Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

EKOLOGI TANAMAN

PENGARUH SALINITAS TERHADAP


PERAKARAN TANAMAN PADI

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD ANDIKA (71200713037)
ELVIN ENDA MORA (71200713072)
AGROTEKNOLOGI-B

AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang maha esa

karena atas segenap rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah

ini dalam penulisan makalah ini, penulis tak lupa mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam penulisan makalah

ini.

Penulis menyadari segala yang penulis tulis pada makalah ini masih

kurang sempurna, maka segala saran dan kritik yang bersifat membangun demi

kesempurnaan makalah ini akan senantiasa penulis nantikan. Penulis juga

berharap yang ditulis dalam makalah ini dapat berguna bagi pembaca.

Medan, 7 Juni 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Air yang berada dalam tanah, permukaan tanah, maupun air hujan

mengandung garam-garam yang terlarut. Air yang baik bagi pertumbuhan

tanaman mengandung unsur-unsur yang bersifat pupuk, sedangkan pemberian air

tidak berkualitas akan mengakibatkan tanaman menjadi kurus dan lama-kelamaan

akan mati karena keracunan. Garam-garam yang larut dalam tanah merupakan

unsur yang essensial bagi pertumbuhan tanaman, tapi kehadiran larutan garam

yang berlebihan akan meracuni tanaman. (Begum et al., 2010).

Salinitas merupakan jumlah garam yang terlarut dalam satu kilogram air

laut. Konsentrasi garam dikontrol oleh batuan alami yang mengalami pelapukan,

tipe tanah, dan komposisi kimia dasar perairan. Salinitas merupakan indikator

utama untuk mengetahii penyebaran massa air larutan sehingga penyebaran nilai-

nilai salinitas secara langsung menunjukkan penyebaran dan peredaran massa air

dari suatu tempat ke tempat lainnya. Penyebaran salinitas secara alamiah

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain curah hujan, pengaliran air tawar ke

laut secara langsung maupun lewat sungai dan gletser, penguapan, arus laut,

turbulensi percampuran, dan aksi gelombang (Huboyo dan Zaman, 2007).

Salinitas sering merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan dan hasil

tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman karma kadar garam yang tinggi,

menurut Mengel dan Kirkby (1987)  disebabkan oleh dua hal; pertama,
menurunnya potensial air pada media tumbuh menyebabkan penyerapan air oleh

akar tanaman sangat terbatas; kedua, akumulasi ion-ion tertentu menyebabkan

keracunan pada tanaman. Tetapi yang lebih umum te jadi adalah kesukaran dalam

penyerapan air. Berkurangnya serapan air mempengaruhi proses fotosintesis,

metabolisme karbohidrat, dan pergerakan fotosintat dalam tanaman. Perubahan-

perubahan tersebut dapat berakibat bagi rendahnya hasil (Mapegau, 2006).

Salinitas alami merupakan fenomena yang terjadi di bumi, dan evolusi dari

kehidupan telah menghasilkan sejumlah organisme yang tahan terhadap salinitas

dan dapat berkembang di lingkungan yang salin. Umumnya tumbuhan sensitif

terhadap garam. Sehingga sebagian besar tumbuhan tidak toleran terhadap kondisi

salinitas yang permanen. Walaupun demikian, telah terjadi perkembangan khusus

pada beberapa famili tumbuhan sehingga toleran terhadap kondisi

salin. Tumbuhan yang toleran terhadap salinitas, berair banyak (Kramer, 1984).

B.       Tujuan

1.      Mengatahui pengaruh salinitas terhadap perakaran tanaman padi

2.      Mengatahui kandungan salinitas terhadap perakaran tanaman padi

3.      Mengetahui cara mengatasi salinitas pada tanaman padi


BAB II
PEMBAHASAN

Salinitas atau kadar garam adalah rata-rata banyaknya kadar garam (dalam

gram) yang terdapat dalam setiap 1.000 gram (1 kg) air laut (Samadi, 2007).

Hutabarat dan Stewart (2000) juga menerangkan bahwa konsentrasi garam

terbesar terdapat di laut, dengan kisaran kadar garam rata-rata sebesar 3% dari

berat seluruhnya. Konsentrasi garam-garam ini relatif sama dalam setiap contoh-

contoh air laut, sekalipun mereka diambil dari tempat berbeda di seluruh dunia.

Salinitas dapat menghambat pertumbuhan tanaman pada daerah yang

kering atau sedang, dimana air hujan tidak mencukupi untuk mencuci kandungan

garam dari akar tanaman (Schmidhalter dan Oertli, dalam Arzie, 2011). Tanah

yang salin dapat menyebabkan buruknya perkecambahan dan pembentukkan bibit

(Afzal, Basra dan Iqbal, 2005).

Ashraf and Foolad (2005) menjelaskan bahwa salinitas juga dapat

menunda pertumbuhan awal, menurunkan rata-rata dan meningkatkan

ketidakseragaman pada perkecambahan, mengurangi tanaman yang tumbuh dan


hasil panen. Kondisi lingkungan yang salin juga dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan benih berbagai komoditas.

Hasil penelitian yang dilakukan Afzal dkk. (2005), menunjukkan bahwa

salinitas berpengaruh terhadap penurunan persentase perkecambahan, berat segar

dan kering tunas dan akar, serta menghambat penyerapan berbagai nutrisi pada

benih gandum (Triticum aestivim). Hal yang senada juga dikemukakan oleh Jamil

dan Rha (2007) dari hasil penelitiannya yang menunjukkan bahwa kondisi

lingkungan salin menyebabkan penurunan persentasi perkecambahan, rata-rata


panjang akar, dan bobot segar kecambah pada benih bit (Beta vulgaris L. cv.

Tianjin qing pielan).

Gardner et al., (1991) juga menjelaskan bahwa lingkungan salin dapat

mengakibatkan tidak seimbangnya ketersediaan hara bagi tanaman, hal ini

disebabkan karena kadar hara tertentu yang tersedia dalam jumlah yang tinggi

dapat menekan unsur hara lainnya. Salinitas juga dapat mengakibatkan keracunan

Na+, Cl- dan ion-ion lainnya.


Kadar garam yang tinggi pada tanah menyebabkan tergganggunya

pertumbuhan, produktivitas tanaman dan fungsi-fungsi fisiologis tanaman secara

normal, terutama pada jenis-jenis tanaman pertanian. Salinitas tanah menekan

proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat pembesaran dan

pembelahan sel, produksi protein, serta penambahan biomass tanaman. Tanaman

yang mengalami stres garam umumnya tidak menunjukkan respon dalam bentuk

kerusakan langsung tetapi dalam bentuk pertumbuhan tanaman yang tertekan dan

perubahan secara perlahan (Sipayung, 2003). Dalam FAO (2005) dijelaskan

bahwa garam-garaman mempengaruhi pertumbuhan tanaman umumnya melalui:

(a) kera-cunan yang disebabkan penyerapan unsur penyusun garam yang

berlebihan, (b) penurunan penyerapan air dan (c) penurunan dalam penyerapan

unsur-unsur hara yang penting bagi tanaman.

Pengaruh salinitas tanah tergantung pada tingkatan pertumbuhan tanaman,

biasanya pada tingkatan bibit sangat peka terhadap salinitas. Waskom (2003)

menjelaskan bahwa salinitas tanah dapat menghambat perkecambahan benih,

pertumbuhan yang tidak teratur pada tanaman pertanian seperti kacang-kacangan

dan bawang. Viegas et a l,. (2003) dalam Da Silva et al, (2008) melaporkan

bahwa pertumbuhan tunas pada semai Leucaena leucocephala mengalami


penurunan sebesar 60% dengan adanya penambahan salinitas pada media sekitar

100 mM NaCl. Adanya kadar garam yang tinggi pada tanah juga menyebabkan

penurunan jumlah daun, pertumbuhan tinggi tanaman dan rasio pertumbuhan

panjang sel. Demikian pula dengan proses fotosintesis akan terganggu karena

terjadi akumulasi garam pada jaringan mesophil dan meningkatnya konsentrasi

CO2 antar sel (interseluler) yang dapat mengurangi pembukaan stomata

(Robinson, 1999 dalam Da Silva et al, 2008). Pada tanaman semusim antara lain

meningkatnya tanaman mati dan produksi hasil panen rendah serta banyaknya

polong kacang tanah dan gabah yang hampa (Anonim, 2007).

Menurut Suwarno (1985) banyaknya Na+ di dalam tanah menyebabkan

berkurangnya Ca+, Mg2+, dan K+ yang dapat ditukar, yang berarti menurunnya

ketersediaan unsur-unsur tersebut bagi tanaman. Sari, Darmanti dan Hastuti

(2006) menambahkan bahwa banyaknya ion Cl- yang diserap oleh akar tanaman

menyebabkan rendahnya penyerapan kation lain seperti NO3-, sehingga asam

amino yang terbentuk semakin sedikit. Defisiensi nitrogen menyebabkan daun

berwarna kuning dan keriting seperti gejala yang muncul pada tanaman yang
ditumbuhkan pada media tanah yang diberi perlakuan NaCl. Kalium diserap oleh

tanaman dalam bentuk ion K+ dan berperan penting sebagai katalisator berbagai

enzim. Berkurangnya kalium menyebabkan aktivitas enzim seperti nitrat

reduktase yang mengubah NO3 menjadi NH3 sebagai penyusun protein akan

menurun.

Menurut Kim (1998), salinitas tanah ditetapkan dengan mengukur daya

hantar listrik (DHL) dalam mmhos/cm pada ekstrak jenuh tanah. Tanah salin

dicirikan oleh DHL melebihi 4 mmhos/cm yang diukur pada suhu 25oC.

Pemilihan nilai kritis untuk DHL pada 4 mmhos/cm dilaporkan didasarkan atas

kemungkinan tingkat kerusakan tanaman akibat garam. Perkecambahan benih dan


awal pertumbuhan tanaman merupakan tahapan yang paling peka terhadap

cekaman salinitas pada hampir semua jenis tanaman pangan (Sivritepe dkk., 2003

dalam Ashraf and Foolad, 2005).


Perkembangan dan pertumbuhan suatu jenis tanaman ditentukan oleh

beberapa faktor. Antara lain adalah faktor pembatas, faktor pembatas adalah

faktor yang tidak hanya mengganggu dalam jumlah yang terlalu sedikit saja, tetapi

juga dalam jumlah yang terlalu banyak. Misalnya faktor air, panas, salinitas, dan

lain-lain. Hasil pengujian stress berulang-ulang diketahui bahwa lingkungan fisik

abiotik terlihat menekan perkembangan orgnisme hidup bila kehadirannya dalam

jumlah sangat sedikit/kurang atau sebaliknya.

Salinitas merupakan keadaan dimana terjadi akumulasi garam-garam

terlarut dalam tanah dan merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi

dalam membangun pertanian di dataran rendah. Kadar garam akan mempengaruhi

proses fisiologi dan morfologi dalam hubungannya dengan keseimbangan air

dalam tubuh tanaman. Kondisi salinitas tanah dapat mengurangi produktivitas

terhadap pertumbuhan tanaman, mengubah ketersediaan unsur hara dan dapat

menyebabkan keracunan tanaman. Kadar larutan garam yang tinggi meningkatkan

tekanan osmose larutan tanah sehingga ketersediaan air bagi tanaman akan

berkurang. Penyiraman dengan air suling atau air yang mengandung kadar garam

rendah menghasilkan kematian bibit sangat rendah dan selanjutnya kematian bibit

bertambah dengan kenaikan salinitas.

Terkait dengan salinitas, tanaman dibagi menjadi 3 kelompok yaitu

kelompok halofit ( toleran terhadap salinitas tinggi ), mesofit ( toleran terhadap

salinitas sedang ), dan glikofit ( rentan terhadap salinitas ). Sedangkan faktor yang
menyebabkan salinitas antara lain letak yang dekat dengan laut, irigasi berlebihan,

kualiltas irigasi rendah, dan kapilaritas serta penguapan.

Pengaruh faktor salinitas sebagai faktor pembatas pertumbuhan pada

praktikum ini diamati pada 3 jenis tanaman budidaya, yaitu padi (Oryza sativa),

mentimun (Curcumis sativus), dan kedelai (Glycine max). Ketiganya merupakan

tiga jenis tanaman yang memeiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap garam.

Tanaman merupakan organisme yang bersifat holofitik, artinya tanaman menyerap

makanan dalam bentuk larutan. Semakin banyak unsur yang terlarut ke dalam

larutan tersebut, maka viskositas larutan semakin besar. Kegagalan dalam

menyerap larutan makanan apabila viskositas (kekentalan) larutan makanan sama

atau lebih besar daripada viskositas cairan dalam tubuh tanaman. 

Ancaman yang terjadi akibat pengaruh salinitas dapat berupa stres primer

dan stres sekunder. Stres primer ditunjukkan dengan terjadinya kematian sel

tanaman, sedangkan stres sekunder ditunjukkan dengan terjadinya hambatan

fisiologis dan plasmolisis pada sel. Plasmolisis adalah terjadinya penyusutan dari

sitoplasma dan penarikan kembali membran plasa dari dinding sel ketika suatu sel

tanaman kehilangan air, biasanya terjadi dalam lingkungan yang hipertonik

(Solomon et al., 2008). Kondisi garam yang tinggi di luar sel dapat merangsang

terjadinya proses keluarnya air dari sel melalui proses osmosis. Osmosis terjadi

karena sel berusaha untuk menyamakan konsentrasinya dengan lingkungan,

akibatnya sel kehilangan air dan mengalami plasmolisis.

            Tanaman yang toleran dapat berhasil mengatasi stress akibat salinitas

antara lain dengan cara meningkatkan kadar zat yang bersifat melindungi tanaman
seperti ekstrosa atau gula total dan menekan kadar zat-zat yang brsifat meracuni.

Seperti leusin, isoleusin, NH3, tirosin, metionin, fenil, alanin. Pertumbuhan

tanaman di lingkungan yang salin berhubungan langsung dengan ketahanan

tanaman terhadap tekanan osmotik dan keracunan oleh ion-ion spesifik seperti Na

dan Cl. Tanaman yang ditanam pada kondisi lingkungan yang berkadar garam

tinggi akan banyak menyerap ion Na+, Cl-, dan SO42-.

Ketahanan terhadap salinitas dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor

fisiologis (Flowers, 2004). Suwarno (1985) menjelaskan bahwa pengaruh salinitas

terhadap tanaman mencakup tiga aspek yaitu: mempengaruhi tekanan osmosa,

keseimbangan hara, dan pengaruh racun. Disamping itu, NaCl dapat

mempengaruhi sifat-sifat tanah dan selanjutnya berpengaruh terhadap

pertumbuhan tanaman.

Berkurangnya laju dan kualitas pertumbuhan tanaman pada kondisi salin

dapat disebabkan karena menurunnya potensial air dari substrat tempat tumbuh,

meningkatnya penyerapan Na+ dan Cl-, atau keduanya (Yuniati, 2004). Tanaman

yang dihadapkan pada potensial osmotik yang rendah dari larutan tanah bergaram

akan terkena resiko physiological drought karena tanaman-tanaman tersebut harus

mempertahankan potensial internal osmotik yang lebih rendah dalam rangka

untuk mencegah pergerakan air akibat osmosis dari akar ke tanah. Tanaman

mungkin akan menyerap ion untuk mempertahankan potensial osmotik internal

yang rendah, namun hal ini akan menyebabkan kelebihan ion yang pada akhirnya

mengakibatkan terjadinya penurunan pertumbuhan pada beberapa tanaman

(Greenway dan Munns, 1980). Sipayung (2006) menambahkan bahwa salinitas

tanah akan menghambat pembentukan akar-akar baru, penurunan permeabilitas


akar terhadap air sehingga akar tanaman mengalami kesukaran dalam menyerap

air karena tingginya tekanan osmosis larutan dalam media tumbuh.

Salinitas mempengaruhiproses fisiologis yang berbeda-beda. Pada

tanaman pertanian seperti jagung, kacang polong, dan tomat pertumbuhan dan

berat kering mengalami penurunan jika tanaman ditumbuhkan dalam media salin.

Pada kacang merah, pelebaran daun terhambat oleh cekaman salinitas karena

berkurangnya tekanan turgor sel. Berkurangnya pelebaran daun dapat berakibat

berkurangnya fotosintesis maupun produktivitas (Yuniati, 2004).

Dari penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2006) ditemukan

bahwa  pengaruh cekaman salinitas terhadap tanaman padi adalah berkurangnya

tinggi tanaman dan jumlah anakan, pertumbuhan akar terhambat, berkurangnya

bobot 1.000 gabah dan kandungan protein total dalam biji karena penyerapan Na

yang berlebihan, dan berkurangnya bobot kering tanaman. Zhou, X. Wang, Jiao,

Liau, Chen, Ma, J. Wang, Xiong, Zhang, and Deng (2007) menambahkan bahwa

gejala keracunan garam pada tanaman padi berupa terhambatnya pertumbuhan,

ujung-ujung daun berwarna keputihan dan sering terlihat bagian-bagian yang

klorosis pada daun. Menurut Doorenbos, Kassam and Bentvelsen (1979)

kemampuan tanaman menyerap air pada lingkungan bergaram akan berkurang,

sehingga gejala yang ditimbulkan mirip dengan gejala kekeringan. Gejala yang

tampak seperti daun cepat menjadi layu, terbakar, pertumbuhan daun yang kecil,

dan pada akhirnya tanaman akan mati seperti kekeringan.

Poljakoff (1975) dalam Arzie (2011) menyatakan bahwa salinitas tanah

dapat menekan laju fotosintesis per satuan luas daun. Fotosintesis berkurang
sebanding dengan peningkatan salinitas tanah. Mekanisme utama penekanan laju

fotosintesis terjadi karena menutupnya stomata sebagai akibat dari kemampuan

tanaman dalam menyerap air berkurang. Sari dkk. (2006) menambahkan bahwa

menutupnya stomata pada daun akan memotong suplai CO 2 ke sel-sel mesofil,

sehingga fotosintesis terhambat dan fotosintat yang terbentuk sedikit. Pada awal

perkembangan daun, fotosintat ditahan untuk mengembangkan daun secara cepat,

setelah daun berkembang penuh dengan kandungan pati yang tinggi maka

fotosintat akan ditranslokasi ke daun-daun yang lebih muda, sehingga

ketersediaan sejumlah asimilat sangat mempengaruhi pembentukan daun.

Tanaman sampai batas-batas tertentu masih dapat mengatasi tekanan

osmotik yang tinggi akibat tingginya kandungan garam dalam tanah. Toleransi

tanaman terhadap salinitas dapat dinyatakan dalam berbagai cara diantaranya

kemampuan tanaman untuk hidup pada tanah salin, produksi yang dihasilkan pada

tanah salin, persentase penurunan hasil setiap unit peningkatan salinitas tanah

(Mass dan Hofmann, 1998).

Marschner (1998) menyatakan ion seperti Natrium dan Klorida, yang

lazim terdapat pada tanah bergaram dapat merusak organel sel, mengganggu

fotosintesis dan respirasi, serta menghambat sintesis protein dan mendorong

kekurangan ion. Levitt (1980) menyatakan bahwa keracunan Na+ maupun

Cl- dapat ditandai dengan mengeringnya tepi bagian ujung daun. Gejala tersebut

sangat sulit dibedakan dengan gejala kekeringan.


Tanaman dapat menghindari terjadinya ketidakseimbangan hara atau

keracunan dengan empat cara yaitu: eksklusi, ekskresi, sekresi dan dilusi. Eksklusi

terjadi secara pasif dengan adanya dinding sel yang tidak permeable terhadap ion-

ion dari garam tersebut. Ekskresi dan sekresi merupakan pemompaan ion secara

aktif masing-masing ke luar tanaman dan ke dalam vakuola. Dilusi dapat terjadi

dengan adanya pertumbuhan yang cepat. Hal ini disimpulkan dari hasil analisis

bahwa bagian yang tumbuh cepat mengandung Na+ dan Cl- lebih rendah dari

bagian yang tumbuh lambat (Levitt, 1980).

Menururt Levitt (1980) tanaman dapat toleran terhadap NaCl karena

mempunyai kemampuan menahan pengaruh racun dari NaCl dan

ketidakseimbangan hara. Toleransi terhadap defisiensi K dapat dimiliki tanaman

yang mampu memanfaatkan Na untuk menggantikan sebagian K yang

dibutuhkan. Johnson (1991) menambahkan bahwa toleransi pada garam

nampaknya berhubungan dengan ketidakmampuan tanaman yang rentan untuk

mengurangi pengangkutan ion Na+ dan Cl- ke pucuk. Mekanisme morfologi

adalah kemampuan tanaman menyesuaikan diri dengan mengubah bentuk tubuh

nya, pada tanaman mekanisme morfologi terhadap ketahanan salinitas dapat

dilihat dari ukuran daun lebih kecil, jumlah stomata lebih sedikit, berkurangnya

diferensiasi dan perkembangan jaringan pembuluh. Mekanisme fisiologis adalah

kemampuan tanaman menyesuaikan diri terhadap tekanan osmotik yang

mencakup penyerapan maupun akumulasi ion-ion dan sintesis senyawa organik,

mengatur konsentrasi garam dalam sitoplasma melalui transport membran, dan

ketahanan relatif membran dalam mengatur transfer ion dan solut lainnya dari

sitoplasma dan vakuola serta organel lainnya (Mass dan Hofmann, 1998). 
DAFTAR PUSTAKA

Begum, F. Ahmed. I.M, Nessa. A. and Sultana W. 2010. The effect of salinity on
seed quality of wheat. J. Bangladesh Agril. Univ. 8 (1) : 19-22.

Huboyo, Haryono S dan Badrus Zaman. 2007. Analisis sebaran temperatur dan
salinitas air limbah PLTU-PLTGU berdasarkan sistem pemetaan spasial (studi
kasus : PLTU-PLTGU tambak lorok semarang). Jurnal PRESIPITASI 3 : 40-45.

Kramer, D. 1994. Salinity Tolerance in Plants. Environment Science and


Technology, New York.

Mapegau. 2006. Pengaruh salinitas tanah terhadap hasil dan distribusi bahan
kering pada tanaman jagung kultivar selama fase pengisisan biji. J. Agrivor 6 : 9-
17.

Odum, E.P. 1994. Basic Ecology 3rd ed. Holt-Saunders International Education.
Tokiyo

Marno. 2012. Pengertian Ekologi.


< http://marno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/EKOLOGI-DAN-ILMU-
LINGKUNGAN.doc > diakses pada 19 April 2013.

Anda mungkin juga menyukai