Anda di halaman 1dari 14

PENDUGAAN EROSI MENGGUNAKAN METODE USLE DI HULU SUB

DAS PADANG

METODOLOGI PENELITIAN AGROTEKNOLOGI

Oleh :

RAHAJENG SHANTIKA LINTANG PRAMESTI


NPM. 19025010188

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
2022
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wilayah DAS Padang mempunyai lima anak sungai (sub-sub DAS) yang
mengalir membelah lahan-lahan pemukiman penduduk, kebun sawit, kebun campuran,
semak-semak dan areal persawahan. Sub DAS memiliki peranan yang penting yaitu
untuk kelangsungan hidup penduduk yang mendiami kawasan hulu DAS Padang
tersebut. Wilayah sungai Padang merupakan aliran sungai yang terbentang mulai dari
kabupaten Simalungun dengan hulu sungai Gunung Simbolon dan bagian hilir sungai
wilayah kotamadya Tebingtinggi dengan luas DAS sungai Padang sekitar 126.163
hektar (Ardiansyah et al, 2013).
Banyaknya perubahan penggunaan lahan hutan menjadi lahan pertanian dan
perkebunan di sepanjang DAS Padang berdampak terhadap perubahan keseimbangan
di dalam tanah khususnya kualitas tanah. Alih fungsi lahan menyebabkan air presipitasi
tidak dapat ditahan secara optimal oleh tanah. Selain itu, seiring dengan pertumbuhan
jumlah penduduk, tekanan sosial ekonomi, dan tekanan pembangunan dapat
menyebabkan penurunan kondisi sumberdaya alam, terutama sumberdaya tanah dan
air termasuk kondisi DAS. Hal ini diakibatkan oleh timbulnya kerusakan vegetasi
penutup tanah yang merupakan faktor terpenting dalam memelihara ketahanan tanah
terhadap erosi, dan kemampuan tanah dalam meresap air. Erosi yang terjadi terus
menerus mengikis lapisan bahan organik di permukaan tanah.
Badan Pusat Statistik mencatat terdapat alih guna lahan di Kecamatan Raya,
luas lahan kopi 1.064,45 Ha (2005) mengalami penurunan menjadi 605,11 (2007) dan
578,1 (2008-2009). Pada Kecamatan Raya dengan kemiringan 30%, vegetasi jeruk dan
rumput memiliki kriteria tingkat bahaya erosi tergolong berat, Pada Kecamatan Tapian
Dolok dengan kemiringan 14,6%, vegetasi kelapa sawit dan rumput memiliki kriteria
tingkat bahaya erosi tergolong ringan, Pada Kecamatan Dolok Batu Nanggar dengan
kemiringan 15%, vegetasi karet kriteria tingkat erosinya tergolong ringan dan
Kecamatan Bandar Marsilam dengan kemiringan 15% dan 10% , vegetasi kelapa sawit
kriteria tingkat erosinya tergolong ringan. Berdasarkan latar belakang dan
permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan pendugaan erosi
menggunakan metode Universal Soil Loss Equation (USLE) di hulu Sub DAS Padang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana besarnya laju erosi yang terjadi di hulu Sub DAS Padang?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya laju erosi di hulu Sub DAS
Padang?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Memahami besarnya laju erosi yang terjadi di hulu Sub DAS Padang.
2. Memahami faktor yang berpengaruhi terhadap besarnya laju erosi di hulu Sub
DAS Padang.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai laju
erosi yang terjadi di hulu Sub DAS Padang sehingga dapat dijadikan referensi dalam
pengelolaan lahan di sekitar DAS dan kegiatan konversi yang akan dilakukan.

1.5 Hipotesis
1. Laju erosi di hulu Sub DAS Padang dipengaruhi oleh faktor erosivitas,
erodibilitas, panjang dan kemiringan lereng, serta pengelolaan lahan dan teknik
konservasi yang digunakan.
2. Erosi pada hulu Sub DAS Padang tergolong berat pada kemiringan 30% dengan
vegetasi jeruk dan rumput.
II. TINJAUAN PUSATAKA

2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS)


DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan suatu kesatuan dengan
sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami yang
batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah
perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (Maulana et al, 2014). Pada DAS
dikenal dua wilayah yaitu wilayah pemberi air (daerah hulu) dan wilayah penerima air
(daerah hilir). Kedua daerah ini saling berhubungan dan mempengaruhi dalam unit
ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) (Halim, 2014).

2.2 Hulu Sub DAS Padang


Hulu Sub DAS Padang merupakan salah satu hulu yang memiliki peranan
penting dalam ekosistem DAS. Hulu ini terletak di Kabupaten Simalungun, Sumatera
Utara. Pengelolaan lahan pada hulu DAS Padang akan menentukan kondisi daur
hidrologi dan berdampak pada bagian hilir DAS yang berada di kota Tebing Tinggi.
Kondisi tutupuan hulu DAS Padang sangat minimum dikarenakan semakin
berkurangnya konversi lahan dari tanaman hutan menjadi tanaman perkebunan
(Bukhari et al, 2015).

2.3 Erosi
Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah dari suatu tempat oleh air atau
angin. Indonesia merupakan daerah beriklim tropis, pada daerah beriklim tropis, erosi
memiliki peran penting dalam proses pengikisan tanah. Erosi menyebabkan hilangnya
bagian lapisan tanah yang subur dan baik, serta mengurangi kemampuan tanah untuk
menyerap dan menahan air. Perkiraan laju erosi diperlukan sebagai dasar perencanaan
konservasi sumber daya lahan dan air (Maulana et al, 2022).
Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi meliputi curah hujan, angin, limpasan
permukaan, jenis tanah, kemiringan lereng, penutup lahan, dan tindakan konservasi.
Faktor-faktor tersebut mempengaruhi erosi yang sebetulnya tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lainnya, artinya bekerja secara simultan. Faktorfaktor tersebut dapat
digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu 1) energi merupakan kemampuan potensial
hujan, limpasan permukaan atau angin untuk menyebabkan erosi, kemampuan tersebut
yaitu erosivitas; 2) Kepekaan tanah yang bergantung kepada sifat fisik dan kimia tanah,
kemampuan tersebut yaitu erodibilitas; dan 3) proteksi yaitu bertitik tolak kepada
faktor-faktor yang berhubungan dengan penutup lahan (Putra et al, 2018).

2.4 Panjang dan Kemiringan Lereng


Panjang dan kemiringan lereng merupakan unsur topografi yang menentukan
kehilangan volume tanah apabila terjadi erosi, serta berpengaruh terhadap aliran
permukaan dan erosi. Perbedaan kelas lereng dapat mempengaruhi kecepatan aliran
permukaan. Semakin besar lereng yang curam makan semakin besar pula energi angkut
tanah oleh aliran permukaan ke bagian bawah. Semakin panjang lereng juga akan
meningkatkan kerusakan. Erosi akan meningkat apabila lereng semakin curam atau
semakin panjang. Hal ini berkaitan dengan energi kinetik aliran limpas yang semakin
besar sejalan dengan semakin besar kemiringan lereng (Maulana et al, 2022).

2.5 Erosivitas
Erosivitas merupakan parameter sifat hujan yang memiliki pengaruh yang
sangat kuat terhadap erosi tanah. Nilai erosivitas hujan merupakan salah satu faktor
penyebab erosi karena energi kinetik yang dihasilkan oleh hujan dapat memecah
agregat tanah. Daya tumbuk air hujan dalam memecah agregat sebagian besar
tergantung dari kecepatan diameter, intensitas dan jatuhnya hujan (Maulana et al,
2022). Curah hujan adalah faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya
erosi. Besarnya curah hujan, intensitas, dan distribusi hujan menentukan kekuatan
dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kekuatan aliran permukaan serta tingkat
kerusakan akibat erosi yang terjadi (Putra et al, 2018).

2.6 Erodibilitas
Tanah yang mempengaruhi nilai erosi disebut erodibilitas dan berbagai tipe
tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbeda-beda. Apabila tanah memiliki
kemampuan dalam menahan curah hujan, maka akan sedikit kemungkinan terjadinya
erosi, begitu juga sebaliknya. Tanah yang erodibilitas tinggi akan peka terhadap erosi
dibandingkan dengan tanah yang erodibilitas rendah memiliki daya tahan kuat terhadap
erosi. Semakin tinggi erodibilitas, maka semakin besar pula kemampuan tanah
mengalami erosi. Faktor erodibilitas merupakan faktor yang dipengaruhi oleh empat
faktor yaitu tekstur tanah, bahan organik, struktur tanah, dan permeabilitas (Maulana
et al, 2022).

2.7 Metode USLE


Metode prediksi erosi harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain dapat
diandalkan, dapat digunakan secara umum, mudah digunakan dengan data yang
minimum, komprehensif dalam faktor-faktor yang digunakan, dan mampu mengikuti
perubahan-perubahan penggunaan lahan dan tindakan konservasi tanah (Arsyad,
2010). Prediksi erosi tidak langsung dilakukan menggunakan metode empiris yaitu
dengan meode Universal Soil Loss Equation (USLE).
Metode USLE adalah metode yang mudah dikelola, relatif sederhana, dan
jumlah masukan atau parameter yang dibutuhkan relatif sedikit dibandingkan dengan
model-model lainnya yang bersifat lebih kompleks (Maulana et al, 2022). Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode. USLE memungkinkan perencana
memprediksi laju erosi rata-rata lahan tertentu pada suatu kemiringan dengan pola
hujan tertentu untuk setiap macam-macam jenis tanah dan penerapan pengelolaan
lahan (tindakan konservasi lahan). USLE dirancang untuk memprediksi erosi jangka
panjang. Persaman tersebut dapat juga memprediksi erosi pada lahan-lahan (Listriyana,
2006).

2.8 Penutup Lahan dan Arahan Konservasi


Vegetasi merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi laju
erosi disuatu tempat. Vegetasi memiliki pengaruh yang besar terhadap erosi karena
vegetasi dapat menghalangi air hujan agar tidak jatuh langsung di permukaan tanah,
sehingga kekuatan untuk menghancurkan tanah dapat dikurangi. Akan tetapi, dalam
pengaruh vegetasi penutup tanah tersebut perlu juga dilihat ketinggian tajuk dan
kerapatan tajuk yang mempengaruhi butiran-butiran hujan yang menimpa permukaan
tanah. Selain itu, perakaran tanaman sangat berperan sebagai pemantapan agregat dan
memperbesar porositas tanah. Arahan konversi DAS dapat dilakukan memalui dua cara
yaitu secara vegetatif dan secara mekanik. Cara vegetatif meliputi penggiliran tanaman,
penghijauan dan pola tanaman tumpang sari, sedangkan cara mekanik meliputi
penanaman menurut garis kontur, pembuatan teras tradisional, dan teras bangku.
Sedangkan alternatif arahan konservasi pada penggunaan lahan hutan yaitu dengan
perlakukan terhadap lahan dibiarkan dalam keadaan alami (Putra et al, 2018).
III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2023 di Hulu Sub DAS
Padang. Analisa sampel tanah dilaksanakan di Laboratorium Sumber Daya Lahan,
Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Rangkaian kegiatan penelitian ini diantaranya adalah pengambilan data sekunder, data
wawancara, analisa laboratorium, pengolahan data dan pembuatan laporan.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain GPS, peta peggunaan
lahan, ring, bor, penumpu, kasa, plastic, karet, kamera, meteran, oven, timbangan,
spektrofotometer. Serta software pengolahan data seperti Microsoft excel, Microsoft
office, dan Arcgis.

3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang dibutuhkan antara lain sampel tanah pada beberapa titik
dengan perbedaan satuan penggunaan lahan, bahan-bahan penunjang analisa
laboratorium, beberapa jenis peta seperti peta rupa bumi, peta penggunaan lahan Hulu
Sub DAS Padang, dan data curah hujan Hulu Sub DAS Padang.

3.3 Pelaksanaan Penelitian


3.3.1 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif eksplotarif
dan purposive sampling. Alasan menggunakan metode ini adalah kedua metode dapat
menggambarkan keadaan suatu alam untuk mengetahui nilai prediksi erosi pada
beberapa penggunana ahan. Penentuan titik dilakukan dengan metode purposive
sampling yaitu dengan pengambilan sampel secara sengaja pada beberapa titik
penggunaan lahan yang dilalui oleh sungai utama.
3.3.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi pengumpulan
data sekunder dan data primer. Data sekunder yang diperlukan meliputi peta batas hulu
Sub DAS Padang, peta penggunaan lahan di hulu Sub DAS Padang, dan data curah
hujan 5-10 tahun terakhir. Sedangkan data primer yang diperlukan dalam penelitian ini
dapat diperoleh melalui pengamatan secara langsung di hulu Sub DAS Padang dan
pengambilan sampel tanah dari beberapa titik pada satuan penggunaan lahan yang
terdapat di hulu Sub DAS Padang untuk kemudian dilakukan analisa di laboratorium.

3.3.3 Analisis Laboratorium


Analisa laboratorium dilakukan untuk mendapatkan nilai pendukung dari
paramaeter yang diamati. Paramater sifat fisika yang dianalisa meliputi tekstur tanah,
warna tanah, jenis tanah, permeabilitas, porositas (BI dan BJ). Sedangkan analisa kimia
meluputi bahan organik.

Tabel 1. Parameter Analisa Sampel Tanah


NO. Parameter Metode
1. Tekstur tanah Pipet
2. Struktur tanah De Boot dan De Leen
3. Berat isi Gravimetri
4. Berat jenis Gravimetri
5. Porositas Gravimetri
6. Bahan organik Walkley and Black

3.4 Parameter Penelitian


3.4.1 Pendugaan Laju Erosi (Metode USLE)
Perhitungan perkiraan erosi pada suatu lahan diperoleh menggunakan
model USLE (Wischmeier & Smit, 1978) dalam Arsyad (2010) yaitu melalui
persamaan berikut:

A = R.K.L.S.C.P
Keterangan:
A = Prediksi Erosi (ton/ha/tahun)
R = Faktor Erosivitas Hujan
K = Faktor Erodibilitas Tanah
LS = Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (m)
C = Faktor Vegetasi/Tanaman
P = Faktor Tanaman dan Pengelolaan
3.4.1.1 Erosivitas Hujan (R)
Erosivitas hujan dapat dihitung dengan mengumpulkan data rata-rata
curah hujan bulanan selama 10 tahun terakhir. Menurut Utomo (1994), erosivitas
hujan di suatu daerah dapat diketahui dengan persamaan berikut:

R = 10,80 + 4,15 CH

Keterangan :

CH = Rata-rata curah hujan bulanan (cm/tahun)

3.4.1.2 Erodibilitas Tanah (K)


Erodibilitas ditentukan berdasarkan analisis tekstur tanah, permeabilitas tanah,
kandungan bahan organik dan struktur tanah. dengan prosedur yang dikemukakan oleh
Wischmeier et al. (1971) dalam Arsyad (2010) melalui persamaan berikut.

𝟏, 𝟐𝟗𝟐 (𝟐, 𝟏 𝐌𝟏.𝟏𝟒 (𝟏𝟎 − 𝟒)(𝟏𝟐 − 𝐚) + 𝟑. 𝟐𝟓 (𝐛𝟐) + 𝟐, 𝟓 (𝐜 − 𝟑))


𝐊=
𝟏𝟎𝟎

Keterangan :
M = (% debu dan pasir sangat halus) x (100 - % liat)
a = % bahan organik (% c x 1,724)
b = kode struktur tanah
c = kode kelas permeabilitas penampang tanah
Tabel 2. Kode Struktur Tanah
Kode Struktur tanah (ukuran diameter) Kode
Granular sangat halus (<1mm) 1
Granular halus (1 – 2 mm) 2
Granular sedang sampai kasar (2 – 10 mm) 3
Berbentuk balok, blocky, plat, massif 4
Sumber : Wischmeir dan Smith (1978)

Tabel 3. Kode Permeabilitas Tanah


Kelas Permeabilitas Kecepatan (cm/jam) Kode
Sangat lambat < 0,5 6
Lambat 0,5 sampai 2,0 5
Lambat sampai sedang 2,0 sampai 6,3 4
Sedang 6,3 sampai 12,7 3
Sedang sampai cepat 12,7 sampai 25,4 2
Cepat >25,4 1
Sumber : Wischmeir dan Smith (1978)

3.4.1.3 Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)


Panjang (X) diukur mulai dari punggung / bagian atas sampai bagian bawah
dari batas satuan lahan berdasarkan arah kemiringan lereng. Rumus menentukan
panjang dan kemiringan lereng :

LS = √𝑳(𝟎, 𝟎𝟏𝟑𝟖 + 𝟎, 𝟎𝟎𝟗𝟔𝟓 𝑺 + 𝟎, 𝟎𝟎𝟏𝟑𝟖 𝑺𝟐

Keterangan :
LS = Faktor panjang dan kemiringan lereng
S = Kemiringan lereng (%)
L = Panjang lereng (m)
Tabel 4. Pembagian Kelas Kemiringan Lereng Bedasarkan Klasifikasi USLE
Kemiringan Lereng Kemiringan Lereng Keterangan Klasifikasi
(°) (%) USLE (%)
<1 0-2 Datar-hampir 1-2
datar
1-3 3-7 Sangat landai 2-7
3-6 8-13 Landai 7-12
6-9 14-20 Agak curam 12-18
9-25 21-55 Curam 18-24
25-26 56-140 Sangat curam >24
Sumber : Agustian, 2009

3.4.1.4 Tanaman/Vegetasi (C) dan Pengelolaan/Konservasi (P)

Tabel 5. Indeks Pengelolaan Tanaman (C)


NO. Pengelolaan Tanaman dan Tindakan Konversi Nilai CP
1. Hutan tak terganggu 0,01
2. Hutan tanpa tumbuhan bawah, disertai seresah 0,05
3. Hutan tanpa tumbuhan bawah, tanpa seresah 0,5
4. Semak tak terganggu 0,01
5. Sebagian berumput 0,1
6. Kebun talun 0,02
7. Kebun pekarangan 0,2
8. Perkebunan, penutup lahan sempurna 0,01
9. Perkebunan, penutup lahan sebagian 0,07
10. Perumputan, penutup lahan sempurna 0,01
11. Perumputan; penutup lahan sebagian, ditumbuhi alang-alang 0,02
12. Perumputan; alang-alang, pembakaran sekali setahun 0,06
13. Perumputan; serai wangi 0,65
14. Tanaman pertanian; umbi-umbian 0,51
15. Tanaman pertanian; biji-bijian 0,51
16. Tanaman pertanian; kacang-kacangan 0,36
17. Tanaman campuran 0,43
18. Padi irigasi 0,02
19. Perladangan, 1 tahun tanam-1 tahun bero 0,28
20 Perladangan, 1 tahun tanam-2 tahun bero 0,19
21. Mulsa 0,14
22. Teras bangku 0,04
23. Countour cropping 0,14
24. Lahan terbuka 1
25. Pemukiman 1
26 Pertambangan 0,35
27. Badan air 0,01
Sumber: Asdak (2002), Fahliza, et al. (2013)

3.5 Analisis Data


Data yang diperoleh dari hasil analisis laboratorium dianalisis meggunakan uji
regresi linier berganda unttuk mengetahui hubungan antara faktor R, K, LS, C dengan
indeks erosi. Analisis data dapat diakukan dengan persamaan:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 +b4X4 + b5X5

Keterangan :
Y = indeks erosi
a = konstanta
b = koefisien variabel x
X1 = Erosivitas
X2 = Erodibiitas
X3 = Panjang dan kemiringan lereng
X4 =Vegetasi
X5 = Tindakan pengelolaan
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, T., Lubis, K. S., & Hanum, H. S. (2013). Kajian tingkat bahaya erosi di
beberapa penggunaan lahan di kawasan hilir Daerah Aliran Sungai (DAS)
Padang. Jurnal Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara, 2(1), 97617.
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air Edisi Kedua. Bogor. Institut Pertanian
Bogor.
Bukhari, I., Lubis, K. S., & Lubis, A. (2015). Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan
Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi. Jurnal Online Agroekoteknologi.
ISSN No, 2337, 6597.
Fahliza, U., Dinar, D.A.P., dan Sarino. 2013. Analisis Erosi pada Sub DAS Lematang
Hulu. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan, 1(1): 32-39.
Halim, F. (2014). Pengaruh hubungan tata guna lahan dengan debit banjir pada Daerah
Aliran Sungai Malalayang. Jurnal Ilmiah Media Engineering, 4(1).
Listriyana, I. 2006. Pemetaan Daerah Rawan Bahaya Erosi Di Bagian Barat Daya
Gunung Lawu Melalu Pendekatan Model Pixel dan Sistem Informasi Geografi
(SIG). Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS Surakarta.
Maulana, Q. M., Kusuma, Z., & Wicaksono, K. S. (2022). PENDUGAAN EROSI
MENGGUNAKAN METODE UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION
(USLE) DI DAS RANU PANI KAWASAN TAMAN NASIONAL BROMO
TENGGER SEMERU. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan, 9(1), 111-119.
Maulana, R. A., Lubis, K. S., & Marbun, P. (2014). Uji korelasi antara debit aliran
sungai dan konsentrasi sedimen melayang pada muara sub DAS Padang di kota
Tebing Tinggi. AGROEKOTEKNOLOGI, 2(4).
Putra, A., Triyatno, T., Syarief, A., & Hermon, D. (2018). Penilaian erosi berdasarkan
metode usle dan arahan konservasi pada das air dingin bagian hulu Kota
Padang-Sumatera Barat. Jurnal Geografi, 10(1), 1-13.
Utomo, W.H., 1994. Erosi dan Konservasi Tanah. IKIP. Malang.

Anda mungkin juga menyukai