Anda di halaman 1dari 3

Aliran-Aliran Filsafat

A. Rasionalisme dan ajaran dasarnya


Rasionalisme adalah suatu aliran filsafat yang meyakini bahwa rasio atau akal merupakan sumber
utama suatu pengetahian. Banyak ajaran aliran rasionalisme, antara lain,
1. Melalui proses pemikiran abstrak dapat diketahui kebenaran fundemental, tentang apa
yang ada serta strukturnya dan alam semesta pada umumnya.
2. Realitas dan kebenaran-kebenaran tentang realitas dapat dicapai tanpa harus
menggunakan metode empiris.
3. Pemikiran dapat mengetahui beberapa kebenaran tentang realitas, mendahului
pengalaman apapun juga. Pengetahuan yang diperoleh tanpa pengalaman ini disebut
dengan pengetahuan apriori.
4. Akal budi (rasio) adalah sumber utama ilmu pengetahuan.
5. Suatu pengetahuan tidak perlu diuji melalui verifikasi inderawi, akan tetapi kukup
melalui kriteria logis.
6. Alam semesta (ralita) mengikuti hukum-hukum alam yang rasionl, karena alam
semesta adalah sistem yang dirancang secara rasional yang aturannya sesuai dengan
logika atau matematika.
B. Tokoh-tokoh aliran Rasionalisme dan pemikirannya
1.Plato
Plato bernama asli Aristoteles. Plato adalah seorang filsuf yang komprehensif dan mengagumkan.
Ia banyak mengeluarkan pemikiran yang jauh kedepan diberbagai bidang. Atas dasar ini Whitehead
pernah menyatakan bahwa “The whole Later development of Western philosophy can be a series of
extended footnot tp Plato. “ artinya: keseluruhan perkembangan pemikiran filsafat barat hanyalah
catatan kaki dri pemikiran Plato.
Ungkapan ini, sebenarya dimaknai sebagai kekaguman Whitehead terhadap kecerdasan dan
jangkauan pemikiran Plato. Pemikiran tersebut sangat berpengaruh terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan. Harus diakui bahwa pengaruh pemikirin Plato dalam berbagai bidang filsafat dan ilmu
pengetahuan memang sangat besar.
Sumber inspirasi pemikiran Plato
Pandangan Plato tentang filsafat dipengaruhi oleh beberapa filosof pra-socrates, sebagai hulu-nya
diantaranya adalah:
a) Pythagoras filsuf ini memberikan pengaruh jelas pada Plato tentang banyak hal, terutama
masalah keabadian jiwa, mistisisme, dan matematika.
b) Parmenides filsuf ini memberikan pengaruh pada Plato pemikiran tentang kenyataan yang
abadi, yang tidak berubah oleh waktu sebagai realitas yang paling dasar, disebut idea
c) Heraclitos filsuf ini memberikan Plato dasar pemikiran tentang tidak adanya sesuatu yang
permanen dalam dunia fisik, karena itu pengetahuan tentang dunia empiris hanyalah
sekedar doxa dan bukan episteme.
d) Socrates filsuf ini memberikan pengaruh kepada Plato tentang problem etika (moral)
seperti perlunya tujuan kehidupan di dunia, karenanya Plato menekankan perlunya
menggeluti pengetahuan tentang idea yang baik yang menjadi tujuan semua e-idea.
Andil Plato dalam pemikiran Epistemologi
Plato dianggap salah seorang pendiri epistemologi. Karena ia dianggap paling awal
mempertanyakan: “apa yang dapat kita ketahui? Bagaimana kita mengetahui? Dan kapan satu
pengetahuan dinyatakan benar?. Perlu dikemukakan bahwa teori pengetahuan Plato adalah upaya
akademik dan sisntesis dari pertentangan antara pemikiran Heraclitos dan Parmenides. Dalam
pandangan Heraclitos realitas adalah sesuatu yang sanantiasa berubah sementara parmanides
menyatakan bahwa realitas adalah sesuatu yang tidak berubah, sesuatu yang tetap dan yang abadi.
Plato berpandangan bahwa realitas yang senantiasa berubah adalah realitas “dunia fisis” atau
fenomena alam, sedangkan realitas yang sempurna, realitas yang tidak berubah terdapat dalam dunia
idea. Ini berarti Plato melakukan sintesis dari dua tokoh filosof yang mendahuluinya tersebut, suatu
pemikiran yang benar-benar cerdas dan menunjukan kelasnya sebagai filosof besar sepanjang masa.

2.Rene Descartes
Rene Descartes dikenal sebagai bapak filsafat modern dan peletak fundasi metode rasional untuk
penelitian filosofis. Ia mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, teologi dan filsafat dalam dua
kecenderungan: idealisme Platonis dan realisme Aristotelian. Sampai waktu descrates terjun ke
kancah filsafat tidak ada aternatif pemikiran filsafat yang ditawarkan selain tradisi Plato dan
aristoteles. Dalam pandangan socrates, kedua tradisi ini mengandung kelemahan sehingga melahirkan
ketidakpastian. Oleh karena itu, ia mengawali filsafat modern dengan mencoba menemukan fundasi
bagi kebenaran ilmu pengetahuan yang absolut dan pasti.
Rasionalisme descartes
Sebagai seorang rasionalis, Descartes mengutamakan rasio sebagai sumber pengetahuan dari pada
empiris atau benda yang diamati dan diukur itu. Menurutnya, pengalaman hanya mengantarkan kita
kepada “penampakan” (appearance), bukan kepada pengetahuan yang sesungguhnya.
3.Baruch Spinoza
Baruch Spinoza adalah seorang pemikir rasional atau pemikir bebas, bahkan sangat bebas. Sebab
itu komunitasnya sendiri banyak yang mengucilkan bahkan membencinya. Tidak hanya itu karena
pemikiran bebasnya ia juga dibenci olh kaum Kristen Ortodoks, dengan alasan bahwa pemikiran telah
membawa dirinya kepada kategori ateis, anti Tuhan. Kendatipun seorang pemikir bebas, ia adalah
orang yang jujur, sopan dan menolak pembatasan, termasuk menolak jabatan di heidelberg, dengan
alasan jabatan itu posisi resmi dapat membatasi laju gerak pemikirannya.Sebagai seorang rasionalis,
Spinoza tidak menempatkan hasil pengamatan inderawi sebagai pengetahuan yang sempurna ia
membedakan tiga taraf pengetahuan yaitu:
a) Tahap pengetahuan inderawi atau imajinasi
b) Tahap refleksi yang berkaitan dengan prinsip-prinsip
c) Tahap intuisi pengetahuan sejati hanya yang berkaitan dengan prinsip-prinsip dan refleksi.
Pandangan monisme ontologis Spinoza berdampak pada prinsip epistemologi yang menempatkan
pikiran (rasio) secara tidak terbatas. Semua idea menurutnya, pasti benar karena semua adalah idea
Tuhan.
4.George Wilhelm Friedrich Hegel
Hegel selalu berbicara tentang yang absolut. Ide, yang satu, ruh-dunia. Ini merujuk pada Tuhan,
walaupun bulan Tuhan seperti pandangan pendeta umumnya. Roh Absolut adalah yang menyelimuti,
mengatur dan membimbing seluruh realitas. Dengan penalaran, kita tidak perlu penyelidiki yang
absolut itu, kita adalah bagian darinya, yang merupakan ekspressi darinya.
Dialektika Hagel
Seluruh sistem filsafat hagel terdiri dari “triade-triade” yaitu rangkaian proses dialektis tiga tahap,
yaitu:
a) Tesis: suatu konsep universal yang abstrak sebagai titik tolak.
b) Antitesa: kontradiksi atas tesis.
c) Sintesis: penyatuan konsep yang bertentangan.
Tesis sebagai titik tolak metode hagel terdiri dari pengertian atau konsep-konsep yang dianggap
jelas dan fundamental. Pengertian atau konsep itu bersifat mendalam tidak berupa pengertian yang
dangkal. Tesis akan membawa orang pada anti tesis atau pengingkaran atau negasi. Sintesis
merupakan penyelesaian evolutif atau konsep yang saling bertentangan, dan merupakan penyelesaian
dari konsep yang bertentangan itu. Sintesis ini merupakan pengingkaran terhadap pengingkaran.,
dimana tesis dan antitesis sama-sama diperkirakan dan saling mengisi, saling memperkaya dan
memperbarui keduanya. Pemikiran dialektika menurut Hegel merupakan satu proses
untuk mencapai kebenaran rangkaian dialektis itu misalnya “ada” (tesis), memunculkan “tidak ada”
(anti tesis), dari kedua kontradiksi ini muncul menjadi sintesis yaitu kesatuan ada dengan tidak ada.
Segala sesuatu menurut hegel dapat dijelaskan berdasarkan logika dialektis.

Anda mungkin juga menyukai