Anda di halaman 1dari 11

JURNAL AGROMAST, Vol.3, No.

1, April 2018

PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKSI PADA LAHAN MINERAL DI


PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Hariyanto Prabowo1, Tri Nugraha Budi Santosa2, Ummi Kusumastuti R2


1
Mahasiswa Fakultas Pertanian STIPER
2
Dosen Fakultas Pertanian STIPER

ABSTRAK
Penelitian dengan tujuan Untuk mengetahui pengaruh curah hujan terhadap hasil produksi
kelapa sawit pada lahan mineral. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh curah hujan terhadap
produktifitas kelapa sawit di PT. Safari Riau tahun 2012-2016. Penelitian ini dilaksanakan di PT.
Safari Riau yang berlokasi di Kec. Pangkalan Kuras, Kab. Pelelawan, Provinsi Riau, penelitian
berlangsung selama 2 (dua) bulan. Penelitian ini merupakan metode survey, pengumpulan data
skunder. Data yang di butuhkan adalah data produksi kelapa sawit, curah hujan, dan hari hujan selama
maksimal 10 tahun dan minimal 5 tahun terakhir periode. Data tersebut di peroleh dari Kantor Central
Kebun (KCK) PT. Safari Riau yang berlokasi di Kec.Pangkalan Kuras Kab.Pelelawan RIAU. Untuk
mengetahui antara variabel tak bebas Y (produksi kelapa sawit) dan variabel – variabel bebas Xi
(curah hujan). Y =A + B Xi.Hasil penelitian menunjukkan Curah hujan berpengaruh terhadap
produktifitas tandan buah segar PT. Safari Riau pada lahan mineral. Curah hujan di PT. Safari Riau
tahun 2012 – 2016 berkisar antara 1300 – 3800 mm/tahun, curah hujan tersebut sudah mencukupi
untuk kebutuhan tanaman kelapa sawit.

Kata kunci : Curah hujan, Produksi kelapa sawit.

PENDAHULUAN berpeluang untuk market leader pada berbagai


Kelapa sawit dapat tumbuh pada komoditi pertaniaan. Peluang dan prospek
berbagai jenis tanah seperti tanah podsolik, pasar agroindustri cukup terbuka lebar,
latosol, andosol, regosol, bahkan pada lahan tergantung berbagai mana menggarap dan
basah. Kemampuan berproduksi kelapa sawit memanfaatkan peluang yang ada (Pahan,
di berbagai jenis tanah berbeda. Hal ini di 2006).
sebabkan sifat fisik dan kimia pada setiap jenis Seperti tanaman budidaya lainnya maka
tanah berbeda, sehingga tingkat kesuburan kelapa sawit membutuhkan keadaan
juga berbeda. keberhasilan budidaya kelapa lingkungan yang sesuai agar potensi
sawit pada umumnya di tentukan oleh faktor produksinya dapat di keluarkan secara
kesesuaian lahan yang mencakup kondisi maksimal. Kondisi iklim dan tanah merupakan
tanah. Kondisi tanah di pengaruhi oleh sifat- faktor utama disamping faktor lainya seperti
sifat fisik tanah baik fisik, kimia maupun genetis dan perlakuan yang di berikan
biologi tanah (Buringh, 1993). (Lubis,1992).
Produktifitas kelapa sawit secara optimal Tanah merupakan hasil transformasi
dapat di tentukan oleh kesesuaian lahan. bahan mineral dan organik di permukaan bumi
Menurut Mangoensoekarjo (2008) bahwa yang terbentuk oleh pengaruh faktor-faktor
produktivitas optimal kelapa sawit pada lahan lingkungan dalam masa yang sangat panjang.
berkesesuaian kelas lahan 1 (S1) rata-rata > 24 Mineral adalah bahan alam homogen dari
ton/ha/tahun, dan kesesuaiian kelas lahan 2 senyawa anorganik asli yang terbentuk dari
(S2) rata-rata produktifitasnya 19 – 24 alam dengan susunan kimia tetap, seperti
ton/ha/tahun, kesesuaian kelas lahan 3 (S3) kuarsa (SiO2). Orthoclass, calcite (CaCO3)
rata-rata produktifitasnya 13-18 ton/ha/tahun, (Rohmiyati, SM, 2010).
dan kesesuaian kelas lahan kurang baik (N) Tanah mineral adalah tanah yang
rata-rata produktifitasnya < 12 ton/ha/tahun. terbentuk dan berkembang dari bahan mineral,
Sebagai negara pertanian, Indonesia melalui proses pelapukan, baik secara fisis
JURNAL AGROMAST, Vol.3, No.1, April 2018

maupun kimia, dibantu oleh pengaruh iklim, penggelontoran. Walaupun diyakini abu hasil
menyebabkan batuan terdisintegrasi menjadi bakaran mengandung hara bagi tanaman, tetapi
bahan induk lepas, dan selanjutnya dibawah mudah tererosi dan hilang melalui aliran air,
pengaruh proses-proses pedogenesis (4) Kawasan gambut merupakan lingkungan
berkembang menjadi tanah (Agus, F, 2008) yang mempunyai potensi jangkitan penyakit
Tanah gambut merupakan tanah yang (virulensi) tinggi. Perkembangan organisme
bahan asalnya sebagian besar atau seluruhnya penggangu tanaman (gulma, hama dan
terdiri dari bahan organik sisa-sisa tumbuhan, penyakit) dan gangguan kesehatan manusia
dalam keadaan yang selalu tergenang, dimana (malaria, cacing) yang cukup tinggi. (Noor,
proses dekomposisinya berlangsung tidak 2001).
sempurna sehingga terjadi penumpukan dan Fungsi air bagi pertumbuhan tanaman
akumulasi bahan organik. Terbentuknya sangat banyak dan penting, yaitu antara lain
gambut pada umumnya terjadi dibawah dibutuhkan tanaman untuk (1) Proses
kondisi dimana tanaman yang telah mati fotosintesis, (2) Proses asimilasi
tergenang air secara terus menerus misalnya (pembentukan karbohidrat), (3) Pengangkutan
pada cekungan, danau atau daerah pantai yang fotosintat ke seluruh jaringan tanaman, (4)
selalu tergenang dan produksi bahan organik Mengatur ketegaran sel tumbuh, (5)
yang melimpah (Barchia, 2012). Merupakan bagian penyusun tubuh tanaman,
Tanah gambut memiliki kemampuan (6) Sebagai pelarut unsur hara di dalam tanah,
menyimpan air yang tinggi, lapisan tanah (7) Untuk melangsungkan reaksi kimia di
gambut kaya akan bahan organik memiliki pH dalam tanah, (8) Menetralkan garam-garam
yang sangat masam dengan kandungan unsur beracun di dalam tanah dan (9) Mengatur
hara makro dan mikro yang sangat rendah dan temperatur tanah. Keseimbangan air di dalam
berat volume yang sangat rendah sehingga tanah ditentukan oleh jumlah curah hujan
daya dukung terhadap tanaman juga rendah. efektif, yaitu jumlah curah hujan dikurangi
sifat lain yang merugikan adalah jika gambut semua bentuk air yang hilang (Rohmiyati, SM,
mengalami pengeringan yang berlebihan 2010).
sehingga koloid gambut menjadi rusak. Gejala Curah hujan optimal yang di kehendaki
kering tak balik (irreversible drying) terjadi tanaman kelapa sawit antara 2.000 – 2500 mm
dan gambut berubah sifat seperti arang per tahun dengan pembagian yang merata
sehingga tak mampu lagi menyerap hara dan sepanjang tahun tanpa bulan kemarau panjang.
menahan air, akan tetapi melalui pengelolaan kekurangan atau kelebihan curah hujan akan
yang baik potensi tanah gambut dapat di berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
tinggkatkan, setara dengan tanah mineral produktivitas kelapa sawit.
(Barchia, 2012). Jika tanah kekurangan air (kekeringan)
Pengembangan pertanian di lahan maka akar tanaman akan sulit menyerap
gambut tropik dihadapkan pada beberapa mineral dalam tanah sebab dengan adanya air
masalah, antara lain (1) Lahan gambut unsur- unsur hara akan larut dan tersedia bagi
sebagian besar terhampar di atas lapisan yang tanaman. Faktor –faktor kelembapan udara
mempunyai potensi keasaman yang tinggi dan juga sangat berpengaruh terhadap
pencemaran dari hasil oksidasi seperti Fe, Al, pertumbuhan kelapa sawit. Kelembapan
dan asam–asamorganik lainnya. Sebagian optimum bagi kelapa sawit berkisar 80% -
lahan gambut terhampar di atas lapisan pasir 90%.
kuarsa yang miskin hara, (2) Lahan gambut Musim kemarau panjang dapat
cepat mengalami perubahan lingkungan fisik mengancam terjadinya penurunan produksi,
setelah direklamasi antara lain menjadi kering karena water divisit 400 mm mulai
tak balik, berubah sifat menjadi hidrofob dan berpengaruh terhadap produksi. Curah hujan
terjadi amblesan, (3) Lahan gambut mudah dan berlebihan juga berakibat kurang baik karena
cepat mengalami degradasi kesuburan karena dapat menyebabkan erosi tanah lapisan atas
pengurasan melalui pelindian atau
JURNAL AGROMAST, Vol.3, No.1, April 2018

dan keadaan drainase terutama daerah yang variabel terhadap satu buah variabel.
topografinya jelek. Variabel yang mempengaruhi sering di
sebut variabel bebas, variabel
METODE PENELITIAN independen atau variabel penjelas.
Tempat dan Waktu Penelitian Variabel yang di pengaruhi sering di
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Safari sebut dengan variabel terikat atau
Riau yang berlokasi di Kec. Pangkalan Kuras, variabel dependen. Ada 2 macam regresi
Kab. Pelelawan, Provinsi Riau, penelitian linear, yaitu:
berlangsung selama 2 (dua) bulan. a. Regresi Linear Sederhana
Analisis regresi linear
Metode Penelitian sederhana di pergunakan untuk
Metode penelitian yang di gunakan mengetahui pengaruh antara satu
dalam penelitian ini adalah metode survey, buah variabel terkait. Persamaan
pengumpulan data skunder. Data skunder umumnya adalah:
adalah data yang di peroleh atau dikumpulkan Y = a + b X.
oleh peneliti dari berbagai sumber yang telah Dengan Y adalah variabel
ada (peneliti sebagai tangan kedua). terkait dan X adalah variabel bebas.
Data yang di butuhkan adalah data Koefisien a adalah konstanta
produksi kelapa sawit, curah hujan, dan hari (intercept) yang merupakan titik
hujan selama maksimal 10 tahun dan minimal potong antaragaris regresi dengan
5 tahun terakhir periode. Data tersebut di sumbu Y pada kordinat kartesius.
peroleh dari Kantor Central Kebun (KCK) PT. b. Regresi linear berganda
Safari Riau yang berlokasi di Kec.Pangkalan Analisis regeresi linear
Kuras Kab.Pelelawan RIAU. berganda sebenarnya sama dengan
analisis regeresi linear sederhana,
Analisis Data hanya variabel bebasnya lebih dari
Untuk mengetahui pengaruh curah hujan satu buah. Persamaan umumnya
terhadap produksi kelapa sawit didaerah yang adalah:
di teliti, maka data produksi kelapa sawit, Y = a +b1 X1 + b2 X2 +….+ bn Xn-
curah hujan, dan hari hujan selama maksimal Dengan Y adalah variabel
10 tahun dan minimal 5 tahun terakhir periode bebas, dan X adalah variabel –
di lakukan analisis korelasi dan regresi. Untuk variabel bebas, a adalah konstanta
mengetahui antara variabel tak bebas Y (intersept) dan b adalah koefisien
(produksi kelapa sawit) dan variabel – variabel regresi pada masig – masing
bebas Xi (curah hujan). Y =A + B Xi, maka hal variabel bebas.
ini dapat di taksir menjadi. 2. Logaritmik
Regeresi eksponensial adalah
Y = a +b X regeresi dengan variabel X berpangkat
Y = Produsi konstanta b atau konstanta b bepangkat
a = Konstanta regresi (Y intercept) X. bentuk umum regresi eksponensial
b = Koefesien regresi, yang mengukur adalah:
kenaikan Y perunit akibat kenaikan dalam X Y = abX
X =Curah hujan Keterangan:
Y = variabel terkait
Metode analisis : X =variabel bebas
Regresi: A, b = konstanta atau penduga
1. Linier Untuk menentukan nilai a dan b,
Regresi linier adalah alat statistik bentuk persamaan di atas harus di
yang di pergunakan untuk mengetahui transformasikan menjadi bentuk
pengaruh antara satu atau beberapa
JURNAL AGROMAST, Vol.3, No.1, April 2018

persamaan linear dengan menggunakan Xi adalah variabel penjelas


logaritma. Yi adalah variabel terkait
Y = abX menjadi: log a + b log X β0 adalah parameter pertama
Misalkan: log Y = Y1 β1 adalah parameter kedua
log a = a1 ƹi adalah galat/penyimpangan
log X = X1
3. Kuadratik HASIL DAN ANALISIS
Model regresi kuadratik itu adalah Deskripsi Perusahaan
sebagai berikut : Penelitian ini dilaksanakan di PT. Safari
Yi = βo + β1 Xi + β2 X 2𝑖 + ƹi Riau yang berlokasi di Kec. Pangkalan Kuras,
Keterangan: Kab. Pelelawan, Provinsi Riau.

Tabel 2. Blok dan luas lahan pada areal mineral dan gambut di PT. Safari Riau.
Mineral
Blok Luas (ha)
04 A1 150
04 A2 133
05 A1 147
05 A2 150
05 A3 139
05 B1 131
05 B2 110
05 B3 40
06 B1 185
06 B2 150
06 B3 123
06 B4 42
08 B1 200
08 B2 42
Total 1742
Sumber : PT. Safari Riau (2016)

PT. Safari Riau yang terletk di Kec. sub blok 06 B dibagi menjadi 06 B1, 06 B2, 06
Pangkalan Kuras, Kab. Pelelawan, Provinsi B3 dan 06 B4 dengan luas 500 ha, yang
Riau dibagi menjadi dua wilayah berdasarkan terakhir adalah sub blok 08 B terdiri dari 08 B1
kondisi lahannya. Kondisi lahan yang dan 08 B2 dengan luas 241 ha. Total luas Data
dimaksud adalah areal mineral dan areal menunjukkan bahwa blok terluas pada PT.
gambut. Safari Riau berada pada blok 08 B1 dengan
Areal mineral PT. Safari Riau dibagi luas 200 ha. Sedangkan blok dengan luasan
menjadi 14 blok yang terdiri dari sub blok 04 terendah berada pada blok 05 B3 dengan luas
A terbagi menjadi 04 A1 dan 04 A2 seluas 283 26 ha.
ha, sub blok 05 A dibagi menjadi 05 A1, 05 A2
dan 05 A3 seluas 439 ha, sub blok 05 B terbagi Curah Hujan
menjadi 05 B1, 05 B2 dan 05 B3 seluas 281 ha,
JURNAL AGROMAST, Vol.3, No.1, April 2018

Tabel 3 . Data Curah Hujan (mm) di PT. Safari Riau Tahun 2021 - 2016
tahun
Bulan
2012 2013 2014 2015 2016
Jan 94 158 99 98 398
Feb 245 177 93 71 320
Mar 119 199 271 307 455
Apr 321 190 324 68 341
May 89 215 207 159 273
Jun 265 96 70 95 196
Jul 178 10 89 3 327
Aug 108 93 150 36 161
Sep 160 149 124 0 316
Oct 157 217 175 39 200
Nov 431 348 334 406 571
Dec 143 291 331 86 323
total 2310 2143 2267 1368 3881
Sumber: PT. Safari Riau (2016)

Dari Tabel 3 dapat di lihat bahwa curah curah hujan tersebut sudah mencukupi
hujan yang terjadi mulai tahun 2012 sampai kebutuhan curah hujan. Syarat curah hujan
dengan tahun 2016 berkisar 1300 - 3800 mm untuk kelapa sawit sendiri berkisar antara 6 –
per tahun. Jika di sesuaikan dengan 8 mm/hari. Berikut ini disajikan grafik curah
karakteristik lahan untuk tanaman kelapa sawit hujan tahun 2012 sampai dengan tahun 2016.

450,00
400,00
350,00
curah hujan (mm)

300,00
250,00
200,00
150,00
100,00
50,00
0,00
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Gambar 1 . Grafik Curah Hujan bulanan di PT. Safari Riau Tahun 2012 – 2016

Grafik diatas menunjukkan rata-rata di atas 284 mm/bulan. Sedangkan curah hujan
curah hujan tertinggi terjadi pada bulan terendah terjadi pada bulan agustus disusul
November disusul bulan Maret, April dan bulan juli, September dan oktober dengan rata-
bulan Desember dengan rata-rata curah hujan rata curah hujan di bawah 135 mm/bulan.
JURNAL AGROMAST, Vol.3, No.1, April 2018

4500,00
4000,00
3500,00
curah hujan (mm) 3000,00
2500,00
2000,00
1500,00
1000,00
500,00
0,00
2012 2013 2014 2015 2016

Gambar 2 . Grafik Curah Hujan di PT. Safari Riau Tahun 2012 – 2016

Dari Grafik gambar curah hujan tertinggi mencapai 1368 mm/tahun dengan rata-rata 114
terjadi pada tahun 2016 dan terendah pada mm/bulan, dan tahun 2016 total curah
tahun 2015. Pada tahun 2012 curah hujan hujannya sebesar 3881 mm/tahun dengan rata-
sebesar 2310 mm/tahun dengan rata – rata rata curah hujan 323,42 mm/bulan.
curah hujan yaitu 192,50 mm/bulan,
sedangkan pada tahun 2013 curah hujan Hubungan Curah hujan dan produksi
sebesar 2143 mm/tahun dengan rata – rata 1. Produktifitas Kelapa Sawit
curah hujan 178,58 mm/bulan, tahun 2014 Data produktifitas kelapa sawit di
total curah hujan 2267 mm/tahun dengan rata- PT. Safari Riau pada tahun 2012 – 2016
rata curah hujan per bulannya sebesar 188,92 disajikan dalm bentuk tabel sebagai
mm/bulan, tahun 2015 total curah hujan berikut.

Table 4. Produksi (ton) kelapa sawit pada lahan mineral PT. Safari Riau tahun 2012-2016.
Bulan 2012 2013 2014 2015 2016
Jan 786 781 777 622 963
Feb 724 724 723 718 741
Mar 585 648 811 755 765
Apr 612 842 672 636 696
May 922 784 545 917 890
Jun 808 790 771 823 702
Jul 671 792 814 601 607
Aug 650 676 702 590 580
Sep 684 671 657 735 570
Oct 572 520 868 816 724
Nov 678 659 606 838 732
Dec 675 704 755 846 879
total 8367 8591 8701 8897 8849
Sumber: PT. Safari Riau (2016)

Table 4 menunjukkan produktifitas produksi menunjukkan bahwa


kelapa sawit pada lahan mineral PT. produktifitas pada lahan mineral
Safari Riau pada tahun 2012-2016. Data tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebesar
JURNAL AGROMAST, Vol.3, No.1, April 2018

8897 ton/tahun sedangkan produktifitas Berikut adalah grafik produktifitas


terendah kelapa sawit PT. Safari Riau tahunan di PT. Safari Riau pada lahan
terendah di lahan mineral terjadi pada mineral dan gambut tahun 2012-2016
tahun 2012 dengan total produksi 8367
ton/tahun.

9000
8900
8800
8700
8600
produksi

8500
8400
8300
8200
8100
. 2012 2013 2014 2015 2016
Gambar 3 . Grafik produksi tahunan di PT. Safari Riau pada lahan mineral tahun 2012-2016.

Gambar 3 menunjukkan terendah di lahan mineral terjadi pada


produktifitas kelapa sawit PT. Safari tahun 2012.
Riau pada lahan mineral tertinggi terjadi Berikut adalah grafik produktifitas
pada tahun 2015 sedangkan produktifitas rata-rata bulanan pada lahan mineral t di
PT. Safari Riau pada tahun 2012-2016

850
825
800
775
750
produksi (ton/bulan)

725
700
675
650
625
600
575
550
525
500
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Gambar 4 . Grafik produksi tahunan di PT. Safari Riau pada lahan mineral tahun 2012-2016.

Gambar 4 menunjukkan tertinggi terjadi pada bulan mei sebesar


produktifitas bulanan kelapa sawit pada 811,60 ton/bulan, sedangkan
lahan mineral PT. Safari Riau pada tahun produktifitas kelapa sawit PT. Safari
2012-2016. Data produksi menunjukkan Riau terendah di lahan mineral terjadi
bahwa produktifitas pada lahan mineral pada bulan agustus dengan total produksi
JURNAL AGROMAST, Vol.3, No.1, April 2018

639,60 ton/bulan Sedangkan rata-rata Secara umum persamaan regresi


produktifitas bulanan PT. Safari Riau linier adalah Y= a + bX, sementara untuk
selama tahun 2012-2016 pada lahan mengetaui nilai koefisien regresi
mineral sebesar 723,42 ton/bulan. tersebut didapatkan pada output berikut:
2. Analisis curah hujan terhadap produksi
kelapa sawit pada lahan mineral PT.
Safari Riau

Table 5. Koefisien regresi pengaruh curah hujan terhadap produktifitas kelapa sawit pada lahan
mineral PT. Safari Riau tahun 2012-2016.
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 8627.675 338.867 25.460 0.000
1 CURAH
0.022 0.134 0.096 0.166 0.878
HUJAN

Table 5 menunjukkan curah hujan hujan dan produktifitas kelapa sawit


dan produktifitas kelapa sawit pada pada lahan mineral PT. Safari Riau pada
lahan mineral, setelah dilakukan analisis tahun 2012-2016.
regresi dan kolerasi dengan persamaan Y Besaran pengaruh curah hujan
= 8627.675 + 0.022 X. berdasarkan hasil terhadap produktifitas kelapa sawit pada
analisis nilai sig 0,878 lebih besar lahan mineral PT. Safari Riau pada tahun
dibandingkan probabilitas 0,05 yang 2012-2016 dapat dilihat pada tabel 6.
artinya tidak ada hubungn antara curah

Tabel 6. Besaran pengaruh curah hujan terhadap produktifitas kelapa sawit pada lahan mineral PT.
Safari Riau pada tahun 2012-2016

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square
Square the Estimate
1 0.096 0.009 -0.321 245.16227

Output R square sebesar 0,009 lahan mineral dipengaruhi faktor lain


menunjukkan nilai pengaruh curah hujan yang tidak diteliti.
terhadap produktifitas kelapa sawit pada Berikut adalah gambar fluktuasi
lahan mineral adalah 0,09 %, sedangkan perbandingan antara curah hujan dan
99,91% produktifitas kelapa sawit di produktifitas kelapa sawit PT. Safari
Riau pada tahun 2012-2016.
JURNAL AGROMAST, Vol.3, No.1, April 2018

4500,00 9000
4000,00
8900
3500,00
curah hujan (mm)
8800

produksi (ton)
curah
3000,00
hujan
2500,00 8700
produksi
2000,00 8600
1500,00
8500
1000,00
8400
500,00
0,00 8300
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Gambar 5. Fluktuatif curah hujan dan produktifitas kelapa sawit PT. Safari Riau pada tahun
2012-2016

Gambar diatas menunjukkan adanya antara 120 lintang utara 120 lintang
perbandingan fluktuatif antara curah selatan.curah hujan yang di kehendaki antara
hujan dan produktifitas kelapa sawit 2.000 – 2.500 mm per tahun dengan
yang bebeda berdasarkan hasil analisis pembagian yang merata sepanjang tahun.lama
regresi. Kenaikan jumlah hujan dan penyinaran matahari yang optimum antara 5 –
penurunan jumlah curah hujan setiap 7 jam per hari,dan suhu optimum berkasir 24 0
tahunnya tidak diikuti dengan penurunan - 380 C. Ketinggian di atas permukaan laut
dan kenaikan produktifitas kelapa sawit yang optimum berkisar 0 – 500 meter.(Risza,
PT. Safari Riau pada tahun 2012-2016. Suyatno, 1994).
PT. Safari Riau terletk di Kec. Pangkalan
PEMBAHASAN Kuras, Kab. Pelelawan, Provinsi Riau
Produktifitas kelapa sawit secara optimal memiliki luas total lahan 3838 ha yang dibagi
dapat di tentukan oleh kesesuaian lahan. menjadi 31 blok. Pembagian wilayah
Menurut Mangoen dan Tojib (2008) bahwa didasarkan pada kondisi lahan mineral dan
produktivitas optimal kelapa sawit pada lahan gambut. Lahan mineral PT. Safari Riau dibagi
berkesesuaian kelas lahan 1 (S1) rata-rata > 24 menjadi 14 Blok dengan luas yang berbeda-
ton/ha/tahun, dan kesesuaiian kelas lahan 2 beda. Luas keseluruhan areal mineral PT.
(S2) rata-rata produktifitasnya 19 – 24 Safari Riau seluas 1742 ha.
ton/ha/tahun, kesesuaian kelas lahan 3 (S3) Berdasarkan data curah hujan PT. Safari
rata-rata produktifitasnya 13-18 ton/ha/tahun, Riau dari tahun 2012 hingga 2016
dan kesesuaiian kelas lahan kurang baik (N) menunjukkan selama 5 tahun terakir curah
rata-rata produktifitasnya < 12 hujannya berkisar 1300 - 3800 mm per tahun.
ton/ha/tahun.sebagai Negara pertanian Jika di sesuaikan dengan karakteristik lahan
Indonesia berpeluang untuk market leader untuk tanaman kelapa sawit curah hujan
pada berbagai komoditi pertaniaan. Peluang tersebut sudah mencukupi kebutuhan curah
dan prospek pasar agroindustri cukup terbuka hujan. Syarat curah hujan untuk kelapa sawit
lebar, tergantung berbagai mana menggarap sendiri berkisar antara 6 – 8 mm/hari. Total
dan memanfaatkan peluang yang ada (Pahan, curah hujan terendah sendiri terjadi pada tahun
2006). 2015, sedangkan total curah hujan tertinggi
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah terjadi pada tahun 2016. Sedangkan rata-rata
tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah sebaran curah hujan per bulan di PT. Safari
JURNAL AGROMAST, Vol.3, No.1, April 2018

Riau pada tahun 2012-2016 tertinggi terjadi dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti.
pada bulan desember disusul bulan maret, april Faktor lain yang berpengaruh terhadap
dan bulan desember. Sedangkan curah hujan produktifitas kelapa sawit pada lahan mineral
terendah terjadi pada bulan agustus disusul diduga berasal dari aspek agronomi. Aspek
bulan juli, September dan oktober. Curah agronomi tersebut berupa perawatan yang
hujan yang dibutuhkan tanaman kelapa sawit dilakukan, seperti pemupukan dan
untuk tumbuh secara optimal adalah rata – rata pengendalian hama serta gulma. Dalam
2000 – 2500 mm/tahun dengan pembagian kegiatan perawatan pada perkebunan kelapa
yang merata sepanjang tahun tanpa bulan sawit apabila tidak dikontrol dengan benar
kemarau panjang. Musim kemarau panjang akan sering terjadi kesalahan pada perawatan.
dapat mengancam terjadinya penurunan Kondisi jalan juga akan berpengaruh terhadap
produksi , karena water divisit 400 mm mulai produksi tandan buah segar produksi, karena
berpengaruh terhadap produksi. Curah hujan jalan akses panen dan angkut pada lahan
yang berlebihan juga berakibat kurang baik mineral kondisinya harus benar-benar
karena dapat menyebabkan erosi tanah lapisan diperhatikan. Apabila ada guyuran hujan
atas dan keadaan drainase jelek (Riska, 1994). dengan intensitas sedang maupun tinggi jalan
Hal tersebut jelas mempengaruhi pertumbuhan pada areal perkebunan akan menjadi hambatan
dan produktivitas pada kedua lahan, oleh sebab karena susah untuk di lewati baik oleh
itu produktivitas antara lahan mineral dan pemanen maupun angkutan buah sehingga
lahan gambut tidak ada beda nyata dengan sangat mungkin terjadi buah tidak terpanen
curah hujan yang sama. bahkan tidak terangkut ke pabrik. Hal tersebut
Hasil penelitian menunjukkan bias ditanggulangi dengan water management
produktifitas buah kelapa sawit di PT. Safari system agar aliran air dapat dikontrol sesuai
Riau antara tahun 2012 sampai 2016 pada dengan kebutuhan dan tidak menghambat
lahan mineral berkisar antara 8599-8367 ton kegiatan diperkebunan.
dengan total produksi tertinggi terjadi pada
tahun 2015 sebesar 8897 ton/tahun, sedangkan KESIMPULAN
terendah terjadi pada tahun 2012 dengan total Berdasarkan analisis data hasil
produksi 8367 ton/tahun. Sebaran produksi penelitian dan pembahasan maka dapat
bulanan kelapa sawit PT. Safari Riau dari diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
tahun 2012-2016 menunjukkan bahwa 1. Curah hujan berpengaruh terhadap
produktifitas pada lahan mineral tertinggi produktifitas tandan buah segar PT.
terjadi pada bulan mei sebesar 811,60 Safari Riau pada lahan mineral.
ton/bulan, terendah terjadi pada bulan agustus 2. Curah hujan di PT. Safari Riau tahun
dengan total produksi 639,60 ton/bulan. 2012 – 2016 berkisar antara 1300 – 3800
Hasil analisis (lampiran 4) menunjukkan mm/tahun, curah hujan tersebut sudah
curah hujan tidak berpengaruh terhadap mencukupi untuk kebutuhan tanaman
produktifitas kelapa sawit pada lahan mineral, kelapa sawit.
setelah dilakukan analisis regresi dan kolerasi
dengan persamaan Y = 8627.675 + 0.022 X. DAFTAR PUSTAKA
berdasarkan hasil analisis nilai sig 0,878 lebih Adiwiganda, R. (2007). Manajemen Tanah dan
besar dibandingkan probabilitas 0,05 yang Pemupukan Perkebunan Kelapa
artinya tidak ada hubungn antara curah hujan Sawit, S. Mangoensoekarjo
dan produktifitas kelapa sawit pada lahan (penyunting), Manajemen tanah dan
mineral PT. Safari Riau pada tahun 2012-2016. Pemupukan budidaya perkebunan.
Output R square sebesar 0,009 menunjukkan Yogyakarta: Gajah Mada University
nilai pengaruh curah hujan terhadap Press.
produktifitas kelapa sawit pada lahan mineral Agus, F. d. (2008). Lahan Gambut Potensi
adalah -0,09 %, sedangkan 99,91% Untuk Pertanian dan Aspek
produktifitas kelapa sawit di lahan mineral Lingkungan. Bogor, Indonesia: Balai
JURNAL AGROMAST, Vol.3, No.1, April 2018

Penelitian Tanah Dan World Mangoensoekarjo, S. d. (2008). Manajemen


Agroporestry Center (ICRAF). Budidaya Kelapa Sawit. S.
Anonim. (1994). Pengantar Manajemen Mangoensoekarjo dan H. Semangun
Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis (penyunting), Manajemen Agribisnis
guennensis Jacq) di Indonesia. Kelapa Sawit. Bulaksumur.
Medan, Sumatra Utara: Pusat Yogyakarta: Gajah Mada University .
Penelitian Kelapa Sawit. Noor, M. (2001). Pertanian Lahan Gambut.
Anonim. (2010). Budidaya Kelapa Sawit. Potensi dan Kendala.
Bogor: Pusat Penelitian dan Yogyakarta:Kanisius.
Perkembangan Perkebunan.
Barchia, F. M. (2012). Agroekosistem dan Pahan, I. (2006). Kelapa Sawit" Manajemen
Transformasi Karbon . Yogyakarta: Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir".
Gajah Mada University Press. Jakarta: Penebar Swadaya.
Barchia, F. M. (2012). Agroekosistem Tanah Radjagukguk, B. (1997). Pear Soil Of.
Mineral Masam. Yogyakarta: Gajah Indonesia: Locartion Classification,
Mada University Press. And Problams For Sustainability. In:
Buringh, P. (1993). Penantar Pengajian Tanah- Rieley And Page (EDS) PP. 45-54.
Tanah Wilaya Tropika dan Risza, S. (1994). Kelapa Sawit: Upaya
Subtropika.Yogyakarta: Gajah Mada Prokdutivitas. Yogyakarta: Kanesius.
University Press. Rohmiyati, S. M. (2010). Dasar-Dasar Ilmu
Djatmiko, W. (1976). Klimatologi. Tanah. Yogyakarta: Instiper.
Yogyakarta: Lembaga Pendidikan Staff, S. S. (2003). Keys To Soil Taxonomy.
Perkebunan. Washington D.C: USDA, Natural
Fauzi, Y. E. (2002). Budi Daya Kelapa Sawit, Research Conservation Service.
Pemanpaatan Hasil, Limbah, Analisis Sugiharyanto dan Khotiinah, N. (2009). Diktat
Usaha, dan Pemasaran Kelapa Sawit. Mata Kuliah Geografi Tanah.
Jakarta: Penebar Swadaya. Yogyakarta: Universitas Negeri
Hardjowigono, S. (1987). Ilmu Tanah. Jakarta: Yogyakarta.
Mediatamah Perkasa. Tjasyono, H. (2004). Klimatologi. Bandung:
Kartasapoetra, G. A. (1986). Klimatologi Penerbit ITB.
Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Yuwono, N. S. (2007). Materi Pembekalan
Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara. Petugas Lapangan Untuk
Kusumastuti, U. (2014). Kuliah Klimatologi PengambilanSempel Tanah Kegiatan
Pertanian. Yogyakarta: Stiper. Pasilitasi Reklamasi Lahan Dalam
Lubis, A. (1992). Kelapa Sawit (Elaeis Mendukung Peningkatan Produksi.
guennensis Jacq). Sumatra Utara: Yogyakarta: Dinas Pertanian DIY.
Pusat Penelitian Perkebunan Marihat.

Anda mungkin juga menyukai