32
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan praktikum mengenai
bibit dan persemaian untuk mengetahui tingkat keefisiensian penggunaan lahan
persemaian dengan produksi berbagai jenis tanaman pangan dan hortikultura.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilaksanakan praktikum bibit dan persemaian adalah untuk
memahami materi pembibitan tanaman, serta memahami proses persemaian dan
mengetahui perbedaan metode single transplanting dan double transplanting,
serta cara melakukan skarifikasi benih.
Kegunaan dari praktikum ini adalah diharapkan setiap praktikan dapat
memahami pentingnya persiapan benih sebelum disemai serta metode yang dapat
dilakukan dalam proses pembibitan
33
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembibitan
Pembibitan tanaman adalah suatu proses penyediaan bahan tanaman yang
berasal dari benih tanaman (biji tanaman berkualitas baik dan siap untuk ditanam)
atau bahan tanaman yang berasal dari organ vegetatif tanaman untuk
menghasilkan bibit (bahan tanaman yang siap untuk ditanan di lapangan.
Pembibitan bertujuan untuk mendapatkan bibit sehat agar pertumbuhan tanaman
menjadi subur. Metode pembibitan adalah teknik produksi bibit menurut bentuk
benih yang digunakan yang mencakup pembibitan secara generatif berasal dari
benih generatif dan pembibitan secara vegetatif dari benih vegetatif. Pembibitan
harus disiapkan sekitar satu tahun sebelum penanaman di lapangan, agar bibit
yang ditanam tersebut memenuhi syarat, baik umur maupun ukurannya (Chan,
2021).
Perbanyakan dengan biji juga dikenal sebagai pembibitan generatif atau
seksual karena menggunakan biji atau bagian tanaman yang sudah dibuahi. Biji
berasal dari hasil penyerbukan antara putik dengan benang sari. Kelemahan bibit
generatif dalam pembibitan ini antara lain tanaman lebih lama menghasilkan buah,
serta kualitas buah baru diketahui ketika tanaman berbuah. Kelebihan
menggunakan biji sebagai cara perbanyakan yang pertama adalah pembibitan
dapat dilakukan dengan mudah dan murah. Ada kemungkinan menghasilkan
varietas baru yang lebih baik (Chaniago, 2021).
Pembibitan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Seleksi sangat penting dilakukan untuk mendapatkan
bibit yang sehat dengan pertumbuhan yang normal. Pembibitan yang dikelola
secara baik akan menghasilkan bibit yang baik serta jumlah yang memadai untuk
penanaman di lapangan. Bibit yang baik diperoleh dengan melakukan seleksi,
hanya bibit yang mempunyai pertumbuhan dan bentuk yang normal saja yang
akan di tanam ke lapangan (Sitepu, 2018).
34
2.2 Skarifikasi
Perkecambahan benih yang memiliki kulit benih tidak permeable dapat
dipicu dengan skarifikasi, dengan mengubah kulit benih untuk membuatnya
menjadi permeable terhadap air dan oksigen. Dormansi benih terjadi karena kulit
yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya
air dan gas ke dalam benih. Dormansi merupakan sifat alami benih untuk dapat
bertahan hidup, tetapi sifat dormansi benih dapat menghambat produksi bibit
dalam skala besar dan seragam (Rosdiana, 2020).
Skarifikasi adalah penggoresan yang dilakukan pada kulit biji dengan
menggunakan pisau, kikir, dan pengamplasan. Skarifikasi bertujuan untuk
mengubah kondisi benih yang impermeabel menjadi permeable. Skarifikasi fisik
dapat dilakukan dengan penusukan, pembakaran, pemecahan, pengikiran, dan
penggoresan dengan pisau, jarum, pemotong kuku, kertas, amplas, dan alat
lainnya. Selain dengan melakukan skarifikasi fisik atau mekanik dapat juga
dengan memberikan zat pengatur tumbuh yang dapat membantu mempercepat
pertumbuhan berkecambah (Yendriani, 2021).
Perlakuan biji sebelum tanam merupakan tahapan penting mengingat
kulit biji yang keras merupakan faktor pembatas terhadap masuknya air dan
oksigen ke dalam biji dan menyebabkan biji sulit berkecambah. Kulit biji yang
keras membuat air sulit untuk menembus dan oksigen yang sangat penting dalam
35
eksternal dan embrio. Selain itu, cutin di hilum mengatur permeabilitas biji.
Terdapat dua macam posisi hilum yaitu di tengah dan agak tepi. Bentuk hilum
bervariasi dari bundar telur, jorong dan bundar (Muzzazinah, 2020).
Pembentukan benih pada tahap akhir, hilum mengontrol kadar air benih.
Kemampuan untuk memperoleh tingkat kekeringan yang tinggi merupakan akibat
adanya testa yang sangat impermeabel dan mekanisme katup di hilum. Hilum
berlaku sebagai katup higroskopik, sepanjang alur hilum terdapat celah, celah ini
membuka jika udara sekeliling biji itu kering dan menutup jika udara itu lembab.
Jadi, masuknya air dicegah, namun hilangnya air dimungkinkan (Aprelia, 2020).
Bagian kulit biji yang menempel atau berhubungan dengan gagang biji
(tanda bekas menempelnya biji pada gagang biji) disebut hilum. Pusat biji (hilum)
adalah jaringan bekas biji melekat pada dinding buah, berwarna coklat tua,
kuning, putih atau hitam. Bentuk hilum ada yang lonjong, bulat, segitiga, garis.
Terdapat pula perbedaan lokasi hilum yaitu di bawah dan di tengah serta posisi
hilum yaitu rata, menjorok, dan menonjol (Aprelia, 2020).
2.4 Alpukat
2.4.1 Deskripsi Tanaman
Menurut Felistiana (2018), Klasifikasi tanaman alpukat adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Anak Divisi : Angiosperma
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Ranales
Famili : Lauraceae
Genus : Persea
Spesies : Persea americana Mill.
Alpukat merupakan tanaman yang berasal dari Amerika tengah yang
beriklim tropis dan telah tersebar keseluruh negara beriklim tropis dan
sub-tropis salah satunya Indonesia. Hampir seluruh masyarakat
36
Indonesia mengenal tanaman alpukat dan menyukai buahnya. Alpukat
sangat dikenal dengan buahnya yg mempunyai banyak sekali manfaat,
dimana buah dari tumbuhan ini memiliki bentuk oval atau bentuk yg tidak
beraturan dan memiliki ukuran hinga 10-20 cm, buah alpukat memiliki
warna kehijauan hingga merah kekuningan, pada bagian permukaan kulit
terluarnya buah alpukat memiliki bintik yang berwarna ungu, buah
alpukat memiliki daging buah yang tebal dan berwarna kuning tua hingga
berwarna hijau muda (Ferdiansyah, 2019).
Pohon alpukat memiliki ketinggian 3-10 m, berakar tunggang,
batang berkayu, bulat, warnanya coklat , bercabang banyak, serta ranting
berambut halus. Daun tunggal, dengan tangkai yang panjangnya 1-5,5 cm,
letaknya berdesakan di ujung ranting, bentuknya jorong sampai bundar
telur memanjang, tebal seperti kulit, ujung dan pangkal ranting, bentuknya
jorong sampai bundar telur memanjang, tebal seperti kulit, ujung dan
pangkal runcing, serta bertulang menyirip. Ukuran daun panjang 10-20 cm,
lebar 3-10 cm, daun muda berwarna kemerahan dan berambut rapat,
daun tua berwarna hijau gundul, serta memiliki rasa yang pahit (Panyauri, 2020).
Pohon ini berbunga majemuk, berkelamin dua, dan tersusun dalam
malai yang keluar dekat ujung ranting. Bunga tersembunyi dengan
warna hijau kekuningan dan memiliki ukuran 5-10 mm. Buah alpukat
bertipe buni, bentuk bola atau bulat telur panjangnya 5-50mm, memiliki
kulit lembut tak rata berwarna hijau tua hingga ungu kecoklatan berbiji
satu. Buah tumbuh tergantung pada varietasnya. Daging buah alpukat
berwarna hijau dekat kulit dan kuning dekat biji yang memiliki tekstur
lunak dan lembut. Biji bulat seperti bola, diameter 2,5-5 cm, keeping biji
putih kemerahan. Perbanyakan tanaman alpukat dengan biji dan okulasi pada
tanah gembur dan subur (Panyauri, 2020).
2.4.2 Syarat Tumbuh
Alpukat memiliki syarat pertumbuhan dengan daerah budidaya
yang memiliki curah hujan minimum 750-1000 mm/tahun, kebutuhan cahaya
untuk pertumbuhan berkisar 40-80%, dan suhu yang optimal berkisar
37
12,8-28,3 C. Tanaman alpukat akan tumbuh optimal di tanah lembung
berpasir, lempung liat dan lempung endapan. Keasaaman tanah yang baik
untuk alpukat yaitu berkisar antara pH sedikit asam sampai netral
(5,6-6,4). Umumnya alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran
tinggi yaitu 5-1.500 mdpl. Tanaman alpukat akan dapat tetap beproduksi
hingga tanaman berumur ± 25 tahun, karena tanaman alpukat merupakan tanaman
yang tergolong tanaman keras (Sarinastiti, 2018).
Tanaman alpukat agar tumbuh optimal memerlukan tanah gembur, tidak
mudah tergenang air, (sistem drainase/pembuangan air yang baik), subur dan
banyak mengandung bahan organic. Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan
alpukat adalah jenis tanah lempung berpasir (sandy loam), lempung liat (clay
loam) dan lempung endapan (aluvial loam). Keasaman tanah yang baik untuk
pertumbuhan alpukat berkisar antara pH sedikit asam sampai netral, (5,6-6,4).
Bila pH di bawah 5,5 tanaman akan menderita keracunan karena unsur Al, Mg,
dan Fe larut dalam jumlah yang cukup banyak. Sebaliknya pada pH di atas 6,5
beberapa unsur fungsional seperti Fe, Mg, dan Zn akan berkurang (Lenny, 2016).
Umumnya tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai
dataran tinggi, yaitu 5-1500 m dpl. Namun tanaman ini akan tumbuh subur
dengan hasil yang memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Umumnya
tumbuhan ini cocok dengan iklim sejuk dan basah. Tumbuhan tidak tahan
terhadap suhu rendah maupun tinggi. Di Indonesia tumbuh pada ketinggian
tempat antara 1 m sampai 1000 m di atas permukaan laut (Sarinastiti, 2018).
2.4.3 Teknis Pembibitan
Ada beberapa persyaratan bibit yang perlu diperhatikan dalam budidaya
tanaman alpukat untuk mendapatkan hasil yang memuaskan antara lain adalah
berasal dari buah yang sudah cukup tua, buahnya tidak jatuh hingga pecah, dan
pengadaan bibit lebih dari satu jenis. Bibit alpukat dapat diperoleh melalui dua
proses perbanyakan yaitu secara generatif dan vegetatif yang keduanya memiliki
kelebihan dan kekurangan. Bibit yang diperoleh dari biji kurang menguntungkan
karena buah yang dihasilkan kemungkinan beda dengan induknya dan tanaman
lama berbuah sekitar 6-8 tahun. Sedangkan bibit yang berasal dari proses okulasi
38
lebih cepat berbuah ± 4 tahun dan buah yang dihasilkan memiliki sifat yang sama
dengan sifat induknya (Nasution, 2020).
Perbanyakan tanaman menggunakan biji menghasilkan karakter tanaman
dan buah yang beragam yang bahkan tidak muncul pada induknya. Prosedur
perbanyakan menggunakan biji ini diinginkan untuk tujuan mendapatkan
keragaman genetik, namun jika menginginkan tanaman memiliki rasa yang enak
dan buah yang besar sebagaimana induknya, maka perbanyakan vegetatif menjadi
alternatif satu-satunya. Perbanyakan vegetatif yang bisa diterapkan untuk tanaman
alpukat adalah setek, cangkok, sambung pucuk (top grafting) dan sambung mata
tunas (okulasi). Namun dari sekian banyak teknik perbanyakan, teknik sambung
pucuk paling baik bagi alpukat (Hayati, 2018).
Sambung pucuk merupakan salah satu perbanyakan secara vegetatif yang
dikembangkan untuk perbanyakan tanaman alpukat. Beberapa faktor yang sangat
mempengaruhi keberhasilan dalam memproduksi bibit dengan metode grafting
yaitu faktor tanaman (genetik, kondisi tumbuh, panjang entres), faktor lingkungan
(ketajaman/kesterilan alat, kondisi cuaca, kapan waktu pelaksanaan grafting (pagi,
siang, sore hari), faktor keterampilan orang yang melakukan grafting dan panjang
entris berkaitan dengan kecukupan cadangan makanan/energi untuk pemulihan
sel-sel yang rusak akibat pelukaan (Pramudito, 2018).
2.5 Durian
2.5.1 Deskripsi Tanaman
Menurut Andika (2018), Klasifikasi tanaman durian adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Bombacales
Famili : Bombacaceae
Genus : Durio
Spesies : Durio zibethinus Murr
39
Durian (Durio zibenthinus L.) adalah tumbuhan tropis yang berasal dari
wilayah Asia Tenggara, nama ini diambil dari ciri khas kulit buahnya yang keras
dan berlekuk-lekuk tajam sehingga menyerupai duri. Durian merupakan salah
satu jenis tanaman buah tropis yang dikenal sebagai The King of Fruit. Buah ini
menjadi salah satu jenis buah yang popular di Indonesia, memiliki rasa dan aroma
yang khas serta digemari oleh banyak orang. Warna daging buahnya beragam,
dari warna putih, kuning, hingga oranye. Bagian buah durian yang umum
dikonsumsi adalah bagian salut buah atau dagingnya (Mardudi, 2021).
Buah durian memiliki beberapa bentuk yaitu bulat, ujung datar, bulat telur,
lonjong, bulat panjang, belimbing, siput dan bentuk lain. Warna kulit durian
bervariasi yaitu hijau, hijau kecoklatan, hijau kekuningan, kuning orange, kuning
kecoklatan. Duri pada durian merupakan ciri khas yang dimiliki oleh buah durian.
Ada beberapa bentuk duri pada durian yaitu kail, cembung, cekung, ujung cekung,
kerucut dan piramid. Dengan struktur yang kuat dan tajam, susunan durinya
jarang hingga rapat (Rahayu, 2018).
Akar tanaman durian tersier dan akar tunggang/primer terbagi atas 3
cabang, yaitu akar sekunder, akar yang kuat dan dalam. Perakaran seperti ini baik
untuk mencegah erosi lereng. Letak daun berhadapan pada tangkai dan helaian
daun panjang dan ujungnya runcing. Bunganya besar berbentuk mangkuk dengan
benang sari dan mahkota berwarna kuning emas hingga merah. Bunganya
sempurna atau hermafrodit (satu bunga terdapat benang sari dan putik yang fertil).
Buah dapat dipanen pada umur 4-5 bulan setelah bunga mekar. Buahnya
berbiji banyak (antara 1-40 biji). Daging buah membalut biji yang terdapat dalam
ruang buah (juring) (Andika, 2018).
2.5.2 Syarat Tumbuh
Curah hujan untuk tanaman durian antara 1500-3500 mm/tahun. Curah
hujan merata sepanjang tahun, dengan kemarau 1-2 bulan sebelum berbunga lebih
baik daripada hujan terus menerus. Intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan
durian adalah 60-80%. Sewaktu masih kecil (baru ditanam di kebun), tanaman
durian tidak tahan terik sinar matahari di musim kemarau, sehingga bibit harus
dilindungi/dinaungi. Tanaman durian tumbuh optimal pada suhu 20-30 0 C dan
40
kelembaban 75-80 %. Pada suhu 150 C durian dapat tumbuh tetapi pertumbuhan
tidak optimal. Bila suhu mencapai 350 C daun akan terbakar (Andika, 2018).
Ketinggian tempat untuk bertanam durian kurang dari 800 m dpl, beberapa
tanaman durian ada yang cocok ditanam diberbagai ketinggian. Tanah yang
berbukit atau memiliki kemiringan yang cukup tinggi kurang baik dibanding
dengan lahan yang datar. Durian dapat ditanam didataran rendah dengan
curah hujan merata sepanjang tahun. Umumnya, waktu berbunga tanaman
yang ditanam didataran tinggi akan lebih lambat dibandingkan dengan yang
ditanam didataran rendah (Rahayu,2018).
Tanaman durian menghendaki tanah yang subur (tanah yang kaya bahan
organik). Partikel penyusunan tanah seimbang antara pasir liat dan debu sehingga
mudah membentuk remah. Tanah yang cocok untuk durian adalah jenis tanah
Andisol. Tanah yang memiliki ciri-ciri warna hitam keabu-abuan kelam, struktur
tanah lapisan atas berbutir-butir, sedangkan bagian bawah bergumpal dan
kemampuan mengikat air tinggi. Derajat keasaman tanah (pH) yang dikehendaki
tanaman durian adalah 5-7, dengan pH optimum 6-6,5. Tanaman durian termasuk
tanaman tahunan dengan perakaran dalam, maka membutuhkan kandungan air
tanah dengan kedalam cukup, (50-150 cm) dan (150-200 cm). Jika kedalaman air
tanah terlalu dangkal/dalam, rasa buah tidak manis, tanaman akan kekeringan/akar
nya busuk akibat selalu tergenang (Andika, 2018).
2.5.3 Teknis Pembibitan
Pembibitan merupakan salah satu aspek penting dalam pengembangan
durian. Teknik perbanyakan bibit memengaruhi keberhasilan pertumbuhan dari
bibit. Kegagalan dalam melakukan teknik perbanyakan akan mengurangi
ketersediaan bibit bagi konsumen. Perbanyakan bibit durian dapat dilakukan
dengan beberapa teknik yaitu penyambungan, okulasi, cangkok dan susuan.
Teknik lain dalam perbanyakan bibit durian yaitu dengan perbanyakan generatif
melalui biji namun anakan yang dihasilkan memiliki sifat yang berbeda dengan
induknya dan masa panennya lama (Triwidodo, 2020).
Sumber generatif tanaman durian yang dapat dijadikan sebagai sumber
perbanyakan adalah biji. Biji durian berasal dari buah masak dapat disemai dan
41
tumbuh menjadi bahan batang bawah bibit durian unggul untuk perbanyakan bibit
durian dengan sambung pucuk. Persyaratan biji durian yang dapat dijadikan
sebagai bibit atau batang bawah adalah berasal dari tanaman yang sehat, tanaman
mempunyai perakaran yang kuat, tanaman mempunyai ketahanan terhadap
penyakit tanah, dan mempunyai ketahanan terhadap cekaman lingkungan. Sifat
keturunan yang diperoleh biasanya berbeda dengan induknya. Perbedaan sifat ini
karena perpaduan sifat yang berbeda dari kedua induknya akibat penyerbukan
dibantu oleh serangga, air, angin dan lain-lain (Syarifuddin, 2021).
Perbanyakan secara vegetatif memiliki beberapa cara yaitu grafing.
Grafing ini bukanlah sekedar pekerjaan menyisipkan dan menggabungkan
suatu bagian tanaman, seperti cabang, tunas atau akar pada tanaman yang
lain. Melainkan sudah merupakan suatu seni yang sudah lama dikenal dan
banyak variasinya. Dari sekian banyak grafting ini digolongkan menjadi tiga
golongan besar, yaitu bud grafting atau budding yang kita kenal dengan
istilah okulasi, scion grafting lebih populer dengan grafting saja, yaitu
sambung pucuk atau enten dan grafting by appoach atau inarching yaitu cara
menyambung tanaman sehingga batang bawah masih berhubungan dengan
anaknya masing-masing (Syarifuddin, 2021).
2.6 Mangga
2.6.1 Deskripsi Tanaman
Menurut Huana (2019), Klasifikasi tanaman mangga adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyata
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledon
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiacea
Genus : Mangifera
Spesies : Mangifera indica
42
Mangga adalah buah tropikal yang berasal dari Asia dan sudah tumbuh
sekitar 4000 tahun dan sekarang dapat ditemukan di semua negara tropis,
termasuk Indonesia. Mangga tumbuh dalam bentuk pohon berbatang tegak,
rindang dan
hijau sepanjang tahun yang dapat tumbuh dengan tinggi hingga 10-45 meter,
berbentuk kubah dan berdaun lebat, biasanya bercabang banyak dan berbatang
gemuk. Biji, daun, kulit, buah dan batang mangga mengandung senyawa
flavonoida, saponin dan tanin (Nurhuda, 2019).
Daun mangga tersusun spiral pada masing-masing cabang, bergaris
membujur, berbentuk pisau–elips dengan panjang daunnya kurang lebih 25 cm
dan lebarnya 8 cm, kemerahan dan tipis-lembek saat tumbuh pertama dan
mengeluarkan wangi aromatik saat dihancurkan. Bunga tumbuh di ujung masing-
masing percabangan yang berisi sekitar 3000 bunga kecil berwarna putih
kemerahan atau hijau kekuningan. Buahnya tersusun atas bagian daging yang
kuning, biji tunggal, dan kulit kekuningan hingga kemerahan saat matang. Bijinya
soliter, membujur, terbungkus keras (Nurhuda, 2019).
Bunga mangga biasanya bertangkai pendek, jarang sekali yang bertangkai
panjang, dan berbau harum seperti bunga lili. Kelopak bunga biasanya bertaju
lima. Buah mangga termasuk buah batu yang berdaging, dengan ukuran dan
bentuk
yang sangat berubah-ubah bergantung pada macamnya, mulai dari bulat, bulat
telur, hingga lonjong memanjang. Panjang buah kira-kira 2.5 -3.0 cm. Kulit
buah agak tebal berbintik-bintik kelenjar, hijau kekuningan atau kemerahan bila
masak. Daging buah jika masak berwarna merah jingga, kuning, berserabut
atau tidak, manis sampai masam dengan banyak air dan berbau kuat sampai
lemah. Biji berwarna putih, gepeng memanjang tertutup endokrap yang tebal,
mengayu dan berserat (Husna, 2019).
2.6.2 Syarat Tumbuh
Tanaman mangga dapat tumbuh sampai pada ketinggian tempat lebih
kurang 1.300 m dari permukaan laut. Jika ingin tanaman mangga dengan produksi
optimal, sebaiknya mangga ditanam pada suatu areal yang memiliki ketinggian
43
maksimal 500 m di atas permukaan laut. Suhu udara yang ideal adalah antara 27-
34 C dan tidak ada angin kencang atau angin panas. Di samping itu, untuk
mendapatkan produksi yang optimal, tanaman mangga membutuhkan penyinaran
antara 50%-80% (Nurmuharani, 2018).
44
Perbanyakan dengan biji juga dikenal sebagai pembibitan generatif atau
seksual karena menggunakan biji atau bagian tanaman yang sudah dibuahi. Biji
berasal dari hasil penyerbukan antara putik dengan benang sari. Kelemahan bibit
generatif dalam pembibitan ini antara lain tanaman lebih lama menghasilkan buah,
serta kualitas buah baru diketahui ketika tanaman berbuah. Kelebihan
menggunakan biji sebagai cara perbanyakan yang pertama adalah pembibitan
dapat dilakukan dengan mudah dan murah serta ada kemungkinan menghasilkan
varietas baru yang lebih baik (Chaniago, 2021).
Pembiakaan vegetatif tanaman mangga dapat terjadi secara alamiah atau
dibuat oleh manusia. Pembiakan vegetatif buatan tanaman mangga dimanfaatkan
melalui cara stek, cangkok, okulasi dan sambung. Para petani memanfaatkan
pembiakan vegetatif buatan untuk menghasilkan tanaman baru yang cepat
berproduksi dengan sifat dan kualitas yang sama dengan induknya. Namun
perbanyakan vegetatif buatan yang dikenal oleh para petani hanya mampu
menghasiklan tanaman dalam jumlah yang terbatas (Auditira, 2019).
2.7 Persemaian Tanaman Cabai
Persemaian (nursery) adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses
benih menjadi bibit atau semai yang siap ditanam di lapangan. Media tanam
sangat berperan penting dalam melakukaan budidaya tanaman salah satunya
dalam melakukan persemaian, karena dapat mempengaruhi daya berkecambah
dan pertumbuhan benih tersebut. Keberhasilan budidaya tanaman cabai, selain
benih yang berkualitas tentunya perlu adanya teknik penyemaian yang baik dan
benar untuk mendapatkan bibit tanaman yang bagus, sehingga saat dipindah
tanam
pada lahan, bibit tidak stres dan dapat tumbuh optimal. Proses penyemaian
terlebih dahulu akan diperoleh keseragaman tanaman dan pertumbuhan tanaman
yang
baik dan seragam (Irawan, 2020).
Media tumbuh merupakan suatu bahan yang berguna sebagai tempat untuk
berdiri tegaknya semai, sebagai tempat untuk berkembangnya akar semai, sebagai
tempat menyimpan air, gas dan zat hara yang di perlukan pertumbuhan semai.
45
Tujuan dari persemaian adalah agar dapat dihasilkan pertumbuhan yang optimal,
dengan ketersediaan unsur hara yang lengkap pada media tanam. Penyiraman
yang baik juga dapat menjadikan bibit tanaman dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik. Persemaian di pengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dalam dan
faktor luar. Peran penting nutrisi bagi tanaman diantaranya adalah membentuk
klorofil dan protein, nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan semai
diantaranya unsur hara makro (Ca, Mg, N, P, K) dan unsur hara mikro (Fe, Zn,
Mn, B) (Wahyuni, 2021).
Pemanfaatan dari limbah batang pisang dapat digunakan sebagai media
semai dari tanaman cabai rawit yang diambil dari pelepahnya. Pemanfaatan
batang pisang khususnya pelepah batang pisang sebagai media semai pada
tanaman cabai rawit dapat menguntungkan baik dari segi ekonomi, teknis dan
sosial. Batang pisang digunakan sebagai media semai untuk tanaman cabai rawit
karena dengan menggunakan batang pisang tidak perlu melakukan penyiraman
terlalu sering karena di dalam batang pisang mengandung banyak air yang selalu
membasahi tanaman sehingga intensitas penyiraman bisa berkurang. Batang
pisang
sendiri diketahui mengandung 96% lebih banyak yang sangat menjanjikan sebagai
media semai sayur (Lutfiana et al., 2019).
2.7.1 Single Transplanting
Trasplanting atau replanting dalam dunia pertanian dan perkebunan
adalah teknik memindahkan tanaman dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Tanaman
yang akan ditransplanting harus dipindahkan secara hati-hati sekali kerena
ada resiko signifikan tanaman menjadi mati. Dalam memindahkan tanaman,
kerusakan pada akar sebisa mungkin harus diminimalkan. Pada tahap setelah
pemindahan, tanaman memerlukan media tanam yang baik agar pertumbuhan
akar tidak terganggu (Purnomo et al., 2019).
Single transplanting adalah metode penanaman bibit tanaman yang telah
dipelihara di persemaian dalam wadah kecil, kemudian dipindahkan secara
individual ke lubang tanam di lahan pertanian atau kebun dengan jarak tanam
tertentu. Tujuan dari single transplanting adalah untuk memastikan bahwa setiap
46
tanaman memiliki ruang yang cukup untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
Selain itu, untuk meminimalkan persaingan antara tanaman yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan hasil panen. Dengan menggunakan teknik ini,
petani dapat memperoleh hasil panen yang lebih baik dan meningkatkan
produktivitas lahan pertanian (Bashar et al., 2020).
Single Transplanting merupakan metode yang lebih hemat biaya serta
lebih mudah dilakukan dibandingkan metode double transplanting. Metode ini
dilakukan dengan beberapa alasan, antara lain: media tanam sudah miskin unsur
hara sehingga perlu diganti ke media baru yang lebih subur, memindahkan bibit
ke wadah polybag yang lebih besar akibat pertumbuhan bibit dan atau
memindahkan bibit ke wadah/polybag yang lebih kecil agar mudah dalam
pengangkutan ke lokasi penanaman/lokasi konsumen. Teknik ini umumnya
digunakan untuk tanaman yang membutuhkan jarak tanam yang cukup lebar dan
memiliki sistem perakaran yang kuat, seperti padi, jagung, dan sayuran (Purnomo
et al., 2019).
2.7.2 Double Transplanting
Double transplanting memungkinkan tanaman cabai untuk memiliki
lebih banyak ruang untuk tumbuh dan akar yang lebih kuat, sehingga dapat
menghasilkan buah cabai yang lebih besar dan banyak. Namun, metode ini
membutuhkan perawatan ekstra dan bisa lebih sulit dilakukan dibandingkan
dengan metode penanaman biasa. Jika metode ini tidak dilakukan dengan hati-hati
dapat menyebabkan stress pada tanaman dan memengaruhi hasil panen pada
tanaman serta hasil produksi. Hasil panen akan menurun yang menyebabkan
kerugian pada petani (Bashar et al., 2020).
Metode double transplanting dapat membantu meningkatkan efisiensi
penggunaan lahan dan mempercepat waktu panen. Bibit yang ditanam dalam
pot kecil dapat ditempatkan lebih rapat dan pada jarak yang lebih pendek di
persemaian bibit, sehingga dapat menampung lebih banyak bibit dalam satu
waktu tanam. Setelah bibit tumbuh lebih besar dan lebih kuat, bibit tersebut
akan dapat dipindah tanamankan ke tempat yang tetap untuk tumbuh dan
47
berkembang lebih lanjut. Metode ini dapat mempercepat waktu panen dan
meningkatkan produktivitas pertanian (Bashar et al., 2020).
Double transplanting merupakan teknik pindah tanam setelah bibit cabai
disemai pada tray pembibitan dan dipelihara hingga umur 30 hari. Cabai yang
tumbuh pada tray semai lalu dipindah tanamkan ke polybag terlebih dahulu lalu
dipindah ke bedengan. Penggunaan polybag bertujuan untuk efisiensi penggunaan
bibit, mengurangi tingkat kerusakan dan kematian bibit serta mempermudah
double transplanting (pindah tanam dua media). Keunggulan penggunaan polybag
setelah pembibitan ialah memberikan kemudahan saat melakukan pindah tanam,
karena tidak perlu mencabut bibit sehingga proses pindah tanam dapat
dilaksanakan dengan lebih cepat (Purnomo et al., 2019).
48
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Plantation Nursery, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin Makassar. Pada hari Sabtu, 18 Maret 2023, pukul 15.45
WITA – selesai; pola tanam dan pembibitan pada hari Sabtu, 25 Maret 2023,
pukul 15.45 WITA – selesai; single transplanting dan double transplanting pada
hari Sabtu, 1 April 2023, pukul 15.45 WITA – selesai; Pengamatan pertumbuhan
tanaman pada hari Sabtu, 8 April 2023 – 13 Mei 2023, pukul 15.45 WITA –
selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum pembibitan adalah polybag 30 × 40
cm (10 pcs), pisau, papan nama, sekam dan penggaris.
Bahan yang digunakan dalam pembibitan adalah biji manga, biji alpukat,
dan biji durian.
Alat yang digunakan dalam praktikum persemaian adalah tray semai,
polybag 10 × 15 cm (5 pcs) cangkul, penggaris, papan nama dan sekop tanaman.
Bahan yang digunakan dalam persemaian adalah benih cabai dan pelepah
pisang.
3.3 Pelaksanaan
3.3.1 Persiapan Media Tanam
Persiapan media tanam pembibitan adalah menyiapkan media tanam dengan
perbandingan tanah, pupuk kendang, dan sekam yaitu 1:1:1. Kemudian media
tanam dicampur lalu dimasukkan ke dalam masing-masing polybag.
Persiapan media tanam persemaian adalah menyiapkan alat dan bahan,
kemudian mengisi tray semai dengan media tanam tanah, sekam, dan kompos
dengan perbandingan 1:1:1 lalu menanam biji cabai.
Untuk metode pembibitan single transplanting, benih cabai disemai di tray
semai selama 2 minggu, kemudian dipindahkan ke bedengan. Sedangkan metode
double transplanting, benih cabai disemai di tray semai selama 2 minggu,
49
kemudian dipindahkan ke polybag ukuran 10 x 15 selama 1 minggu, setelah itu
baru dipindahkan ke bedengan.
3.3.2 Teknik Pembibitan
Biji Mangga
Perlakuan biji mangga terdiri dari:
M0 = cangkang biji mangga tidak dibuka
M1 = cangkang biji mangga dibuka
M2 = bagian hilum biji mangga diiris
Biji Alpukat
Perlakuan biji alpukat terdiri dari:
A0 = tanpa pemotongan biji
A1 = pemotongan biji 1/2
A2 = pemotongan biji 1/3
Biji Durian
Perlakuan biji durian terdiri dari:
D0 = peletakan hilum biji durian secara horizontal
D1 = peletakan hilum biji durian mengarah ke atas
D2 = peletakan hilum biji durian mengarah ke bawah
Menanam biji alpukat, biji durian, dan biji mangga ke dalam polybag.
Masing-masing polybag berisi 2 sampel biji. Dalam satu polybag terdapat
sepasang biji yang memiliki hasil potongan yang sama.
3.3.3 Teknik Persemaian
Cara transplanting tanaman, yakni:
1. Menyiapkan media tanam
2. Bibit dipilih sesuai kriteria
3. Bibit dipindahkan ke media tanam dengan cara mencabutnya secara hati-
hati
4. Bibit ditanam dengan kedalaman lubang tanam yang sesuai dengan jenis
akar tanaman yang akan ditanam
5. Lubang tanam ditutup dengan media tumbuh sambil ditekan secara
perlahan-lahan di sekitar pangkal batang sampai bibit berdiri tegak
50
6. Perawatan tanaman secara rutin.
3.3.4 Pemeliharaan Tanaman
Prosedur pemeliharaan tanaman dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Penyiraman
2. Penyiangan gulma
3. Penggemburan tanah
3.4 Parameter Pengamatan
Parameter pengamatan pada pembibitan adalah sebagai berikut.
1. Tinggi kecambah (cm)
Pengamatan dilakukan setiap minggu dengan total 5 kali pengamatan
2. Jumlah daun
Pengamatan dilakukan setiap minggu dengan total 5 kali pengamatan, daun
yang dihitung adalah daun yang telah terbuka sempurna
3. Daya Kecambah
Pengamatan dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada 5 HST dan 7 HST yang
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
KN 1 ( 5 HST )+ KN 2(7 HST )
Daya kecambah = × 100%
Jumlah benih yang ditanam
4. Potensi Tumbuh
Pengamatan hanya dilakukan satu kali, yaitu pada 7 HST yang dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
Jumlah benih yang tumbuh
Potensi Tumbuh = × 100%
Jumlah benih yang ditanam
Parameter pengamatan pada persemaian adalah sebagai berikut.
1. Tinggi tanaman (cm)
Pengamatan dilakukan setiap minggu dengan total 4 kali pengamatan
2. Jumlah daun (helai)
Pengamatan dilakukan setiap minggu dengan total 4 kali pengamatan,
jumlah daun yang dihitung apabila telah terbuka sempurna
3.1 Analisis Data
51
Data dianalisis dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK),
untuk kegiatan pembibitan terdiri dari 3 taraf perlakuan dengan pengulangan
sebanyak tiga kali sehingga terdapat 9 unit percobaan, sedangkan untuk kegiatan
persemaian terdiri dari 2 taraf perlakuan dengan pengulangan sebanyak dua kali
sehingga terdapat 4 unit percobaan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 10. Pengamatan Pembibitan Durian
Rata-rata Nilai
Perlakua
Tinggi Jumlah Daya Potensi NP BNT
n
Kecambah Daun Kecambah Tumbuh
D0U1 6,7 0 50% 50% Tidak
D0U2 17 0 0% 50% terdapat
D0U3 14,7 0 50% 100% nilai NP
BNT
D1U1 13,85 0 50% 50% karena
D1U2 0 0 0% 50% perlakuan
D1U3 0 0 0% 50% tidak
D2U1 9 0 0% 50% berpengaru
D2U2 16 0 0% 50% h nyata
terhadap
D2U3 0 0 0% 50% tanaman
Sumber : Data Primer setelah Diolah, 2023
Tabel 11. Pengamatan Tinggi Tanaman Persemaian Tanaman Cabai Single
Transplanting
Tanama Tinggi Tanaman (cm) Rata-
n 1 mst 2 mst 3 mst 4 mst 5 mst Total Rata
1 4,4 4,7 9,9 12,2 12,5 43,7 8,74
2 4,8 5,2 6,9 9 10 35,9 7,18
Rata-
4,6 4,95 8,4 10,6 11,25 79,6 7,96
Rata
Sumber : Data Primer setelah Diolah, 2023
Tabel 12. Pengamatan Tinggi Tanaman Persemaian Tanaman Cabai Double
Transplanting
Tanama Tinggi Tanaman (cm) Rata-
n 1 mst 2 mst 3 mst 4 mst 5 mst Total Rata
1 3,6 4,5 6,4 7,6 12,5 34,6 6,92
2 3,8 5 6,8 8,3 10 33,9 6,78
52
Rata-
3,7 4,75 6,6 7,95 11,25 68,5 6,85
Rata
Sumber : Data Primer setelah Diolah, 2023
53
dormansi pada biji hingga dapat berkecambah dengan baik. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Aprelia (2020), bahwa air berperan penting untuk mengaktifkan sel-sel
yang bersifat embrionik dalam biji dan melunakkan kulit biji sehingga
menyebabkan embrio di dalam biji mulai tumbuh.
54
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapat, dapat disimpulkan bahwa tanaman cabai
yang menggunakan metode single transplanting lebih baik. Persemaian dapat
dilakukan dengan menggunakan metode single transplanting ataupun double
transplting, tergantung apa tujuan yang ingin dicapai petani. Metode single
transplanting dapat menghasilkan panen yang cepat, sedangkan double
transplanting dapat menghasilkan tanaman yang kuat dan produktifitas tinggi.
Pembibitan durian dapat tumbuh dengan baik apabila sebelum ditanam bijinya
diberikan perlakuan skarifikasi agar mempercepat perkecambahan.
5.2 Saran
Saran saya untuk praktikum ini agar lebih memperhatikan faktor-faktor
yang dapat menghambat pertumbuhan tanamn cabai, baik itu faktor eksternal
maupun internal.
55
DAFTAR PUSTAKA
Bashar, Z. U., Graham, W.B.R., dan Aimrun, W. 2020. SRI Single Seedling
Transplanting Implement: an Innovative Technique to Challenges on SRI
Planting and Spacing Technique. Journal resech. 3(2): 164-170.
Chaniago, E., Aisyah, L., Nurma, A., Farida, H. 2021. Pelatihan dan Penyuluhan
Pembibitan Tanaman Buah di Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Deputi. 1(1): 10-13.
Felistiani, V. 2018. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Biji Alpukat (Persea americana
Mill.) terhadap Gambaran Histopatologi Hepar dan Limpa pada Mencit
(Mus musculus) yang Diinfeksi Staphylococcus aureus. Skripsi. UIN
Maulana Malik Ibrahim.
56
Ferdiansyah, M. 2019. Analisis Antifungal Ekstrak Etanol Biji Alpukat terhadap
Pertumbuhan Jamur Colletotrichum sp. pada Buah Cabai Rawit
(Capsicumfrutescens). Skripsi. Universitas Medan Area
Hayati, P. K. D., Efendi, S., dan Irawan, R. 2018. Diseminasi Teknologi Sambung
Pucuk pada Alpukat Giri di Kabupaten Pasaman Barat. Jurnal Ilmiah
Pengabdian kepada Masyarakat. 2(2): 25-31.
Irawan, U. S., Arbainsyah., Ramlan, A., Putranto, H., Afifudin, A. 2020. Manual
Pembuatan Persemaian dan Pembibitan Tanaman Hutan. Operasi Wallacea
Terpadu. Bogor
Mardudi, M., Selviyanti, E., dan Suwardi, A. B. 2021. Durian variety (Durio
zibethinus L.) in Kota Bahagia District, South Aceh, Indonesia. Jurnal
Biologi Tropis. 21(1): 42-51.
Ponisri, P., Farida, A., dan Nanlohy, L. H. 2022. Pelatihan Pembuatan Persemaian
dan Cabutan Anakan Alam di Kampung Kasih Kabupaten
Sorong. Abdimas: Papua Journal of Community Service. 4(1): 51-57.
57
Pramudito., Karno., dan Fuskhah, E. 2018. Efektivitas Penambahan Hormon
Auksin (IBA) dan Sitokinin (BAP) terhadap Sambung Pucuk Alpukat
(Persea americana Mill.). Journal Agro Complex. 2(3): 248-253.
Sitepu, A. 2018. Pengaruh Lama Perendaman Air Kelapa Muda dan Jenis Media
Tanam pada Pembibitan Kakao (Theobroma cacao L.) Varietas Sulawesi 1.
Skripsi. UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Susilo, D. E. H., Hertos, M., dan Arfianto, F. 2018. Studi Potensi Penyemaian dan
Pembibitan Tanaman Mengkudu pada Beberapa Komposisi Media Tanam.
Anterior Jurnal. 14(1): 1-10.
Triwidodo, H., Wiyono, S., dan Ayuwati, P, B. 2020. Teknik Pembibitan dan
Organisme Pengganggu Bibit Durian Menoreh Kuning di Kecamatan
Kalibawang, Kulon Progo. Jurnal Agrovigor. 13(1): 43–50
Wahyuni, T. 2021. Pengaruh Jenis Media Semai dan Beberapa Pupuk Organik
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Produksi Seledri (Apium graveolens L.)
Dalam Polybag. Skripsi. Universitas Muhammadiah Palembang.
58
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Lampiran Tabel 1. Tinggi Kecambah Durian Pada Beberapa Perlakuan
Peletakan Hilum
Kelompok
Perlakuan Jumlah Rata-rata
I II III
D0 6,7 17 14,7 38,4 12,8
D1 13,85 0 0 13,85 4,61667
D2 9 16 0 25 8,33333
Jumlah 29,55 33 14,7 77,25 8,58333
Sumber : Data Primer setelah Diolah, 2023
59
LAMPIRAN
60