EKOLOGI TANAMAN
DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD ANDIKA (71200713037)
ELVIN ENDA MORA (71200713072)
AGROTEKNOLOGI-B
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang maha esa
karena atas segenap rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dalam penulisan makalah ini, penulis tak lupa mengucapkan terima kasih yang
ini.
Penulis menyadari segala yang penulis tulis pada makalah ini masih
kurang sempurna, maka segala saran dan kritik yang bersifat membangun demi
berharap yang ditulis dalam makalah ini dapat berguna bagi pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air yang berada dalam tanah, permukaan tanah, maupun air hujan
akan mati karena keracunan. Garam-garam yang larut dalam tanah merupakan
unsur yang essensial bagi pertumbuhan tanaman, tapi kehadiran larutan garam
Salinitas merupakan jumlah garam yang terlarut dalam satu kilogram air
laut. Konsentrasi garam dikontrol oleh batuan alami yang mengalami pelapukan,
tipe tanah, dan komposisi kimia dasar perairan. Salinitas merupakan indikator
utama untuk mengetahii penyebaran massa air larutan sehingga penyebaran nilai-
nilai salinitas secara langsung menunjukkan penyebaran dan peredaran massa air
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain curah hujan, pengaliran air tawar ke
laut secara langsung maupun lewat sungai dan gletser, penguapan, arus laut,
menurut Mengel dan Kirkby (1987) disebabkan oleh dua hal; pertama,
menurunnya potensial air pada media tumbuh menyebabkan penyerapan air oleh
keracunan pada tanaman. Tetapi yang lebih umum te jadi adalah kesukaran dalam
Salinitas alami merupakan fenomena yang terjadi di bumi, dan evolusi dari
terhadap garam. Sehingga sebagian besar tumbuhan tidak toleran terhadap kondisi
B. Tujuan
Salinitas atau kadar garam adalah rata-rata banyaknya kadar garam (dalam
gram) yang terdapat dalam setiap 1.000 gram (1 kg) air laut (Samadi, 2007).
terbesar terdapat di laut, dengan kisaran kadar garam rata-rata sebesar 3% dari
berat seluruhnya. Konsentrasi garam-garam ini relatif sama dalam setiap contoh-
contoh air laut, sekalipun mereka diambil dari tempat berbeda di seluruh dunia.
kering atau sedang, dimana air hujan tidak mencukupi untuk mencuci kandungan
garam dari akar tanaman (Schmidhalter dan Oertli, dalam Arzie, 2011). Tanah
dan kering tunas dan akar, serta menghambat penyerapan berbagai nutrisi pada
benih gandum (Triticum aestivim). Hal yang senada juga dikemukakan oleh Jamil
dan Rha (2007) dari hasil penelitiannya yang menunjukkan bahwa kondisi
disebabkan karena kadar hara tertentu yang tersedia dalam jumlah yang tinggi
dapat menekan unsur hara lainnya. Salinitas juga dapat mengakibatkan keracunan
yang mengalami stres garam umumnya tidak menunjukkan respon dalam bentuk
kerusakan langsung tetapi dalam bentuk pertumbuhan tanaman yang tertekan dan
berlebihan, (b) penurunan penyerapan air dan (c) penurunan dalam penyerapan
biasanya pada tingkatan bibit sangat peka terhadap salinitas. Waskom (2003)
100 mM NaCl. Adanya kadar garam yang tinggi pada tanah juga menyebabkan
panjang sel. Demikian pula dengan proses fotosintesis akan terganggu karena
(Robinson, 1999 dalam Da Silva et al, 2008). Pada tanaman semusim antara lain
meningkatnya tanaman mati dan produksi hasil panen rendah serta banyaknya
berkurangnya Ca+, Mg2+, dan K+ yang dapat ditukar, yang berarti menurunnya
(2006) menambahkan bahwa banyaknya ion Cl- yang diserap oleh akar tanaman
berwarna kuning dan keriting seperti gejala yang muncul pada tanaman yang
ditumbuhkan pada media tanah yang diberi perlakuan NaCl. Kalium diserap oleh
tanaman dalam bentuk ion K+ dan berperan penting sebagai katalisator berbagai
menurun.
hantar listrik (DHL) dalam mmhos/cm pada ekstrak jenuh tanah. Tanah salin
dicirikan oleh DHL melebihi 4 mmhos/cm yang diukur pada suhu 25oC.
Pemilihan nilai kritis untuk DHL pada 4 mmhos/cm dilaporkan didasarkan atas
cekaman salinitas pada hampir semua jenis tanaman pangan (Sivritepe dkk., 2003
beberapa faktor. Antara lain adalah faktor pembatas, faktor pembatas adalah
faktor yang tidak hanya mengganggu dalam jumlah yang terlalu sedikit saja, tetapi
juga dalam jumlah yang terlalu banyak. Misalnya faktor air, panas, salinitas, dan
terlarut dalam tanah dan merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi
tekanan osmose larutan tanah sehingga ketersediaan air bagi tanaman akan
berkurang. Penyiraman dengan air suling atau air yang mengandung kadar garam
rendah menghasilkan kematian bibit sangat rendah dan selanjutnya kematian bibit
salinitas sedang ), dan glikofit ( rentan terhadap salinitas ). Sedangkan faktor yang
menyebabkan salinitas antara lain letak yang dekat dengan laut, irigasi berlebihan,
praktikum ini diamati pada 3 jenis tanaman budidaya, yaitu padi (Oryza sativa),
tiga jenis tanaman yang memeiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap garam.
makanan dalam bentuk larutan. Semakin banyak unsur yang terlarut ke dalam
Ancaman yang terjadi akibat pengaruh salinitas dapat berupa stres primer
dan stres sekunder. Stres primer ditunjukkan dengan terjadinya kematian sel
fisiologis dan plasmolisis pada sel. Plasmolisis adalah terjadinya penyusutan dari
sitoplasma dan penarikan kembali membran plasa dari dinding sel ketika suatu sel
(Solomon et al., 2008). Kondisi garam yang tinggi di luar sel dapat merangsang
terjadinya proses keluarnya air dari sel melalui proses osmosis. Osmosis terjadi
Tanaman yang toleran dapat berhasil mengatasi stress akibat salinitas
antara lain dengan cara meningkatkan kadar zat yang bersifat melindungi tanaman
seperti ekstrosa atau gula total dan menekan kadar zat-zat yang brsifat meracuni.
tanaman terhadap tekanan osmotik dan keracunan oleh ion-ion spesifik seperti Na
dan Cl. Tanaman yang ditanam pada kondisi lingkungan yang berkadar garam
pertumbuhan tanaman.
dapat disebabkan karena menurunnya potensial air dari substrat tempat tumbuh,
yang dihadapkan pada potensial osmotik yang rendah dari larutan tanah bergaram
untuk mencegah pergerakan air akibat osmosis dari akar ke tanah. Tanaman
yang rendah, namun hal ini akan menyebabkan kelebihan ion yang pada akhirnya
tanaman pertanian seperti jagung, kacang polong, dan tomat pertumbuhan dan
berat kering mengalami penurunan jika tanaman ditumbuhkan dalam media salin.
Pada kacang merah, pelebaran daun terhambat oleh cekaman salinitas karena
bobot 1.000 gabah dan kandungan protein total dalam biji karena penyerapan Na
yang berlebihan, dan berkurangnya bobot kering tanaman. Zhou, X. Wang, Jiao,
Liau, Chen, Ma, J. Wang, Xiong, Zhang, and Deng (2007) menambahkan bahwa
sehingga gejala yang ditimbulkan mirip dengan gejala kekeringan. Gejala yang
tampak seperti daun cepat menjadi layu, terbakar, pertumbuhan daun yang kecil,
dapat menekan laju fotosintesis per satuan luas daun. Fotosintesis berkurang
sebanding dengan peningkatan salinitas tanah. Mekanisme utama penekanan laju
menutupnya stomata pada daun akan memotong suplai CO 2 ke sel-sel mesofil,
sehingga fotosintesis terhambat dan fotosintat yang terbentuk sedikit. Pada awal
setelah daun berkembang penuh dengan kandungan pati yang tinggi maka
osmotik yang tinggi akibat tingginya kandungan garam dalam tanah. Toleransi
kemampuan tanaman untuk hidup pada tanah salin, produksi yang dihasilkan pada
tanah salin, persentase penurunan hasil setiap unit peningkatan salinitas tanah
lazim terdapat pada tanah bergaram dapat merusak organel sel, mengganggu
Cl- dapat ditandai dengan mengeringnya tepi bagian ujung daun. Gejala tersebut
keracunan dengan empat cara yaitu: eksklusi, ekskresi, sekresi dan dilusi. Eksklusi
terjadi secara pasif dengan adanya dinding sel yang tidak permeable terhadap ion-
ion dari garam tersebut. Ekskresi dan sekresi merupakan pemompaan ion secara
aktif masing-masing ke luar tanaman dan ke dalam vakuola. Dilusi dapat terjadi
dengan adanya pertumbuhan yang cepat. Hal ini disimpulkan dari hasil analisis
bahwa bagian yang tumbuh cepat mengandung Na+ dan Cl- lebih rendah dari
dilihat dari ukuran daun lebih kecil, jumlah stomata lebih sedikit, berkurangnya
ketahanan relatif membran dalam mengatur transfer ion dan solut lainnya dari
sitoplasma dan vakuola serta organel lainnya (Mass dan Hofmann, 1998).
DAFTAR PUSTAKA
Begum, F. Ahmed. I.M, Nessa. A. and Sultana W. 2010. The effect of salinity on
seed quality of wheat. J. Bangladesh Agril. Univ. 8 (1) : 19-22.
Huboyo, Haryono S dan Badrus Zaman. 2007. Analisis sebaran temperatur dan
salinitas air limbah PLTU-PLTGU berdasarkan sistem pemetaan spasial (studi
kasus : PLTU-PLTGU tambak lorok semarang). Jurnal PRESIPITASI 3 : 40-45.
Mapegau. 2006. Pengaruh salinitas tanah terhadap hasil dan distribusi bahan
kering pada tanaman jagung kultivar selama fase pengisisan biji. J. Agrivor 6 : 9-
17.
Odum, E.P. 1994. Basic Ecology 3rd ed. Holt-Saunders International Education.
Tokiyo