Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pertumbuhan tanaman dipengaruh oleh 2 faktor, yaitu faktor genetik dan faktor
lingkungan. Faktor genetik yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman berupa kromosom/
gen dan zat pembawa sifat dari tanaman yang memberikan sifat spesifik serta kemampuan
tumbuh dan berproduksi dari suatu tanaman dalam kondisi lingkungan yang berbeda.
Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah semua
faktor luar tanaman yang dapat memberikan dampak terhadap pertumbuhan dan produksi.
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman terdiri dari iklim
(curah hujan, kelembaban, suhu, intensitas penyinaran, air dan angin) serta kondisi biotik dan
abiotik di sekitar tanaman termasuk kondisi tanah yang tercemar logam berat. Setiap tanaman
memiliki kondisi lingkungan yang ideal untuk dapat tumbuh dengan baik. Apabila satu
diantara faktor lingkungan tersebut terganggu, maka pertumbuhan dan produksi tanaman juga
akan terganggu.Pengaruh faktor lingkungan yang akan dipelajari pada praktikum ini adalah
air, salinitas, unsur hara dan logam berat.
Alasan dilakukannya praktikum cekaman adalah agar mahasiswa dapat mengetahui
dampak cekaman lingkungan terhadap tanaman jagung,apakah cekaman tersebut sangat
berpengaruh pada pertumbuhan tanman.
Adanya perlakuan dalam praktikum ini sangat diperlukan untuk memudahkan dalam
pembahasan serta kita juga dapat mengetahui batas toleransi tanaman jagung terhadap
cekaman yang diberikan.
1.2.TujuanPraktikum
Tujuan praktikum cekaman lingkungan pada tanaman adalah untuk mengetahui
pengaruh cekaman lingkungan terutama air, salinitas, unsur haradan logam berat (Pb)
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanah Aluvial

Tanah alluvia atau tanah endapan, banyak terdapat di dataran rendah, di sekitar muara
sungai, rawa-rawa, lembah-lembah, maupun kanan-kiri aliran sungai besar. Profilnya
biasanya belum jelas. Pada umumnya banyak mengandung pasir dan liat. Tidak banyak
mengandung zat-zat unsur hara. Kesuburannya sedang hingga tinggi. Diseluruh Indonesia
tanah-tanah ini merupakan tanah pertanian yang baik dan dimanfaatkan untuk tanaman
pangan musiman hingga tahunan (Rismunandar, 1993).

Tanah endapan Aluvial atau Coluvial mudah atau agak mudah dengan atau tanpa
perkembangan profil lemah. Sifat tanah Aluvial sangat beragam tergantung sifat bahan asal
yang diendapkan. Penyebarannya tidak dipengaruhi ketinggian maupun iklim (Hardjowigeno,
1993).
Tanah Aluvial berkembang pada Aluvium dengan permulaan yang baru mempunyai
profil yang berkembang sangat lemah. Pada kebanyakan tanah Aluvial perubahan warna dari
horizon A ke C sulit dilihat atau tidak ada. Sebagian besar tanah ini adalah tanah kebanyakan
sifatnya diturunkan, darimana bahan-bahan yang diangkut dan diendapkan. Teksturnya
berkaitan dengan laju air mendepositkan Aluvium. Oleh karenanya, tanah ini cenderung
bertekstur kasar, dekat aliran air dan bertekstur lebih halus di dekat pinggiran luar paparan
banjir. Secara mineralogi, tanah-tanah ini berkaitan dengan tanah yang bertindak sebagai
sumber untuk Aluvium. Endapan-endapan aluvial baik yang diendapkan oleh sungai maupun
diendapkan oleh laut, pada umumnya mempunyai susunan mineral seperti daerah diatasnya
darimana bahan-bahan bersangkutan diangkut dan diendapkan (Foth, 1994).
Tanah alluvial hanya meliputi lahan yang sering atau baru saja mengalami banjir atau
endapan marine akibat adanya pasang surut air laut, sehingga dapat dianggap masih muda
dan belum ada perbedaan horizon. Endapan alluvial yang sudah tua dan menampakkan akibat
pengaruh iklim dan vegetasi tidak termasuk Inceptisol, mungkin lebih berkembang. Suatu hal
yang mencirikan pada pembentukan Aluvial ialah bahwa sebagian terbesar bahan kasar akan
diendapkan tidak jauh dari sumbernya. Tekstur bahan yang diendapkan pada waktu tempat
yang sama akan lebih seragam, makin jauh dari sumbernya makin halus butir yang diangkut.
(Darmawijaya, 1990).

Tanah alluvial terdiri dari endapan-endapan tebaru atau baru dari bahan alluvial yang
disebabkan karena masih mudanya belum menunjukkan adanya perubahan-perubahan atau
belum mengalami perkembangan profil (Druif, 1969).
2.2. Tanaman Jagung

Jagung Manis (Zea mays saccharata S.) termasuk dalam keluarga rumputrumputan. Dalam
sistematika (Taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman Jagung Manis diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom: Plantae

2
Divisio: Spermatophyta
SubDivisio:Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Graminae
Famili : Graminaeae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays saccharata S.

Jagung manis (Zea mays Saccharata) merupakan salah satu jenis tanaman yang dipanen
muda dan banyak diusahakan di daerah tropis. Jagung manis atau yang sering disebut sweet
corn dikenal di Indonesia pada awal 1980 melalui hasil persilangan (Koswara, 1986). Sejak
itu jagung manis di Indonesia mulai ditanam secara komersial karena penanamannya yang
sederhana dan digemari oleh masyarakat.
Sifat manis pada jagung manis disebabkan oleh gen su-1 (sugary), bt-2 (britlle) ataupun
sh-2 (shrunken). Gen ini dapat mencegah perubahan gula menjadi pati pada endosperma
sehingga jumlah gula yang ada kira-kira dua kali lebih banayak dari jagung biasa (Koswara,
1986). Menurut Syukur dan Rifianto (2013) bahwa umur produksi jagung manis lebih genjah,
sehingga sangat menguntungkan dari segi ekonomi.

Jagung manis tergolong tanaman monokotil yang berumah satu (monoecious) yang
artinya benang sari dan putik terletak pada bunga yang berbeda, tetapi dalam satu tanaman
yang sama. Berdasarkan tipe bunga tersebut, maka penyerbukannya dilakukan dengan
menyerbuk silang. Penyerbukan dibantu oleh angin dan gaya gravitasi. Penyerbukan juga
dapat dipengaruhi oleh suhu dan varietas jagung manis dan dapat berakhir setelah 3 – 10 hari.
Rambut togkol biasanya muncul 1 – 3 hari setelah serbuk sari mulai tersebar dan siap
diserbuki keluar dari kelobot, dengan potensi produksi tongkol optimal sebesar 20 ton ha-1
(Syukur dan Rifianto, 2013).

Syukur dan Rifianto (2013) mengatakan bahwa untuk memperoleh produksi yang
tinggi, jagung manis sebaiknya dibudidayakan di dataran rendah hingga dataran tinggi (0 -
1.500 m dpl) pada lahan kering yang berpengairan cukup maupun tadah hujan dengan pH
tanah antara 5,5 - 7. Selain itu, pemberian pupuk N, P dan K merupakan salah satu penunjang
keberhasilan dalam budidaya jagung manis. Hal ini karena sangat berpengaruh terhadap
kualitas dan kuantitas produksi jagung manis.

Selain syarat tumbuh dan pemupukan, benih unggul sangat berpengaruh terhadap tinggi
atau rendahnya hasil produksi. Menurut Sugito dkk. (1991), benih merupakan faktor yang
penting untuk menunjang keberhasilan awal kehidupan tanaman. Sehingga untuk
mendapatkan produksi yang tinggi perlu digunakan benih yang bermutu juga. Benih sweet
corn berbeda dengan jagung biasa, bentuknya keriput dan lebih ringan. Selain itu, benih
sweet corn masih sulit diusahakan sendiri dan hanya bisa dilakukan oleh pemulia tanaman.

2.3. Cekaman
3
Cekaman adalah segala kondisi perubahan lingkungan yang mungkin akan
menurunkan atau merugikan pertumbuhan atau perkembangan tumbuhan. Sebagai bagian
dari ekofisiologi, bidang ini dinamakan fisiologi cekaman. Levis (1980) mengemukakan
bahwa cekaman biologis ialah segala perubahan kondisi lingkungan yang mungkin akan
menurunkan atau merugikan pertumbuhan atau perkembangan tumbuhan (fungsi normalnya).
Levit (1980) membedakan antara penghindaran dan toleransi (ketahanan terhadap faktor
pencengkaman tertentu).

2.4. Cekaman Air


2.4.1 Pengertian
Faktor air dalam fisiologi tanaman merupakan faktor utama yang sangat penting.
Tanaman tidak akan dapat hidup tanpa air, karena air adalah matrik dari kehidupan, bahkan
makhluk lain akan punah tanpa air. Kramer menjelaskan tentang betapa pentingnya air bagi
tumbuh-tumbuhan; yakni air merupakan bagian dari protoplasma (85-90% dari berat
keseluruhan bahagian hijau tumbuh-tumbuhan (jaringan yang sedang tumbuh) adalah air.
Selanjutnya dikatakan bahwa air merupakan reagen yang penting dalam proses-proses
fotosintesa dan dalam proses-proses hidrolik. Disamping itu juga merupakan pelarut dari
garam-garam, gas-gas dan material-material yang bergerak kedalam tumbuh tumbuhan,
melalui dinding sel dan jaringan esensial untuk menjamin adanya turgiditas, pertumbuhan sel,
stabilitas bentuk daun, proses membuka dan menutupnya stomata, kelangsungan gerak
struktur tumbuh-tumbuhan. Kemampuan tanaman untuk menyerap air tersedia tergantung
pada jenis tanaman dan profil tanah yang dapat dijangkau oleh akar. Kisaran air tanah
tersedia bagi tanaman merupakan air yang terikat antara kapasitas lapang (pF 2,54) dan titik
layu permanen (pF 4,2) yang besarnya bervariasi tergantung pada tekstur tanah, yaitu
semakin halus tekstur tanah semakin besar kisarannya (Hakim et. al. 1986).
2.4.2. Pengaruh Cekaman Air
Pengaruh cekaman air terhadap pertumbuhan tanaman tergantung pada tingkat
cekaman yang dialami dan jenis atau kultivar yang ditanam. Pengaruh awal dari tanaman
yang mendapat cekaman air adalah terjadinya hambatan terhadap pembukaan stomata daun
yang kemudian berpengaruh besar terhadap proses fisiologis dan metabolisme dalam tanaman
(Penny- Packer, et al., 1990).
Cekaman air berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap tanaman.
Gardner et al. (1985) menyatakan bahwa cekaman air mempengaruhi semua aspek
pertumbuhan tanaman, termasuk proses fisiologis dan biokimia tanaman serta menyebabkan
terjadinya modifikasi anatomi dan morfologi tanaman.
Pengaruh dari cekaman air terhadap tanaman adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Cekaman Kelebihan Air
Dampak genangan air adalah menurunkan pertukaran gas antara tanah dan udara yang
mengakibatkan menurunnya ketersediaan O2 bagi akar, menghambat pasokan O2 bagi akar
dan mikroorganisme (mendorong udara keluar dari pori tanah maupun menghambat laju
difusi). Genangan berpengaruh terhadap proses fisiologis dan biokimiawi antara lain
respirasi, permeabilitas akar, penyerapan air dan hara, penyematan N. Genangan
menyebabkan kematian akar di kedalaman tertentu dan hal ini akan memacu pembentukan
akar adventif pada bagian di dekat permukaan tanah pada tanaman yang tahan genangan.

4
Kematian akar menjadi penyebab kekahatan N dan cekaman kekeringan fisiologis (Staff Lab
Ilmu Tanaman, 2008).
2. Pengaruh Terhadap Cekaman Kekurangan Air
Secara umum tanaman akan menunjukkan respon tertentu bila mengalami cekaman
kekeringan. Staff Lab Ilmu Tanaman (2008) mengemukakan bahwa cekaman kekeringan
dapat dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu:
a. Cekaman ringan :jika potensial air daun menurun 0.1 Mpa atau kandungan air nisbi
menurun 8 – 10 %
b. Cekaman sedang: jika potensial air daun menurun 1.2 s/d 1.5 Mpa atau kandungan air nisbi
menurun 10 – 20 %
c. Cekaman berat: jika potensial air daun menurun >1.5 Mpa atau kandungan air nisbi
menurun > 20%
Dampak dari cekaman kekurangan air
a. Menurunya Pembelahan Sel
Ritche (1980) menyatakan bahwa proses yang sensitif terdapat kekurangan air adalah
pembelahan sel. Hal ini dapat diartikan bahwa pertumbuhan tanaman sangat peka terhadap
defisit (cekaman) air karena berhubungan dengan turgor dan hilangnya turgiditas dapat
menghentikan pembelahan dan pembesaran sel yang mengakibatkan tanaman lebih kecil.
Sebelumnya Whigham dan Minor (1978), telah melaporkan bahwa pengaruh cekaman air
pada pertumbuhan tanaman dicerminkan oleh daun-daun yang lebih kecil.
b. Menurunya Proses Fotosintesis
Menurunnya aktivitas fotosintesis akibat menutupnya stomata daun dan berkurangnya
jumlah CO2 yang berdifusi ke dalam daun juga telah dilaporkan oleh Sutoro, et al., (1989)
pada tanaman jagung cekaman air yang lebih tinggi (KATT rendah) berkaitan dengan
menurunnya aktivitas fotosintesis. Tanaman yang mengalami cekaman air stomata daunnya
menutup sebagai akibat menurunnya turgor sel daun sehingga mengurangi jumlah CO2 yang
berdifusi ke dalam daun. Kecuali itu dengan menutupnya stomata, laju transpirasi menurun
sehingga mengurangi suplai unsur hara dari tanah ke tanaman, karena traspirasi pada
dasarnya memfasilitasi laju aliran air dari tanah ke tanaman, sedangkan sebagian besar unsur
hara masuk ke dalam tanaman bersama-sama dengan aliran air (Kramer, 1972). Menurunya
proses fotosintesis dapat berakibat pada menurunya pertumbuhan pada tanaman.
c. Kandungan Prolin Bebas
Kandungan prolin bebas pada tanaman kedelai kultivar Willis dan Tidar meningkat
dengan meningkatnya tingkat cekaman air (kadar air tanah tersedia rendah). Pada kultivar
Willis kandungan prolin bebas mulai meningkat pada tingkat cekaman air 60% KATT.
Demikian juga dengan kultivar Tidar, bahkan sampai pada tingkat cekaman air yang paling
ekstrim (40% KATT) kandungan prolinnya nyata lebih tinggi dari kandungan prolin kultivar
Willis (penelitian Mepegau, 2006)
Meningkatnya kandungan prolin bebas pada tingkat cekaman air tinggi (% KATT
rendah) disebabkan oleh meningkatnya akumulasi prolin bebas pada daun sebagai sumber
energi pada proses oksidasi tanaman jika karbohidratnya rendah. Fungsi prolin bebas adalah
sebagai penyimpan karbon dan nitrogen selama cekaman air, karena pada saat itu sintesis
karbohidrat terhambat (Hanson, et al., 1977). Laju sintesis prolin yang terjadi melalui lintasan
glutamat bisa meningkat sepuluh kali lipat pada kultur sel tomat yang adaptif terhadap

5
cekaman kekeringan (Rhodes, et al., 1986). Selanjutnya Aspinal dan Paleg (1981)
mengemukakan bahwa akumulasi prolin diduga berhubungan dengan kemampuan prolin
bertindak sebagai osmoregulator, sebagai agen pelindung bagi enzim-enzim membran.
d. Hasil Biji Kering
Menurut Pramono et al. (1993) pengaruh kekurangan air yang terjadi pada fase
generatif lebih menekan hasil dibandingkan bila kekurangan air yang terjadi pada fase
vegetatif. Selanjutnya Zen et. al. (1993) menambahkan bahwa kekurangan air pada fase
pembungaan kedelai akan menyebabkan gagalnya pembentukan polong.
Hasil biji kering per tanaman menurun dengan meningkatnya tingkat cekaman air.
Pada kultivar Willis penurunan hasil biji kering mulai terjadi pada tingkat cekaman 60%
KATT, sedangkan pada kultivar Tidar penurunan hasil tersebut baru terjadi pada tingkat
cekaman air 40% KATT (Mepegau, 2006). Menurut Slatyer (1971) hasil tanaman serealia
(biji-bijian) ditentukan oleh fotosintesis yang terjadi setelah pembungaan. Hal ini berarti
bahwa hasil biji kering tanaman termasuk kedelai bergantung pada fotosintat yang tersedia
dan distribusinya, khususnya selama fase pengisian biji. Dengan demikian lebih lanjut dapat
diartikan bahwa menurunnya hasil biji kering tanaman kedelai pada tingkat cekaman air yang
lebih tinggi (KATT rendah) terjadi karena jumlah fotosintat yang tersedia dan distribusinya
ke dalam biji berkurang. Sejalan dengan hal ini Harnowo (1993) mengemukakan bahwa
cekaman air menghambat fotosintesis dan distribusi asimilat ke dalam organ reproduktif.
Sebelumnya Ritche (1980) menemukan bahwa proses pengisian biji dan translokasi fotosintat
sangat sensitif terhadap cekaman air. Karena itu dapat mengurangi bobot biji kering.
e. Kematian Pada Tanaman
Defisiensi air yang terus menerus akan menyebabkan perubahan irreversibel (tidak
dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati (Haryati, 2008).

2.5. Cekaman Salinitas


2.5.1. Pengertian
Cekaman garam (salin) pada tanaman bisa mengakibatkan pertumbuhan tidak normal. Daun
kecil dan terbakar, pertumbuhan kerdil, buah tidak sempurna, dan hasil menurun. Kadar
garam yang tinggi (tanah salin) merupakan hasil dari pembentukan mireal - mineral garam
terlarut, akumulasi garam dari irigasi yang membawa garam, intrusi air laut, sungai atau
danau.Air diserap oleh akar tanaman beserta garam larut masuk kedalam tanaman melalui
suatu proses yang disebut osmosis, yang melibatkan pergerakan air dari tempat dengan
konsentrasi garam rendah ( tanah) ketempat yang memiliki konsentrasi garam tinggi (bagian
dalam dari sel – sel akar).
2.5.2. Pengaruh Cekaman Salinitas

Salinitas atau konsentrasi garam - garam terlarut yang cukup tinggi akan menimbulkan stres
dan memberikan tekanan terhadap pertumbuhan tanaman. Menurut Maas dan Nieman, (1978)
salinitas dapat berpengaruh menghambat pertumbuhan tanaman dengan dua cara yaitu :
a. Dengan merusak sel - sel yang sedang tumbuh sehingga pertumbuhan tanaman terganggu.
b. Dengan membatasi jumlah suplai hasil - hasil metabolisme esensial bagi pertumbuhan sel
melalui pembentukan tyloses.

6
2.6. Cekanan Hara
2.6.1. Pengertian

Defisiensi atau kahat unsur hara adalah kekurangan meterial (bahan) yang berupa
makanan bagi tanaman untuk melangsungkan hidupnya. Kebutuhan tanaman akan unsur hara
berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya, ada jenis tanaman yang rakus makanan dan
adapula yang biasa saja. Jika unsur hara dalam tanah tidak tersedia maka pertumbuhan
tanaman akan terhambat dan produksinya menurun. Kita sebagai petani tidak mungkin
mengecek kandungan hara tanah setiap saat untuk mengetahui ketersediaan unsur hara
tersebut, salah satu upayanya adalah dengan mengetahui gejala defisiensi unsur hara pada
tanaman.
Rendahnya ketersediaan unsur hara di dalam tanah akan mengakibatkan rendahnya
tingkat kesuburan tanah. hal ini akan menjadi salah satu faktor pembatas dari hasil produksi
tanaman jagung. Dengan dilakukan penambahan unsur hara sangat diperlukan, karena zat-zat
yang terdapat dalam tanah yang sebelumnya tidak tersedia dan tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan tanaman maka dengan dilakukan pemupukan bagi tanaman sehingga kebutuhan
akan terpenuhi (Tania,2012).
Oleh sebab itu maka tanaman harus diberikan nutrisi unsur hara yang cukup dan
sesuai dengan kebutuhan dari fase tanaman saat itu juga. Dalam proses pemupukan adalah
salah satu kegiatan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan produksi tanaman.
Ketersediaan pupuk dengan sumber hara makro seperti N, P, dan K yang cepat direspons
oleh tanaman saat ini semakin sulit diperoleh oleh kalangan masyarakat salah satunya petani,
sehingga diperlukan suatu informasi mengenai ketersediaan unsur hara di dalam tanah agar
petani mengetahui unsur hara yang kahat di tanah tersebut (Nurdin,2008).
2.6.2. Pengaruh Cekaman Hara
1. Kekurangan unsur hara Nitrogen (N)
a. Warna daun hijau agak kekuning-kuningan dan pada tanaman padi warna ini mulai dari
ujung daun menjalar ke tulang daun selanjutnya berubah menjadi kuning lengkap,
sehingga seluruh tanaman berwarna pucat kekuning-kuningan. Jaringan daun mati dan
inilah yang menyebabkan daun selanjutnya menjadi kering dan berwarna merah
kecoklatan.
b. Pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil
c. Perkembangan buah tidak sempurna atau tidak baik, seringkali masak sebelum waktunya
d. Dapat menimbulkan daun penuh dengan serat, hal ini dikarenakan menebalnya membran
sel daun sedangkan selnya sendiri berukuran kecil-kecil
e. Dalam keadaan kekurangan yang parah, daun menjadi kering, dimulai dari bagian bawah
terus ke bagian atas.
2. Kekurangan unsur hara Fosfor (P)
a. Terhambatnya pertumbuhan sistem perakaran, batang dan daun
b. Warna daun seluruhnya berubah menjadi hijau tua/keabu-abuan, mengkilap, sering pula
terdapat pigmen merah pada daun bagian bawah, selanjutnya mati. Pada tepi daun,
cabang dan batang terdapat warna merah ungu yang lambat laun berubah

7
c. Hasil tanaman yang berupa bunga, buah dan biji merosot. Buahnya kerdil-kerdil, nampak
jelek dan lekas matang.
3. Kekurangan unsur hara Kalium (K).
a. Defisiensi/kekurangan Kalium memang agak sulit diketahui gejalanya, karena gejala ini
jarang ditampakkan ketika tanaman masih muda.
b. Daun-daun berubah jadi mengerut alias keriting (untuk tanaman kentang akan
menggulung) dan kadang-kadang mengkilap terutama pada daun tua, tetapi tidak merata.
Selanjutnya sejak ujung dan tepi daun tampak menguning, warna seperti ini tampak pula
di antara tulang-tulang daun pada akhirnya daun tampak bercak-bercak kotor (merah
coklat), sering pula bagian yang berbercak ini jatuh sehingga daun tampak bergerigi dan
kemudian mati
c. Batangnya lemah dan pendek-pendek, sehingga tanaman tampak kerdil
d. Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, mutunya jelek, hasilnya rendah dan tidak tahan
disimpan
e. Pada tanaman kelapa dan jeruk, buah mudah gugur
f. Bagi tanaman berumbi, hasil umbinya sangat kurang dan kadar hidrat arangnya demikian
rendah , Khusus untuk tanaman padi

2.7. Cekaman Logam Berat ( pb )

2.7.1. Pengertian
Timbal atau timah hitam atau Plumbum (Pb) adalah salah satu bahan pencemar
utama saat ini di lingkungan. Hal ini bias terjadi karena sumber utama pencemaran timbal
adalah dari emisi gas buang kendaraan bermotor. Selain itu timbal juga terdapat dalam
limbah cair industri yang pada proses produksinya menggunakan timbal, seperti industri
pembuatan baterai, industri cat, dan industri keramik. Timbal digunakan sebagai aditif
pada bahan bakar, khususnya bensin di mana bahan ini dapat memperbaiki mutu bakar.
Bahan ini sebagai anti knocking (anti letup), pencegah korosi, anti oksidan, diaktifator
logam, anti pengembunan dan zat pewarna.
Efek racun dari logam berat Timbal (timah hitam, Pb) terhadap manusia dan hewan
sudah lama diberitakan. Timbal dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara / atmosfer
yang terhisap pada proses respirasi dan / atau masuk melalui makanan yang
terkontaminasi. Peningkatan kadar Pb di udara di kota-kota besar di Indonesia dan di
sepanjang tepi jalan raja dengan kepadatan kendaraan tinggi juga sudah banyak
dipublikasikan (Gatra, 2005). Tingkat akumulasi Pb pada vegetasi dan dalam tanah akan
meningkat seiring dengan kepadatan lalu lintas kendaraan bermotor dan menurun dengan
bertambahnya jarak dari tepi jalan (Fidora, 1972; Siregar. 2005). Pb sengaja ditambahkan
ke dalam bensin untuk meningkatkan bilangan oktan, agar pembakaran motor dapat lebih
baik. Namun Pb tersebut akan keluar bersama gasbuang dan mencemari udara.

2.7.2. Pengaruh Timbal (pb)Terhadap Tanaman


Smith (1981) menyebutkan bahwa sejumlah besar logam berat dapat terasosiasi dengan
tumbuhan tinggi. Logam berat yang belum diketahui fungsinya dalam metabolisme tumbuhan
antara lain adalah Pb, Cd, dan Ti. Semua logam berat tersebut dapat berpotensi mencemari

8
tumbuhan. Mekanisme pencemaran logam secara biokimia pada tumbuhan yang terbagi ke
dalam enam proses yaitu: (1) logam mengganggu fungsi enzim, (2) logam sebagai anti
metabolit, (3) logam membentuk lapisan endapan yang stabil (kelat) dengan metabolit
esensial, (4) logam sebagai katalis dekomposisi pada metabolit esensial, (5) logam mengubah
permeabilitas membran sel, (6) logam menggantikan struktur dan elektrokimia unsur yang
paling penting dalam sel. Gejala akibat pencemaran logam berat, yakni klorosis, nekrosis
pada ujung dan sisi daun serta busuk daun yang lebih awal. Gugus asam karboksilat (-
COOH) dan gugus amino (-NH2) dalam asam amino juga dapat diserang oleh logam berat.
Logam berat dapat mengendapkan senyawasenyawa fosfat biologis, disamping juga dapat
mengkatalis penguraiannya (Manahan, 1977).

9
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu Praktikum


Praktikum dilaksanakan dilahan praktikum dan Laboratorium Kimia dan Kesuburan
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura. Pelaksanaan praktikum mulai
Oktober 2017 sampai Januari 2018.
3.2. Bahan dan Alat
Adapun bahan dan alat yang dipergunakanuntuk praktikum seperti pada tabel berikut:
Bahan Alat

 Benih Jagung  Cangkul


 Logam berat Pb  Meteran/ penggaris
 Polybag 10 kg  Takaran pupuk
 Tanah mineral  Timbangan digital
 Pupuk Urea, TSP dan KCL  Label
 Air laut  Alat tulis
 Bahan analisis kimia tanah:  Alat analisis kimia tanah:
- Kadar air - Kadar air
- Salinitas - Salinitas
- pH - Nilai pH
- Kapasitas Tukar Kation - Kapasitas Tukar Kation
- Kejenuhan Basa - Kejenuhan Basa
- Kandungan Pb - Kandungan Pb

3.4.Perlakuan, Jumlah Sampel dan Bentuk Plot


Dosis rekomondasi pupuk tanaman jagung sesuai umur seperti pada tabel berikut:
Waktu Urea (g) SP-36 (g) KCL (g)
7 HST 1 0.5 0.5
30 HST 0.5 0.25 0
45 HST 0.5 0 0.25
Perlakuan pada praktikum terdiri dari:
1. Perlakuan Pemberian Air (PA) menggunakan tanaman jagung, terdiri dari:
- Tidak ada air (PA-0)
- Air 50% (PA-2)

10
- Air 100% (PA-4)
Masing-masing perlakuan terdiri dari 5 ulangan sehingga diperoleh 15 sampel
pengamatan (setiap kelompok akan mengamati 1 sampel untuk setiap perlakuan)

2. Perlakuan Salinitas (PS) menggunakan tanaman jagung, terdiri dari:


- Tidak ada pengaruh Salinitas (PS-0), perlakuan air tetap diberikan sesuai
dengan kebutuhan optimum
- Pengaruh 100% (PS-1), pemberian air laut sesuai dengan kebutuhan tanaman
Masing-masing perlakuan terdiri dari 5 ulangan sehingga diperoleh 10 sampel
pengamatan (setiap kelompok akan mengamati 1 sampel untuk setiap perlakuan)

3. Perlakuan Unsur Hara (PU) menggunakan tanaman jagung, terdiri dari:


- Tidak ada aplikasi pupuk
- Aplikasi 50% (PU-1)
- Aplikasi 100% (PU-2)
Masing-masing perlakuan terdiri dari 5 ulangan sehingga diperoleh 15 sampel
pengamatan (setiap kelompok akan mengamati 1 sampel untuk setiap perlakuan)

4. Perlakuan logam berat (Pb) menggunakan tanaman jagung, terdiri dari:


- Tidak ada pengaruh logam berat (PL-0), perlakuan air tetap diberikan sesuai
dengan kebutuhan optimum
- Pengaruh 50% logam berat (PL-1)
- Pengaruh 100% logam berat (PL-2)
Masing-masing perlakuan terdiri dari 5 ulangan sehingga diperoleh 15 sampel
pengamatan (setiap kelompok akan mengamati 1 sampel untuk setiap perlakuan)

Adapun bentuk plot untuk masing-masing perlakuan seperti pada gambar berikut:
1. Perlakuan Air 2. Perlakuan Salinitas
Kel I II III Kel I II
1 PA-0 PA-1 PA-2 1 PS-0 PS-1
2 PA-0 PA-1 PA-2 2 PS-0 PS-1
3 PA-0 PA-1 PA-2 3 PS-0 PS-1
4 PA-0 PA-1 PA-2 4 PS-0 PS-1
5 PA-0 PA-1 PA-2 5 PS-0 PS-1

3. Perlakuan Unsur Hara 4. Perlakuan Logam Berat (Pb)


Kel I II III Kel I II III
1 PU-0 PU-1 PU-2 1 PL-0 PL-1 PL-2
2 PU-0 PU-1 PU-2 2 PL-0 PL-1 PL-2
3 PU-0 PU-1 PU-2 3 PL-0 PL-1 PL-2
4 PU-0 PU-1 PU-2 4 PL-0 PL-1 PL-2
5 PU-0 PU-1 PU-2 5 PL-0 PL-1 PL-2

11
3.5.Tahapan Pelaksanaan Praktikum
Praktikum menggunakan tanaman jagung dengan perlakuan yang sudah ditentukan
untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakukan terhadap pertumbuhan dan
produksi. Adapun tahapan pelaksanaan praktikum sebagai berikut:

1. Perlakuan Air
- Siapkan media tanam dengan tanah mineral di dalam polybag kapasitas 10 kg
- Isi dengan media tanah
- Siram sampai jenuh air
- Tanam benih jagung setelah 48 jam (kapasitas lapang), 3 benih setiap
polybag.
- Untuk tanaman dengan perlakukan pemberian air, penyiraman dilakukan
setiap hari sesuai dengan kebutuhan tanaman (Kc) dan evaporasi (asumsi 5
mm/ hari)
- Untuk perlakuan PA-0, pemberian air/ penyiraman tidak dilakukan sampai
dengan panen. Perlakuan PA-1 penyiraman dilakukan hanya 25% dari
kebutuhan optimum, perlakuan PA-2 penyiraman dilakukan 50% dari
kebutuhan optimum, perlakuan PA-3 penyiraman dilakukan 75% dari
kebutuhan optimum dan PA-4 penyiraman dilakukan sesuai dengan
kebutuhan optimum harian tanaman jagung (100%) (lampiran tabel
perlakuan air).

2. Perlakuan Salinitas
- Siapkan media tanam dengan tanah mineral di dalam polybag kapasitas 10 kg
- Isi dengan media tanah
- Siram sampai jenuh air
- Tanam benih jagung setelah 48 jam (kapasitas lapang), 3 benih setiap
polybag.
- Untuk perlakuan PS-0, pemberian air/ penyiraman dilakukan sesuai dengan
kebutuhan harian tanaman jagung. Perlakuan PS-1, penyiraman dilakukan
dengan menggunakan air laut.

3. Perlakuan Unsur Hara


- Siapkan media tanam dengan tanah mineral di dalam polybag kapasitas 10 kg
12
- Isi dengan media tanah
- Siram sampai jenuh air
- Tanam benih jagung setelah 48 jam (kapasitas lapang), 3 benih setiap
polybag.
- Untuk perlakuan PU-0, tidak diaplikasi pupuk. Perlakuan PU-1, aplikasi
pupuk dengan dosis 50% dari dosis standar. Perlakuan PU-2, aplikasi pupuk
dengan dosis 100% (lampiran tabel perlakuan unsur hara).

4. Perlakuan Logam Berat


- Siapkan media tanam dengan tanah mineral di dalam polybag kapasitas 10 kg
- Isi dengan media tanah
- Siram sampai jenuh air
- Tanam benih jagung setelah 48 jam (kapasitas lapang), 3 benih setiap
polybag.
- Untuk perlakuan PL-0, tidak diberikan perlakukan logam berat (Pb).
Perlakuan PL-1, pemberian logam berat (Pb) sebanyak25 ppm. Perlakuan
PL-2, pemberian logam berat (Pb) sebanyak 50 ppm.

3.6.Parameter dan Waktu Pengamatan


Parameter pengamatan meliputi tanah, vegetatif dan generative tanaman. Adapun
parameter dan waktu pengamatan seperti pada tabel berikut:
Parameter Pengamatan Waktu Pengamatan
1. Tanah
- Kadar Air awal dan akhir percobaan
- KHJ awal dan akhir percobaan
- Nilai pH awal dan akhir percobaan
- KTK awal dan akhir percobaan
- KB awal dan akhir percobaan

2. Vegetatif
- Awal perkecambahan jagung setiap hari
- Tinggi tanaman jagung setiap minggu
- Jumlah daun setiap minggu
- Akar tanaman Akhir percobaan

13
3. Generatif
setiap hari fase akhir
- Awal berbunga jagung vegetatif
- Berat jagung (bonggol) pada saat panen
- Panjang bonggol jagung pada saat panen

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1.1 Hasil Pengamatan Minggu 1
tanggal awal tinggi awal berat panjang
jumlah keterang
pengamat perlakuan perkecamba tanaman berbung bonggo bonggo
daun an
an han (cm) a l (gr) l (cm)
hari ke-4
0 7 2
HTS - - - -
hari ke-4
PA 1 11 2
HTS - - - -
hari ke-4
2 9 2
HTS - - - -
hari ke-4
0 14 2
HTS - - - -
PU hari ke-4
1 9 2
HTS - - - -
24-10- hari ke-4
2 14 2
2017 HTS - - - -
hari ke-4
0 5 2
HTS - - - -
PS
hari ke-4
1 11 2
HTS - - - -
hari ke-4
0 14 2
HTS - - - -
PL hari ke-4
1 8 2
HTS - - - -
hari ke-3
2 7 2
HTS - - - -

Tabel 4.1.2 Hasil Pengamatan Minggu 2


tanggal awal tinggi awal berat panjang
jumlah keterang
pengamat perlakuan perkecamba tanaman berbung bonggo bonggo
daun an
an han (cm) a l (gr) l (cm)
hari ke-4
0 9 2
HTS - - - -
PA hari ke-4
31-10- 1 13 2
HTS - - - -
2017
hari ke-4
2 11 3
HTS - - - -
PU 0 hari ke-4 16 2 - - - -

15
HTS
hari ke-4
1 11 2
HTS - - - -
hari ke-4
2 16 3
HTS - - - -
hari ke-4
0 7 2
HTS - - - -
PS
hari ke-4
1 13 2
HTS - - - -
hari ke-4
0 16 2
HTS - - - -
hari ke-4
PL 1 10,5 2
HTS - - - -
hari ke-3
2 9 3
HTS - - - -

Tabel 4.1.3 Hasil Pengamatan Minggu 3


tinggi berat panjang
tanggal awal jumlah awal
perlakuan tanaman bonggol bonggol keterangan
pengamatan perkecambahan daun berbunga
(cm) (gr) (cm)
0 hari ke-3 HTS 34 4 - - - -
PA 1 hari ke-4 HTS 35 4 - - - -
2 hari ke-4 HTS 25 5 - - - -
0 hari ke-4 HTS 36 3 - - - -
PU 1 hari ke-4 HTS 38 4 - - - -
7/11/2017 2 hari ke-4 HTS 38 3 - - - -
0 hari ke-4 HTS 0 0 - - - -
PS
1 hari ke-4 HTS 37 4 - - - -
0 hari ke-4 HTS 35 4 - - - -
PL 1 hari ke-4 HTS 31 3 - - - -
2 hari ke-3 HTS 27 3 - - - -

Tabel 4.1.4 Hasil Pengamatan Minggu 4


tinggi berat panjang
tanggal awal jumlah awal
perlakuan tanaman bonggol bonggol keterangan
pengamatan perkecambahan daun berbunga
(cm) (gr) (cm)
0 hari ke-4 HTS 47 4 - - - -
PA 1 hari ke-4 HTS 42,8 3 - - - -
2 hari ke-4 HTS 30 3 - - - -
14/11/2017
0 hari ke-4 HTS 44,8 3 - - - -
PU 1 hari ke-4 HTS 44,5 3 - - - -
2 hari ke-4 HTS 45,5 4 - - - -

16
0 hari ke-4 HTS 0 0 - - - -
PS
1 hari ke-4 HTS 46,8 4 mati mati mati mati
0 hari ke-4 HTS 42 3 - - - -
PL 1 hari ke-4 HTS 32,6 3 - - - -
2 hari ke-3 HTS 30 3 - - - -

Tabel 4.1.5 Hasil Pengamatan Minggu 5


tinggi berat panjang
tanggal awal jumlah awal
perlakuan tanaman bonggol bonggol keterangan
pengamatan perkecambahan daun berbunga
(cm) (gr) (cm)
0 hari ke-4 HTS 48 4
PA 1 hari ke-4 HTS 41 3
2 hari ke-4 HTS 29 2
0 hari ke-4 HTS 35 3
PU 1 hari ke-4 HTS 53 4
21/11/2017 2 hari ke-4 HTS 41 3
0 hari ke-4 HTS 0 0
PS
1 hari ke-4 HTS 46 4 mati mati mati Mati
0 hari ke-4 HTS 36 3
PL 1 hari ke-4 HTS 34 2
2 hari ke-3 HTS 28 2

Tabel 4.1.6 Hasil Pengamatan Minggu 6


tinggi berat panjang
tanggal awal jumlah awal
perlakuan tanaman bonggol bonggol Keterangan
pengamatan perkecambahan daun berbunga
(cm) (gr) (cm)
0 hari ke-4 HTS 45 4 - - - -
PA 1 hari ke-4 HTS 45 4 - - - -
2 hari ke-4 HTS 30 3 - - - -
0 hari ke-4 HTS 44 3 - - - -
PU 1 hari ke-4 HTS 64 5 - - - -
28/11/2017 2 hari ke-4 HTS 51 3 - - - -
0 hari ke-4 HTS 0 0 - - - -
PS
1 hari ke-4 HTS 54 4 mati mati mati Mati
0 hari ke-4 HTS 43 2 - - - -
PL 1 hari ke-4 HTS 38 4 - - - -
2 hari ke-3 HTS 0 0 - - - -

17
Tabel 4.1.7 Hasil Pengamatan Minggu 7
tinggi berat panjang
tanggal awal jumlah awal
perlakuan tanaman bonggol bonggol Keterangan
pengamatan perkecambahan daun berbunga
(cm) (gr) (cm)
0 hari ke-4 HTS 60,5 4
PA 1 hari ke-4 HTS 49 4
2 hari ke-4 HTS 30,5 3
0 hari ke-4 HTS 46,8 3
PU 1 hari ke-4 HTS 63,5 5
5/12/2017 2 hari ke-4 HTS 54 4
0 hari ke-4 HTS 0 0
PS
1 hari ke-4 HTS 67,2 5 mati mati mati Mati
0 hari ke-4 HTS 46,5 4
PL 1 hari ke-4 HTS 59,4 4
2 hari ke-3 HTS 0 0

Tabel 4.1.8 Hasil Pengamatan Minggu 8


tinggi berat panjang
tanggal awal jumlah awal
perlakuan tanaman bonggol bonggol Keterangan
pengamatan perkecambahan daun berbunga
(cm) (gr) (cm)
0 hari ke-4 HTS 60 4 - - - -
PA 1 hari ke-4 HTS 49 5 - - - -
2 hari ke-4 HTS 32 4 - - - -
0 hari ke-4 HTS 44 3 - - - -
PU 1 hari ke-4 HTS 101 8 - - - -
12/12/2017 2 hari ke-4 HTS 76 7 - - - -
0 hari ke-4 HTS 0 0 - - - -
PS
1 hari ke-4 HTS 80 7 mati mati mati Mati
0 hari ke-4 HTS 53 5 mati mati mati Mati
PL 1 hari ke-4 HTS 75 6 - - - -
2 hari ke-3 HTS 0 0 - - - -

Tabel 4.1.9 Data hasil Rerata setiap perlakuan


Rata-rata jumlah
Rata-rata tinggi tanaman
perlakuan daun dalam 8
(cm) dalam 8 Minggu
Minggu
0 38,8 3,8
PA 1 35,7 3,4
2 24,6 2,9
0 35,1 2,9
PU
1 48 4,1

18
2 41,9 3,5
0 1,5 0,5
PS
1 44,4 4
0 35,7 3,3
PL 1 36,1 3,3
2 12,6 1,5

Grafik Rerata perlakuan

Perlakuan PA
45

40

35

30

25

20

15

10

0
PA 0 PA 1 PA 2

Rata-rata tinggi tanaman Rata-rata jumlah daun

19
Perlakuan PU
60

50

40

30

20

10

0
PU 0 PU 1 PU 2

Rata-rata tinggi tanaman Rata-rata jumlah daun

Perlakuan PS
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
PS 0 PS 1

Rata-rata tinggi tanaman Rata-rata jumlah daun

20
Perlakuan PL
40

35

30

25

20

15

10

0
PL 0 PL 1 PL 2

Rata-rata tinggi tanaman Rata-rata jumlah daun

4.2. Pembahasan

4.2.1. Berdasarkan Pola Grafik


a. Perlakuan Air
Berdasarkan pola grafik hasil yang kita dapatkan adalah pada tinggi tanaman setiap
minggu rata - rata tinggi tanaman mengalami penurunan setiap minggunya bahkan
sangat terlihat berbeda yata antara tinggi dari minggu pertama dan terakhir. Sedangkan
pada jumlah daun rata – rata jumlah daun di minggu pertama dan terakhir berbeda
tetapi tidakberbeda nyata.
b. Perlakuan Unsur Hara
Berdasarkan pola grafik hasil yang kita dapatkan adalah pada tinggi tanaman setiap
minggu rata - rata tinggi tanaman mengalami kenaikan dan penurunan walau
mengalami penurunan tetapi tinggi tanaman pada minggu ke 8 lebih tinggi dari pada
minggu pertama. Sedangkan pada jumlah daun rata – rata jumlah daun di minggu
pertama dan terakhir berbeda tetapi tidakberbeda nyata.
c. Perlakuan Salinitas
minggu rata - rata tinggi tanaman mengalami kenaikan setiap minggunya bahkan
sangat terlihat berbeda yata antara tinggi dari minggu pertama dan terakhir.
Sedangkan pada jumlah daun rata – rata jumlah daun di minggu pertama dan terakhir
juga berbeda nyata.
d. Perlakuan Logam Berat
Berdasarkan pola grafik hasil yang kita dapatkan adalah pada tinggi tanaman setiap
minggu rata - rata tinggi tanaman mengalami kenaikan dan penurunan dari minggu
pertama dan terakhir bahkan kenaikan tingginya tidak siknifikan sedangkan

21
penurunannya sangat signifikan. Sedangkan pada jumlah daun rata – rata jumlah
daun di minggu pertama dan terakhirkenaikan dan pennurunan
.
4.2.2. Berdasarkan pengaruh masing-masing perlakuan
a) Perlakuan Air
Ketepatan pemberian air sesuai dengan tingkat pertumbuhan tanaman jagung sangat
berpengaruh terhadap produksi. Periode pertumbuhan tanaman yang membutuhkan adanya
pengairan dibagi menjadi lima fase, yaitu fase pertumbuhan awal (selama 15-25 hari), fase
vegetatif (25-40 hari), fase pembungaan (15-20 hari), fase pengisian biji (35-45 hari), dan
fase pematangan (10-25 hari).
Perlakuan Pemberian Air (PA) menggunakan tanaman jagung, terdiri dari:
- Tidak ada air (PA-0)
- Air 50% (PA-1) dengan pemberian 88,71 ml air.
- Air 100% (PA-2) dengan pemberian 176,63 ml air.
Pada minggu pertama PA-0 perlakuan ulangan tanpa pemberian air. Mengalami
peningkatan sampai minggu ke 7, pada minggu ke 8 mengalami penurunan hal ini di
sebabkan tanaman memasukan fase selanjutnya. Dalam kebutuhan tanaman akan air juga
mengalami peningkatan. Pada pengukuran tinggi tanaman ulangan PA-1 dan PA-2
mengalami peningkatan hingga minggu ke 8, pada tiga perlakuan kebutuhan air yang
mengalami pertumbuhan tinggi paling baik adalah pada perlakuan PA-1. Hal ini di sebabkan
faktor lingkungan sehingga hasil tinggi tanaman tidak sesuai harapan.
Jumlah daun pada tanaman jagung pada ulangan PA-0 mengalami peningkatan, pada
ulangan PA-1 dan PA-2 mengalami pertambahan dan pengurangan sampai minggu ke 8,
seperti pada ulangan PA-1 minggu ketiga dan minggu keempat, pada minggu ke tiga jumlah
daun 4 lembar. Sedangkan pada minggu ke 4 jumlah daun 3 lembar. Dan pada ulangan PA-2
minggu ketiga dan minggu kelima, pada minggu ketiga jumlah daun ada 5 lembar.
Sedangkan pada minggu kelima ada 2 lembar. Hal ini di sebabkan tanaman mengalami
penurunan perumbuhan daun, karena daun tersebut layu hingga mati.
Pengukuran rata-rata pada perlakuan pemberian air pada tiga ulangan dengan
parameter tinggi pada tanaman jagung. Ulangan PA-0 (tanpa penberian air) adalah perlakuan
yang mempunyai nilai rata-rata paling tinggi yaitu 38,8 cm sedangakan yang kedua pada
ulangana PA-1 yaitu 35,7 cm, dan yang terahir yaitu PA-2 yaitu 24,6. Serta untuk jumlah
daun sama halnya dengan tinggi tanaman. Pada perlakuan PA-0 jumlah daun 4 lembar, pada
perlakuan PA-1 jumlah 3 lembar dan pada perlakuan PA-2 jumlahnya 3 lembar.

b) Perlakuan Unsur Hara


Dari hasil pengamatan yang dilakukan, pada setiap perlakuan tanaman jagung yang
memperlihatkan respon yang baik dengan adanya pemberian pupuk yaitu pada perlakuan PU
dengan rata-rata tinggi tanaman jagung (cm) selama 8 minggu, PU0 35.1 cm, PU1 48 cm,
PU2 41.9 cm, dan rata-rata jumlah daun dalam 8 minggu, PU0 2.9, PU1 4.1, dan PU2 3.5.
Adanya perbedaan respon setiap perlakuan tanaman jagung dalam pemberian pupuk
dengan yang tidak diberi pupuk, pada tanaman jagung yang diberi suplai unsur hara (pupuk)
memiliki respon yang lebih besar dari pada tanaman jagung yang tidak diberi pupuk, dan
diduga pertumbuhan tanaman juga dipengaruhi oleh sifat tanah aluvial yang digunakan dalam

22
praktikum, dapat diketahui tanah aluvial merupakan tanah yang baik apabila digunakan untuk
sektor pertanian.Bentuk interaksi yang positif menunjukan bahwa unsur hara yang telah
diberikan (NPK) memiliki fungsi atau peran yang baik untuk pertumbuhan tanaman jagung.
Hara N berfungsi sebagai penyususn protein, klorofil, asam amino dan banyak
senyawa organik lainnya, sedangkan P adalah penyusun fosfolipid nukleoprotein, gula fosfat
dan khususnya pada transport dan penyimpanan energi yang mana fingsi dan peranan
sebagian besar dari bahan/senyawa tersebur saling mendukung dan melengkapi (Havlin et al,
2005; Gardner et al, 1991; Barker and Pilbeam, 2007). Adanya interaksi positif ini
mempertegas bahwa ketersediaan N di tanah sangat mempengaruhi serapan tanaman terhadap
P atau sebaliknya di mana ketersediaan P di tanah akan mempengaruhi serapan tanaman
terhadap N.

c) Perlakuaan Salinitas
Pada perlakuan minggu pertama pertumbuhan jagung pada pengamatan tinggi
tanaman perlakuan 0 yaitu 5 cm dan jumlah daun 2 sedangkan pada perlakuan 1 yaitu 11 cm
dan jumlah daun 2. Untuk perlakuan minggu kedua pada perlakuan 0 yaitu 7 cm dan jumlah
daun 2 sedangkan pada perlakuan 1 yaitu 13 cm dan jumlah daun 2. Ini mengalami penaikan
tinggi tanaman dan jumlah daun selama satu minggu. Pada perlakuan minggu ketiga pada
perlakuan 0 yaitu 0 cm dan jumlah daun 0 sedangkan pada perlakuan 1 yaitu 37 cm dan
jumlah daun 4. Pada perlakuan minggu keempat pada perlakuan 0 yaitu 0 cm dan jumlah
daun 0 sedangkan pada perlakuan 1 yaitu 46 cm dan jumlah daun 4. Pada perlakuan minggu
kelima pada perlakuan 0 yaitu 0 cm dan jumlah daun 0 sedangkan pada perlakuan 1 yaitu
46,8 cm dan jumlah daun 4. Pada perlakuan minggu keenam pada perlakuan 0 yaitu 0 cm dan
jumlah daun 0 sedangkan pada perlakuan 1 yaitu 54 cm dan jumlah daun 4. Pada perlakuan
minggu ketujuh pada perlakuan 0 yaitu 0 cm dan jumlah daun 0 sedangkan pada perlakuan 1
yaitu 67,2 cm dan jumlah daun 5. Pada perlakuan minggu kedelapan pada perlakuan 0 yaitu 0
cm dan jumlah daun 0 cm sedangkan pada perlakuan 1 yaitu 80 cm dan jumlah daunnya 7. Ini
bisa kita lihat perlakuan 0 pada tanaman jagung setiap minggu mengalami penurunan ini
dikarenakan salinitasnya tinggi.
Hal tersebut menunjukkan bahwa tanaman jagung merupakan tanaman yang secara
relatif tidak toleran terhadap salinitas. Menurut McKersie dan Leshem (1994), tanaman
jagung merupakan tanaman memiliki toleransi terhadap salinitas sedang (medium salt
tolerance) yang ditandai dengan memiliki nilai konduktivitas elektrik ECe x 103 = 6. Lebih
lanjut Ayers dan Westcot (1976) mengatakan bahwa tanaman jagung tidak tahan terhadap
tanah atau air yang memiliki derajat konduktivitas elektrik yang tinggi (ECe dan ECw). Pada
tanaman jagung, nilai ECe dan ECw masing-masing adalah 3,2 mmhos/cm dan 2,1
mmhos/cm akan menurunkan tingkat produksi tanaman jagung sebesar 10% (Ayers dan
Westcot, 1976).
Cekaman salinitas pada tanaman jagung meneyebabkan berkurangnya berat kering
total tanaman. Adanya pengurangan berat kering total tersebut akan mengakibatkan hasil
produksi tanaman jagung berkurang. Jika produksi tanaman jagung berkurang, secara
langsung akan mempengaruhi produksi total pada luas bidang lahan tertentu, sehingga
produktivitas panen tanaman jagung tersebut juga akan berkurang.
Secara umum, adanya garam terlarut pada tanah dapat menaikkan tekanan potensial
osmotik pada akar (Mc Kersie dan Leshem, 1994). Sehingga tanaman jagung yang terkena
cekaman salinitas akan mengakibatkan naiknya tekanan osmotik pada akar tanaman jagung.

23
Hal tersebut nantinya dapat menurunkan jumlah air yang diambil oleh akar tanaman.
Rendahnya jumlah air yang dapat digunakan oleh tumbuhan mengakibatkan tanaman jagung
tidak dapat memecah molekul air menjadi O2 untuk proses fotosintesis. O2 diperlukan
tanaman untuk melakukan proses metabolisme. Dengan sedikitnya O2 maka proses
metabolisme tanaman akan terganggu sehingga pertumbuhan tanaman terhambat.

d) Perlakuan Logam Berat (pb)


Pengaruh Cekaman Timbal (Pb) terhadap Tinggi Tanaman Pertumbuhan tanaman
sering didefinisikan sebagai pertambahan ukuran, berat atau jumlah sel. Ukuran tanaman
sebagai indikator dapat dilihat secara satu dimensi (misalnya dengan mengukur tinggi
tanaman), dua dimensi (misalnya dengan mengukur total luas permukaan daun), atau tiga
dimensi (misalnya dengan mengukur volume akar). Selama pertumbuhan dan
perkembanganya tanaman akan membentuk bermacam-macam organ.Pada dasarnya
pertumbuhan tanaman dibedakan menjadi dua yaitu pertumbuhan vegetatif dan generatif.
Pertumbuhan vegetatif merupakan pertumbuhan organ-organ tumbuhan, sedangkan fase
reproduktif tanaman jagungadalah masa ketika tanaman telah mampu membentuk organ-
organ reproduksi dan melangsungkan proses reproduksi untuk membentuk biji. Fase vegetatif
terutama terjadi pada perkembangan akar, daun dan batang baru. Menurut Suketi 2010 Fase
ini berhubungan dengan 3 proses penting : (1) pembelahan sel, (2) pemanjangan sel, dan (3)
tahap awal dari diferensiasi sel. Fase ini terjadi setelah pertambahanjumlah dan volume sel
memadai (tanaman mencapai jumlah primordia tertentu yang memungkinkan tanaman untuk
mulai berbunga), yang ditandai dengan stabilnya pembelahan sel, pola pembelahan berubah
untuk mulai membentuk meristem lateral. Tanaman memasuki fase reproduktif setelah
tercapainya suatu karakter genetik yang disebut size effect dan endogenous timing. Size
effect adalah ukuran tertentu yang berhubungan dengan kemampuan tanaman mengatur
penyerapan, suplai dan alokasi makanan. Endogenous timing adalah umur tertentu yang
secara genetis berhubungan dengan kesiapannya untuk berbunga.

a. pengamatan minggu 1
Pada minggu pertama ini kami sudah mendapatkan hasil dari tanaman jagung yang
kami tanam yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun pada tangaal 24 oktober 2017dengan
perlakuan PL0 mempunyai 2 helai daun dan untuk tinggi tanamannya selalu meningkat pada
setiap minggu nyayaitu tinggi tanaman 14 cm, pada perlakuan PL1 yang mempunyai 2 helai

24
daun dan memiliki tinggi tanaman 8cm, dan pada perlakuan PL2 mempunyai 2 helai daun
dan tinggi tanaman yaitu 7cm.
b. pengamtan minggu 2
Pada minggu pertama ini kami sudah mendapatkan hasil dari tanaman jagung yang
kami tanam yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun pada tangaal 31 oktober 2017 dengan
perlakuan PL0 mempunyai 2 helai daun dan untuk tinggi tanamannya selalu meningkat pada
setiap minggu nya yaitu tinggi tanaman 16 cm, pada perlakuan PL1 yang mempunyai 2 helai
daun dan memiliki tinggi tanaman 10,5 cm, dan pada perlakuan PL2 mempunyai 3 helai daun
dan tinggi tanaman yaitu 9 cm.

c. pengamatan minggu 3
Pada minggu pertama ini kami sudah mendapatkan hasil dari tanaman jagung yang
kami tanam yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun pada tangaal 7 november 2017 dengan
perlakuan PL0 mempunyai 4 helai daun dan untuk tinggi tanamannya selalu meningkat pada
setiap minggu nya yaitu tinggi tanaman 35 cm, pada perlakuan PL1 yang mempunyai 3 helai
daun dan memiliki tinggi tanaman 31 cm, dan pada perlakuan PL2 mempunyai 3 helai daun
dan tinggi tanaman yaitu 27 cm.

d. pengamatan minggu ke 4
Pada minggu pertama ini kami sudah mendapatkan hasil dari tanaman jagung yang
kami tanam yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun pada tangaal 14 november 2017 dengan
perlakuan PL0 mempunyai 3 helai daun dan untuk tinggi tanamannya selalu meningkat pada
setiap minggu nya yaitu tinggi tanaman 42 cm, pada perlakuan PL1 yang mempunyai 3 helai
daun dan memiliki tinggi tanaman 32,6 cm, dan pada perlakuan PL2 mempunyai 3 helai daun
dan tinggi tanaman yaitu 30 cm.
e. pengamatan minggu ke 5
Pada minggu pertama ini kami sudah mendapatkan hasil dari tanaman jagung yang
kami tanam yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun pada tangaal 21 november 2017 dengan
perlakuan PL0 mempunyai 3 helai daun dan untuk tinggi tanaman pada minggu ke 5 ini
mengalami penurunan pada perlakuan PL0 dan PL2 disebabkan oleh terserang oleh hama
yang mengakibatkan tanaman harus di ganti, dan berkurangnya jumlah daun pada perlakuan
PL1, tinggi tanamanyaitu 36 cm, pada perlakuan PL1 yang mempunyai 2 helai daun dan
memiliki tinggi tanaman 34 cm, dan pada perlakuan PL2 mempunyai 2 helai daun dan tinggi
tanaman yaitu 28 cm.

25
f. pengamatan minggu ke 6
Pada minggu pertama ini kami sudah mendapatkan hasil dari tanaman jagung yang
kami tanam yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun pada tangaal 28 november 2017 dengan
perlakuan PL0 mempunyai 2 helai daun dan untuk tinggi tanamannya selalu meningkat pada
setiap minggu nya yaitu tinggi tanaman 43 cm, pada perlakuan PL1 yang mempunyai 4 helai
daun dan memiliki tinggi tanaman 38 cm, dan pada perlakuan PL2 tanaman mati.

g. pengamatan minggu ke 7
Pada minggu pertama ini kami sudah mendapatkan hasil dari tanaman jagung yang
kami tanam yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun pada tangaal 5dessmber 2017 dengan
perlakuan PL0 mempunyai 4 helai daun dan untuk tinggi tanamannya selalu meningkat pada
setiap minggu nya yaitu tinggi tanaman 46,5 cm, pada perlakuan PL1 yang mempunyai 4
helai daun dan memiliki tinggi tanaman 59,4 cm, dan pada perlakuan PL2 tanaman mati.

h. pengamatan minggu ke 8
Pada minggu pertama ini kami sudah mendapatkan hasil dari tanaman jagung yang
kami tanam yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun pada tangaal 12 dessmber 2017 dengan
perlakuan PL0 mempunyai 5 helai daun dan untuk tinggi tanamannya selalu meningkat pada
setiap minggu nya yaitu tinggi tanaman 53 cm, pada perlakuan PL1 yang mempunyai 6 helai
daun dan memiliki tinggi tanaman 75 cm, dan pada perlakuan PL2 tanaman mati.
Dari rata rata masing masing perlakuan yang di amati adalah pada perlakuan PL0 memiliki
tinggi tanaman 35,7 cm dan memliki rata rata jumlah daun 3,3. Pada Perlakuan PL1 memiliki
tinggi rata rata 36,1 cm dan memliki jumlah daun rata rata 3,3, dan pada perlakuan PL2
memiliki rata rata tinggi 12,6 cm rata rata jumlah daun 1,5.

4.2.3. Berdasarkan faktor lain yang meyebabkan gagalnya perlakuan serta kesalahan-
kesalahan yang terjadi pada saat praktikum.

Faktor lain yang menyebabkan gagalnya perlakuan adalah iklim karena pada saat
minggu-minggu awal praktikum adalah musim hujan sedangkan rumah kaca yang digunakan
saat praktikum boco sehingga saat hujan deras air huja masuk dan mengenai tanama yang
mengakibatkan tanaman menjadi rusak. Selain itu hama ulat juga menyerang tanaman yang
mengakibatkan tanaman rusak hingga mati.
Sedangkan kesalahan yang dilakukan saat praktikum adalah tidak adanya pengecekan
keadaan tempat praktikum atau rumah kaca.

26
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum cekaman adalah Pengaruh utama dari
kekurangan unsur hara dan air akan menghambat pertumbuhan tanaman, bahkan adanya
kematian. Sedangkan untuk kandungan garam yang tinggi di dalam tanah dapat mematikan
tanaman ,dan jika kandungan pb banyak di damttanah menghambat pertumbuhan tanaman
dan ttanaman yang terinfeksi pb tidak boleh dikonsumsi.

5.2. Saran
Agar praktikum bisa berjalan dengan baik, sebaiknya lebih memmperhatikan tempat
untuk praktikum dan juga hanya memilih satu orang untuk mengontrol dan menyampaikan
informasi karena saat praktikum ini ada dua orang sehingga menyebabkan kami bingung
karena ada kalanya mereka berbeda pendapa.

27
DAFTAR PUSTAKA

Christin, H., dkk. 2009. Influence Of Iron, Potassium, Magnesium, and Nitrogen Deficiencies
On The Growth And Development Of Sorghum (Sorghum Bicolor L.) And Sunflower
(Helianthus Annuus L.)Seedlings.Journal Of Biotech Research (1): 64-71.
Dewanto, F. G., dkk. 2013. Pengaruh Pemupukan Anorganik dan Organik Terhadap Produksi
Tanaman Jagung Sebagai Sumber Pakan.Zootek 32 (5): 1-8.
Novriani.2010. Alternatif Pengelolaan Unsur Hara P (Fosfor) Pada Budidaya
Jagung. Agronobis 2(3): 42-49.
Nurdin, dkk. 2008. Pertumbuhan dan Hasil Jagung yang Dipupuk N, P, dan K Pada Tanah
Vertisol Isimu Utara Kabupaten Gorontalo. Tanah Trop 14(1): 49-56.
QingQiu, dkk. 2008.Effects Of Nitrogen On Plant-Microorganism Interaction.Journal Of

Naria, Evi. 2005. Mewaspadai Dampak Bahan Pencemar Timbal (Pb)Di Lingkungan
Terhadap Kesehatan. Jurnal Komunikasi Penelitian. Vol.17 (4)
Amelia, Rizka Ayu, Dkk. 2015. Analisis Kadar Logam Berat Pb Dan Pertumbuhan Tanaman
Padi Di Area Persawahan Dusun Betas, Desa Kapulungan, Gempol-Pasuruan. Jurnal
lenteraBio. 4(3). P:187-191.
Tabaika, Rosita., Hadisusanto, Suwarno. 2013. Akumulasi Dan Dampak Logam Pb (Timbal)
Pada Tanaman Peneduh Jalan Di Kota Ternate, Maluku Utara. Jurnal Bioedukasi.
2(1), p: 2301-4678.
BPS, 2002. Kota Medan Dalam Angka 2002, Medan.
Azmat, S. Hainder, and M. Riaz. 2009. An Inverse Relation Between Pb2+ and Ca2+ Ions
Accumulation in Phaseolus mungo and Lens culinaris Under Pb Stress. Journal
Botany. Vol41 (5), p: 2289-2295.
Sulasmini, L.K., M.S. Mahendra, K.A. Lila, 2007. Peranan Tanaman Penghijauan Angsana,
Bungur, dan Daun Kupu-Kupu sebagai Penyerap Emisi Pb dan Debu Kendaraan
Bermotor di Jalan Cokroaminoto, Melati, dan Cut Nyak Dien di Kota Denpasar.
Ecotrophic. 2(1), p:1907-5626.
Adila, Mirjani., Thamzil, Laz., Etyn, Yunita. 2014. Kadar Unsur Timbal Pada Tanaman
Kangkung Di Tiga Pasar Tradisional Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Jurnal
Biologi. Vol. 7(2).
Rangkuti, Sari, Nilan, Marlinda. 2004.Kandungan Logam Berat Timbal dalam Daun dan
Kulit Kayu Tanaman Kayu Manis (Cinnamomum burmani Bl) pada Sisi Kiri
Jalan Tol Jagorawi. Jurnal Biologi. 6(2). Hal. 139-142
Hakim, N., M.Y. Nyakpa., A.M. Lubis., S.G. Nugroho., M.R. Saul., M.A. Diha., G.B. Hong.,
dan H.H. Bailey. 1986. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Lampung: Unila
http://eprints.uny.ac.id/9381/3/BAB%202%20-%2005308141018.pdf

28
Koswara, J. 1986. Budidaya jagung manis (zae mays saccharata) Bahan kursus
budidaya jagung manis dan jagung merang. Fakultas Pertanian. IPB,
Bogor.

29

Anda mungkin juga menyukai