Anda di halaman 1dari 15

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanah salin (garam) pada umumnya tidak produktif untuk pertanian.
Tanah semacam ini dapat terjadi karena rembesan air laut, sementara air tawar
yang ada tidak dapat mengusirnya. Tanah bergaram sifatnya lepas, sehingga pada
musim hujan air terus merembes ke bawah. Tanah semacam ini tidak mampu
menahan air oleh karena bersifat lepas tersebut. Untuk mengatasinya, tanah harus
diperkuat kemantapannya sehingga dapat menahan air hujan atau air pengairan di
lapis bawah, sehingga menempati kedudukan garam. Kapur dapat dipakai sebagai
pemantap susunan tanah tersebut ((Kuswandi, 1993).
Salinitas merupakan cerminan dari kandungan garam yang tidak ikut
terlindi dan boleh jadi terakumulasi pada perakaran, terutama pada musim
kemarau. Pengaruh salinitas ini terutama berkaitan erat dengan nilai tekanan
osmotic. Kadar garam yang tinggi emnjadikan tekanan osmotic larutan di luar sel
meningkat sehingga larutan yang ada di dalam tanaman terserap keluar.dengan
kata lain, penyerapan air dan unsur hara lain oleh akar menjadi terganggu
(Noor, 2004).
Salinitas sering merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan dan hasil
tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman karma kadar garam yang tinggi,
menurut Mengel dan Kirkby (1987) disebabkan oleh dua hal; pertama,
menurunnya potensial air pada media tumbuh menyebabkan penyerapan air oleh
akar tanaman sangat terbatas; kedua, akumulasi ion-ion tertentu menyebabkan
keracunan pada tanaman. Tetapi yang lebih umum te jadi adalah kesukaran dalam
2

penyerapan air. Kramer (1969) menyata-kan bahwa berkurangnya serapan air
mempengaruhi proses fotosintesis, metabolism karbohidrat, dan pergerakan
fotosintat dalam tanaman. Perubahan-perubahan tersebut dapat berakibat bagi
rendahnya hasil (Mapegau, 2006).
Kadar garam yang tinggi di dalam tanah yang disertai dengan struktur
lumpur memperburuk watak kelengasan tanah, karena tegangan lengas tanah
mengalami peningkatan yang cukup besar. Semua ciri-ciri morfologis dan
anatomi pohon mangrove adalah tanggapan fisiogenetik tumbuhan untuk
mempertahankan diri terhadap keadaan lingkungan akar yang serba berat. Kadar
garam dalam tanah yang terlalu tinggi akan sangat mengganggu penyerapan zat-
zat hara dan lengas tanah oleh akar tumbuhan karena menimbulkan ketegangan
lengas yang berlebihan (Arief, 2003).
Dua faktor utama yang mempengaruhi konsistensi tanah yaitu (a) kondisi
kelengasan tanah kering, lembab, basah (b) tekstur tanah, terutama kandungan
lempung. Konsistensi tanah penting untuk menentukan cara pengolahan tanah
yang baik, juga penting bagi penetrasi akar tanaman di lapisan bawah dan
kemampuan tanah menyimpan lengas (Sutanto, 2005)
Beberapa tumbuhan tumbuh dan tahan dalam habitat dengan kandungan garam
tinggi, yang kemudian disebut halofit. Tumbuhan itu biasa hidup di pantai yang
mesofit atau hidrofit tak dapat hidup subur, karena dua yang disebut terakhir
biarpun tahan genangan tetapi tidak tahan kadar garam yang tinggi di air ataupun
tanah di situ. Kegaraman tanah antara lain oleh NaCl, CaSO
4
, NaCO
3
dan KCl
(Hanum, 2011).
3

Kondisi salinitas tanah sangat ditentukan oleh ketinggian lahan, kondisi
porositas tanah, kelembaban tanah, tekstur, iklim dan jaringan irigasi aktif
(Rhoades, 1989; Norman, 1990). Penelitian dilakukan pada saat musim penghujan
yaitu bulan Januari, sehingga diperkirakan kondisi salinitas tanah lebih rendah dan
tidak setinggi pada saat musim kemarau (Gambar 2). Selain mampu mencuci
garam-garam dari permukaan tanah, curah hujan juga mampu membawa larutan
garam menuju tempat yang lebh rendah sebagai aliran permukaan (run off).
Persediaan air irigasi juga sangat mencukupi sehingga tingkat salinitas lahan dapat
ditekan serendah mungkin (Marwanto, dkk, 2009).
Pada tanaman jagung selama fase pengisian biji, biji berfungsi sebagai
pengguna fotosintat sehingga fungsi tongkol, kelobot, batang dan daun sebagai
organ penyimpan sementara bagi fotosintat (Daynard dan Duncan, 1969; Hanway
dan Russel, 1969) sangat menentukan bagi tercapainya hasil yang tinggi. Dalam
ha1 ini lebih jauh dapat diartikan bahwa organ-organ tersebut memungkinkan bagi
akumulasi bahan kering yang tinggi ke dalam biji selama fase pengisian biji
(Mapegau, 2006).
Tanah salin (garam) pada umumnya tidak produktif untuk pertanian.
Tanah semacam ini dapat terjadi karena rembesan air laut, sementara air tawar
yang ada tidak dapat mengusirnya. Tanah bergaram sifatnya lepas, sehingga pada
musim hujan air terus merembes ke bawah. Tanah semacam ini tidak mampu
menahan air oleh karena bersifat lepas tersebut. Untuk mengatasinya, tanah harus
diperkuat kemantapannya sehingga dapat menahan air hujan atau air pengairan di
lapis bawah, sehingga menempati kedudukan garam. Kapur dapat dipakai sebagai
pemantap susunan tanah tersebut ((Kuswandi, 1993).
4

Salah satu yang factor yang dapat menunjukkan kemempuan toleransi
suatu organisme (khususnya tanaman) terhadap factor lingkungan adalah salinitas.
Salinitas adalah tingkat keasinian atau kadar garam yang terlarut dalam tanah.
Salinitas tidak hanya terjadi karena adanya senyawa NaCl, tetapi juga bisa karena
adanya Na
2
CO
3
, NaHCO
3
dan Na
2
SO
4.
Secara umum salinitas disebsbkan oleh
rendahnya tingkat curah hujan dan tingginya laju evaporasi. Curah hujan yang
rendah menyebabkan terhalangnya terganggunya proses pencucian garam oleh air.
Sedangkan tingginya laju evaporasi menyebabkan terkumpilnya garam dalam
tanah dan yang ada di dalam air pada permukaan tanah (Noor, 2004).
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui respon
pertumbuhan jagung (Zea mays L.) pada beberapa kadar salinitas.
Kegunaan Percobaan
- Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Praktikal Test di Laboratorium
Ekologi Tanaman Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.







5


6

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Steenis (1997) sistematika dari tanaman jagung (Zea mays L.)
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays L.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m
meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah
cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang
membantu menyangga tegaknya tanaman (Rukmana, 1997).
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu,
namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak
tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas
terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh
namun tidak banyak mengandung lignin (Rukmana, 1997).
7

Helaian daun berbentuk pita 35-100 kali 3-12 cm. bentuk pertulangan daun
sejajar dan melengkung, helaian duduk, hampir selalu berbentuk garis dan
merupakan berdaun tunggal (Steenis, 2005 ).
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin)
dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas
bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Bunga jantan tumbuh di bagian
puncak tanaman atau pada malai bunga di ujung tanaman berupa karangan
bunga (inflorescence), yang ditandai dengan adanya rambut atau tassel dan bunga
betina terletak di ketiak daun dan akan mengeluarkan stil dan stigma
Perbungaan jantan berbentuk malai longgar (tassel) yang terdiri dari bulir
poros tengah dan cabang lateral. Poros tengah biasanya memiliki empat baris
pasangan bunga (spikelet) atau lebih cabang lateral biasanya terdiri dari dua baris.
Perbungaan bunga betina tumbuh pada ujung tongkol samping batang yang
berasal dari ketiak daun, biasanya pada sekitar pertengahan oanjang batang utama
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100-140 mm/bulan. Oleh
karena itu waktu penanaman harus memperhatikan curah hujan dan
penyebarannya. Penanaman dimulai bila curah hujan sudah mencapai 100
mm/bulan. Untuk mengetahui ini perlu dilakukan pengamatan curah hujan
dan pola distribusinya selama 10 tahun ke belakang agar waktu tanam dapat
ditentukan dengan baik dan tepat (BB Pengkajian, 2008).
8

Iklim atau cuaca rata rata suatu daerah turut berperan serta dalam
menentukan pertumbuhan dan produksi suatu tanaman. Iklim yang mendukung
misalnya banyak hujan badai dan angin ribut bahkan banjir akan berpengaruh
pada pertumbuhan termasuk pada tanaman jagung. Walaupun tanaman jagung
sangat cocok pada daerah yanng beriklim sejuk dan dingin, namun jika terlalu
banyak hujan juga akan mengurangi kualitas jagung (Rohani, 1999)
Curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung adalah antara 100 mm 200
mm per bulan. Curah hujan paling optimum adalah sekitar 100 mm 125 mm per
bulan dengan distribusai yang merata. Oleh karena itu, tanaman jagung cenderung
amat cocok ditanam didaerah yang beriklim kering (Rukmana, 1997).
.
Tanah
Jagung menghendaki tanah yang subur untuk dapat berproduksi dengan
baik. Hal ini dikarenakan tanaman jagung membutuhkan unsur hara terutama
nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) dalam jumlah yang banyak. Oleh karena
pada umumnya tanah di Lampung miskin hara dan rendah bahan organiknya,
maka penambahan pupuk N, P dan K serta pupuk organik (kompos maupun
pupuk kandang) sangat diperlukan (BB Pengkajian, 2008).
Penanaman jagung di Indonesia umumnya dilakukan di lahan kering
(tegalan) dan lahan basah (sawah). Tanaman jagung di lahan kering selalu
dikaitkan dengan pola tanam yang sesuai pada daerah setempat. Sementara
penanaman jagung di lahan sawah umumnya dilakukan pada musim kemarau
setelah panen tanaman padi (Rukmana, 1997).

9


Salinitas
Salinitas merupakan cerminan dari kandungan garam yang tidak ikut
terlindi dan boleh jadi terakumulasi pada perakaran, terutama pada musim
kemarau. Pengaruh salinitas ini terutama berkaitan erat dengan nilai tekanan
osmotic. Kadar garam yang tinggi emnjadikan tekanan osmotic larutan di luar sel
meningkat sehingga larutan yang ada di dalam tanaman terserap keluar.dengan
kata lain, penyerapan air dan unsur hara lain oleh akar menjadi terganggu
(Noor, 2004).
Salinitas menggambarkan jumlah zat terlarut yang berada dalam air.
Salinitas dapat diukur dengan beberapa metode antara lain dengan metode
argentometri. Metode metode argentometri pengukuran salinitas pereaksi :
aquades bebas klorida, indikator potasium khromat (50 g K
2
CrO
4
dalam satu liter
aquades), AgNO
3
0,0141 N, sodium klorida 0,0141 N (Suin, 2002).
Salinitas dapat mengganggu serapan air dan hara tanaman, sehingga terjadi
gangguan keseimbangan hara di dalam tanaman, (Langdale dan Thomas, 1971).
Hedge dan Jose (1971) menyatakan bahwa salinitas menurunkan serapan unsur
hara P di dalam tanaman padi, meskipun tidak terjadi kekahatan. Levitt (1980)
menyatakan salinitas yang tinggi di dalam tanah menyebabkan terjadinya kalat
kalium pada berbagai jenis tanaman. Pada tanaman padi perlakuan garam NaCl
ternyata menurunkan kandungan K dan meningkatkan kandungan Na, Ca, Mg dan
Cl (Hasibuan, 2010).
Melalui siklus geologi yang telah menghasilkan akumulasi garam-garam
di laut, danau dan air tanah. Sedimen yang turun di bawah air secara alami
10

memasukkan garam (connate salts) yang dibawa oleh tanah yang secara bertahap
membentuk pada sedimen-sedimen ini. Selama pembentukan tanah, garam-garam
lanjut direalisasi oleh keadaan cuaca (residu/sisa mineral-mineral primer dan
silikat sekunder) dan juga dihasilkan dari deposisi atmosfer (White, 1987).
Secara sederhana , salinitas didefinisikan sebagai terdapatnya garam-
garam dalam konsentrasi yang berlebihan sehingga dapat menekan pertumbuhan
tanaman (Hasibuan, 2010).
Garam yang terlarutkan yang ada dalam tanah terdiri kebanyakan atas
berbagai proporsi kation Na, Ca, dan Mg serta anion Cl dan SO
4
. Penyusun yang
biasanya hanya terdapat dalam jumlah sedikit ialah kation K dan anion
bikarbonat, karbonat, nitrat dan borat (Notohadiprawiro, 1998).
Follet, Murphy dan Donahue (1976) mengklasifikasikan tanah berkadar
garam tinggi menjadi : 1) tanah salin, 2) tanah alkali dan 3) tanah salin alkali.
Tanah salin adalah tanah yang mengandung garam-garam dapat larut lebih dari
0,1 % atau berdaya hantar listrik lebih dari 4 mmhos/cm pada 25
o
C dan
mengandung Na dapat ditukar kurang dari 15% pH < 8,5. Tanah alkali adalah
tanah ber daya hantar listrik dari 4 mmhos/cm, Na dapa ditukar lebih dari 15 %
dan pH lebih besar dari 8,5. Tanah salin alkali adalah tanah yang berdaya hantar
listrik labih besar ari 4 mmhos/cm, Na dapat ditukar lebih besar dari 15% dan pH
lebih besar dari 8,5. Tanah alkali juga disebut Sodic (sodic soil)
(Hasibuan, 2010).
Bagaimana untuk menghentikan salinisasi. Untuk mengurangi
pertambahan garam, petani dapat membanjiri lahan dengan banyak air yang akan
mencuci garam tersebut. Jika lahan tidak didrainase, keadaan ini hanya membuat
11

pertambahan garam pada air tanah. Ketika hal itu terjadi sehingga mencapai akar
tanaman, maka tanaman tersebut akan mati. Bagaimanapun, jika drainase
dilakukan , itu akan menurunkan kadar garam pada air tanah. Garam dapat diatasi
dengan penanganan yang terus menerus dan tanaman akan dapat tumbuh dengan
baik (Ohare, 1988).
Masalah salinitas merupakan masalah yang seringkali dijumpai pada
daerah-daerah rendah dengan iklim kering , serta permukaan air tanah tinggi.
Perbedaan kadar air tanah pada bagian bawah dan bagian permukaan,
menyebabkan terjadinya pergerakan air kapiler. Air dan garam-garam terlarut
bergerak ke atas dan menggendapkan garam-garam pada daerah perakaran atau
pada bagian atas tanah (Hasibuan, 2010).
Salinitas tanah yang tinggi dapat menyebabkan keracunan pada tanaman.
Keracunan ini disebabkan oleh ion-ion spesifik seperti ion Na, Cl dan SO
4
yang
banyak terdapat pada tanah-tanah yang tingkat salinitasnya tinggi. Hal ini dapat
mempengaruhi sifat fisiologi tanaman seperti fotosintesis, transpirasi dan sintesis
klorofil (Hasibuan, 2010).
Kandungan NaCl yang tinggi pada tanah salin menyebabkan rusaknya
struktur tanah, sehingga aerasi dan permeabilitas tanah tersebut menjadi sangat
rendah. Banyaknya ion Na di dalam tanah menyebabkan berkurangnya ion Ca,
Mg, K yang dapat ditukar, yang berarti berkurangnyketersediaan unsur-unsur
tersebut bagi tanaman (Hasibuan, 2010)
Pengaruh salinitas bagi tanaman mencakup tiga hal yaitu, tekanan osmose,
keseimbangan hara pengaruh racun. Bertambahnya konsentrasi garam dalam
larutan tanah, meningkatkan potensial osmotik larutan tanah tersebut. Oleh sebab
12

itu salinitas dapat menyebabkan tanaman sulit menyerap air hingga terjadi
kekeringan fisiologis (Levitt, 1980).
Black (1964) menyatakan bahwa pengaruh osmotik inilah yang
menyebabkan tanaman yang tumbuh dengan tingkat salinitas yang tinggi
pertumbuhannya terhambat, daunnya relatif kecil, berwarna hijau kebiruan dan
timbulnya lapisan lilin yang tebal (Hasibuan, 2010).
Sebelum tanah salin dapat dimanfaatkan untuk lahan pertanian harus daan
perlu dilakukan beberapa usaha untuk mengurangi kendala-kendala yang dapat
menghambat pertumbuhan tanaman. Usaha-usaha tersebut antara lain :
1. Mereklamasi tanah salin dan
2. Menggunakan tanaman-tanaman yang toleran terhadap tanah bergaram
(salin)
Reklamasi tanah salin dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1) Eradikasi : yakni pencucian garam-garam terlarutdi dalam tanah dengan
cara irigasi dan drainase
2) Pertukaran kation : yakni penambahan bahan-bahan seperti Gips (CaSO
4
)
atau batu kapur (CaCO
3
)
3) Penambahan bahan organik seperti blotong atau tanah gambut
(Hasibuan, 2010)
Eradikasi :Cara ini telah dilakukan di India dan Pakistan, dengan
memasukkan irigasi ke tanah salin dan menggenanginya beberapa lama, kemudian
mendrinase air tersebut ke luar lahan. Dengan cara tersebut dapat menurunkan
kadar garam dari 0,5% menjadi 0,1% . dengan kadar garam yang demikin dapat
mendukung pertumbuhan tanaman. Reklamasi pencuciangaram pada tanah salin
13

telah pernah dilakukan di Indonesia yaitu di Desa Sisir Gunting, Belawan
Sumatera Utara. Caranya , dengan membuat pintu air (DAM) dan saluran
drainase. Air yang digunakan untuk pencucian dalah air hujan, setelah pintu DAM
ditutup, pada waktu hujan, air dibiarkan tergenang di lahn beberpa lama,
kemudian setelh pasang surut, pintu DAM dibuka dan air dibiarkan keluar melalui
parit-parit drainase. Hal ini dilakukan berulang-ulang sehingga kadar garam di
dalam tanah salin menjadi rendah (Hasibuan, 2010).
Pertukaran Kation : Reklamasi tanah salin dengan cara pertukaran kation
yakni dengan penambahan bahan seperti CaSO
4
(Gips). Tanah salin yang jenuh
dengan Na digantkan tempatnya dari permukaan koloid tanah dengan ion Ca yang
berasal dari Gips dan Na yang terlepas dan bereaksi dengan ion SO
4
membentuk
garam Na
2
SO
4
yang bersifat mudah tercuci ke dalam tanah, bebas dari perakaran
tanaman (Hasibuan, 2010).


14

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Ekologi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada tanggal 17 Maret 2012 sampai
dengan selesai ketinggian tempat 25 m dpl.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah jagung (Zea mays L.)
sebagai bahan percobaan, garam (NaCl) sebagai bahan perlakuan salinitas, air sebagai
pelarut larutan, dan pasir gongseng sebagai media tanam dan cup plastik sebagai
wadah media tanam dan kertas label untuk menandai perlakuan.
Alat yang digunakan dalam percoban ini adalah pengaduk untuk mengaduk
larutan, beaker glass sebagai wadah larutan, penggaris untuk mengukur tinggi
tanaman, injectsprayer untuk menyiram benih, timbangan untuk menimbang garam
(NaCl), kalkulator untuk menghitung data, dan alat tulis serta buku data untuk
mencatat data.
Prosedur Percobaan
- Disediakan bahan dan alat percobaan.
- Dimasukkan pasir gongseng ke dalam cup plastik.
- Ditanam benih jagung P23 ke dalam cup plastik yang telah berisi media
tanam.
- Diberi label perlakuan pada cup plastik.
15

- Ditimbang garam (NaCl) dengan takaran 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6 gram (0, 1000,
2000, 3000, 4000, 5000, 6000 ppm untuk 1 liter air).
- Dimasukkan garam tersebut ke dalam beaker glass masing-masing yang telah
berisi 1 liter air, kemudian diaduk hingga garam tersebut larut.
- Setelah semua larutan selesai, diambil larutan masing-masing 40 ml dengan
menggunakan injectsprayer.
- Setelah diambil, disemprotkan pada media tanam yang telah ditanam benih
jagung.
- Diamati persentase perkecambahan dan tinggi tanaman.

Anda mungkin juga menyukai