2.Rene Descartes
Rene Descartes dikenal sebagai bapak filsafat modern dan peletak fundasi metode rasional untuk
penelitian filosofis. Ia mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, teologi dan filsafat dalam dua
kecenderungan: idealisme Platonis dan realisme Aristotelian. Sampai waktu descrates terjun ke
kancah filsafat tidak ada aternatif pemikiran filsafat yang ditawarkan selain tradisi Plato dan
aristoteles. Dalam pandangan socrates, kedua tradisi ini mengandung kelemahan sehingga melahirkan
ketidakpastian. Oleh karena itu, ia mengawali filsafat modern dengan mencoba menemukan fundasi
bagi kebenaran ilmu pengetahuan yang absolut dan pasti.
Rasionalisme descartes
Sebagai seorang rasionalis, Descartes mengutamakan rasio sebagai sumber pengetahuan dari pada
empiris atau benda yang diamati dan diukur itu. Menurutnya, pengalaman hanya mengantarkan kita
kepada “penampakan” (appearance), bukan kepada pengetahuan yang sesungguhnya.
3.Baruch Spinoza
Baruch Spinoza adalah seorang pemikir rasional atau pemikir bebas, bahkan sangat bebas. Sebab
itu komunitasnya sendiri banyak yang mengucilkan bahkan membencinya. Tidak hanya itu karena
pemikiran bebasnya ia juga dibenci olh kaum Kristen Ortodoks, dengan alasan bahwa pemikiran telah
membawa dirinya kepada kategori ateis, anti Tuhan. Kendatipun seorang pemikir bebas, ia adalah
orang yang jujur, sopan dan menolak pembatasan, termasuk menolak jabatan di heidelberg, dengan
alasan jabatan itu posisi resmi dapat membatasi laju gerak pemikirannya.Sebagai seorang rasionalis,
Spinoza tidak menempatkan hasil pengamatan inderawi sebagai pengetahuan yang sempurna ia
membedakan tiga taraf pengetahuan yaitu:
a) Tahap pengetahuan inderawi atau imajinasi
b) Tahap refleksi yang berkaitan dengan prinsip-prinsip
c) Tahap intuisi pengetahuan sejati hanya yang berkaitan dengan prinsip-prinsip dan refleksi.
Pandangan monisme ontologis Spinoza berdampak pada prinsip epistemologi yang menempatkan
pikiran (rasio) secara tidak terbatas. Semua idea menurutnya, pasti benar karena semua adalah idea
Tuhan.
4.George Wilhelm Friedrich Hegel
Hegel selalu berbicara tentang yang absolut. Ide, yang satu, ruh-dunia. Ini merujuk pada Tuhan,
walaupun bulan Tuhan seperti pandangan pendeta umumnya. Roh Absolut adalah yang menyelimuti,
mengatur dan membimbing seluruh realitas. Dengan penalaran, kita tidak perlu penyelidiki yang
absolut itu, kita adalah bagian darinya, yang merupakan ekspressi darinya.
Dialektika Hagel
Seluruh sistem filsafat hagel terdiri dari “triade-triade” yaitu rangkaian proses dialektis tiga tahap,
yaitu:
a) Tesis: suatu konsep universal yang abstrak sebagai titik tolak.
b) Antitesa: kontradiksi atas tesis.
c) Sintesis: penyatuan konsep yang bertentangan.
Tesis sebagai titik tolak metode hagel terdiri dari pengertian atau konsep-konsep yang dianggap
jelas dan fundamental. Pengertian atau konsep itu bersifat mendalam tidak berupa pengertian yang
dangkal. Tesis akan membawa orang pada anti tesis atau pengingkaran atau negasi. Sintesis
merupakan penyelesaian evolutif atau konsep yang saling bertentangan, dan merupakan penyelesaian
dari konsep yang bertentangan itu. Sintesis ini merupakan pengingkaran terhadap pengingkaran.,
dimana tesis dan antitesis sama-sama diperkirakan dan saling mengisi, saling memperkaya dan
memperbarui keduanya. Pemikiran dialektika menurut Hegel merupakan satu proses
untuk mencapai kebenaran rangkaian dialektis itu misalnya “ada” (tesis), memunculkan “tidak ada”
(anti tesis), dari kedua kontradiksi ini muncul menjadi sintesis yaitu kesatuan ada dengan tidak ada.
Segala sesuatu menurut hegel dapat dijelaskan berdasarkan logika dialektis.