Anda di halaman 1dari 13

PLATO DAN KONSEP RASIONALISME

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Oleh :

MUKHAMAD DAFA ASADIN

234120400002

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. KH. SAIFUDDIN
ZUHRI
PURWOKERTO
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang selalu bertanya sesuatu yang tidak ia
ketahui baik dari dirinya, kehidupannya dan keberadaannya di dunia. Pada
dasarnya manusia diarahkan untuk menemukan jalannya sendiri untuk
menemukan jalan kebenaran yang sesungguhnya atau kebenaran yang
absolut, yaitu kebenaran Allah. Selanjutnya manusia itu harus dan mampu
bergerak untuk mendekatkan dirinya kepada Tuhan untuk mendapatkan
kebenaran, sehingga kebenaran manusia itu bersifat dinamis bukan bersifat
statis. Dalam kebenaran logika sangatlah berperan penting bagi manusia
untuk bisa membuktikan segala asumsi yang sesuai dengan realitas
kehidupan. Bahwa segala sesuatu itu harus dipikirkan secara realistis salah
satunya dengan logika1
Manusia juga memiliki kemampuan sekalipun itu kecil dalam hal
mengenal kebenaran hakiki, yang mana kebenaran relatif diperoleh lewat
panca indera dan rasio. Kata “Benar” menyatakan kualitas, keadaan sesuatu
yang sebenarnya, sesuatu itu berupa ilmu pengetahuan atau pemikiran,
pengalaman, dan perbuatan. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa benar
adalah suatu pengertian abstrak: suatu pengertian yang pada dasarnya tidak
dapat ditangkap oleh indera insani, meskipun seandainya indera ini diberi
kekuatan tak terbatas. Kebenaran dalam filsafat itu sangatlah penting karena
salah satu definisi filsafat yaitu cinta akan kebenaran.2
Hubungan filsafat dengan kebenaran sangatlah erat, dalam hal ini
salah satu tokoh filsafat yang juga mengutamakan kebenaran adalah Plato.
Menurut Plato kebenaran tidak bisa didapatkan hanya dalam dunia nyata,
karena bagi Plato dunia nyata itu selalu berubah. Menurut plato kebenaran

1
Frederick Copleston, Filsafat Aristoteles (Cet. I: Yogyakarta: Basabasi, 2020), hlm. 27
2
Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama: Wisata Pemikiran dan Kepercayaan Manusia, (Cet.V;
Jakarta: Rajawali Pers, 2015. Hlm. 27

1
didapat dari dunia ide yang mana ini juga menjadi landasan pemikiran
filsafat plato. Kemudian plato membagi dunia ide menjadi dua, yaitu dunia
ide dan dunia indrawi, dunia ide tidak terdapat suatu perubahan karena
menurutnya dunia ide itu sempurna dan abadi, sedangkan dunia inderawi
mengalami perubahan.3
Makalah ini membahas menganai biografi, pemikiran, serta
pandangan Plato terhadap ilmu pengetahuan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Plato ?
2. Bagaimana Sejarah Filsafat Rasionalisme Plato ?
3. Bagaimana Pemikiran Plato tentang Filsafat Rasionalisme ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengenal Tokoh Plato
2. Untuk Mengetahui Sejarah Filsafat Rasionalisme Plato
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Pemikiran Plato tentang Filsafat
Rasionalisme

3
Nurhidaya, Konsepsi Kebeneran Menurut Plato dan Aristoteles, Makasar : Fak
Ushuluddin dan filsafat. hlm. 65

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mengenal Plato
Plato dilahirkan pada tahun 428 SM dari suatu keluarga terkemuka
di Athena. Plato mempunyai Ayah bernama Ariston seorang bangsawan
keturunan raja Kodrus, raja terakhir Athena yang hidup sekitar tahun 1068
SM yang sangat dikagumi rakyatnya karena kecakapan dan
kebikjaksanaannya memerintah Athena, dan Ibunya bernama Priktione.
Keturunan Solon, tokoh legendaris dan negarawan agung Athena yang
hidup sekitar seratus tahun lebih awal dari Priktione.4
Keluarga Plato merupakan keluarga bangsawan Athena yang kaya
raya, yang hidup ketika Yunani mejadi pusat kebudayaan besar selama
empat abad. Generasi orang tua dan kakeknya sudah hidup selama setengah
abad kebangkitan Athena menuju kebesaran dan kekuasaanya yang paling
hebat, dan secara langsung keluarga Plato terlibat aktif dalam kehidupan
politik di kotanya.5 Plato mempunyai nama asli Aristokles, yang kemudian
diberi nama oleh pelatih senamnya dengan nama Plato. Nama yang
diberikan oleh pelatihnya itu menjadi populer dan menjadi panggilan sehari-
hari, bahkan menjadi nama resmi yang diabadikan lewat seluruh karyanya.
1. Pendidikan Plato
Pendidikan masa kecil Plato selain mendapat pelajaran umum Plato
juga menggambar dan menulis, kemudian belajar musik dan puisi.
Sebelum Plato dewasa, Plato sudah pandai membuat karangan bersajak.
Pelajaran filosofi Plato awalnya diperoleh dari Kratylos. Kratylos
dulunya merupakan murid Herakleitos. Kemudian saat Plato berumus 20
tahun Plato belajar kepada Sokrates, saat belajar pada Sokrates itulah

4
J.H Rapar, Filsafat Politik Plato, Jakarta : Rajawali, 1988, hlm. 41
5
David Melling, Jejak Langkah Pemikiran Plato, Jogjakarta : Bentang Budaya, 2002, hlm.
1

3
Plato merasa sangat puas dan menjadi murid setia Sokrates sampai pada
akhir hidupnya.6
Setelah Sokrates meninggal, Plato pergi dari Athena. Kepergiannya
itu menjadi titik awal pengembaraan Plato selama 12 tahun dari tahun
399 – 387 SM. Awalnya Plato pergi ke Megara, tempat Euklides
mengajarkan filosofinya. Setelah dari Megara Plato pergi ke Kyrene, di
Kyrene Plato memperdalam pengatahuannya tentang matematik pada
seorang guru yang bernama Theodoros. Disana juga Plato mengajarkan
filosofi dan mengarang buku- buku. Setelah itu Plato pergi ke Italia
Selatan dan ke Sirakusa di Pulau Sisilia yang diperintah oleh seorang
tiran bernama Dionysios. Kemudian Dionysios mengajak Plato ke
istananya. Disana Plato mengajarkan filosofi, namun setelah beberapa
waktu ada tuduhan bahwa Plato berbahay bagi kerajaan. Kemudian
Dionysios menyuruh untuk menangkap dan menjual Plato sebagai budak.
Nasib baik bagi Plato karena di pasar budak ia dikenal oleh seorang
muridnya, Annikeris dan menebusnya.
Kemudian ditempat Annikeris Plato mendirikan rumah dan pondok
– pondok yang dihiasi dengan kebun yang indah, tempat itu diberi nama
“ AKADEMIA “ . Plato mengajar di Akademia selama kurang lebih 40
Tahun dan kemudian apa yang diajarkan Plato diberi nama “ Filsafat “
dan disitulah Plato tinggal sampe akhir hidupnya yang meninggal pada
usia 80 tahun.7
2. Guru- Guru Plato
a. Pyrilampes
Guru pertama Plato yang sekaligus ayah tirinya, Pryrilampes
adalah seorang politikus yang termasuk kalangan perikles.8
b. Kritias

6
J.H Rapar, Filsafat Politik Plato, Jakarta : Rajawali, 1988, hlm. 41
7
Budiono Kusumohamidjojo, Filsafat Yunani Klasik Relevansi Untuk Abad XXI,
Yogyakarta : Jalasutra, 2023, hlm. 184- 185
8
Muhammad Subkhan, Konsep Persahabatan Menurut Pandangan Al- Ghazali dan Plato,
Semarang : Skripsi Fak Ushuludin, 2011, hlm. 62

4
Kritias lebih muda dari Sokrates. Ia berasal dari Athena dan
memainkan peran penting dalam politik kota itu. Titik ajaran Kritias
yang harus disebut di sini ialah pendapat tentang agama. Ia
beranggapan bahwa agama ditemukan oleh penguasa-penguasa
Negara yang cerdik. Kebanyakan pelanggaran dapat disiksa menurut
hukum.9
c. Krathylos
Sebelum Plato belajar filsafat kepada Sokrates ia belajar
filsafat kepada Kratylos, Kratylos adalah seorang filosof yang
meneruskan ajaran Herakleitos, Kratylos berpendapat bahwa dunia
kita berada dalam perubahan terus-menerus, sehingga pengenalan
tidak mungkin, karena suatu nama pun tidak dapat diberikan kepada
benda-benda, dan mesti mengakui bahwa pengenalan memang
mengandaikan bahwa suatu objek mempunyai stabilitas tertentu.10
d. Sokrates
Seorang yang dianggap Plato sebagai guru utama yang ide
idenya harus dipertahankan dan diabadikan, pengaruh mendalam
Sokrates terhadap Plato bisa dilihat dari peran utama bagi tokoh ini
dalam dialogdialognya. Seluruh ajaran filsafat tidak ada filsuf yang
begitu ramai dipersoalkan seperti Sokrates. Rupa-rupa anggapan
telah dikemukakan tentang kepribadian dan ajarannya. Kedua
anggapan yang paling ekstrim ialah di satu pihak bahwa sokrates
harus dianggap sebagai filsuf terbesar yang pernah hidup di bumi ini
dan di lain pihak bahwa sokrates sendiri sama sekali tidak
merupakan seorang filsuf, biar pun melalui Plato ia sangat
mempengaruhi perkembangan pemikiran filsafat.11
e. Theodoros

9
K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, Yogyakarta : Kanisius, 1975, hlm. 75
10
Muhammad Subkhan, Konsep Persahabatan Menurut Pandangan Al- Ghazali dan Plato,
Semarang : Skripsi Fak Ushuludin, 2011, hlm. 62
11
K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, Yogyakarta : Kanisius, 1975, hlm. 77

5
Dalam pengembaraan ke kyrene Plato mempelajari ilmu
pasti kepada Theodoros, dan secara legal formal Theodoros
merupakan guru terakhir Plato.12
3. Karya – karya Plato
Dapat disimpulkan, bahwa karya- karya Plato terdapat dalam dialog
– dialog. Dialog- dialog tersebut dapat dibagi atas tiga perionde :
I. Apologia, Krition, Eutyphron, Lakhes, Kharmides, Lysis,
Hippias,Minor, Menon, Gorgias, Protagoras, Euthydemos,
Kratylos,Phaidon, Symposion. (beberapa ahli menyangka
bahwa salah satu dari dialog-dialog ini sudah ditulis sebelum
kematian Sokrates, tetapi kebanyakan berpikir bahwa dialog
pertama ditulis tidak lama sesudah kematian Sokrates).
II. Politeia, Phaidros, Parmanides, Theaitetos. (Theaitetos dan
Parmanides ditulis tidak lama sebelum perjalanan kedua ke
Sisilia, thun 367).
III. Sophistes, Politikos, Philebos, Timaios, Kritias, Nomoi,
(dialogdialog ini ditulis sesudah perjalanan ketiga ke Sisilia,
ketikaurusannya dengan kesulitan-kesulitan politik di Sisilia
sudah selesai ).13

B. Perkembangan Rasionalisme
Berbicara mengenai filsafat rasionalisme Plato maka berbicara juga
tentang perkembangan filsafat rasionalisme, maka sebelum ke pembahasan
mengenai filsafat rasionalisme Plato, akan dibahas dulu perkembangan
filsafat rasionalisme.
Rasio adalah pemikiran menurut akal yang sehat. Rasionalis adalah
orang yang menganut paham rasionalisme. Rasionalisme adalah teori atau
paham yang memamndang bahwa pikiran dan akal merupakan satu- satunya

12
Muhammad Subkhan, Konsep Persahabatan Menurut Pandangan Al- Ghazali dan Plato,
Semarang : Skripsi Fak Ushuludin, 2011, hlm. 63
13
Plato, Jalan Menuju Pengetahuan Yang Benar, Yogyakarta : Kanisius, cet 7, 2002,

6
dasar untuk memecahkan masalah yang lepas dari jangkauan indra, paham
yang lebih mengutamakan akal dari pada emosi, batin, dan sebagainya.14
Aliran rasionalisme awalnya dirintis oleh Heraclitus, yang meyakini
bahwa akal melibihi panca indera sebagai sumber ilmu. Menurut Heraclitus
akal manusia boleh berhubungan dengan akal ketuhanan yang
memancarkan sinaran cahaya tuhan dalam diri manusia. Kemudian pada
zaman pertengahan rasionalisme yunani berkembang di tangan tokoh- tokoh
Socrates, Plato, dan Aristoteles. Perkembangan rasionalisme selanjutnya
berlangsung di abad pertengahan, dari abad XVII sampai akhir abad ke-
XVIII. Pada masa ini yang khusus bagi ilmu pengetahuan adalah
penggunaan akal budi ( rasio ) secara ekslusif untuk menemukan kebenaran.
Terbukti, penggunaan akal budi yang demikian tidak sia- sia, bahkan
memberikan tambahan ilmu pengetahuan yang besar sekali akibat
perkembangan yang pesat dari ilmu – ilmu alam. Kemudian pada masa-
masa selajutnya rasionalisme semakin berkembang yang dikenal dengan
rasionalisme modern dengan tokoh- tokoh antara lain : Rene Descartes,
Icholas Malerbranche, Baruch de Spinoza, G. W Leibniz, dll.15

C. Rasionalisme Plato
Plato merupakan tokoh rasionalisme klasik dimana aliran ini
merupakan suatu aliran yang menyatakan bahwa kebenaran dapat diperoleh
hanya melalui hasil pembuktian logika dan analisis terhadap fakta. Asal dari
ilmu pengetahuan dalam rasionalisme adalah akal pemikiran yang sifatnya
rasional atau masuk akal. Mengenai rasionalisme ini mengatakan bahwa

14
Muhammad Bahar, “ Rasionalis dan Rasionalisme Dalam Perspektif Sejarah “, Jurnal
Ilmu Budaya, Vol. 4, No. , Desember 2016, hlm. 15
15
Muhammad Bahar, “ Rasionalis dan Rasionalisme Dalam Perspektif Sejarah “, Jurnal
Ilmu Budaya, Vol. 4, No. , Desember 2016, hlm. 17 – 22.

7
pengetahuan berasal dari akal dan bukan dari panca indera yang
dikembangkan melalui pengetahuan matematika dan geometri. 16
Plato dikenal dalam ajaran filsafatnya adalah tentang ide dan juga
dikenal sebagai pemikir idealisme, menurutnya ide realita yang
sesungguhnya tentang segala yang ada dan semua itu dapat dikenal oleh
panca indera. Plato juga mengatakan bahwa ide tidak hanya sebagai suatu
gambaran yang ada dalam pemikiran manusia. Sebab, ide menurut Plato
bersifat subjektif dan ide tisak hanya berpatokan pada akal manusia karena
ide itu sempurna bahkan tidak dapat berubah ubah. Ide yang dimaksud Plato
adalah dengan mempertanyakan segala hakikat yang ada.17
Menurut Plato kebenaran tidak bisa didapatkan hanya dalam dunia
nyata, karena bagi Plato dunia nyata itu selalu berubah. Menurut plato
kebenaran didapat dari dunia ide yang mana ini juga menjadi landasan
pemikiran filsafat plato. Kemudian plato membagi dunia ide menjadi dua,
yaitu dunia ide dan dunia indrawi, dunia ide tidak terdapat suatu perubahan
karena menurutnya dunia ide itu sempurna dan abadi, sedangkan dunia
inderawi mengalami perubahan. 18

1. Pemikiran Plato tentang Alam Ide


Pemikiran Plato tentang Ide terinspirasi dari gurunya yaitu Socrates.
Dalam pandangan Plato, ide bukanlah gagasan yang hanya terdapat di
dalam pikiran manusia saja, yang bersifat subyektif. Ide ini bukan
gagasan yang dibuat manusia, yang ditemukan manusia, sebab ide ini
bersifat obyektif, artinya ide berdiri sendiri, terlepas dari subyek yang
berpikir, tidak bergantung pada pemikiran manusia, akan tetapi ide inilah
yang memimpin pemikiran manusia.
Dalam pandangan Plato terdapat dua macam dunia yaitu, Pertama,
dunia ini yang serba berubah dan serba jamak dimana tidak ada suatu hal

16
Nurhidaya, Konsepsi Kebeneran Menurut Plato dan Aristoteles, Makasar : Fak
Ushuluddin dan filsafat. hlm. 64
17
Nurhidaya, Konsepsi Kebeneran Menurut Plato dan Aristoteles, Makasar : Fak
Ushuluddin dan filsafat. hlm. 65
18
Nurhidaya, Konsepsi Kebeneran Menurut Plato dan Aristoteles, Makasar : Fak
Ushuluddin dan filsafat. hlm. 65

8
yang sempurna dan dunia yang bisa diamati dengan Inderawi. Kedua,
Dunia ide, dimana tidak ada perubahan, tidak ada kejamakan (dalam arti
bahwa yang baik hanya satu, dan yang indah hanya satu), yang bersifat
kekal. Plato percaya bahwa segala sesuatu yang kita lihat di sekeliling
kita di alam ini, segala sesuatu yang nyata, dapat disamakan dengan busa
sabun, sebab tidak ada sesuatupun di dunia inderawi yang abadi. Manusia
dan hewan lambat laun akan mati dan membusuk bahkan balok marmer
pun lambat laun akan hancur. Sehingga Plato berkesimpulan bahwa kita
tidak akan dapat memiliki sesuatu pengetahuan yang sejati (True
Knowledge) dari segala sesuatu yang selalu berubah. Kita hanya akan
mempunyai pengetahuan sejati tentang segala sesuatu yang dipahami
oleh akal kita19
2. Pandangan Plato Pada Ilmu Pengetahuan
Plato mengatakan bahwa pengetahuan adalah hal yang sangat urgen
dalam pokok pemikiran filosofinya. Bagi Plato pengetahuan adalah
ketika terjadi pertentangan antara pikiran serta pandangan. Plato
mengatakan juga bahwa pengetahuan bukan dari pengalaman, sebab
pengalaman hanyalah berupa alasan untuk memperoleh pengertian atas
pencapaian akal sendiri. Begitu pula dengan penglihatan, semua itu
hanyalah kebohongan yang dijadikan sebagai jebakan atas keberadaan
hakikat segala sesuatu. Segala pengetahuan adalah bentuk daripada
ingatan, dengan pencapaian pengetahuan yang sebenarnya maka berhasil
pula mendapatkan pengetahuan sebelumnya yang dicapai dengan
dialektik, maka budi menjadi tertinggi daripada pengetahuan.
Pengetahuan menurut Plato bukanlah berasal dari pengamatan indera,
alasannya karena dunia yang kita amati tidaklah lain hanya bayangan
semata dari dunia ide.
Plato juga disebut sebagai pencetus epistemologi atau the real
originator of epistemology, karena ia telah menguraikan masalah-

19
Syamsul Azhar, Idealisme Plato Pada Teori Wahdatul Wujud Ibnu Arabi, Semarang :
Skripsi Fak Ushuluddin dan Humaniora, Hlm. 44 - 45

9
masalah mendasar tentang pengetahuan. Apa itu pengetahuan? Dimana
pengetahuan diperoleh? Sejauhmanakah yang kita anggap pengetahuan
adalah benar-benar merupakan pengetahuan? Apakah indera
menghasilkan pengetahuan? Dapatkah budi memberi pengetahuan? Dan
apakah hubungan antara pengetahuan dengan keyakinan yang benar?.
Dalam menguraikan pemikiran tentang epistemologi, Plato
mengawalinya dengan menegaskan bahwa realitas itu tidak berubah.
Menurutnya, pengetahuan sejati adalah apa yang disebut epistem, yakni
pengetahuan tunggal dan tidak berubah sesuai dengan idea-idea abadi.
Apa yang nampak di dunia ini hanyalah “bayangan” dari yang baka.
Bayangan yang bermacam-macam dan selalu berubah, sehingga
kebenaran menurut Plato bersifat apriori. Bagi Plato, benda indrawi
bukanlah objek pengetahuan, tapi objek opini. Juga pencerapan indrawi
bukanlah pengetahuan, melainkan sekedar opini, karena selalu dalam
perubahan dan kemungkinan salah.20
3. Contoh Rasionalisme dalam Kehidupan Sehari- hari
Contoh penerapan rasionalisme dalam kehiduapan sehari hari salah
satunya adalah Ketika kita berpedoman self love maka jagalah pola
makan, bukan malah makan sepuasnya agar diri kita merasa puas, karena
ketika kita makan tanpa memikirkan apa yang kita makan, berapa porsi
yang kita makan,itu justru akan menjadikan diri kita tidak sehat.
Walaupun ketika kita lihat dari pandangan indra kita tampak bahagia dan
senang dengan makan sepuasnya apa yang kita mau, tapi ketika dipikir
melalaui akal justru hal itu dapat menyebabkan penyakit.

20
Nunu Burhanuddin, “ Pemikiran Epistimologi Barat : Dari Plato Sampai Gonseth “,
Jurnal Intizar, Vol. 21, No. 1, 2016, hlm. 136

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Plato dilahirkan pada tahun 428 SM dari suatu keluarga terkemuka
di Athena. Pelajaran filosofi pertama didapat oleh Plato dari Kratylos,
kemudian belajar lagi pada Socrates dan menjadi murid setia
Socrates.Plato melakukan pengembaraan selama 12 tahun dengan pergi
ke berbagai tempat anataranya Megara, Kyrene, Italia Selatan, dan
Sisilia.
Rasionalisme adalah teori yang memandang bahwa pikiran dan akal
merupakan satu- satunya dasar untuk memecahkan masalah yang lepas
dari jangkauan indra. Rasionalisme awalnya dikembangkan oleh
Heraclitus kemudian diteruskan oleh Socrates, Plato, dan Aristoteles
pada masa klasik, dan dilanjutkan lagi oleh tokoh- tokoh masa modern.
Plato merupakan tokoh rasionalisme klasik dimana aliran ini
merupakan suatu aliran yang menyatakan bahwa kebenaran dapat
diperoleh hanya melalui hasil pembuktian logika dan analisis terhadap
fakta. Plato dikenal dalam ajaran filsafatnya adalah tentang ide dan juga
dikenal sebagai pemikir idealisme, menurutnya ide realita yang
sesungguhnya tentang segala yang ada dan semua itu dapat dikenal oleh
panca indera.

11
DAFTAR PUSTAKA

Azhar, Syamsul. “ Idealisme Plato pada Teori Wahdatul Wujud Ibnu Arabi “.
Semarang : Skripsi Fak Ushuluddin dan Humaniora.
Bahar, Muhammad. ( 2016 ) “ Rasionalis dan Rasionalisme Dalam Perspektif
Sejarah “. Dalam Jurnal Ilmu Budaya. Vol. 13.
Bakhtiar, Amsal. ( 2015 ). Filsafat Agama : Wisata Pemikiran dan Kepercayaan
Manusia. Jakarta : Rajawali Pers.
Bertens K. ( 1975 ). Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta : Kanisius.

Burhanuddin, Nunu. ( 2016 ). “ Pemikiran Epistimologi Barat : dari Plato Sampai


Gonseth “. Dalam jurnal intizar. Vol. 21, no. 1.
Copleston, Frederick. (2020), Filsafat Aristoteles. Yogyakarta : Basabasi.

Kusumohamidjojo, Budiono, ( 2003 ). Filsafat Yunani Klasik Relevansi Untuk


Abad XXI. Jogjakarta : Jalasutra.
Melling, David, ( 2002 ). Jejak Langkah Pemikiran Plato. Jogjakarta: Bentang
Budaya.
Nurhidaya. “ Konsepsi Kebeneran Menurut Plato dan Aristoteles “. Makasar :
Skripsi Fak Ushuluddin dan Filsafat.
Plato. ( 2002 ). Jalan Menuju Pengetahuan Yang Benar. Yogyakarta : Kanisius.

Rapar J. H, ( 1988 ). Filsafat Politik Plato. Jakarta : Rajawali.

Subkhan, Muhammad. ( 2011 ) “ Konsep Persahabatan Menurut Pandangan Al-


Ghazali dan Plato “. Semarang : Skripsi Fak Ushuluddin.

12

Anda mungkin juga menyukai