Anda di halaman 1dari 8

Tugas Esai Filsafat

IDEALISME PLATO
Yuska Kumala Romadhon
Abdullah Hanif, M.Fil.I
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

A. PENDAHULUAN

Ajaran filsafat secara umum adalah hasil pemikiran seseorang atau beberapa ahli
filsafat tentang sesuatu secara fundamental. Dalam memecahkan suatu masalah
terdapat pebedaan di dalam penggunaan cara pendekatan, hal ini melahirkan
kesimpulan-kesimpulan yang berbeda pula, walaupun masalah yang dihadapi sama.
Perbedaan ini dapat disebabkan pula oleh faktor-faktor lain seperti latar belakang
pribadi para ahli tersebut, pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu
tempat.

Perkembangan filsafat Yunani berlangsung begitu cepatnya, sehingga dalam usaha


untuk menggambarkannya dengan mudah akan mengalami kesukaran mengenai
kronologisnya. Perkembangan ini berlangsung berangsurangsur, meskipun secara
relatif berjalan cepat. Sampai saat ini filsafat Eropa dan Amerika juga didasarkan atas
daya pikir orang-orang Yunani, tidaklah mungkin untuk memahami filsafat dewasa ini
tanpa mengetahui sejarah dan asal-usulnya. Yang menjadi asal mulanya dalam arti
sempit ialah pemikiran Plato dan Aristoteles, dalam arti lebih luas lagi ialah seluruh
pikiran kuno sampai dengan surutnya peradaban kuno.

Meskipun terdapat banyak perbedaan pendapat diantara para pemikir yang satu
dengan yang lain, namun filsafat merupakan suatu kesatuan. Filsafat ini merupakan
upaya memahami. Para filsuf yang paling tua merupakan orang-orang pertama yang
tidak lagi merasa puas dengan penjelasan berdasarkan mitos-mitos, melainkan
menghendaki penjelasan yang masuk akal. Dan pada makalah ini kami akan membahas
tentang pemikiran seorang tokoh filosof utama pada zaman nya yaitu Plato dengan
pemikiran nya tentang filsafat Idealisme.
B. PENJELASAN
1. Biografi Plato
Plato dilahirkan di Atena pada tahun 427 SM dan meninggal disana pada tahun 347
SM dalam usia 80 tahun. Ia berasal dari keluarga aristokrasi yang turun-temurun
memegang politik penting dalam politik Atena. Ia pun bercita-cita sejak mudanya untuk
menjadi orang negarawan. Tetapi perkembangan politik di masanya tidak memberi
kesempatan padanya untuk mengikuti jalan hidup yang diingininya itu.

Ayahnya bernama Ariston, keturunan raja Krodus, raja terakhir Athena yang hidup
sekitar abad 1068 SM dan sangat dikagumi rakyatnya dikarenakan kecakapan dan
kebijaksanannya memerintah Athena. Ibunya bernama Periktione, keturunan Solon,
tokoh legendaris dan negarawan agung Athena yang hidup sekitar seratus lebih awal
dari Periktione.

Nama Plato yang sebenarnya ialah Aristokles. Karena dahi dan bahunya yang amat
lebar, ia memperoleh julukan “Plato” tersebut dari seorang pelatih senamnya. Plato
dalam bahasa Yunani berasal dari kata benda “platos” (“kelebarannya”/”lebarnya”).
Julukan yang diberikan oleh pelatih senamnya itu begitu cepat populer dan menjadi
panggilannya sehari-hari, bahkan kemudian menjadi nama resmi yang diabadikannya
lewat seluruh karyanya.1

Plato adalah pengikut Socrates yang taat di antara para pengikutpengikutnya yang
mempunyai pengaruh besar. Selain dikenal sebagai ahli pikir, ia juga dikenal sebagai
sastrawan yang terkenal. Tulisannya sangat banyak, sehingga keterangan tentang
dirinya dapat diperoleh secara maksimal.

Sebagai titik tolak pemikiran filsafatnya, ia mencoba menyelesaikan permasalahan


lama, mana yang benar antara yang berubah-ubah (Heraclitos) atau yang tetap
(Parmenides). Mana yang benar antara pengetahuan lewat indra dengan pengetahuan
lewat akal. Pengetahuan yang diperoleh lewat indra disebut pengetahuan indra atau
pengetahuan pengalaman, dan pengetahuan tersebut bersifat tidak tetap atau berubah-
ubah. Sedangkan pengetahuan lewat akal disebut pengetahuan akal dan bersifat tetap
atau tidak berubah-ubah.2

1
Jan Hendrik Rapar, Filsafat Politik Plato, (Jakarta: CV. Rajawali, 1991), 41-42.
2
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), 52-53.
2. Sumber-sumber Filsafat Plato
Guru filsafat yang amat dikagumi, dihormati, dan dicintai plato ialah Socrates. Bagi
Plato, Socrates adalah guru dan sahabat, “the noblest and the wisest and most just”
(yang paling mulia dan paling bijaksana dan yang paling tulus). Ungkapan itu
menunjukkan bahwa Socrates memiliki tempat yang paling khusus dalam kehidupan
Plato dan hal itu nampak jelas lewat karya-karya filsafatnya. Hampir seluruh karya
filsafat Plato menggunakan “metode sokratik”, yaitu metode yang dikembangkan oleh
Socrates yang dikenal juga dengan nama “metode dialektis” atau yang sering kali juga
disebut “elenkhus”.
Metode itu terwujud ke dalam suatu bentuk tanya jawab atau dialog sebagai suatu
upaya untuk meraih kebenaran dan pengetahuan. Plato berhasil menyempurnakan
metode sokratik dengan menuliskan dialog-dialognya ke dalam suatu bentuk kesastraan
yang mampu mempesona begitu banyak orang dari abad ke abad. Dalam hampir semua
dialog Plato, peran Socrates senantiasa ditempatkannya sebagai pelaku utama. Lewat
seluruh karya filsafatnya, Plato seolah-seolah hendak mengabdikan nama gurunya yang
amat dikagumi, dihormati dan dicintainya itu.
Filsafat Plato tidak hanya dipengaruhi oleh paham Socrates tetapi juga dipengaruhi
oleh filsuf sebelumnya yang dikenal sebagai filsuf pra-sokratik. Sebelum Plato menjadi
murid Socrates, Plato pernah belajar filsafat dari Kratylos. Kratylos adalah murid
Herakleitos, si gelap (ho skoteinos), meraih gelar demikian itu, karena filsafatnya sulit
dipahami. Herakleitos mengajarkan bahwa segala sesuatu senantiasa bergerak dan
berubah. Plato membenarkan pemikiran mereka itu hanya berlaku dalam hal yang
indrawi semata.
Plato pun mengenal ajaran Parmenides yang bertolak belakang dengan pemikiran
Herakleitos. Bagi Parmenides “yang ada itu ada” dan “yang tidak ada itu tidak ada”.
Permenides mengatakan tidak ada yang bergerak, tidak ada yang berubah, tidak ada
yang mengalir dan berlalu serta meniadakan. Plato mengakui kebenaran Parmenides,
namun kebenaran ajaran Parmenides itu tidak berlaku di dunia indrawi.
Plato juga mengetahui dengan baik ajaran Orphisme atau yang sering disebut
sebagai Mysteri Orphik, yakni suatu gerakan agamis dan filosofi yang tersebar di
Yunani pada awal abad ke-6 SM dan yang begitu mempengaruhi serta menarik
perhatian para penganut Pythagoreanisme di Italia Selatan. Orphisme mengajarkan
dualisme tubuh adalah tugas manusia. Jiwa terpenjara dalam tubuh dan tugas manusia
adalah membebaskan jiwa dari penjara tubuh itu. Untuk pembebasan jiwa itu hanya
mungkin tercapai lewat upacara kudus.3

3. Paham Idealisme
Definisi Idealisme, Kata idealis dalam filsafat mempunyai arti yang sangat berbeda
dari arti yang biasa dipakai dalam sehari-hari. Kata idealis itu berarti:
a. Seseorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika dan agama serta
menghayatinya.
b. Orang yang dapat melukiskan dan menganjurkan suatu rencana atau progam
yang belum ada.
W.E. Hocking seorang idealis mengatakan bahwa kata-kata “ideaism” lebih tepat
daripada kata idealism. Secara ringkas paham idealisme mengatakan bahwa realitas
terdiri dari ide, pikiran, akal (mind) atau jiwa (selves), bukan benda material dan
kekuatan. Idealisme menekankan akal sebagai hal yang lebih dahulu (primer) daripada
materi. Sebaliknya Materialisme mengatakan bahwa materi itulah yang real (nyata) dan
akal hanyalah fenomena yang menyertainya, idealisme mengatakan bahwa akal itulah
yang riil dan materi hanyalah merupakan produk sampingan.

4. Jenis-jenis Idealisme
a. Idealisme Subjektif- Immaterialisme
Idealisme jenis ini kadang-kadang dinamakan mentalisme atau fenomenalisme.
Seorang idealis subjektif akan mengatakan bahwa akal, jiwa dan persepsi-
persepsinya atau ide-idenya merupakan segala yang ada. “Objek” pengalaman
bukanlah benda material; objek pengalaman adalah persepsi. Oleh karena itu benda-
benda seperti bangunan dan pepohonan itu ada, akana tetapi hanya ada dalam akan
mempersepsikannya.

b. Idealisme Objektif
Plato adalah seorang filosof yang pertama kali memperkenalkan faham
idealisme. Plato membagi dunia dalam dua bagian. Pertama, dunia persepsi, dunia
penglihatan, suara dan benda-benda individual. Dunia yang kongkret ini adalah
temporal dan rusak; bukan dunia yang sesungguhnya, melainkan sebagai 7
bayangan alias penampakan saja. Kedua, terdapat alam diatas alam benda yaitu
alam konsep, ide, universal, atau esensi yang abadi.

3
Jan Hendrik Rapar, Filsafat Politik Plato, 47-49.
c. Personalisme atau Idealisme Personal
Personalisme muncul sebagai protes terhadap materialisme mekanik, bagi
seorang personalis realitas dasar itu bukanlah pemikiran yang abstrak atau protes
pemikiran yang khusus, akan tetapi jiwa seseorang pemikir. 4

5. Idealisme Plato
Seluruh filsafat Plato bertumpu pada ajarannya tentang ide. Plato percaya bahwa
ide adalah realitas yang sebenarnya dari segala sesuatu yang ada yang dapat dikenal
lewat panca indera. Pohon, bunga, manusia, hewan, dan lain-lain, sebagaimana akan
mati dan berubah, tetapi ide pohon, bunga, manusia, dan hewan, tidak akan pernah
berubah. Karena ide adalah realitas yang sebenarnya atau keberadaan ada yang
sesungguhnya, maka bagi Plato ide bukanlah sekedar gagasan atau gambaran yang
hanya berada di dalam pemikiran manusia.
Ide bukanlah sesuatu yang subjektif yang tercipta oleh daya pikir manusia dan oleh
sebab itu keberadaan ide itu lalu bergantung pada daya pikir manusia. Sebagai realitas
yang sebenarnya, bagi Plato, ide bersifat objektif. Keberadaan ide tidak bergantung
pada daya fikir manusia. Ide itu mandiri, sempurna, abadi, dan tidak berubah-rubah.
Bagi Plato, kenyataan yang demikian itu membuktiakan bahwa dunia indrawi
bukanlah realitas yang sebenarnya. Dunia indrawi itu hanyalah bayangan atau
gambaran yang tidak lengkap dan tidak sempurna dari dunia ide. Contonya seperti
kursi, ini beraneka ragam kursi di dunia indrawi hanyalah bayangan yang tidak lengkap
dari yang sempurna yang ada di dunia ide. Kursi yang sempurna yang ada di dunia ide
itu hanya satu, sedangkan kursi yang ada di dunia indrawi bermacam-macam karena
sebagai bayangan atau gambaran yang tidak sempurna ia justru menggambarkan yang
sempurna itu lewat aneka bentuk dan berbagai rupa.
Plato mengakui bahwa dunia indrawi yang serba majemuk dan adalah juga suatu
realitas, namun bukanlah realitas yang sebenarnya. Dunia indrawi hanyalah tiruan
sementara dari dunia ide. Oleh sebab itu yang paling utama bagi Plato ialah dunia ide.
Tetapi itu tidak berarti dunia indrawi harus disangkal keberadaannya. Kedua dunia itu
tetap merupakan realitas sendiri-sendiri, meskipunyang indrawi hanyalah merupakan
tiruan dari dunia ide. Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, jelas terlihat bahwa

4
Juhaya S. Pradja, Aliran-aliran Filsafat dari Rasionalisme hingga Sekulerisme, (Bandung: CV Alva
Gracia, 1987), 36-38.
idealisme Plato berbeda dengan idealisme modern. Dunia ide bagi Plato merupakan
suatu realitas yang objektif, karena itu idealism Plato sering disebut sebagai idealism
realitas, sedangkan idealisme modern bersifat subjektif oleh sebab itu sering disebut
idealisme subjektif.5

5
Jan Hendrik Rapar, Filsafat Politik Plato, 51-53.
C. KESIMPULAN

Terjadi perbedaan dikalangan para filsuf tentang tempat dan tahun kelahiran Plato
yang sesungguhnya, akan tetapi dari sekian banyak buku filsafat yang diterbitkan
diperoleh data bahwa Plato lahir di Athena pada tahun 427-347 SM, dan yang pasti
ialah, Plato lahir dalam suatu keluarga Aristokrat Athena yang turun-temurun memiliki
peranan yang amat penting dalam kehidupan politik di Athena.
Banyak sekali definisi-definisi yang dikemukakan tentang filsafat, akan tetapi Plato
mempunyai definisi tersendiri mengenai filsafat yaitu pengetahuan tentang segala yang
ada, serta pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli.
Dalam hampir semua dialog Plato, peran Socrates senantiasa ditempatkannya
sebagai pelaku utama. Lewat seluruh karya filsafatnya, Plato seolah-seolah hendak
mengabdikan nama gurunya yang amat dikagumi, dihormati dan dicintainya itu.
Filsafat Plato tidak hanya dipengaruhi oleh faham Socrates tetapi juga dipengaruhi
oleh filusuf sebelumnya yang dikenal sebagaifilusuf pra-sokratik seperti Kratylos,
Herakleitos, Parmenides, dan ajaran Orphisme. Secara ringkas paham idealisme
mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide, pikiran, akal (mind) atau jiwa (selves),
bukan benda material dan kekuatan. Idealisme menekankan akal sebagai hal yang lebih
dahulu (primer) daripada materi.
Plato mengatakan bahwa ide adalah realitas yang sebenarnya dari segala sesuatu
yang ada, yang dapat dikenal lewat panca indera. Bagi Plato, dunia indrawi bukanlah
realitas yang sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro. Filsafat Umum, Jakarta: Rajawali Pers, 2001.


Hendrik, Rapar, Jan. Filsafat Politik Plato. Jakarta: CV. Rajawali, 1991.
S. Pradja, Juhaya. Aliran-aliran Filsafat Dari Rasionalisme Hingga Sekularisme.
Bandung: CV Alva Gracia, 1987.

Anda mungkin juga menyukai