Anda di halaman 1dari 5

Nama : Widya Shafa Raissa

NPM : 20025010129

Kelas : SPB D

POLA TANAM

Pola tanam atau yang dikenal dengan cropping systems mempunyai


pengertian yaitu suatu usaha penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur
pola pertanaman (cropping pattern) yang berinteraksi dengan sumberdaya lahan
dan teknologi budidaya yang diterapkan. Sedangkan pola pertanaman ialah
susunan tata letak dan tata urutan tanam, pada sebidang lahan selama periode
tertentu, termasuk didalamnya pengolahan tanah dan bero. Bero yaitu tanah yang
tidak ditanami untuk periode waktu tertentu, tetapi sebelumnya telah ditanami dan
akan ditanami kembali pada waktu yang akan datang (Pitaloka, 2018).

Monokultur merupakan adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian


dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Monokultur menjadikan
penggunaan lahan efisien karena memungkinkan perawatan dan pemanenan secara
cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena
wajah lahan lebih seragam. Kelemahan utamanya adalah keseragaman kultivar
mempercepat penyebaran organisme penggangu tanaman (OPT, seperti hama dan
penyakit tanaman), pola tanaman monokultur memiliki pertumbuhan dan hasil yang
lebih besar daripada pola tanam lainya. Kelebihan pola tanam ini yaitu teknis
budidayanya relative mudah karena tanaman yang ditanam maupun yang dipelihara
hanya satu jenis. Namun disisi lain kelemahan pola tanam ini adalah tanaman
relative mudah terserang hama maupun penyakit (Syahputra, Mawardati, dan
Suryadi, 2017).

Adapun kondisi agroklimat yang ada di daerah Pacet dan Trawas sebagai
berikut :

Tabel 1 Kemiringan Lereng Kecamatan Trawas

Kec. Trawas
Klasifikasi Luas Luas
Kemiringan (Ha) %
Lereng
Datar 799.07 12.14
Landai 1641.78 24.95
Bergelombang 1613.55 24.52
Curam 1552.04 23.58
Sangat Curam 961.94 14.62
Jumlah 6581.28 100

Dari Tabel 1 dapat kita ketahui bahwa kemiringan lereng di Kecamatan


Trawas memiliki Variasi mulai dari mulai dari datar sampai sangat curam berturut-
turut adalah 2316,77 ha (14,12 %) datar, 3867,93 ha (23,57 %) landai, 3503,9 ha
(21,36 %) Bergelombang, 3859,18 ha (2,52 %) curam, 2833,91 ha (17,27 %) sangat
curam.

Tabel 2 Intensitas Hujan Kecamatan Trawas

Intensitas Kec. Trawas


Hujan Luas Luas
(Ha) %
Rendah 0 0
Sedang 1217.28 18.5
Tinggi 5364 81.5
Jumlah 6581.28 100

Dari Tabel 2 terdapat tiga kelas intensitas hujan di Kecamatan Pacet dan
Kecamatan Trawas yaitu Rendah dengan luas 405,70 ha (2,47 %), Sedang dengan
luas 9635,13 ha (58,73 %), Tinggi dengan luas 6366,30 (38,80 %). Di Kecamatan
Trawas memiliki intensitas hujan yang tinggi. Intensitas hujan merupakan salah
satu factor penentu erosi selain kemiringan lereng dan kepekaan tanah terhadap
eros, dimana suatu wilaayah memiliki intensitas hujan tinggi dengan kemiringan
lereng dan jenis tanah yang peka terhadap erosi, maka wilayah tersebut akan
memiliki tingkat erosi yang tergolong berat.

Tabel 3 Kepekaan Tanah Terhadap Erosi Kecamatan Trawas

Kepekaan Kec.Trawas
Erosi Luas Luas
(Ha) %
Agak Peka 5353.75 81.35
Peka 99.85 1.52
Sangat Peka 1121.59 17.04
Jumlah 6581.28 100

Dari tabel 3 terdapat 4229,33 ha (25,78 %) jenis tanah dengan tingkat


kepekaan sangat peka yaitu jenis tanah Litosol, 1692,32 ha (10,31 %) merupakan
tanah dengan kepekaan terhadap erosi tergolong peka yaitu tanah Andosol,
10477,74 ha (63,86 %) merupakan tanah dengan tingkat kepekaan tanah terhadap
erosi tergolong agak peka yaitu tanah Non calcit brown, Mediterania (Yudistira,
2013).

Berdasarkan kondisi agroklimatnya masyarakat di Kecamatan Trawas


banyak yang melakukan pola tanam monokultur dan dengan sistem tanam
terasering. Terasering memiliki pengertian suatu pola tanam atau teknik bercocok
tanam dengan sistem bertingkat sebagai upaya pencegahan terhadap erosi tanah.
adapun manfaat dari pola tanam terasering :

1. Meningkatkan peresapan air ke dalam tanah dan mengurangi jumlah aliran


permukaan sehingga dapat memperkecil risiko pengikisan oleh air.
2. Menjaga dan meningkatkan kestabilan lereng.
3. Mempermudah konservasi lereng.
4. Mengurangi panjang lereng atau memperkecil tingkat kemiringan lereng.
5. Menampung dan menahan air pada lahan miring.
DAFTAR PUSTAKA

Syahputra, N., Mawardati, dan Suryadi. 2017. Analisis Faktor yang Mempengaruhi
Petani Memilih Pola Tanam pada Tanaman Perkebunan di Desa Paya Palas
Kecamatan Ranto Peureulak Kabupaten Aceh Timur Jurnal AGRIFO Vol.
2, No. 1.

Pitaloka, D. 2018. Lahan Kering dan Pola Tanam untuk Mempertahankan


Kelestarian Alam Jurnal Teknologi Serapan Vol. 2, No. 1.

Yudistira, A. 2013. Pemetaan Lahan Kritis di Kecamatan Pacet dan Kecamatan


Trawas Kabupaten Mojokerto Journal Pendidikan Geografis FIS Unesa
Vol. 2, No. 1.

Anda mungkin juga menyukai