaran agama, Islampun
mengfungsikan wayang sebagai media komunikasi dakwah kepada masyarakat.

HUMANISASI DEWATA
Media Wayangpun mengalami banyak perubahan nilai-nilai dan filsafat
keberadaannya. Nilai-nilai yang bertentangan dengan ajaran Islam ditolak dan nilai-
nilai yang masih sesuai dengan norma Islam dikelola sebaik mungkin. Seperti halnya
terjadi proses humanisasi dewa-dewa dalam dunia perwayangan. Didalam wayang
Hindu, dewa adalah kebenaran mutlak yang tidak bisa diubah lagi.Kekuasaan
tertinggi adalah wujudnya para dewa.

Akan tetapi ketika lakon-lakon tersebut ditangani oleh para Wali, maka posisi dewa
dijatuhkan.Dewa pun bisa mengalami kesalahan.Dewapun bisa dihinakan dan
dihukum.Seperti fenomena Semar, Semar adalah dewa yang mengalami kutukan
menjadi batur.[6]Maka, didalam salah satu fenomena inilah dapat disimpulkan, bahwa
para Wali telah mengubah nilai-nilai Hindu dan diIslamisasikan.
Jika didalam Wayang Hindu, Dewa adalah kekuasaan tertinggi, maka didalam
pewayangan Jawa dinyatakan bahwa diatas Dewa masih ada Sang Pencipta.Bahkan
karena, manusia Jawa beranggapan seakan-akan wayang telah terjadi diatas Tanah
Jawa, maka silsilah wayangpun masuk kedalam silsilah Nabi Adam.[7]Para Dewa
yang ada diwayang Hindupun dimanusiakan dan masuk kedalam silsilah keturunan
Nabi Adam AS.

ESTETIKA TAUHID PERWUJUDAN WAYANG


Selain merubah peran Dewa didalam dunia pewayangan Hindu, Wali Sangapun
merubah nilai-nilai ketauhidan didalam bentuk perwujudan wayang kulit.Wayang
kulit yang ditemukan pada periode sebelum Islam, seperti yang telah dipaparkan
sebelumnya.Wayang pada periode sebelum penyebaran Islam berbentuk arca-arca
yang menyerupai manusia.

Lalu para wali merubah bentuk wayang menjadi gambaran pipih dua dimensi dengan
gaya dekoratif menjauhi kesan bentuk manusia. [8]Wayang tidak lagi digambar diatas
kain, melainkan digambar diatas selembar kulit kerbau dengan warna putih dan
hitam.Wayang tidak lagi berwujud gambar utuh, tetapi berupa satu-satuan gambar
lepas dengan tangan menyatu dengan tubuh.
Pada dasawarsa kedua awal abad ke-16, atas kreatifitas salah seorang tokoh Wali
Songo, Sunan Kalijaga, maka wayang disempurnakan dengan tangan bisa digerakkan
dan warna-warna yang digunakan makin beraneka macam.

PENYUSUNAN PAKEM
Para Walipun menyusun pakem cerita pewayangan yang tidak bertentangan dengan
nilai-nilai Tauhid.Hal-hal yang kontradiktif dengan nilai-nilai Islam dirubah dan
diselaraskan dengan tauhid.Seperti, kisah drupadi yang telah dijelaskan
sebelumnya.Didalam kisah pewayangan Islam, Drupadi adalah istri dari Yudhistira
saja putra tertua Pandawa.[9]
Selain itu munculah tokoh Punakawan yang mempunyai banyak peran didalam
menegakkan kebenaran didunia pewayangan.Punakawan secara harfiah adalah simbol
atau pola dari pembantu pimpinan yang ideal.[10]Ideal yang berarti adalah sosok dari
ajudan yang dapat dipercaya, jujur, cerdik serta bijaksana.
Dalam memetamorfisiskan wayang, Sunan Kalijaga mendapatkan andil besar
didalamnya.Salah satunya adalah pereformasian bentuk-bentuk wayang yang
sebelumnya berbentuk menyerupai manusia dan akhirnya menjadi gambar dekoratif
dengan proporsi tubuh yang tidak mirip dengan manusia.

PERAN SUNAN KALIJAGA


Dengan kemampuan ndalang nya yang menakjubkan, Sunan Kalijaga mengenalkan
Islam melalui pertunjukkan wayang yang sangat digemari oleh masyarakat yang
masih menganut kepercayaan agama lain.
Pakem pewayangan Islam adalah pakem pewayangan yang telah menyimpang dari
pakem induknya yang asli.Dari sinilah dapat disimpulkan bahwa semakin jelas usaha-
usaha para Wali dalam penyampaian agama Islam.Wali Songo telah melakukan
perombakan setting budaya dan tradisi keagamaan yang telah ada ditengah-tengah
masyarakat.

Ramayana dan Mahabharata yang sudah disesuaikan dengan tradisi Islam tersebut,
bahkan divisualisasikan dengan pertunjukkan wayang. Sehingga, masyarakat yang
terpesona dengan alur pakem yang islami tersebut akan menganggap seolah-seolah
Ramayana dan Mahabharata versi Wali adalah versi yang asli atau induknya.

PERKEMBANGAN PERAN WAYANG


Fungsi wayang pada periode penyebaran Islampun semakin berkembang dan
bermacam-macam.Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, wayang bersifat
multifungsi.Jika di periode animisme dan dinamisme atau Hindu dan Buddha, wayang
difungsikan sebagai ritual pemujaan kepada hal-hal gaib, penghormatan kepada ruh-
ruh nenek moyang, bahkan menjadi upacara untuk meruwat.

Maka, diperiode Islam wayang digunakan sebagai sarana dakwah religius, komunikasi
sosial, suara kebudayaan, Hiburan, bahkan Industri.[11]Para Wali aktif memanfaatkan
wayang dalam penarikan minat sosial.Karena, wayang dianggap sarana yang mudah
dan memudahkan dalam menciptakan lingkungan yang diinginkan.
3. Uraikan masa perintisan seni rupa modern barat sejak zaman R Saleh, periode
Mooi Indie, Persagi, dan rivalitas antara aliran kerakyatan Lekra dan
humanisme universal Manikebu
Sejarah Seni Rupa Modern

Disini Indonesia telah terbentuk sebagai koloni Belanda dan masih bernama
Hindia-Belanda. Perjalanan seni rupa modern Indonesia terbata-bata dibawah
penjajahan VOC. Meskipun begitu program kolonialisasi Belanda berhasil
mencetak setidaknya satu orang yang diketahui merintis seni rupa di negeri ini.
Periode itu kemudian menstimulus periode seni rupa modern lainnya. Periode-
periode seni rupa modern tersebut adalah sebagai berikut.

Periode Perintis (1826-1880)

Perkembangan periode perintis diawali oleh seniman legendaris Indonesia, Raden


Saleh. Berkat pengalamannya dan pendidikan melukisnya di luar negeri seperti di
Belanda, Perancis, dan Jermania ia dapat merintis kemunculan seni rupa Modern
di Indonesia. Lukisannya bernafaskan aliran Romantisisme. Aliran yang sedang
berkembang pesat di masa itu. Biografi dan contoh karya Raden Saleh dapat
disimak disini.

Periode Indonesia Jelita (Mooi Indie)

Masa ini merupakan kelanjutan dari periode perintis, setelah berakhirnya periode
perintis karena meninggalnya Raden Saleh. Nama besar yang muncul di periode
ini adalah Abdullah Surio Subroto dan diikuti oleh anak-anaknya, Sujono
Abdullah, Basuki Abdullah dan Trijoto Abdullah. Pelukis Indonesia lainnya juga
ikut bermunculan seperti Sunoyo, Suharyo, Pringadi, Henk Ngantung, Wakidi,
dll. Periode ini disebut dengan masa Indonesia Jelita karena Senimannya banyak
melukiskan tentang kemolekan atau keindahan alam Hindia-Belanda.

Karya penting Periode Indonesia Jelita:

1. Abdullah SR: Pemandangan di sekitar Gn. Merapi, Pemandangan di Jawa Tengah,


Dataran Tinggi di Bandung
2. Pringadi, melalui lukisan Pelabuhan Ratu
3. Basuki Abdullah: Pemandangan, Gadis sederhana, Pantai Flores, Gadis Bali

Periode PERSAGI

Pada periode ini, Indonesia sedang berjuang untuk mendapatkan hak


kemerdekaannya dari Belanda. Pergolakan di segala bidang pun terjadi, begitu
pula dalam bidang kesenian yang sedang berusaha mencari ciri khasnya, yaitu
Seni Rupa Indonesia. Salah satu seniman besar yang dikenal memiliki kontribusi
tinggi adalah S. Sdjojono. Ia merasa tidak puas dengan periode seni Jelita yang
serba indah, karena dianggap bertolak belakang dengan kejadian yang melanda
tanah air.
Sebagai langkah pergerakannya S. Sudjojono dan Agus Jayasuminta bersama
rekan-rekannya yang lain mendirikan PERSAGI (Persatuan Ahli-ahli Gambar
Indonesia). Persagi bertujuan untuk mengembangkan seni rupa di Indonesia
dengan mencari gaya Indonesia asli. Konsep persagi itu sendiri adalah semangat
dan keberanian, bukan sekedar keahlian melukis, melainkan melukis dengan
tumpahan jiwa.

Karya-karya penting PERSAGI:

1. Sudjojono: Di depan kelambu terbuka, Cap Go Meh, Jongkatan dan Bunga kamboja
2. Agus Jayasuminta: Barata Yudha, Arjuna wiwaha, Dalam Taman Nirwana
3. Otto Jaya: Penggodaan, Wanita impian

seni rupa modern indonesia di depan kelambu terbuka oleh Soedjojono. lukisanku.id

Periode Pendudukan Jepang

Kegiatan seni rupa pada masa ini di dominasi oleh kelompok Keimin Bunka
Shidoso. Kelompok ini membawa misi propaganda pembentukan kekaisaran Asia
Timur Raya yang di inisiasi oleh Jepang. Kelompok ini didirikan oleh tentara Dai
Nippon dan dibantu oleh seniman Indonesia seperti Agus Jayasuminta, Otto Jaya,
Subanto, Trubus, Henk Ngantung.

Namun masyarakat kita juga tidak berhenti berjuang sendiri, kelompok asli
Indonesia mendirikan PUTRA (Pusat Tenaga Rakyat), tokoh-tokoh yang
mendirikan kelompok ini adalah tokoh empat serangkai yaitu: Ir. Sukarno, Moh.
Hatta, KH. Dewantara dan KH. Mas Mansyur. Seniman yang khusus menangani
bidang seni lukis adalah S. Sudjojono dan Affandi. Pelukis yang ikut bergabung
dalam PUTRA diantaranya adalah: Hendra Gunawan, Sudarso, Barli, Wahdi, dll.
Periode Akademi (1950)

Periode ini memulai pengembangan seni rupa Indonesia melalui pendidikan


formal. Lembaga Pendidikan yang bernama ASRI berdiri tahun 1948 kemudiaan
secara formal tahun 1950 Lembaga tersebut mulai membuat rumusan-rumusan
untuk mencetak seniman-seniman dan calon guru seni rupa di Indonesia. Pada
tahun 1959 di Bandung dibuka program Seni Rupa ITB, kemudian dibuka jurusan
pendidikan seni rupa disemua IKIP (Institut keguruan dan ilmu pendidikan)
diseluruh Indonesia.

Periode Seni Rupa Baru

Di sekitar tahun 1974 muncul kelompok baru dalam seni lukis yang dipelopori
oleh Jim Supangkat, S. Prinka, Dee Eri Supria, dkk. Kelompok ini menampilkan
gaya baru dalam seni lukis Indonesia yang terpengaruh oleh keilmuan seni
modern barat. Kelompok ini berusaha untuk membebaskan diri dari batasan-
batasan seni rupa yang telah ada. Konsep kelompok ini adalah:

1. Tidak membedakan disiplin seni


2. Menghilangkan sikap seseorang dalam mengkhususkan penciptaan seni
3. Mendambakan kreatifitas baru
4. Membebaskan diri dari batasan-batasan yang sudah mapan
5. Bersifat eksperimental

Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat)

Lembaga Kebudajaan Rakjat (EYD: Lembaga Kebudayaan Rakyat) atau dikenal


dengan akronim Lekra, merupakan organisasi kebudayaan sayap kiri di Indonesia.
Lekra didirikan atas inisiatif D.N. Aidit, Nyoto, M.S. Ashar, dan A.S. Dharta pada
tanggal 17 Agustus 1950, Lekra mendorong seniman dan penulis untuk mengikuti
doktrin realisme sosialis. Semakin vokal terhadap anggota non-Lekra, kelompok lain
membentuk Manikebu (Manifesto Kebudayaan), akhirnya mengarah ke Presiden
Soekarno untuk melarang itu. Setelah Gerakan 30 September, Lekra dilarang bersama
dengan partai komunis.
Anggota Lekra yang terkenal adalah Pramoedya Ananta Toer, Rivai Apin, dan Hersri
Setiawan.
Lekra didirikan pada bulan Agustus 1950 sebagai respon terhadap Gerakan
Gelanggang sosial-nasionalis, dengan A.S. Dharma sebagai sekretaris jenderal
pertama. Dengan menerbitkan Mukadimah, yang berarti "pengantar", sebagai
panggilan nyata bagi orang-orang muda, terutama seniman dan penulis, untuk
membantu dalam membangun republik rakyat demokratis.[2] Upaya tersebut
dilakukan di ibukota Sumatera Utara Medan dan berhasil di bawah Bakri Siregar.[3]
Pada tahun 1956, Lekra merilis Mukadimah lain, berdasarkan realisme sosialis, yang
disebut seni untuk mempromosikan kemajuan sosial dan mencerminkan realitas
sosial, bukan mengeksplorasi jiwa manusia dan emosi.
Lekra mendesak seniman untuk berbaur dengan orang-orang (turun ke bawah) untuk
lebih memahami kondisi manusia.[2]
Lekra mengadakan konferensi nasional pertama di Surakarta pada tahun 1959, yang
dihadiri Presiden Soekarno.[2]
Mulai tahun 1962, Lekra menjadi semakin vokal terhadap orang-orang itu dianggap
melawan gerakan rakyat, termasuk penulis dan pemimpin agama Haji Abdul Malik
Karim Amrullah dan dokumentarian HB Jassin. Mereka dikritik oleh Lekra, termasuk
Amrullah dan Jassin, kemudian menandatangani Manifes Kebudayaan, atau Manifes
Kebudayaan, pada tahun 1963 sebagai respon; setelah Lekra berkampanye melawan
manifesto, pemerintah Soekarno melarang itu pada tahun 1964,[2] dan dikucilkan
dalam penandatangannya.[4]
Pada tahun 1963, Lekra mengklaim memiliki total 100.000 anggota yang tersebar di
seluruh 200 cabang. Selama periode ini, berada di bawah pengawasan yang lebih ketat
oleh Tentara Nasional Indonesia. Setelah kudeta gagal Gerakan 30 September, yang
populer diyakini telah dipromosikan oleh Partai Komunis, dan diikuti
dengan pembunuhan massal, Suharto pengganti Sukarno dan pemerintah Orde
Baru melarang Lekra bersama-sama dengan organisasi-organisasi komunis terkait
lainnya.[2]
Gaya
Penulis prosa Lekra umumnya dipengaruhi oleh Realisme sastra. Namun, pengaruh
Lekra menjadi semakin propagandis. Sebagian besar karya yang diterbitkan adalah
puisi dan cerita pendek, dengan novel yang jauh lebih jarang.[5]
Warisan
Lekra umumnya lebih berhasil dalam menarik seniman dari penulis, yang
mempengaruhi antara lain Affandi dan Pramoedya Ananta Toer. Tapi sikap vokal
terbuka Lekra terhadap penulis berhaluan non kiri, digambarkan sebagai mirip dengan
pekerjaan yang mencemarkan nama orang lain, menyebabkan permusuhan abadi dan
kepahitan antara penulis kiri dan kanan,[5] yang pada waktu berbatasan
oleh fitnah. Taufiq Ismail, salah satu penandatangan Manifesto Kebudayaan dan
pengecam keras Lekra, digambarkan oleh sarjana sastra Michael Bodden telah
menggunakan "interpretasi yang sangat meragukan" terhadap puisi anggota Lekra
untuk membuktikan bahwa Lekra memiliki pra-pengetahuan tentang Gerakan 30
September, sebuah usaha untuk menggulingkan pemerintahan Soekarno. Bodden
menambahkan bahwa kritikus Ikranegara menolak seluruh tubuh Lekra yang bekerja
dalam sejarah tentang teater Indonesia, tetapi sebaliknya berfokus pada mereka yang
"anti-humanisme".[6]
Sebuah minoritas dari penulis, termasuk Keith Foulcher dari Universitas Sydney dan
Hank Meier, telah berusaha untuk menganalisis gaya Lekra dan pengaruh yang lebih
objektif. Pandangan ini juga menjadi lebih umum dengan kritik pemuda Indonesia.[6]

Manifesto Kebudayaan
Manifes kebudayaan adalah konsep kebudayaan yang mengusung humanisme
universal.[1] Manifes Kebudayaan ini adalah bentuk respon dari teror-teror dalam
ranah budaya yang dilancarkan oleh orang-orang yang tergabung dalam Lekra
(Lembaga Kebudayaan Rakyat).[3] Oleh orang-orang Lekra, Manifes Kebudayaan
yang sering disebut Manifes Kebudayaan diplesetkan oleh orang-orang Lekra menjadi
manikebo yang artinya sperma kerbau.[4]

Naskah Manifes Kebudayaan selesai dikerjakan oleh Wiratmo Soekito pada


tanggal 17 Agustus 1963 pada pukul 04.00WIB. Kemudian naskah tersebut dapat
diterima oleh Goenawan Mohamad dan Bokor Hutasuhut sebagai bahan yang akan
diajukan ke diskusi pada 23 Agustus 1963 di Jalan Raden Saleh 19, Jakarta. Setelah
disetujui, naskah tersebut kemudian diperbanyak dan disebarkan kepada beberapa
kalangan seniman untuk dipelajari terlebih dahulu sebagai landasan ideologi.[5]
Dengan bertempat di Jalan Raden Saleh 19 Jakarta, pada tanggal 23 Agustus tepat
pukul 11.00WIB diadakan rapat untuk membahas Manifes kebudayaan. Rapat ini
dihadiri oleh tiga belas orang yang terdiri dari kalangan seniman dan budayawan.
Ketiga belas orang tersebut adalah H.B Jassin, Trisno Sumandjo, Wiratmo Soekito,
Zaini, Bokor Hutasuhut, Goenawan Mohamad, A. Bastari Asnin, Bur Rasuanto, Soe
Hok Djin, D.S Moeljanto, Ras Siregar, Sjahwil, dan Djufri Tanissan.[5]
Kemudian sidang panitia perumus yang berakhir pada pukul 02.30WIB memutuskan
bahwa Manifestasi Kebudayaan dibagi dalam tiga bagian. Ketiga bagian itu
dijabarkan menjadi Manifes Kebudayaan, Penjelasan Manifes Kebudayaan, dan
Literatur Pancasila. Hasil rumusan ini akan dibawa ke dalam sidang lengkap yang
akan diadakan pada 24 Agustus 1963.[6]
Pada tanggal 24 Agustus 1963 diadakan sidang pengesahan Manifes Kebudayaan
dengan pimpinan sidang Goenawan Mohamad dan sekretaris Bokor Hutasuhut.
Sidang ini dilaksanakan di Jalan Raden Saleh 19 Jakarta dan dimulai pada pukul
13.00WIB. Atas nama panitia, Bokor Hutasuhut melaporkan hasil kerja panitia
perumus yang telah menetapkan Manifes Kebudayaan terdiri dari tiga bagian yaitu
Manifes Kebudayaan, Penjelasan Manifes Kebudayaan, dan Literatur Pancasila.
Secara aklamasi panitia menetapkan hasil sidang yaitu Manifes Kebudayaan tidak
bisa diubah lagi dan Manifes Kebudayaan tidak apriori melahirkan organisasi
kebudayaan. Kemudian, Manifes Kebudayaan ini dipublikasikan lewat surat kabar
Berita Republik dalam ruang “Forum” Sastra dan Budaya No.1, Th I, 19 Oktober
1963 dan majalah Sastra No. 9/10, Th III,1963.
DAFTAR PUSTAKA

FILSAFAT/PEMIKIRAN MODERN
Hadiwijono, Dr. Harun,Sari Sejarah Islam,kanisius,Yogyakarta,1980.
Russell,Bertrand,Sejarah Filsafat Barat Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik
Zaman Kuno hingga Sekarang,Yogyakarta,2002.
Tafsir, Prof.Dr. Ahmad, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai
Carpa,Bandung,2009.
Achmadi Asmoro, Filsafat Umum ,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.
Maksum, Ali. 2010. Pengantar Filsafat. Jogjakarta : Ar Ruzz Media
Drs. Surajiyo,Filasafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia,PT Bumi
Aksara,Jakarta,2008
http://bud1purn4m4.wordpress.com/2011/04/13/pemikiran-aristoteles-tentang-filsafat/
http://id.wikipedia.org/wiki/Aristoteles
http://kolom-biografi.blogspot.com/2008/11/biografi-aristoteles-bapak-ilmu.html
http://nusantara-putra.blogspot.com/
Syafiie, Inu Kencana. 2009. Pengantar ilmu politik. Bandung; Pustaka reka cipta
Hardiman, f.budi. 2011. Pemikiran-pemikiran yang membentuk dunia modern.
Jakarta;Erlangga
Suhelmi, ahmad. 2001. Pemikiran politik barat. Jakarta;PT Gramedia Pustaka Utama
Akhmadi,asmoro.2003. filsafatislam jakarta : Raja Gravindo Persada.
Hadiwijono,Harun.Sari Sejarah Filsafat Barat 2(Cet IX ;Yogyakarta: Kanisius 1993)
R.Ravertz, The Philosophy of Science.diterjemahkan,Saut Pasaribu (Cet I ;Yogykarta:
Pustaka Pelajar 2004)
S.Praja.Juhaya,Aliran-aliran filsafat dan etika.(Cet II;Jakarta:Prenada Media 2005).
SEJARAH SENI RUPA MODERN
https://id.wikipedia.org/wiki/Candi
https://id.wikipedia.org/wiki/Templat:Candi_Hindu_Indonesia
https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Candi_Hindu
https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Candi_Buddha
https://id.wikipedia.org/wiki/Templat:Candi_Buddha_Indonesia
[1]
Agus Sunyoto, Atlas Wali Song, Pustaka Iiman:Depok, 2014, hal.132
[2]
Upacara spiritual yang bertujuan agar orang yang diruwat bebas dari sukerta,
terhindar dari bencana-bencana yang bersifat gaib.
[3]
Ardian Kresna, Mengenal Wayang, (Laksana:Yogyakarta), 2012, hal. 34
[4]
M.Salah, Mahabarata, (Balai Pustaka: Jakarta) 2000, hal.
38
[5]
Dr. Purwadi, M.Hum, Tasawuf Muslim Jawa, hal. 212
[6]
Imam Budhi Santoso, Manusia Jawa mencari kebeningan hati, (DIandra
Pustaka:Yogyakarta) 2013, hal. 15
[7]
Bendung Layung, Atlas Wayang, ,Op.Cit, hal. 469
[8]
Agus Sunyoto, Atlas Wali Song, Pustaka Iiman:Depok, 2014, hal.136
[9]
Ibid, hal.138
[10]
Ardian Kresna, Dunia Semar, (Diva Press:Yogyakarta) 2012, hal. 97
[11]
Amrin Rauf, Jagad Wayang, (Garailmu:Yogyakarta), 2010, hal.5
Bodden, Michael (2010). "Modern Drama, Politics, and the Postcolonial Aesthetics of
Left-Nationalism in Sumatra: The Forgotten Theater of Indonesia's Lekra, 1955-
1965". Dalam Day, Tony. Cultures at War: The Cold War and Cultural Expression in
Southeast Asia. Studies on Southeast Asia. Ithaca, New York: Southeast Asia
Program Publications. ISBN 978-0-8108-4935-8.
Cribb, Robert; Kahin, Audrey (2004). Historical Dictionary of Indonesia. Historical
dictionaries of Asia, Oceania, and the Middle East. Lanham, Maryland: Scarecrow
Press. ISBN 978-0-8108-4935-8.
Rampan, Korrie Layun (2000). Leksikon Susastra Indonesia (dalam bahasa
Indonesian). Jakarta: Balai Pustaka. ISBN 978-979-666-358-3.
D. S. Moeljanto dan Taufiq Ismail (1995). Prahara Budaya: Kilas-Balik Ofensif
Lekra/PKI Dkk. Bandung: Mizan.
K. S., Yudiono, ed. (2007). Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Setiawan, Hersri, ed. (2003). Kamus Gestok. Yogyakarta: Galang Press.

Anda mungkin juga menyukai