A. Pengertian Filsafat
Sebelum membahas apa itu filsafat pancasila, saya akan membahas terlebih dahulu apa
itu filsafat. Melalui sejarah memahami isi, atau hakekat dari filsafat itu. Filsafat sebagai istilah
banyak dipergunakan dalam berbagai konteks, misalnya filsafat Negara, filsafat hukum, filsafat
pancasila dll. Tersusun kata-kata yang definitif karena filsafat dalam ranah apapun filsafat
adalah fundamental dari berbagai ilmu sehingga epistemologi yang diberikan dapat membuat
suatu metodelogi berfikir, logika, dan terminologi tepat dalam merangkai kata-kata mau
pergerakan yang revolusioner bukan menjadi masalah karena filsafat bersifat dinamis.
Menurut Van Peursen mengatakan, filsafat itu dapat berubah-ubah karena manusia ikut
berubah pula di dalam perkembangan sejarah hidupnya. Pengertian filsafat berpangkal dari
kodrat manusia atas dasar tingkah laku perbuatan manusia.
Seacara istilah “filsafat” yang ditinjau secara etimologis yang artinya falsafah (Arab),
philosophy (Inggris), philosopia (Yunani), phylosophia (Latin), philosophie (Jerman). Kata
philosophia merupakan kata majemuk yang tersusun dari kata philos atau philein yang berarti
kekasih, sahabat, mencintai, dan kata shopia yang berarti kebijaksanaan, hikmat, kearifan,
pengetahuan.
Filsafat berarti cinta kearifan, kata kearifan bisa juga berarti “wisdom” atau
kebijaksanaan sehingga filsafat bisa juga berarti cinta kebijaksanaan. Berdasarkan makna kata
tersebut maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya manusia untuk mencari
kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep kebijakan hidup yang bermanfaat
bagi peradaban manusia.
Alasan manusia untuk berfilsafat karena adanya persoalaan yang menuntut manusia
untuk mencari jawaban, banyaknya pendapat, keyakinan, dan interpretasi. Manusia sangat
terbatas eksistensialnya (keheranan, kesangsian, kesadaran akan keterbatasan)
Pengertian Praktisnya, filsafat berarti alam berpikir atau alam pikiran, berfilsafat berarti
berfikir secara mendalam dan dengan sungguh-sungguh, dan juga berarti berfikir secara ilmiah
sampai pada hakekatnya dari sesuatu yang diperkirakan.
Pengertian secara umumnya filsafat adalah hasil pemikiran manusia yang kritis dan
radikal, mendalam, sampai pada intinya, yang membahas secara menyeluruh sampai pada
“hakekatnya” untuk mencapai kebenaran yang sesuai dengan kenyataan. Sedangkan “hakekat”
sendiri ialah suatu hal yang adanya terlepas dari hal yang lain, adanya menurut dirinya sendiri
dan tidak terikat oleh ruang, waktu, keadaan serta sifatnya tetap tidak berubah.
Aristoteles (384-322 S.M) filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran
yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik,
estetika
Socrates (469-399 S.M) filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif
atau berupa perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan bahagia. Manusia akan
menemukan kebahagiaan dan keadilan jika mereka mampu dan mau melakukan peninjauan diri
atau refleksi diri sehingga mucul koreksi terhadap diri secara obyektif.
Plato (472-347 S.M) dalam karya tulisnya “Republik” Plato menegaskan bahwa para
filsuf adalah pecinta pandangan tentang kebenaran (vision of truth). Dalam pencarian dan
menangkap pengetahuan mengenai ide yang abadi dan tak berubah. Dalam konsepsi Plato,
filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap pandangan
tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato ini kemudian digolongkan sebagai filsafat spekulatif.
Immanuel Kant (1724-1804) filsafat adalah ilmu pengetahuan mengenai pokok pangkal
dari segala pengetahuan dan perbuatan yang tercakup di dalam empat persoalan;
Filsafat ilmu yang menyelidiki segala sesuatu untuk memperoleh keterangan atau sebab
yang sedalam-dalamnya sampai pada hakekatnya, intinya, esensinya, hakikinya untuk
memperoleh kebenaran sesuai dengan kenyataan. Objek material yang menjadi sorotan
filsafat ialah ada dan mungkin ada, sedangkan objek forma filsafat adalah mencari
keterangan atau sebab yang sedalam-dalamnya. Jadi antara filsafat ilmu pengetahuan
bertemu pada objek materia (segala yang ada dan mungkin ada), namun ilmu pengetahuan
dan filsafat tetap berbeda, karena berbeda objek performanya.
1. Fungsi Teoritis: filsafat berfungsi sebagai dasar/sumber dari ilmu yang lain,
sebagai petunjuk berfikir ilmiah. Filsafat sebagai akumulatif, yaitu merupakan
akumulasi daripada pola-pola pemikiran yang fundamental dan hakiki sepanjang
sejarah kehidupan manusia dan kebudayaan.
2. Fungsi Praktis: filsafat berfungsi sebagai pendorong manusia untuk menjadi
pemikir yang kritis dan berfikir secara jelas dan tepat untuk menemukan tujuan
hidupnya yang menjadi pengarah atau tingkah lakunya. Filsafat juga berfungsi
sebagai pembangunan hidup kemanusiaan yang mempunyai hubungan yang
berarti dengan alam semesta tempat manusia akan bersikap bijaksana dalam
berbuat atau bertingkah laku.
D. Cara Berfikir Filsafat
Konsepsional, konsepsi (rencana kerja) sebagai hasil generalisasi serta abstraksi dari
pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses satu demi satu, sehingga filsafat merupakan hasil
“menjadi” kritisnya manusia terhadap diri sendiri sebagai pemikir di dalam dunia yang
dipikirkan.
Komprehensif, filsafat berusaha untuk memperoleh penjelasan mengenai ilmu itu sendiri
di samping itu filsafat berusaha memberikan penjelasan tentang dunia seluruhnya, termasuk
dirinya sendiri. Filsafat mencari kebenaran tentang segala sesuatu dan kebenaran ini harus
bersifat komprehensif, artinya tidak ada sesuatu yang di luar jangkauannya. Pemikiran
kefilsafatan tidak hanya meninjau dari sudut pandang tertentu tetapi pemikiran kefilsafatan
mengetahui hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lain, hubungan ilmu dengan
moral, seni dan tujuan hidup.
Mendasar dan Mendalam, pemikiran kefilsafatan itu sifatnya mendalam sampai pada
hakikatnya, intinya esensinya atau sampai pada hasil yang fundamental, sehingga dapat dijadikan
dasar berpihak bagi segenap bidang keilmuan.
Spekulatif, seabagai hasil perenungan akal budi manusia, maka filsafat merupakan suatu
perekaan atau spekulatif. Dengan perekaan atau spekulatif ini manusia ingin mengadakan
penjajagan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi secara
mendasar, mendalam dan tuntas.
Sistemik, sebagai suatu sistem filsafat mempunyai beberapa unsure yang satu dengan
yang lain dapat dibedakan dengan jelas. Namun demikian unsur-unsur itu satu dengan yang lain
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, saling berkaitan antara satu unsur dengan
unsure yang lain. Setiap unsur saling pengaruh mempengaruhi, saling mendukung merupakan
kebulatan, sehingga merupakan satu sistem.
Kritik atau Analitik, menurut Williem Alston, tugas pertama filsafat adalah analisa
pengertian. Filsafat cocok untuk menghasilkan kejelasan dan ketegasan sehubungan dengan
konsep-konsep dasar mana kita memikirkan dunia dan kehidupan manusia. Sebagai cirri yang
kritik dan analitik, filsafat dapat didefinisikan sebagai pencarian arti atau suatu kegiatan manusia
untuk menemukan kejelasan terhadap istilah-istilah.
Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat
menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila.
Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional
tentang Pancasila sebagai dasar Negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.