Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH AGROFORSTRY TERHADAP SIFAT TANAH, LIMPASAN PERMUKAAN DAN EROSI

By Jamilah, SP. MP

Sistem agroforestry umumnya memberikan pengaruh yang baik terhadap sifat tanah dan pengendalian erosi. Juanda dan Hariati (1993) mendapatkan bahwa pada sistem pertanaman lorong (alley cropping atau agrosilvikultural) antara pohon legum (Flamengia dan Kaliandra) sebagai tanaman pagar dan tanaman padi gogo, jagung, kacang tanah dan sayuran yang ditanam secara tumpangsari sebagai tanaman lorong, lebih efektif menekan laju erosi menjadi 18 ton/ha/thn dibandingkan lahan terbuka (control) sebesar 133,68 ton/ha/thn. Sedangkan teras gulud lebih efektif mengendalikan erosi menjadi 3-5 ton/ha/thn dibandingkan teras bangku sebesar 59,5 ton/ha/thn.

Suwardjo, Sukmana dan Sofiah (1975), serta Sarief (1985) mendapatkan erosi yang cukup bervariasi pada berbagai tipe penggunaan tanah, namun umumnya lebih kecil pada tanah dengan vegetasi kombinasi pohon dan rerumputan dibandingkan jenis penggunaan tanah lainnya, terutama pada lahan yang digunakan untuk tanaman semusim dan pertanian monokultur dengan kemiringan lereng yang lebih besar (Tabel 14).

Limpasan Permukaan (%) 17,3 Kentang sejajar lereng 14,3 Kentang menurut kontur 0,7 Rumput 6,2 Bawang daun 2,0 Hutan lebat 3-1 Pohon tanpa semak+serasah 7,3 Semak + serasah 36,8 Pohon, di bawah diolah 13,1 Pohon diolah + mulsa Rumput dinjak-injak Padang rumput biasa Pepohonan, di bawah bersih Pohon + semak Bambu di bawah bersih Jenis Penggunaan Lahan Mahoni dengan semak Mahoni di bawah bersih Jati + Leucuna glauca bersih -

Erosi (t/ha/thn) 136,1 43,5 0,2 11,0 0 29,1 0,4 27,1 6,8 0,33 0,77 13,2 0,035 0,07 0,9 1,1 3,2

Sumber Keputakaan/ Keterangan

(Suwardjo dkk., 1975) Jenis tanah: Andosol-Ciwide Kemiringan lereng: 10%

(Sarief, 1985) Jenis tanah: Latosol-Bogor Kemiringan lereng 3.5% (Sarief, 1985) Jenis tanah: Grumusol-Rembang kemiringan lereng 14%.

Dari Tabel 14 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan berbasis penutupan lahan secara lebih rapat, seperti pohon yang dibawahnya dibiarkan rerumputan dan atau semak (tipe Silvopastural) memiliki limpasan permukaan dan erosi yang lebih kecil.

Greacen (1975) dalam Quirck (1979) melaporkan bahwa vegetasi rumput berpengaruh baik terhadap persen agregasi tanah, mendekati kondisi tanah hutan, terutarna di lapisan tanah atas, baik pada padang rumput yang berumur 3 tahun, maupun yang berumur 6 dan 10 tahun. Sementara pada tanah pertanian, persen agregasi tanahnya sangat kecil, hanya sekitar 3% merata dari lapisan atas hingga kedalaman 15 cm.

Hasil penelitian Martin (1965) dalam Lal (1979) mendapatkan bahwa persen agregat tanah (diameter > 0.5 mm) pada lahan pertanian hanya sekitar 36-42%, sementara pada lahan padang rumput dapat mencapai 48-63%.

Terhadap infiltrasi tanah, Deblic dan Moreau (1979) mendapatkan bahwa waktu terlambat untuk menghabiskan air setinggi 10 cm pada ring infiltrometer yang dimasukkan ke dalam tanah terjadi pada tanah pertanian (8 menit) sementara waktu tercepat pada tanah hutan (hanya 0,7 menit) dan pada tanah pertanian yang ditanami rumput Stylosanthes diperlukan waktu selama 7.1 menit (Tabel 15).

Tabel 15. Rataan infiltrasi untuk 10 cm tinggi air pada penggunaan tanah Ferralitik Ivory Coast
No 1. 2. 3. 4. Jenis Penggunaan Tanah Hutan Alami Savana Rumput Stylosanthes umur 8 bulan Padi gogo setelah tanaman Kapas Waktu untuk Infiltrasi (menit) 0,7 2,1 7,1 8,0

Sumber: Deblic dan Moreau (1979)

Tabel 16. Pengaruh rumput gajah, leguminosa dan tanaman pertanian terhadap laju infiltrasi dan perkolasi tanah di Afrika Barat.

No.

Jenis Penggunaan Tanah

1. Rumput Gajah 2. Leguminosa (Peuraria sp.) 3. Tanaman Pertanian

Laju Infiltrasi (cm/jam) 10,8 9,9 9,0

Laju Perkolasi (cm/jam) 37,3 28,9 24,1

Lubis (2001) telah pula mengamati pengaruh tanaman penutup tanah terhadap limpasan permukaan dan erosi tanah Ultisol di Kebun Percobaan USU Tambunan A. Tanaman penutup tanah Centrosema pubescens menyebabkan limpasan permukaan sebesar 3.628,95 liter/ha/tahun (83% lebih kecil dari tanpa penutup tanah) dan erosi sebesar 16,85 ton/ha/tahun (37% lebih kecil dari tanpa penutup tanah). Sedangkan pada perlakuan rumput Brachiaria decumbens diperoleh limpasan permukaan dan erosi masing-masing sebesar 3.147,75 liter/ha/tahun dan 9,94 ton/ha/tahun.

Tabel 17. Rataan besarnya erosi pada sistem agroforestry di Sub DAS Lau Biang (Kawasan hulu DAS Wampu) dan erosi pada penggunaan lahan monokultur pada kemiringan lereng 34-37%.

No. 1

Jenis Penggunaan Lahan Sistem agroforestry I (Komponen penyusun: Pinus, Suren, Beringin, Mahoni, Kaliandra, Bambu, Aren, Kulit Manis, Kopi, Kemiri, Cengkeh, Jengkol, Padi Gogo, Jagung, Sawi) Sistem agroforestry II (Komponen penyusun: Pinus, Suren, Kaliandra, Mahoni, Bambu, jeruk manis, jagung) Jagung Jeruk Manis Kopi Arabika

Rataan Erosi (ton/ha/thn) 34,27

2 3 4 5

182,75 168,95 335,95 344,08

Sumber: Sofyan, dkk. (2010)

Hasil penelitian Rauf (2004) menujukkan bahwa erosi yang terjadi di lahan agroforestry di kawasan penyangga Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) umumnya lebih kecil dari erosi yang diperbolehkan (ditolernasikan), sedangkan erosi yang terjadi pada lahan pertanian monokultur (intensif) merupakan erosi yang membahayakan (jauh lebih besar dari erosi diperbolehkan) (Tabel 18).

Tabel 18. Erosi pada tipe agroforestry dan lahan pertanian di kawasan penyangga TNGL Kabupaten Langkat pada kemiringan lereng 15-25%.

Tipe Penggunaan Lahan Tipe Agrosilvicultural Tipe Agrosilvopastural Tipe Agroaquaforestry Pertanian monokultur

Erosi aktual (ton/ha/thn) 24.69 10,48 12,49 136,79

Erosi diperbolehkan (ton/ha/thn) 31,60 30,60 29,45 31,25

Rendahnya erosi yang terjadi pada subtipe agrosilvopastural tidak sejalan dengan limpasan permukaan (run-off) dan kapasitas infiltrasi yang terjadi. Limpasan permukaan pada tipe agrosilvopastural ini lebih besar dari tipe lainnya sedangkan kapasitas infiltrasinya lebih kecil dibandingkan pada tipe agrosilvicultural (Tabel 19).

Tabel 19. Rataan limpasan permukaan (RO), kapasitas infiltrasi (KI) dan permeabilitas profil tanah pada system agroforestry di kawasan penyangga TNGL

Tipe Agroforestry

RO (%) 30.62 39.88 25.58

KI (cm/jam) 61.94 40.47 36.53

Agrosilvikultural Agrosilvopastural Agroaquaforestry

Permeabilitas Profil (cm/jam) 41.99 70.90 40.39

Tabel 20. Rataan pori berguna, stabilitas agregat, dan kadar C-organik tanah pada beberapa tipe agroforestry di kawasan penyangga TNGL Kabupaten Langkat

Tipe Agroforestry Agrosilvikultural Agrosilvopastural Agroaquaforestry

Pori Berguna (%) 32.66 39.59 (% .vo l) 26.26

Stabilitas Ag regat 47.89 62.50 50.68

C- organik (%) 5.5b 7.39 5.46

Tabel 21. Rataan suhu dan populasi mikrobia tanah pada beberapa tipe agroforestry di kawasan penyangga TNGL Kabupaten Langkat

Tipe Agroforestry Agrosilvikultural Agrosilvopastural Agroaquaforestry

Suhu Tanah ( o C) 25.73 24.08 25.65

Total Mikrobia Tanah (cfu) 1.35 x 10 5 5 x 104 7.25 x 10 4

Anda mungkin juga menyukai