Revanza
Makalah sejarah dan dinamika ilmu penget ahuan sebagai agen perubahan sosial persfekt if pendidika…
Abdullah Jalil U L I L A L B A B Pawellangi
a. Socrates
Socrates (470 SM – 399 SM) adalah filsuf dari Athena, Yunani dan merupakan
salah satu figur paling penting dalam tradisi filosofis Barat. Socrates lahir di
Athena, tanggal 4 Juni 470 SM, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli
filsafat besar di Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Plato dan
Aristoteles merupakan murid Socrates. Ayah Socrates berprofesi sebagai pemahat
patung dari batu (stone mason) bernama Sophroniscos. Ibunya adalah seorang
bidan yang bernama Phainarete, dari sinilah Socrates menamakan metodenya
berfilsafat dengan metode kebidanan. Socrates beristri seorang perempuan
bernama Xantippe dan dikaruniai tiga orang anak yaitu Ramprocles, Sophroniscos
dan Menexene. Socrates adalah sosok tokoh filosuf yang penuh teka-teki dalam
sejarah perkembangan filsafat. Ia tidak pernah menulis sebaris kalimatpun dalam
sebuah tulisan. Namun pemikiran-pemikirannya tentang filsafat masih bisa kita
ketahui dari buku yang ditulis oleh muridnya, Plato.
Pemikiran Socrates
Dari hal tersebut timbullah pemikiran-pemikiran yang sangat bermanfaat sampai
sekarang ini. Adapun pemikiran-pemikirannya adalah sebagai berikut:
b. Plato
Plato merupakan salah satu filsuf yang terlahir di Atena pada tahun427 SM, dan
meninggal pada tahun 347 SMdi Atena pula pada usia 80 tahun. Ia berasal dari
keluarga aritokrasi yang turun temurun memegang politik penting dalam politik
Atena. Ia bercita-cita menjadi orang Negara, tapi perkembangan politik dimasanya
tidak memberi kesempatan padanya untuk mengikuti jan hidup yang
diinginkannya itu.
Pemikiran Plato
Menurut Plato Negara ideal menganut prinsip yang mementingkan kebajikan.
Kebajikan menurut Plato adalah pengetahuan, apapun yang dilakukan atas nama
Negara harus dengan tujuan untuk mencapai kebajikan. Atas dasar itulah
kemudian Plato memandang perlunya kehidupan bernegara. Tidak ada cara lain
menurut Plato untuk membangun pengetahuan kecuali dengan lembaga-lembaga
pendidikan, inilah yang kemudian memotivasi Plato untuk mendirikan sekolah
dan akademi pengetahuan.
Plato menilai Negara yang mengabaikan prinsip kebajikan jauh dari Negara yang
didambakan manusia, sehingga Negara yang ideal menurut Plato adalah Negara
yang menjunjung tinggi kebajikan.Plato menggambarkan seorang filsuf adalah
dokter, meski mengetahui penyakit-penyakit yang dialami oleh masyarakat dan
mampu mendiagnosa serta mendeteksi sejak dini Plato beranggapan munculnya
Negara adalah akibat hubungan timbale balik dan rasa saling membutuhkan antar
sesame manusia. Manusia juga dianugrahi bakat dan kemampuan yang tidak
sama, masing-masing memiliki bakat alamiah yang berbeda dan itu menciptakan
saling ketergantungan.
Negara ideal menurut Plato juga didasarkan pada prinsip-prinsip larangan atas
kepemilikan pribadi baik dalam bentuk uang atau harta, keluarga, anak dan istri
inilah yang disebut “NIHILISM”. Plato juga tidak memperkenankan lembaga
perkawinan, tak seorangpun yang dapat mengklaim istri mereka, istri hanya
hanya bias menjadi hak kolektif hubungan seks yang dilakukan tidak boleh
monogam melainkan poligami. Plato melihat lembaga perkawinan telah
mengekang bakat alami manusia dan membuat diskriminasi.
Pemikiran Plato yang anti individualism yang telah merusak kehidupan social
masyarakat Athena, manusia menjadi individualism hanya mementingkan
kebutuhan diri mereka sendiri dan mengabaikan kepentingan orang lain. Ada
tuduhan yang mengatakan bahwa Plato adalah anti demokrasi, argumentasi ini
membenarkan tuduhan itu mengapa Plato menjadi anti demokrasi. Pemikiran
Plato tidak terlepas dalam konteks sosio-hostoris kehancuran Athena. Kehancuran
Athena menurut Plato bukan hanya karena kekalahan Athena dalam perang
pelopenesos. Kemenangan Sparta atas Athena menunjukkan prinsip-prinsip dari
kenegaraan Athena yang demokratis. Inilah yang melahirkan karya-karya Plato
dalam judul republic. Dalam buku ini Plato secara tegas menujukkan simpati dan
kekagumannya kepda system kenegaraan otoriter Sparta dan antipatinya kepada
demokrasi. Plato menuduh kehancuran Athena disebabkan akibat demokrasi yang
lemah dan disintegrasi serta tidak stabil.
Negara ideal menurut Plato adalah City State, Negara yang tidak terlalu luas dan
tidak terlalu kecil. Negara luas akan sulit untuk menjaganya sementara negara
kecil akan sulit dipertahankan karena mudah untuk dikuasai.
c. Aristoteles
Aristoteles atau juga dikenal sebagai bapak ilmu pengetahuan, merupakan salah
satu filusuf yang terkenal pada masa Yunani kuno. Aristoteles lahir di Stagira,
Macedonia, 384 SM. Aristoteles lahir dari keluarga berpendidikan, ayahnya
merupakan ahli fisika dan tabib kerajaan. Pada usia 17 tahun, ia menimba ilmu
pada Plato, filusuf yang terkenal pada masa itu. Plato memiliki sebuah akademi
yang dinamakan akademi Plato, di tempat itu Aristoteles menetap selama dua
puluh tahun. Selain menimba ilmu dari sang senior, Aristoteles juga diangkat
menjadi guru di akademi Plato. Ilmu yang dipelajari oleh Aristoteles berkembang
dalam hal spekulasi filosofis. Aristoteles berhasil mengadopsi ilmu Plato dan
beberapa dari ilmu tersebut bertentangan dengan pendapat Aristoteles sendiri.
Pemikiran Aristoteles
Aristoteles telah melahirkan banyak teori selama 62 tahun hidupnya, bahkan
beberapa teori atau pemikirannya masih diaplikasikan hingga saat ini. Tercatat
kurang lebih seratus tujuh puluh buku hasil tulisan Aristoteles, dimana dalam
buku-buku tersebut terkandung teori-teori buah pemikiran Aristoteles dalam
berbagai disiplin ilmu. Berikut beberapa pemikiran dari Aristoteles:
• Ilmu alam
Dalam ilmu alam, Aristoteles memberikan sumbangan beberapa teori. Berikut
beberapa kontribusi Aristoteles dalam ilmu alam:
• Filsafat
Sebagai bapak ilmu pengetahuan sekaligus filusuf yang ternama pada masa itu,
Aristoteles banyak sekali mengemukakan teori-teori mengenai filsafat. Menurut
Aristoteles filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung
didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
Selain itu, terdapat istilah-istilah ciptaan Aristoteles yang masih digunakan hingga
saat ini, diantaranya “Informasi, relasi, energi, kuantitas, kualitas, individu,
substansi, materi, esensi, dll”
• Seni
Aristoteles menuangkan pemikirannya mengenai seni dengan menulis sebuah
buku berjudul Poetika. Ia mengemukakan bahwa pengetahuan dibangun dari
pengamatan dan penglihatan. Dalam wikipedia disebutkan bahwa menurut
Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material.
Menurut Aristoteles sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang
merupakan hasil chatarsis disertai dengan estetika. Chatarsis adalah
pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan ke luar. Kumpulan perasaan
itu disertai dorongan normatif. Dorongan normatif yang dimaksud adalah
dorongan yang akhirnya memberi wujud khusus pada perasaan tersebut. Wujud
itu ditiru dari apa yang ada di dalam kenyataan
Masa ini disebut juga sebagai Era atau masa Medieval atau juga Abad Kegelapan atau
Dark Ages) dan dimulai setelah masa Nabi Isa bin Maryam ‘alaihis salam
menapakkan kaki di muka Bumi dan berdakwah. Beliau dikenal juga sebagai Isa bin
(anak) Maryam, yang dengan sejumlah perkecualian dan catatan perbedaan mendasar
adalah hampir dapat dikenal sama juga sebagai Yesus Kristus atau Yesus dari
Nazareth dalam khazanah Kristen.
Kegemparan akan datangnya ’Yesus dari Nazareth’ yang tak memiliki ayah dan
nasabnya ditahbiskan kepada Maryam (Maria), ibunya, dan dalam hidup singkatnya
menampilkan berbagai mukjizat luar-biasa itu, mengguncang peradaban manusia di
sekitarnya saat itu, dan banyak orang yang kemudian berspekulasi akan kenyataan ini.
Di masa ini, lahir pula agama Kristen, dan ide-idenya mendominasi relung kehidupan
masyarakat Eropa dan pengikutnya, termasuk para Pemikirnya. Dan wajah peradaban
Barat pada Abad Pertengahan ini, karenanya, didominasi oleh Filsafat Kristen.
Filsafat Kristen atau Abad Pertengahan ini, antara lain bertokohkan Filsuf Plotinus,
(Santo atau Saint) Augustinus atau Augustine, (Saint) Anselmus, Robert Grosseteste,
Roger Bacon, Albert Agung, Thomas Aquinas, dsb. Yang kesemuanya sepakat
mengedepankan iman dogmatis (tak boleh dibantahi) Kristiani, dan telaahnya pun
bersifat religius-dogmatis.Akibat pengaruh hebat dan dominan Agama Kristen yang
didominasi oknum kaum Gerejawan dan Monarki Baratnya dengan segala ragam
tafsir dogmatisnya.
Dan tak pelak pemanfaatan Platonisme ala Yunani Kuno (dicetuskan Plato) yang
mengajarkan bahwa kebenaran itu sudah ada dengan sendirinya dan berpusat kepada
Tuhan namun berjenis dan berbungkus baru, yang disebut sebagai Neo-Platonisme,
menjadi gencar dan ditahbiskan sepenuhnya tanpa telaah kristis kepada iman
Kristiani. Ini, mau tak mau mendukung pula klaim dogmatis akan kebenaran Kristen.
Para ahli Filsuf dan Agamawan mereka di saat itu karenanya teguh bermottokan
”Credo et intelligam” atau ”Keyakinan (keimanan agama) berkedudukan di atas
pemikiran (logika), keyakinan mengungguli pemikiran” atau lebih mudahnya, ”Yakini
dulu sesuatu, baru carikan alasan untuk menjelaskannya”.
Maka, dengan sendirinya, Akal (di Barat) benar-benar kalah pada masa ini (terutama
terlihat pada isi Filsafat dari Plotinus, Augustinus, Anselmus). Bahkan potensi
pemanfaatan akal diganti mutlak oleh Augustinus dengan Iman dogmatis, sebelum
penghargaan terhadap potensi Akal sempat muncul kembali kemudian pada masa
Thomas Aquinas di akhir masa Abad Pertengahan itu.
Dan karenanya pula, Aquinas kemudian ditentangi hebat dan dibenci sebagian besar
masyarakat gereja yang terlanjur menjadi pendukung jalur hati iman Kristiani yang
dalam hal ini sebagaimana telah disebutkan di atas adalah iman mutlak dogmatis
kristiani yang tidak mengindahkan telaah kritis akal.
Ini juga tak pelak menyebabkan masyarakat Barat di masa itu secara luas menjadi
percaya dan beriman dogmatis akan ‘rasa hati’ (atau yang adalah agama, Kristen,
lebih tepatnya Kristen Katolik, bagi mereka), karena menurut mereka agama adalah
rasa hati dan Filsafat adalah pemikiran. Filsafat dan Agama itu sendiri, satu hal yang
di masa sesudahnya terutama masa Thomas Aquinas, dicoba untuk disatu-padukan
namun menemui sejumlah kendala sampai masa Modern merebak.
Dan kenyataan ini bagi sebagian orang lain, misalnya rakyatnya yang mereka pimpin,
artinya juga adalah kesemena-menaan yang diorganisasikan. Kekuasaan absolut
negara dan pusat-pusat kesejahteraan masyarakat saat itu dipegang mutlak oleh Gereja
dan Kerajaan, dengan pajak sistem Feodalisme berdasarkan tafsir mereka terhadap
iman Kristiani dan bahwa Gereja adalah wakil Tuhan di Bumi dan bahwa sistem
pemerintahan yang terbenar adalah Kerajaan Kristiani penyokongnya. Golongan
Ksatria, dan Raja adalah pelindung rakyat dan rakyat harus membayar pajak kepada
mereka yang penafsirannya seringkali dianggap semena-mena oleh rakyat.
Di saat Zaman Kegelapan, segala keputusan pemerintah dan hukum negara tidak
diambil berdasarkan demokrasi di parlemen seperti ketika zaman Kekaisaran
Romawi. Keputusan tersebut diambil oleh majelis dewan Gereja. Tidak setiap
individu berhak berpendapat, karena pada zaman itu yang berhak mengeluarkan
pendapat keputusan adalah para ahli agama. Gagasan tentang Dark Age berasal dari
Petrarch (seorang humanis,cendekiawan dan penyair Italia) pada tahun 1330-an. Dia
menulis tentang orang-orang yang hidup sebelum dia, ia berkata: "Di tengah
kesalahan bersinar seorang genius, mata mereka melihat dengan tajam meskipun
mereka dikelilingi oleh kegelapan yang sangat pekat ". Para penulis yang beragama
Kristen, termasuk Petrarch sendiri telah lama menggunakan kiasan " terang melawan
gelap "untuk menggambarkan" kebaikan melawan kejahatan ". Petrarch adalah orang
pertama yang menggunakan kiasan dan memberikan makna sekuler dengan
membalikkan penerapannya. Zaman klasik telah lama dianggap sebagai zaman
"gelap" karena kurangnya kekristenan yang dilihat oleh Petrarch sebagai zaman
"cahaya" karena prestasi dan pencapaian kultural, sedangkan pada zaman Petrarch,
diduga kurang prestasi budaya sehingga Petrarch memandangnya sebagai zaman
kegelapan (dark age).
Abad pertengahan merupakan zaman dimana Eropa sedang mengalami masa suram.
Berbagai kreativitas sangat diatur oleh gereja. Dominasi gereja sangat kuat dalam
berbagai aspek kehidupan. Agama Kristen sangat mempengaruhi berbagai kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah. Seolah raja tidak mempunyai kekuasaan, justru malah
gereja lah yang mengatur pemerintahan. Berbagai hal diberlakukan demi kepentingan
gereja, tetapi hal-hal yang merugikan gereka akan mendapat balasan yang sangat
kejam. Contohnya, pembunuhan Copernicus mengenai teori tata surya yang
menyebutkan bahwa matahari pusat dari tata surya, tetapi hal ini bertolak belakang
dari gereja sehingga Copernicus dibunuhnya.
Pemikiran manusia pada Abad Pertengahan ini mendapat doktrinasi dari gereja.
Hidup seseorang selalu dikaitkan dengan tujuan akhir (ekstologi). Kehidupan manusia
pada hakekatnya sudah ditentukan oleh Tuhan. Maka tujuan hidup manusia adalah
mencari keselamatan. Pemikiran tentang ilmu pengetahuan banyak diarahkan kepada
theology. Pemikiran filsafat berkembang sehingga lahir filsafat scholastik yaitu suatu
pemikiran filsafat yang dilandasi pada agama dan untuk alat pembenaran agama. Oleh
karena itu disebut Dark Age atau Zaman Kegelapan.
Abad pertengahan merupakan abad kebangkitan religi di Eropa. Pada masa ini agama
berkembang dan mempengaruhi hampir seluruh kegiatan manusia, termasuk
pemerintahan. Sebagai konsekuensinya, sains yang telah berkembang di zaman klasik
dipinggirkan dan dianggap sebagai ilmu sihir yang mengalihkan perhatian manusia
dari pemikiran ketuhanan.
Eropa dilanda Zaman Kegelapan sebelum tiba Zaman Pembaharuan. Yang dimaksud
Zaman Kelam atau Zaman Kegelapan ialah zaman masyarakat Eropa menghadapi
kemunduran intelektual dan kemunduran ilmu pengetahuan Menurut Ensikopedia
Amerikana, zaman ini berlangsung selama 600 tahun, dan bermula antara zaman
kejatuhan Kerajaan Romawi dan berakhir dengan kebangkitan intelektual pada abad
ke-15 Masehi.
Gelap juga dianggap sebagai tidak adanya prospek yang jelas bagi masyarakat Eropa.
Keadaan ini merupakan wujud kekuasaan agama, yaitu gereja Kristiani yang sangat
berpengaruh. Gereja serta para pendeta mengawasi pemikiran masyarakat serta juga
politik. Mereka berpendapat hanya gereja saja yang pantas untuk menentukan
kehidupan, pemikiran, politik dan ilmu pengetahuan. Akibatnya kaum cendekiawan
yang terdiri daripada ahli-ahli sains merasa mereka ditekan dan dikawal ketat.
Pemikiran mereka pun ditolak dan timbul ancaman dari gereja, yaitu siapa yang
mengeluarkan teori yang bertentangan dengan pandangan gereja akan ditangkap dan
didera, malah ada yang dibunuh. segala keputusan pemerintah dan hukum negara
tidak diambil berdasarkan demokrasi di parlemen seperti ketika zaman kekasiaran
Roma. Keputusan tersebut diambil oleh majelis dewan Gereja. Tidak setiap individu
berhak berpendapat, karena pada zaman itu yang berhak mengeluarkan pendapat-
keputusan adalah para ahli agama. (lihat perilaku kaum Salafy yang kini justru meniru
mereka) Bahkan segala sesuatu yang bertentangan dengan penafsiran dewan gereja
merupakan pelanggaran hukum berat.
Akibatnya setiap inovasi yang berasal dari kaum ilmuan selalu digagalkan oleh dewan
gereja. Ya itu tadi pokoknya bila dewan gereja tidak paham dan tidak memiliki dasar
argumen yang kuat di dalam injil maka inovasi tersebut merupakan perkara
pelanggaran agama berat. Salah satu yang menjadi korbannya adalah Nicholas
Coppernicus yang berakhir tragis akibat teorinya yang mengatakan akibat terlalu
banyak intervensi dewan Gereja pada sendi-sendi kehidupan, termasuk juga
pelarangan terhadap temuan maupun inovasi baru yang tidak ada pada injil maka
akhirnya terjadi stagnasi secara multi dimensi yang lambat laun berimbas pada
timbulnya krisis multi dimensi
Masa Renaissance
Masa Renaissance adalah masa dimana para ahli pikir berupaya melepaskan diri dari
dogma agama. Renaissance adalah sebuah gerakan budaya yang berkembang pada
periode kira-kira dari abad ke-14 sampai abad ke-17, dimulai di Italia pada Abad
Pertengahan Akhir (Abad Pertengahan Akhir atau Zaman Pertengahan Akhir adalah
sebuah zaman dari sejarah Eropa yang utamanya meliputi abad ke-14 sampai ke-15
(sekitar 1301–1500). Tentunya ada manfaatnya apabila menyelami seluk beluk
modernisasi suatu bangsa dan negara, khusunya Italia dan Eropa.
A. Nicollo Machiavelli
Filsuf ini hidup di zaman renaisans, sebagai seorang yang terlibat politik.
Machiavelli adalah nama seorang genius yang sangat besar perannya dalam
sejarah.Pikiran-pikirannya diam-diam atau terang-terangan ternyata menjadi
ptaktik politik dibanyak Negara dewasa ini, diabad ke-20 ini. Karena itu adalah
suatu kelalaian besar melewatkan gagasannya.
PEMIKIRAN FILSUF MACHIAVELLI
Menurut machiavelli yang terpenting dalam politik pemerintahan Negara adalah
kekuasaan, dia menghalalkan segala cara untuk tetap berkuasa. Jadi yang dianjurkan
bukan bagaimana melaksanakan etika bernegara yang baik tapi bagaimana seseorang
atau sekelompok orang dapat merebut kekuasaan dan memepertahankannya.
Sebagai contoh dalam bukunya yang terkenal berjudul il principe (buku ini adalah
kumpulan surat-surat yang diterbitkan orang lain setelah niccollo Machiavelli
meninggal dunia). Dia menulis bahwa agar penguasa dijunjung tinggi dan dihormati
oleh rakyatya, maka dia harus berpura-pura bahwa dia memihak seseorang atau
menentang seseorang, dengan demikian antara dia dan rakyat timbul jiwa korzak,
senasib sepenanggungan, sebangsa senegara. Jadi tidak memihak sama sekali
seseorang pemipimpin, bagi Machiavelli mengajarkan bahwa untuk menundukkan
musuh-musuh politik, maka lawan politik tersebut harus dimusnahkan musuh-musuh
politik, maka lawan politik tersebut harus dimusnahkan (genocide) sampai ke anak
cucunya tanpa ampun, dengan begitu memang Machiavelli mengkombinasikan antara
kelicikan (cunning) dengan sikap tidak mengenal belas kasihan.
Machiavelli lebih jauh berpendapat bahwa dalam praktek kekuasaan yang nyata, tidak
ada hubungan antara kekuasaan tersebut dengan etika bernegara, karena Negara itu
bagi Machiavelli bersifat secular, termasuk didalam berbagai perebutan kekuasaan,
sedangkan atika berkaitan dengan norma yang berkenaan dengan peraturan tuhan
yang transedental sifatnya, yaitu dianggap berorientasi pada dunia ghaib.
Praktik-praktik busuk kekuasaan yang sering dihubung-hubungkan dengan
Machiavelli misalnya taktik “Machiavellian” seorang dictator.
Agama hanyalah salah satu pranata dalam kehidupan bermasyarakat yang bisa
difungsikan. Dalam hal ini, gagasan emngenai agama bersifat secular.
• Kelihaian yang melampaui moralitas (mobilisasi nafsu-nafsu rendah dalam
politik)
”seorang pangeran harus mampu bermain baik sebagai manusia maupun sebagai
binatang buas… sang pangeran harus bisa memakai kedua kodrat itu… yang satu
tanpa yang lin tak dapat ada. Dan karena seorang pangeran harus mampu bermain
sebagai binatang buas, dia harus mencontoh rubah dan singa; karena singa tak lepas
dari jerat dan rabah tak bisa lolos dari serigala. Jadi, dia harus menjadi rubah untuk
mengenali, dan menjadi singan untuk menakut-nakuti serigala-serigala. Mereka yng
hanya mencontoh singa tak tahu apa-apa. Seorang penguasa yang credit bisa dan
karenanya juga tak harus menempati kata-katanya, jika hal itu merugikannya dan alas
an-alasan… mencolok. Andaikata semua manusia baik, nasihat itu kirannya tak ada
artinya; tetapi karena mereka tak banyak faedahnya dan kata-kata mereka tak ditepati,
untuk mereka kau juga tak perlu menempatinya. Juga seorang pangeran jangan
habisan alas an baik untuk mamanis-maniskan pelanggaran janjinya” {Machiavelli, II
princie, Bab 18}
Pandangan mochiavelli yang terdapat dalam bukunya il principe soal hubungan antara
politik dan moralitas yang dipandangan ini ada hubungannya dengan pandangan dia
tentang manusia. Diabad pertengahan, para pemikir mengagungkan manusia sebagai
citra Allah.
Pandangan ini tidak disetujuinya. Mengoyahkan anggapan lazim itu, dia memandang
manusia sebagi suatu makhluk yang dikendalikan oleh kepentingan diri. Manusia
adalah makhluk irasional yang tingkah-lakunya diombang-ambingkan oleh emosi-
emosinya. Kalau keadaan manusia semacam itu, menurut Machiavelli, seorang
penguasa harus bisa membentuk opini umum yang bisa mengendalikan tingkah laku
warganya. Karena itu untuk memperkokoh kekuasaan, penguasa harus mampu
memobilisasi nafsu-nafsu rendah mereka yang ingin dikuasai demi maksud-
maksudnya sendiri.
Dalam rangka dominasi menurut Machiavelli, seorang penguasa tidak perlu
memperhatikan pertimbangan-pertimbangan moral.
Penguasa bisa saja bertindak sangat moralities, missal menunjukkan kemurahan hati,
sikap saleh, manusiawi, jujur, tetapi semua itu harus berfungsi untuk maksud-
maksudnya. Kalau keadaan menuntut demi kuasaan juga, dia harus bisa mengambil
sikap yang sebaliknya. Demikian pula, perjanjian-perjanjian tidak perlu mutlak
dipatuhi seorang penguasa, sebab perjanjian hanyalah menunda perang.
Berbeda dengan para pemikir adab pertegahan seperti santo augustinus dan Thomas
Aqquias yang mengkaitakan kekuasaan dan Negara dengan agama dan tuhan maupun
moralitas, Machiavelli justru berpendapat baha kekuasaan hendaknya dipisahkan dari
semua itu.
Tidak ada kaitan atau relavasi antara kekuasaan dengan teologi keristen, kecuali sejuh
agama moral itu meiliki nilai utilitarianisme bagia kekuasaan dan Negara.
Tidak seperti pemikir abad pertngahan, Machiavelli melihat kekuasaan sebagi tujuan
itu sendiri. Ia mnyanhkal asusi bahwa kekuasaan adalah alat intrumen belakan untuk
memeprthankan nilai-nilai moralitas, etika atau agama.
Bagi machiavelii segala kebajikan, agama, moralitas justru harsu dijadikan dijadikan
alat untukmemperoleh dan meperbesar kekusaan. Bukan sebaliknya, jadi kekuasaan
haruslah diperoleh digunakan dan diperthakan semata –mata demiki kekuasaan itu
sendiri.
Dengan pandangan itu machivelli menolak tegas diktrin Aquinas tentang gambaran
penguasa yang baik.
Aquinas dalam karyanya the government of prince berpendapat bahwa penguasa yang
baik harus menghindari godaan kejayaan dan kekayaan-kekayaan duniawi agar
memperoleh ganjaran surgawi kelak.
Bagi Machiavelli justru terbalik, penguasa yang baik harus berusaha mengejar
kekayaan dan kejayaan karena keduannya harus berusaha mengerjar kekayaan dan
kejayaan Karen keduanya merupakan nasib mujur yang dimiliki seorang penguasa.
Bagi machiavelii kekuasaan adalah rasion d’etre Negara.
Negara juga merupakan simbolisasi tertinggi kekuasaan poltik yng sifatnya mencakup
semua dan mutlak.
Machiavelli membahas perebutan kekeuasaan, bila seseorang penguasa berhasil
merebut suatu kerajaan maka ada cara memerintah dan memepertahankan Negara
yang baru saja direbut itu.
Pertama memusnahkan dan membumihanguskan Negara dan membunuh keluarga
penguasa lama.
Kedua melalukan kolonisasi, mendirikan pemukiman baru.
tetapi menurut Machiavelli cara yang efektif adalah cara yg pertama meskipun
bertentangan dengan aturan moralitas.
Dalam the prince machavelli juga menguraikan bahwa mereka yang menjadi
penguasa lewat cara-cara keji, kejam, dan jahat tidaklah dapat direbut memperolah
kekuasaan berdasarkan kebajikan dan nasib baik.
Cara seperti ini yang di praktikkan Agathocles yang membunuh secara biadab semua
senior Syracuse demi menduduki tahta kekuasaan, memang bisa menjadikan mereka
penguasa Negara.
Tetapi kata Machiavelli penguasa itu tidak akan dihormati dan dipija sebagai
pahlawan.
Apalagi setelah berkuasa ia menjadikan kekerasan, kekejaan dan perbuatan keji
lainnya sebagai bagian dari kehidupan politik sehari-hari.
Machiavelli menyimpulkan bahwa cara-cara itu hanya akan menjadikan sang
penguasa berkuasa tetapi tidak menjadikan terhormat, pahlawan atau orang besar.
Masa Aufklarung
Filsafat abad ke-18 di Jerman disebut Zaman Aufklarung atau zaman pencerahan
yang di Inggris dikenal dengan Enlightenment, yaitu suatu zaman baru dimana
seorang ahli pikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara
rasionalisme dengan empirisme. Zaman ini muncul dimana manusia lahir dalam
keadaan belum dewasa dalam pemikiran filsafatnya.Namun setelah Immanuel Kant
mengadakan penyelidikan dan kritik terhadap peran pengetahuan akal barula manusia
terasa bebas dari otoritas yang datang dari luar manusia demi kemajuan peradaban
manusia. Pemberian nama ini juga dikarenakan pada zaman itu manusia mencari
cahaya baru dalam rasionya.
Tokoh Filsuf Berpengaruh Di Tiga Negara Eropa
Bentuk Puncak Candi Bagian teratas atau puncak Bagian teratas atau puncak
pada bangunan candi pada bangunan candi
Hindu disebut Ratna yang Bundha disebut Stupa yang
bentuknya meruncing. bentuknya tambun.
Hiasan Relung dan Gawang Pada candi Hindu terdapat Gawang pintu pada
Pintu pada Candi hiasan kepala Kala tengah bangunan candi Budha
yang terlihat menyeringai umumnya berupa Gaya
lengkap dengan bagian Kala Makara, yaitu kepala
rahang bawah. Hiasan ini Kala dengan peringai
diletakan di bagian atas mulut yang mengaga lebar
pintu. Pada pintu juga namun tanpa rahang
tidak terdapat Makara. bagian bawah. Hiasan ini
biasanya berada di atas
pintu utama dan terhubung
dengan Makara ganda.
Style Hiasan Relief pada Candi Pada sebagian besar Pada sebagian besar
bangunan candi Hindu, bangunan candi Budha,
hiasan relief terlihat lebih hiasan relief terlihat lebih
rendah dan teksturnya tinggi serta bertekstur
tidak terlalu menonjol. menonjol. Gambar relief
Gambar relief lebih mirip dibuat dengan gaya
dengan tokoh-tokoh natural.
pewayangan Bali.
2. Uraikan transformasi penting seni klasik wayang sejak masa Hindu Budha
sampai zaman Islam (dari wayang Beber sampai wayang kulit Purwa)
WAYANG PADA PERIODE PENYEBARAN AGAMA HINDU-BUDDHA
Pada masa kerajaan Majapahit, seni pertunjukkan kesenian umumnya berkaitan
dengan fungsi-fungsi ritual yang mengacu pada nilai-nilai budaya agraris yang
berhubungan dengan kegiatan keagamaan Hindu-Buddha.Seni pertunjukkan yang
berkaitan dengan fungsi-fungsi ritual keagamaan memiliki ciri-ciri
khas.[1] Pertunjukkan tersebut membutuhkan tempat pertunjukkan yang dipilih yang
lazimnya dianggap sakral, bahkan tidak berhenti disakralnya tempat akan tetapi
pilihan hari dan waktupun harus tepat.
Pemain pertunjukkan dianggap bersih atau suci secara spiritual.Selama pertunjukkan
dibutuhkan bermacam-macam sesaji karena nilai tujuan spiritual lebih diutamakan
daripada nilai estetis.Sehingga, pemain beserta semua anggota yang berhubungan
dengan pertunjukkan harus menggunakan busana khusus.
Akan tetapi fungsi dari wayang pada periode Hindu-Buddha, tidak sebatas pada ritual
peruwatan atau ranah spiritual saja.Karena, fungsi wayangpun berkembang dengan
seiring berkembangnya peradaban.Didalam periode ini, wayang diikutsertakan
didalam ranah politik kerajaan.Penontonnya pun terbatas hanya kalangan Istana.[3]
Etika dan Moral yang tidak seirama dengan dengan konsep Tauhid
Penyusunan pakem cerita pewayanganpun, masih bernuansa Hindu-Budda. Serta
masih banyak ditemukan nilai-nilai etika dan moral yang tidak sesuai
dengan Tauhid. Misalnya, didalam epos Mahabharata asli dari india, dikisahkan
Drupadi melakukan poliandri. Didalam pewayangan Hindu-Buddha, Drupadi adalah
istri dari kelima bersaudara Pandawa.[4]
Akan tetapi kisah poliandri ini tidak akan pernah ditemukan didalam kisah
pewayangan Islam. Karena Poliandri tidak dibenarkan didalam ajaran Islam.Hal-hal
yang bernuansa kedewaan pun mempunyai kekuasaan dan kebenaran
mutlak.Tembang-tembang pengiring ritual wayangpun bermakna puji-pujian bagi
para dewata.
Unsur-unsur animisme dan dinamisme ataupun kehinduan telah dihilangkan dan diisi
ulang oleh nilai-nilai moral dan falsafah Qur’ani.Penyebaran Islam di Tanah Jawa
berlangsung dengan cepat dan mudah.Para masyarakat menerima kehadiran agama
baru ini pun dengan jalan damai tanpa kekerasan. Kehadiran WaliSongo di Nusantara,
mempunyai peran penting dalam penyebaran agama Islam.
Setiap Wali mempunyai pendekatan berbeda-beda dalam pengajaran nilai-nilai
keislaman.Beberapa wali menggunakan pendekatan tradisi, budaya dan kesenian,
salah satunya adalah Sunan Kalijaga.
KARAKTERISTIK TAUHID
Wayang di periode penyebaran Islam mempunyai karaterisktik yang berbeda dengan
wayang yang beredar diperiode-periode sebelumnya.Para Wali telah menanamkan
nilai-nilai ketauhidan tidak hanya ditampilannya ataupun yang nampak saja.Akan
tetapi dari berbagai macam tokoh, lakon bahkan hingga hal-hal sederhana pelengkap
pertunjukkan wayang itu sendiri.
Para pecinta pewayangan telah sependapat untuk memberikan predikat pada wayang
sebagai kesenian klasik tradisional adiluhung, bernilai tinggi. Nilai adiluhung pada
wayang ditentukan oleh nilai dan fungsinya yang serba ganda seperti nilai hiburan,
seni, pendidikan, ilmiah, rohani bahkan religius.[5]
Wali Sanga telah mengaktifkan media wayang untuk peragaan fungsi watak dan tugas
wali serta mubaligh Islam.Wayang, seperti halnya pada periode penyebaran agama
Hindu yang difungsikan sebagai perantara penyebaran agama, Islampun
mengfungsikan wayang sebagai media komunikasi dakwah kepada masyarakat.
HUMANISASI DEWATA
Media Wayangpun mengalami banyak perubahan nilai-nilai dan filsafat
keberadaannya. Nilai-nilai yang bertentangan dengan ajaran Islam ditolak dan nilai-
nilai yang masih sesuai dengan norma Islam dikelola sebaik mungkin. Seperti halnya
terjadi proses humanisasi dewa-dewa dalam dunia perwayangan. Didalam wayang
Hindu, dewa adalah kebenaran mutlak yang tidak bisa diubah lagi.Kekuasaan
tertinggi adalah wujudnya para dewa.
Akan tetapi ketika lakon-lakon tersebut ditangani oleh para Wali, maka posisi dewa
dijatuhkan.Dewa pun bisa mengalami kesalahan.Dewapun bisa dihinakan dan
dihukum.Seperti fenomena Semar, Semar adalah dewa yang mengalami kutukan
menjadi batur.[6]Maka, didalam salah satu fenomena inilah dapat disimpulkan, bahwa
para Wali telah mengubah nilai-nilai Hindu dan diIslamisasikan.
Jika didalam Wayang Hindu, Dewa adalah kekuasaan tertinggi, maka didalam
pewayangan Jawa dinyatakan bahwa diatas Dewa masih ada Sang Pencipta.Bahkan
karena, manusia Jawa beranggapan seakan-akan wayang telah terjadi diatas Tanah
Jawa, maka silsilah wayangpun masuk kedalam silsilah Nabi Adam.[7]Para Dewa
yang ada diwayang Hindupun dimanusiakan dan masuk kedalam silsilah keturunan
Nabi Adam AS.
Lalu para wali merubah bentuk wayang menjadi gambaran pipih dua dimensi dengan
gaya dekoratif menjauhi kesan bentuk manusia. [8]Wayang tidak lagi digambar diatas
kain, melainkan digambar diatas selembar kulit kerbau dengan warna putih dan
hitam.Wayang tidak lagi berwujud gambar utuh, tetapi berupa satu-satuan gambar
lepas dengan tangan menyatu dengan tubuh.
Pada dasawarsa kedua awal abad ke-16, atas kreatifitas salah seorang tokoh Wali
Songo, Sunan Kalijaga, maka wayang disempurnakan dengan tangan bisa digerakkan
dan warna-warna yang digunakan makin beraneka macam.
PENYUSUNAN PAKEM
Para Walipun menyusun pakem cerita pewayangan yang tidak bertentangan dengan
nilai-nilai Tauhid.Hal-hal yang kontradiktif dengan nilai-nilai Islam dirubah dan
diselaraskan dengan tauhid.Seperti, kisah drupadi yang telah dijelaskan
sebelumnya.Didalam kisah pewayangan Islam, Drupadi adalah istri dari Yudhistira
saja putra tertua Pandawa.[9]
Selain itu munculah tokoh Punakawan yang mempunyai banyak peran didalam
menegakkan kebenaran didunia pewayangan.Punakawan secara harfiah adalah simbol
atau pola dari pembantu pimpinan yang ideal.[10]Ideal yang berarti adalah sosok dari
ajudan yang dapat dipercaya, jujur, cerdik serta bijaksana.
Dalam memetamorfisiskan wayang, Sunan Kalijaga mendapatkan andil besar
didalamnya.Salah satunya adalah pereformasian bentuk-bentuk wayang yang
sebelumnya berbentuk menyerupai manusia dan akhirnya menjadi gambar dekoratif
dengan proporsi tubuh yang tidak mirip dengan manusia.
Ramayana dan Mahabharata yang sudah disesuaikan dengan tradisi Islam tersebut,
bahkan divisualisasikan dengan pertunjukkan wayang. Sehingga, masyarakat yang
terpesona dengan alur pakem yang islami tersebut akan menganggap seolah-seolah
Ramayana dan Mahabharata versi Wali adalah versi yang asli atau induknya.
Maka, diperiode Islam wayang digunakan sebagai sarana dakwah religius, komunikasi
sosial, suara kebudayaan, Hiburan, bahkan Industri.[11]Para Wali aktif memanfaatkan
wayang dalam penarikan minat sosial.Karena, wayang dianggap sarana yang mudah
dan memudahkan dalam menciptakan lingkungan yang diinginkan.
3. Uraikan masa perintisan seni rupa modern barat sejak zaman R Saleh, periode
Mooi Indie, Persagi, dan rivalitas antara aliran kerakyatan Lekra dan
humanisme universal Manikebu
Sejarah Seni Rupa Modern
Disini Indonesia telah terbentuk sebagai koloni Belanda dan masih bernama
Hindia-Belanda. Perjalanan seni rupa modern Indonesia terbata-bata dibawah
penjajahan VOC. Meskipun begitu program kolonialisasi Belanda berhasil
mencetak setidaknya satu orang yang diketahui merintis seni rupa di negeri ini.
Periode itu kemudian menstimulus periode seni rupa modern lainnya. Periode-
periode seni rupa modern tersebut adalah sebagai berikut.
Masa ini merupakan kelanjutan dari periode perintis, setelah berakhirnya periode
perintis karena meninggalnya Raden Saleh. Nama besar yang muncul di periode
ini adalah Abdullah Surio Subroto dan diikuti oleh anak-anaknya, Sujono
Abdullah, Basuki Abdullah dan Trijoto Abdullah. Pelukis Indonesia lainnya juga
ikut bermunculan seperti Sunoyo, Suharyo, Pringadi, Henk Ngantung, Wakidi,
dll. Periode ini disebut dengan masa Indonesia Jelita karena Senimannya banyak
melukiskan tentang kemolekan atau keindahan alam Hindia-Belanda.
Periode PERSAGI
1. Sudjojono: Di depan kelambu terbuka, Cap Go Meh, Jongkatan dan Bunga kamboja
2. Agus Jayasuminta: Barata Yudha, Arjuna wiwaha, Dalam Taman Nirwana
3. Otto Jaya: Penggodaan, Wanita impian
seni rupa modern indonesia di depan kelambu terbuka oleh Soedjojono. lukisanku.id
Kegiatan seni rupa pada masa ini di dominasi oleh kelompok Keimin Bunka
Shidoso. Kelompok ini membawa misi propaganda pembentukan kekaisaran Asia
Timur Raya yang di inisiasi oleh Jepang. Kelompok ini didirikan oleh tentara Dai
Nippon dan dibantu oleh seniman Indonesia seperti Agus Jayasuminta, Otto Jaya,
Subanto, Trubus, Henk Ngantung.
Namun masyarakat kita juga tidak berhenti berjuang sendiri, kelompok asli
Indonesia mendirikan PUTRA (Pusat Tenaga Rakyat), tokoh-tokoh yang
mendirikan kelompok ini adalah tokoh empat serangkai yaitu: Ir. Sukarno, Moh.
Hatta, KH. Dewantara dan KH. Mas Mansyur. Seniman yang khusus menangani
bidang seni lukis adalah S. Sudjojono dan Affandi. Pelukis yang ikut bergabung
dalam PUTRA diantaranya adalah: Hendra Gunawan, Sudarso, Barli, Wahdi, dll.
Periode Akademi (1950)
Di sekitar tahun 1974 muncul kelompok baru dalam seni lukis yang dipelopori
oleh Jim Supangkat, S. Prinka, Dee Eri Supria, dkk. Kelompok ini menampilkan
gaya baru dalam seni lukis Indonesia yang terpengaruh oleh keilmuan seni
modern barat. Kelompok ini berusaha untuk membebaskan diri dari batasan-
batasan seni rupa yang telah ada. Konsep kelompok ini adalah:
Manifesto Kebudayaan
Manifes kebudayaan adalah konsep kebudayaan yang mengusung humanisme
universal.[1] Manifes Kebudayaan ini adalah bentuk respon dari teror-teror dalam
ranah budaya yang dilancarkan oleh orang-orang yang tergabung dalam Lekra
(Lembaga Kebudayaan Rakyat).[3] Oleh orang-orang Lekra, Manifes Kebudayaan
yang sering disebut Manifes Kebudayaan diplesetkan oleh orang-orang Lekra menjadi
manikebo yang artinya sperma kerbau.[4]
FILSAFAT/PEMIKIRAN MODERN
Hadiwijono, Dr. Harun,Sari Sejarah Islam,kanisius,Yogyakarta,1980.
Russell,Bertrand,Sejarah Filsafat Barat Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik
Zaman Kuno hingga Sekarang,Yogyakarta,2002.
Tafsir, Prof.Dr. Ahmad, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai
Carpa,Bandung,2009.
Achmadi Asmoro, Filsafat Umum ,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.
Maksum, Ali. 2010. Pengantar Filsafat. Jogjakarta : Ar Ruzz Media
Drs. Surajiyo,Filasafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia,PT Bumi
Aksara,Jakarta,2008
http://bud1purn4m4.wordpress.com/2011/04/13/pemikiran-aristoteles-tentang-filsafat/
http://id.wikipedia.org/wiki/Aristoteles
http://kolom-biografi.blogspot.com/2008/11/biografi-aristoteles-bapak-ilmu.html
http://nusantara-putra.blogspot.com/
Syafiie, Inu Kencana. 2009. Pengantar ilmu politik. Bandung; Pustaka reka cipta
Hardiman, f.budi. 2011. Pemikiran-pemikiran yang membentuk dunia modern.
Jakarta;Erlangga
Suhelmi, ahmad. 2001. Pemikiran politik barat. Jakarta;PT Gramedia Pustaka Utama
Akhmadi,asmoro.2003. filsafatislam jakarta : Raja Gravindo Persada.
Hadiwijono,Harun.Sari Sejarah Filsafat Barat 2(Cet IX ;Yogyakarta: Kanisius 1993)
R.Ravertz, The Philosophy of Science.diterjemahkan,Saut Pasaribu (Cet I ;Yogykarta:
Pustaka Pelajar 2004)
S.Praja.Juhaya,Aliran-aliran filsafat dan etika.(Cet II;Jakarta:Prenada Media 2005).
SEJARAH SENI RUPA MODERN
https://id.wikipedia.org/wiki/Candi
https://id.wikipedia.org/wiki/Templat:Candi_Hindu_Indonesia
https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Candi_Hindu
https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Candi_Buddha
https://id.wikipedia.org/wiki/Templat:Candi_Buddha_Indonesia
[1]
Agus Sunyoto, Atlas Wali Song, Pustaka Iiman:Depok, 2014, hal.132
[2]
Upacara spiritual yang bertujuan agar orang yang diruwat bebas dari sukerta,
terhindar dari bencana-bencana yang bersifat gaib.
[3]
Ardian Kresna, Mengenal Wayang, (Laksana:Yogyakarta), 2012, hal. 34
[4]
M.Salah, Mahabarata, (Balai Pustaka: Jakarta) 2000, hal.
38
[5]
Dr. Purwadi, M.Hum, Tasawuf Muslim Jawa, hal. 212
[6]
Imam Budhi Santoso, Manusia Jawa mencari kebeningan hati, (DIandra
Pustaka:Yogyakarta) 2013, hal. 15
[7]
Bendung Layung, Atlas Wayang, ,Op.Cit, hal. 469
[8]
Agus Sunyoto, Atlas Wali Song, Pustaka Iiman:Depok, 2014, hal.136
[9]
Ibid, hal.138
[10]
Ardian Kresna, Dunia Semar, (Diva Press:Yogyakarta) 2012, hal. 97
[11]
Amrin Rauf, Jagad Wayang, (Garailmu:Yogyakarta), 2010, hal.5
Bodden, Michael (2010). "Modern Drama, Politics, and the Postcolonial Aesthetics of
Left-Nationalism in Sumatra: The Forgotten Theater of Indonesia's Lekra, 1955-
1965". Dalam Day, Tony. Cultures at War: The Cold War and Cultural Expression in
Southeast Asia. Studies on Southeast Asia. Ithaca, New York: Southeast Asia
Program Publications. ISBN 978-0-8108-4935-8.
Cribb, Robert; Kahin, Audrey (2004). Historical Dictionary of Indonesia. Historical
dictionaries of Asia, Oceania, and the Middle East. Lanham, Maryland: Scarecrow
Press. ISBN 978-0-8108-4935-8.
Rampan, Korrie Layun (2000). Leksikon Susastra Indonesia (dalam bahasa
Indonesian). Jakarta: Balai Pustaka. ISBN 978-979-666-358-3.
D. S. Moeljanto dan Taufiq Ismail (1995). Prahara Budaya: Kilas-Balik Ofensif
Lekra/PKI Dkk. Bandung: Mizan.
K. S., Yudiono, ed. (2007). Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Setiawan, Hersri, ed. (2003). Kamus Gestok. Yogyakarta: Galang Press.