Anda di halaman 1dari 11

DAMPAK AIR LIMBAH INDUSTRI MSG TERHADAP PERTUMBUHAN

JAGUNG (Zea Mays L.) DAN KARAKTERISTIK TANAH

METODOLOGI PENELITIAN AGROTEKNOLOGI

Oleh :
RAHAJENG SHANTIKA LINTANG PRAMESTI
NPM. 19025010188

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SURABAYA
2022
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jagung termasuk dalam tanaman pangan pokok kedua setelah padi, sebab itu
jagung menajdi salah satu tanaman yang banyak dimanfaatkan oleh manusia untuk
memenuhi kebutuhannya. Permintaan jagung dari tahun ke tahun menunjukkan
peningkatan yang signifikan, hal ini terindikasi dari adanya nilai impor yang
menunjukkan peningkatan dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Adanya peningkatan
ini tak sejalan dengan besaran luas panen jagung.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Pusat Data dan informasi Pertanian
kementerian Pertanian RI menyebutkan bahwa penurunan luas panen terendah terjadi
pada tahun 2006 yaitu sebesar 7,72% dan tahun 2011 sebesar 6,46% dan peningkatan
luas panen tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 10,24%. Luas panen jagung
pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 2,40% dibandingkan tahun 2011,
sedangkan pada tahun 2013 luas panen jagung menurun sebesar 3,44% dan pada tahun
2014 meningkat sebesar 0,41% (Rahmah et al, 2017).
Penurunan produksi jagung disebabkan oleh meurunnya luas panen jagung di
setiap tahunnya. Peralihan fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi pemukiman
penduduk menjadi salah satu penyebab luasan panen jagung semakin menurun dari
tahun ke tahun. Hal ini juga berdampak terhadap menurunnya kesuburan tanah yang
menyebabkan pertumbuhan tanaman akan terhambat. Kesuburan tanah dapat ditangani
dengan melakukan pemupukan seimbang. Penggunaan pupuk bertujuan untuk
menambahkan kandungan unsur hara dalam tanah sehingga optimal untuk
pertumbuhan tanaman. Namun kebanyakan petani penggunaan pupuk anorganik hal
ini menyebabkan pencemaran lingkungan khususnya tanah. Oleh karena itu, petani
dianjurkan untuk menggunakan pupuk organik seperti pupuk yang berasal dari limbah
industry MSG.
Limbah cair industri MSG mengandung bahan organik 8% - 12% dan nitrogen
2% - 7%. Selain itu juga mengandung unsur kalsium, magnesium, kalium, fosfor dan
sulfur. Limbah MSG memiliki unsur hara makro N sebesar 4,28%, kandungan P
sebesar 0,15%, kandungan K sebesar 0,40% C-organik sebesar 6,11%, dan besarnya
nilai pH adalah 5,6. Kadar N, P, K yang terdapat pada limbah MSG dapat
meningkatkan ketersediaan unsur hara tanah yang diikuti pembentukan sistem
perakaran yang bagus pada tanaman jagung (Hidayanti, 2019).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana respon pertumbuhan tanaman jagung akibat pemberian pupuk


limbah MSG?
2. Berapa dosis optimum MSG yang tepat untuk tanaman jagung?
3. Apakah pupuk organik limbah MSG berpengaruh terhadap karakteristik tanah?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Memahami respon pertumbuhan tanaman jagung akibat pemberian pupuk


limbah MSG.
2. Mengetahui berapa dosis optimum MSG yang tepat untuk tanaman jagung.
3. Mengetahui apakah pupuk organik limbah MSG berpengaruh terhadap
karakteristik tanah.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dampak
pemberian limbah MSG terhadap pertumbuhan tanaman jagung dan karakteristik tanah
sehingga dapat menjadi bahan rujukan guna memanfaatkan limbah MSG secara bijak,
baik, dan benar.

1.5 Hipotesis

1. Penggunaan limbah MSG sebagai pupuk organik pada tanaman jagung


berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tersebut.
2. Pengaplikasian limbah MSG dengan dosis yang tepat akan efektif terhadap
pertumbuhan tanaman jagung.
3. Penggunaan limbah MSG secara berkelanjutan diduga dapat berdampak baik
atau buruk terhadap karakteristik tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jagung


2.1.2 Karakteristik Jagung
Jagung (Zea mays L.) termasuk tanaman semusim dari jenis graminae yang
memiliki batang tunggal dan monoceous. Siklus hidup tanaman ini terdiri dari fase
vegetatif dan generatif. Menurut Pratama (2015), secara lengkap tanaman jagung dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Monocotyledone
Ordo : Graminae
Family : Graminacea
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman berumah satu (Monoecious) yaitu
letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina pada satu tanaman. Jagung termasuk
tanaman C4 yang mampu berdaptasi baik pada faktor-faktor pembatas seperti intensitas
radiasi surya tinggi dengan suhu siang dan malam tinggi, curah hujan rendah dengan
cahaya musiman tinggi disertai suhu tinggi serta kesuburan tanah yang relatif rendah.
Sifat-sifat yang menguntungkan dari jagung sebagai tanaman C4 antara lain aktivitas
fotosintesis pada keadaan normal relatif tinggi, fotorespirasi sanga rendah, transpirasi
rendah, serta efisien dalam penggunaan air (Muhadjir, 1986 dalam Sairul, 2019).
2.1.2 Syarat Tumbuh Jagung
Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan di luar daerah tersebut. Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar
tanaman jagung adalah daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-
tropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50oLU
hingga 0-40oLS. Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan menjelang
musim kemarau. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari.
Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat, dan memberikan
hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah. Suhu yang
dikehendaki tanaman jagung antara 21-34oC, akan tetapi bagi pertumbuhan tanaman
yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27oC. Jenis tanah yang dapat ditanami
jagung antara lain: andosol (gunung berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada
tanah-tanah dengan tekstur berat (grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil
yang baik dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur
lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya. pH yang
baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah 5,6-7,5. Tanaman jagung membutuhkan
tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik. Tanah dengan kemiringan
>8 % dapat ditanami jagung, karena disana kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat
kecil, sedangkan >8% sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Jagung dapat
ditanam di dataran rendah sampai daerah pegunungan dengan ketinggian antara 1000-
1800 m dpl, namunoptimumnya antara 0-600 m dpl (Paski et al, 2017).

2.2 Karakteristik Fisik Tanah


Sifat fisik tanah merupakan salah satu penentu baik atau buruknya kualitas
tanah. Peranan sifat fisik terutama terhadap ketersediaan air di dalam matriks tanah,
mengatur sirkulasi udara di dalam tanah, mempegaruhi sifat reaktif koloid tanah dan
mempengaruhi tumbuh kembang tanaman. Sifat fisik tanah mempengaruhi
pertumbuhan akar dan kemampuannya dalam menyerap air dan unsur hara, sehingga
mempengaruhi produksi tanaman (Haridjajaet al., 2010). Sifat fisik tanah adalah sifat
tanah yang berhubungan dnegan bentuk atau kondisi tanah asli, diantaranya tekstur,
struktur, bobot isi tanah, porositas, stabilitas, konsistensi, warna maupun suhu tanah
dan lain-lain. Penggunaan bahan organik diharapkan mampu memperbaiki sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah sehingga menunjang pertumbuhan tanaman yang lebih baik
(Margolang Iet alI, 2014).
2.3 Monosodium Glutamate (MSG)
Monosodium glutamate (MSG) adalah garamnatrium dari asam
glutamat.Monosodium glutamate mengandung sekitar sepertiga natrium dari garam
meja dan digunakan dalam jumlah yang lebih kecil. Diketahui komposisi senyawa
MSG adalah 78% glutamat, 12% natrium dan 10% air (Yonata dan Iswara, 2016).
Limbah MSG berwarna coklat kehitaman mengandung senyawa organic yang dapat
memperbaiki kesuburan tanah (fisika, kimia, dan biologi). Oleh karena kandungan
senyawa organic yang relative tinngi, maka pupuk limbah MSG sering disbeut sebagai
POC atau PPC karena mengandung hara makro dan mikrio. Aplikasinya pada lahan
pertanian dengan dosis 8000 L ha -1 dapat meningkatkan N-total 0,08% -0,14%, KTK
tanah 0,50-3,60 cmol kg-1, ESP 0,26%-0,8%, dan SO4 sekitar 0,08%.

Kandungan unsur pupuk limabh MSG berpotensi mempengaruhi sifat fisika


tanah adalah C-Organik dan Na. Kandungan C-Organik bervariasi antara 8,12%-
12,70% dan Na berkisar antara 0,14%-0,96%. Garam Na yang terakumulasi dalam
jumlah banyak dapat merusak struktur tanah karena pendispersian koloid liat sehingga
tanah menjadi kompat atau padat. Pemadatan tanah menyebabkan infiltrasi hujan
terhambat, aliran permukaan meningkat, dan membatasi perkembangan akar sehingga
berpengaruh terhadap penurunan hasil pertanian dan kualitas lahan. Namun beberapa
penelitian menunjukkan bahwa Na dalam MSG tidak akan menimbulkan disperse
tanah, dikarenakan peranannya dalam tanah dapat dieliminir oleh kation basa seperti
Ca, Mg, dan C-Organik yang dapat menekan pengaruh negatif ion Na (Muyassir,
2006).
III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2023. Pengamatan
pertumbuhan tanaman dilakukan di greenhouse Fakultas Pertanian Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, sedangkan analisis sifat fisik tanah
dilakukan di Laboratorium Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.2 Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung, MSG, tanah,
dan air. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybag, cangkul,
label perlakuan, meteran, alat tulis, ring soil sampler, oven bersuhu 105oC, wadah atau
cawan, timbangan analitik, penggaris, plastik, tabung reaksi, erlenmeyer, pipet 1ml dan
alat dokumentasi.

3.3 Pelaksanaan Penelitian


3.3.1 Metode Penelitian
Penelitian akan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non
faktorial yaitu pemberian pupuk organik kascing terdiri dari lima perlakuan yaitu P1
(kontrol), P2 (2 ml/liter air), P3 (4 ml/liter air), P4 (6 ml/liter air), dan P5 (8 ml/liter
air). Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 15 petak percobaan.
Perlakuan ditempatkan pada setiap petak, maka diperoleh denah percobaan sebagai
berikut:

P1 P3 P4 P2 P5
P3 P4 P1 P5 P2
P5 P2 P3 P1 P4
Gambar 3.1. Denah Percobaan
3.3.2 Pelaksanaan Penelitian
a. Persiapan media tanam
Media tanam yang digunakan yaitu tanah yang diambil dari lapisan atas
(top soil) dengan kedalaman 20 cm, tanah digemburkan, dikering anginkan, dan
disaring atau diayak 2x2 mm, kemudian dimasukkan ke dalam polybbag.
b. Penyusunan polybag dan Penanaman
Polibag yang telah siap disusun dengan arah memanjang dari utara
selatan. Kemudian siram polybag hingga keadaan tanah jenuh. Penyiraman
dilakukan 1 hari sebelum penanaman benih. Benih dipilih sesuai dengan standar
yang baik, setelah ditanaman benih dibiarkan tumbuh selama 4 minggu.
c. Pemberian MSG (Pemupukan)
Pemupukan dilakukan dengan memberikan larutan MSG ke dalam
media tanam. Pemupukan dilakukan awal tanam dan dilakukan seminggu
sekali, dua minggu sekali dan tiga minggu sekali, sesuai perlakuan dengan dosis
sesuai perlakuan.
d. Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman, serta pengendalian gulma
dan hama. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pada waktu pagi dan sore
hari. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan cara mencabut
gulma yang baru tumbuh.

3.5 Parameter Penelitian


3.5.1 Parameter Pertumbuhan Tanaman

a) Tinggi tanaman (cm), diukur dari pangkal batang hingga ruas batang terakhir
sebelum bunga.
b) Jumlah daun (helai), dilakukan setelah tanaman berumur 1 bulan dengan
interval waktu pengamatan 1 bulan sekali dan pengamatan terakhir pada saat
bibit berumur 3 bulan. Daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka
dan berkembang dengan sempurna.
c) Berat kering tajuk, merupakan pengukuran biomassa tanaman. Pengukuran
biomassa tanaman merupakan gabungan dari hampir semua peristiwa yang
dialami oleh suatu tanaman selama siklus hidupnya
d) Jumlah, berat, panjang, dan diameter tongkol, Berat tongkol diukur dengan
mengupas klobot jagung yang sudah dipanen lalu dijemur di bawah sinar
matahari, lalu jagung ditimbang beratnya. Panjang dan diameter tongkol diukur
setelah jagung dilepas dari klobotnya, dihitung dari ujung tongkol hingga ke
pangkal tongkol. Diameter tongkol jagung diukur pada bagian tongkol jagung
yang paling menggembung.

3.5.2 Parameter Karakteristik Fisik Tanah


Parameter Metode
Tekstur (%) Pipet
Berat Volume (g/cm3) Gravimeter
Berat Jenis (g/cm3) Ring sampler
Kapasitas Lapang (%) Drainase bebas
Porositas (%) Ring sampler
3.6 Analisis Data
Teknik pengolahan data dari hasil analisa penelitian menggunakan RAL
dilakukan dengan analisis Analysis of Variance (ANOVA). Jika ada pengaruh nyata,
maka akan di lakukan uji lanjut dengan beda nyata jujur (BNJ) 5%. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel pengamatan di setiap
pengamatan. Data dianalisis dengan menggunakan statistik ANOVA dengan rumus:

Yij = μ + βi + πj + Σij

Keterangan : Yij = variabel yang diukur

μ = nilai tengah umum

βi = pengaruh kelompok ke-i

πj = pengaruh perlakuan ke-j


Σij = efek unit eksperimen dalam blok ke-i karena perlakuan ke-j

i = 1, 2, . . . . . b (banyak ulangan)

j = 1, 2, . . . . . p (banyak perlakuan)………(Jailani, 2022)

Untuk menerima dan menolak hipotesis digunakan taraf uji (α) 0,05 dengan
ketetntuan sebagai berikut :

a. Jika f hitung > nilai f tabel, maka hipotesis alternatif (Ha) diterima

b. Jika f hitung < nilai f tabel, maka hipotesis alternatif (Ha) ditolak
DAFTAR PUSTAKA

Hidayanti, Nur Laili (2019) PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI AIR LIMBAH


MONOSODIUM GLUTAMAT (MSG) TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN KACANG MERAH (Vigna angularis Willd.) DAN KACANG
TUNGGAK (Vigna unguiculata L.). Undergraduate (S1) thesis, University
of Muhammadiyah Malang.

Margolang, R. D. M. R. D., Jamilah, J., & Sembiring, M. (2014). Karakteristik


beberapa sifat fisik, kimia, dan biologi tanah pada sistem pertanian
organik. Jurnal Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara, 3(2),
104544.

Muyassir, M. (2006). Pemupukan Limbah Monosodium Glutamate dan Gypsum


Terhadap Serapan N, P, dan K Tanaman Jagung (Zea mays L.). Jurnal
Agrista, 10(2), 59-66.

Paski, J. A., Faski, G. I. S. L., Handoyo, M. F., & Pertiwi, D. S. (2017). Analisis neraca
air lahan untuk tanaman padi dan jagung di Kota Bengkulu. Jurnal Ilmu
Lingkungan, 15(2), 83-89.

Pratama, Y. 2015. Respon Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Kombinasi Pupuk
Anorganik dan Pupuk Bio-Slurry Padat. Skripsi. Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung. Lampung.

Rahmah, D. M., Rizal, F., & Bunyamin, A. (2017). Model dinamis produksi jagung di
Indonesia. J. Teknotan, 11(1).

Sairul Hamdani. 2019. Respon Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.)
Terhadap Pemberian Pupuk Organik Kandang Ayam dan Limbah Cair
Kelapa Sawit. Skripsi. Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Medan Area Medan. Seufert, Verena, Navin Ramankutty. and
Jonathan A. Foley. 2012. Comparing The Yields of Organic and
Conventional Agriculture. Nature 229 Vol. 485.

Yonata, A., & Iswara, I. (2016). Efek Toksik Konsumsi Monosodium


Glutamate. Jurnal Majority, 5(3), 100-104.

Anda mungkin juga menyukai