Anda di halaman 1dari 8

1

Judul Penelitian : Aplikasi Biochar Pada Vertisol Lombok: Dinamika perubahan sifat
fisik tanah dan pertumbuhan kedelai

1. PENDAHULUAN
Vertisolsmerupakan salah satu jenis tanah yang fraksi mineralnya didominasi oleh
mineral liat tipe 2:1 (smectite) yang memiliki sifat mengembang mengkerut (swelling-
shrinking) secara berkala seiring dengan perubahan kadar ai tanahr. Dalam kondisi basah,
volume tanah mengembang dan ketika kering tanah mengkerut sehingga pada tingkat
kekeringan tertentu tanah akan menunjukkan retakan vertical (cracking) yang nyata (Soil
Survey Staff, 1999). Timbulnya retakan tanah yang dalam akan berdampak terhadap
meningkatnya laju deplesi lengas tanah melalui proses penguapan, meskipun kerapkali
kehilangan air dapat dikurangi secara signifikan ketika permukaan tanah tertutup tanaman
tumbuh. Berkembangnya retakan tanah akan berimpliasi terhadap peningkatan kebutuhan air
irigasi ketika pengairan pertama setelah musim kemarau (Farbrother, 1966). Sebaran lahan
dengan tipe tanah vertisol mencakup lebih dari 350 juta ha di dunia dan tersebar di
berbagai belahan dunia (Wilding dan Puentes, 1988). Keberadaan tanah vertisols
berkontribusi terhadap pengembangan lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura.
Di lahan kering Pulau Lombok, vertisols tersebar cukup luas (3000an ha) di wilayah
selatan dan merupakan lahan yang potensial untuk pengembangan pertanian (Ma`shum et al,
2003). Tanaman pangan yang umum diusahakan di lahan vertisols tadah hujan Lombok
umumnya adalah padi di musim hujan dan kedelai dan kacang hijau dimusim kemarau.
Vertisol di lahan tadah hujan di Lombok bagian selatan mengandung 50% fraksi liat
didominasi oleh montmorillonite (Ma`sum et al., 2003) kandungan bahan organik yang rendah
(kurang dari 1%).
Menurut klasifikasi zona agroklimat (Oldeman et al., 1980), tipe iklim di kawasan
lahan vertisols Lombok adalah D3 (curah hujan tahunan 1215 mm) dan D4 (868 mm), dengan
hanya 3-4 bulan musim hujan setiap tahun. Musim hujan berlangsung dari
November/Desember hingga Maret/April, dan musim kemarau dari bulan April/Mei sampai
Oktober/November. Curah hujan rata-rata bervariasi di seluruh wilayah dengan sekitar 80%
jatuh antara bulan Nopember dan Februari. April hingga Agustus sangat kering, merekam
hanya sekitar 10% dari curah hujan tahunan (Abawi et al 2002).
Sebagai karakteristik lahan tadah hujan, maka vertisols Lombok selatan selalu
mengalami retakan dengan kedalaman bervariasi pada kisaran 15-45 cm dengan lebar 2-15 cm
(Ma`shum et al., 2009), tergantung kandungan lengas tanah dan kandungan bahan organik
tanah. Penguapan yang tinggi setelah musim hujan menyebabkan tanah lapisan atas lebih
2

cepat kering sehingga memacu timbulnya retakan yang memepercepat laju deplesi lengas tanah
sehingga struktur rekahan akan merusak perakaran tanaman kedua (i.e. kedelai dan kacang
hijau) sehingga membatasi pertumbuhan dan produksi tanaman (Mahrup et al, 2005).
Praktek pengelolaan tanah vertisols yang berorientas pada perbaikis sifat fisik tanah
yang mampu mengurangi laju deplesi lengas tanah, mengurangi resiko masifnya
perkembangan rekahan tanah sangat diperlukan (Ma`shum et al., 2009) khususnya untuk
menunjang pertumbuhan tanaman kedua setelah padi musim hujan. Aplikasi pembenah
organik (biochar, pupuk kandang, dan residu tanaman) membentuk kompleks mineral Clay-
OM//Biochar (…….) sehingga diharapkan berimplikasi terhadap perbaikan agregat tanah,
mengurang kekerasan dan fenomena retakan sehingga lebih memfasilitasi penetrasi dan jelajah
akar tanaman dalam hal pemanfaatan air dan hara bagi tanaman. Salah satu alternatif
pengelolaan untuk membenahi sifat fisik tanah vertisols adalah melalui aplikasi pembenah
organik dalam bentuk biochar yang mampu persistent dalam tanah tidak hanya dalam aspek
stabilitas carbon tetapi berimplilkasi positif terhadap perbaikan kapasitas ketersediaan air tanah
dan distribusi pori yang akan menjamin tata air dan udara yang nyaman di zone perakaran.
Pengaruh penambahan biochar terhadap kualitas sifat fisik tanah dapat dinilai melalui
beberapa indicator kualitas fisik tanah seperti distribusi dan stabilitas ukuran agregat,
ketahanan tanah (soil strength), retensi air, dan distribusi pori tanah. Studi lapangan dan
laboratorium yang berkaitan dengan pengujian biochar sebagai bahan amandemen pada tanah
yang berdrainase jelek seperti vertisols relative jarang dilakukan..
Karakteristik Vertisols yang kurang menguntungkan sebagaimana diuraikan di atas
kerap kali menjadi faktor pembatas yang signifikan terhadap budidaya tanaman dan kesulitan
dalam pengelolaannya. Meskipun demikian, sebagian besar lahan kering dengan tipe tanah
Vertisol digunakan sebagai lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura karena secara
alami status haranya yang tinggi sehingga masih potensial untuk dikembangkan dengan
sentuhan pengelolaan berbasis bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Dengan
demikian maka pengelolaan lahan vertisol yang berorientasi untuk memperbaiki sifat fisik
Vertisol melalui pemanfaatan pembenah tanah organik termasuk biochar sebagai sumber dapat
menjadi alternative.

2. TUJUAN PENELITIAN
Percobaan skala rumah kaca dirancang untuk mengevaluasi pengaruh biochar
terhadap perubahan karakteristik fisik tanah vertisols (i.e.stabilitas agregat, retensi air ,
distribusi pori, ketahanan tanah, nilai cole) dan keragaan pertumbuhan tanaman kedelai.
3

3. URGENSI (KEUTAMAAN) PENELITIAN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


Kemukakan state of the art dalam bidang yang diteliti, gunakan pustaka acuan primer yang
relevan dan terkini dengan mengutamakan hasil penelitian pada jurnal ilmiah. Jelaskan juga
studi pendahuluan yang mungkin telah dilaksanakan dan hasil yang sudah dicapai, termasuk
peta jalan (road map) penelitian Kelompok Peneliti Bidang Ilmu peneliti/tim peneliti. Bab ini
ditulis tidak lebih dari 8 halaman.

3.1. Sifat khas Vertisols dan Pertumbuhan tanaman


Vertisols adalah tanah liat dengan sifat khas yaitu mengandung liat (clay) yang
tinggi, perubahan volume sesuai kelembaban yakni mengembang ketika basah dan
mengkerut ketika kering, dan menimbulkan retakan (cracking) (Staf Survey Tanah, 1975;
Gökhan Özsoy and Ertuğrul Aksoy, 2007). Vertisol menunjukkan retakan sedalam 50 cm
ke bawah yang lebarnya paling sedikit 1 cm dan memanjang ke atas sampai ke permukaan
atau dasar lapisan bajak atau kerak permukaan. Tanah ini menunjukkan diferensiasi
cakrawala minimal sebagai akibat dari pedoturbasi. Mereka juga sangat plastis dan lengket
saat basah (Staf Survey Tanah, 1975).Lahan dengan tipe tanah vertisol mencakup lebih
dari 350 juta ha dan tersebar di berbagai belahan dunia (Wilding dan Puentes, 1988).
Karena kandungan liat montmorillonite (tipe 2:1) yang tinggi mengakibatkan tanah
berpotensi tinggi untuk menyusut-mengembang (shrinkage and swelling), konduktivitas
hidraulik yang sangat rendah, struktur tanah yang buruk, dan retakan yang dalam saat
kering serta sifat lengket ketika tanah basah (……………….) Karakteristik Vertisols seperti
ini kerap kali menjadi factor pembatas yang signifikan terhadap budidaya tanaman dan
kesulitan dalam pengelolaannya. Tanah pada kondisi tertentu sangat teguh sehingga sulit
diolah. Indikator keteguhan atau kekuatan tanah ini ditunjukkan ole Tensile Strength,
merupakan kekuatan tegangan atau gaya per satuan luas yang diperlukan untuk menyebabkan
tanah mengalami keruntuhan (Imhoff et al., 2002).
Meskipun jenis tanah ini dianggap sebagai tanah yang paling subur ketika diairi,
beberapa sifat fisiknya seperti kandungan liat yang tinggi, gerakan mengembang-menyusut,
retakan yang dalam dan pemadatan kerap menjadi factor pembatas terutama untuk penggunaan
pertanian, dan untuk beberapa penggunaan teknik lainnya juga. Dengan demikian pengelolaan
vertisols harus dilakukan secara cermat untuk pertanian tanaman pangan dan hortikultura
4

karena secara alami kesuburan haranya yang tinggi. Dengan demikian ada peluang penggunaan
biochar dapat memperbaiki sifat fisik Vertisol yang buruk ini. Oleh karena itu, tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh biochar terhadap karakteristik fisik tanah
terpilih (pembentukan dan stabilitas agregat, air retensi, dan struktur pori) dalam Vertisol,
sehingga mengevaluasi kemungkinan manfaat amandemen biochar dalam "masalah" ini tanah"
Vertisols dengan kapasitas menahan airnya yang tinggi maka sesuai untuk produksi
tanaman di lahan kering di lingkungan semi-kering dengan curah hujan yang tidak menentu
(Sahrawat, 2014). Selain karena kandungan liat yang tinggi, maka sifat fisik Vertisol sangat
dipengaruhi oleh kadar air, tanah sangat lengket dan sulit diolah dalam keadaan basah, dan
sangat keras ketika kondisi ntanah kering. Tanah Vertisol yang dalam cendrung mempunyai
masalah drainase di musim hujan sehingga lalu lintas udara-air menjadi buruk. Praktek
pengelolaan lahan yang memfasilitasi drainase dan meningkatkan aerasi dan permeabilitas
tanah ini perlu dikembangkan. Sebagai contok menambahkan pembenah organik ke dalam
tanah, baik berupa pupuk kandang, residu tanaman, dan biochar. Meskipun secara umumstatus
kesuburannya rendah, Vertisol menawarkan peluang untuk produksi tanaman yang lebih baik
di daerah semi-kering dengan curah hujan yang tidak menentu dibandingkan dengan tipe tanah
yang lain yang lain, terutama karena kapasitas menahan kelembaban yang tinggi yang
memungkinkan tanaman tumbuh atau bertahan untuk waktu yang lebih lama.

3.2. Biochar sebagai pembenah tanah dan pengaruhnya terhadap sifat fisik tanah
Biochar adalah bahan kaya karbon berpori dengan berat jenis rendah yang diproduksi
melalui proses pemanasan bahan organik pada kondisi oksigen terbatas (Lehmann et al., 2011;
Singh et al.,2010). Biochar dapat digunakan sebagai amandemen tanah untuk meningkatkan
kualitas fisik tanah dan juga kimia tanah dan pertumbuhan tanah (Asai et al., 2009 Chan et al.,
2009; Mayor et al., 2010). Biochar telah terbukti menurunkan keasaman tanah, bulk density
(Asai et al., 2009), meningkatkan kapasitas tukar kation tanah (Liang et al., 2006), dan efisiensi
penggunaan hara dan air (Lehmann et al., 2003; Novak et al., 2009).
Pengaruh penambahan biochar terhadap kualitas sifat fisik tanah vertisols dapat
dinilai melalui berbagai perubahan sifat fisik tanah seperti distribusi dan stabilitas ukuran
agregat, ketahanan tanah terhadap slaking, kemampuan retensi air, dan struktur ruang pori
tanah. Studi lapangan dan laboratorium menunjukkan bahwa biochar adalah amandemen tanah
yang sangat baik untuk meningkatkan kualitas tanah. Percobaan yang dilakukan oleh
Fangfang Sun and Shenggao Lu, (2013) yang memperlakukan tanah Vertisols dengan
biochar menunjukkan bahwa biochar berperan positif terhadap peningkatan stabilitas
agregat, kandungan air tersedia tanah dan volume pori tanah (pori makro >75 μm dan
5

mesopori (30–75 μm) Dengan demikian bahwa biochar merupakan salah satu bahan
pembenah tanah yang berpotensi untuk memperbaiki karakteristik fisik tanah yang
mengandung liat tinggi. Dengan demikian aplikasi biochar telah mendapatkan perhatian
sebagai suatu bentuk teknologi berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas tanah untuk
menunjang keberlanjutan produksi tanaman.
Pengaruh dari aplikasi biochar tergantung pada berbagai faktor seperti tanah dan jenis
biochar. Sebagian besar penelitian sebelumnya tentang dampak biochar pada kualitas tanah
dilakukan pada tanah terdegradasi di daerah tropis (Glaser et al., 2002; Lehmann et al., 2003;
Steiner et al., 2007, 2008). Biochar sebagai amandemen tanah pengaruhnya terhadap sifat fisik
tanah berliat masih sedikit dipelajari. Oleh karena itu, penelitian ini diarahkan untuk
mempelajari dampak perubahan sifat fisik tanah berliat setelah aplikasi biochar.

BAB 3. METODE PENELITIAN

Rancangan Percobaan dan Perlakuan


Percobaan rumah kaca akan dirancang untuk menguji perlakuan aplikasi dua jenis
biochar yaitu biochar sekam padi (BS) dan biochar tongkol jagung (BJ) pada beberapa takaran
yaitu 0, 15, 30 dan 60 g/kg tanah vertisol. Perlakuan tersebut ditata menggunakan Rancangan
Acak Kelompok dengan 6 ulangan sehingga diperoleh 48 unit percobaan.
Pengambilan dan persiapan contoh tanah
Contoh tanah yang digunakan dalam percobaan ini diambil dari lahan sawah tadah
hujan di Desa Kawo Kecamatan Pujut Lombok Tengah pada kedalaman 0 sampai 20 cm.
Tanah diklasifikasikan sebagai Vertisol menurut Taksonomi Tanah USDA (Soil Taxonomi,
USDA 1999). Pengambilan contoh tanah dilakukan pada 10 titik pada hamparan lahan seluas
2 ha, kemudian dikompositkan untuk mendapatkan contoh tanah homogen. Tanah dikeringkan
anginkan, digerus dan diayak mengguakan ayakan lolos saringan 2 mm. Sebelum percobaan
dilakukan analisis laboratorium untuk penetapan beberapa sifat tanah: distribusi ukuran
partikel diukur dengan metode pipet; C-organic melalui oksidasi dengan K dikromat (Walkley
Black); kapasitas tukar kation (KTK) dengan metode pengekstrak NH 4 asetat, dan pH (1:2,5)
dengan pH meter, nilai Cole, soil strength, porositas, BV dan BJ tanah.
Persiapan biochar
Biochar yang digunakan adalah biochar yang dibuat sekam padi (BS) dan biochar dari
tongkol jagung (BJ). Sekam padi dan tongkol jagung diambil dari limbah panen petani di lahan
vertisols Lombok Selatan. Biochar diproduksi dengan pirolisis pada suhu 400 ° C selama 2,5-
3 jam menggunakan drum tertutup (suhu pemanasan dikontrol). Pemanasan dihentikan setelah
6

bahan baku berubah bentuk dan warna menjadi bahan arang berwarna hitam. Biochar disiram
air untuk mempercepat proses pendinginan. Partikel biochar dihaluskan sampai melewati
saringan 1 mm untuk digunakan sebagai bahan percobaan.
Aplikasi dan proses inkubasi biochar
3 kg contoh tanah kering angin dicampur secara merata dengan masing-masing biochar
dengan takaran sesuai perlakuan dan dimasukkan ke dalam pot segi empat (ukuran 20 cm x30
cm dan tinggi 20 cm). Tanah yang telah diberikan biochar, selanjutnya dibasahi dengan air
bebas ion sampai mencapai kandungan lengas maksimum (saturated point). Jumlah air yang
diberikan untuk penjenuhan mengacu pada hasil simulasi awal penetapan kadar lengas
maksimum (gravimetric method). Selanjutnya tanah diinkubasi di dalam rumah kaca (suhu
28°C–32°C) selama 80 hari. Selama proses inkubasi, jumlah air yang menguap akan dikur
melalui penimbangan berat tanah setiap minggu. Pengamatan terhadap munculnya retakan
selama proses pengeringan akan dilakukan. Setelah masa inkubasi maka akan dilakukan
pengukuran terhadap perubahan sifat fisik tanah dan pengujian pertumbuhan benih kedelai.
Pengukuran parameter
Beberapa sifat fisik tanah yang akan diukur setelah inkubasi meliputi berat volume,
BJ, porositas, soil tensile strength, kapasitas air tersedia, stabilitas agregat, nilai cole, pola
retakan. Total porositas ditetapkan melalui pendekatan gravimetric melalui pengukuran
BV dan BJ. Soil tensile strength (STS) diukur menggunakan loading frame menggunakan
pasta tanah (soil disk) sesuai dengan Mc.Kenzie (2009). Stabilitas agregat diukur
menggunakan……; nilai cole ditetapkan dengan……. Sampel untuk analisis laboratorium
diambil dari 4 ulangan percobaan yang tersedia. Sedangkan sisa 2 ulangan pot akan
digunakan untuk uji pertumbuhan benih kedelai.
Uji Pertumbuhan kedelai
Tiga hari setelah inkubasi maka akan dilakukan uji pertumbuhan kedelai. Masing-
masing pot (dari ulangan 5 dan 6) akan ditanamai 2 biji benih kedelai untuk diamati
keragaan pertumbuhannya (munculnya kecambah, pertumbuhan akar dan pertumbuhan
atas tanaman) umur 35 hari setelah tanam (35 HST).

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN


4.1. Anggaran Biaya
Tabel 4.1. Anggaran penelitian yang dibiayai dari dana PNBP (untuk penelitian bidang ilmu
pengetahuan alam).

1 Bahan habis pakai dan alat, ditulis secara terperinci sesuai dengan 40%
kebutuhan
7

2 - Perjalanan (jelaskan kemana dan untuk tujuan apa) 25


- Pertemuan (untuk tujuan apa)
3 Lain-lain (upah kerja administrasi, publikasi, seminar, laporan, 35%
lainnya sebutkan)

4.2. Jadwal Penelitian (Jadwal Pelaksanaan dibuat dalam bentuk bar chart).

LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata ketua dan anggota tim pengusul (Lampiran)
Lampiran 2. Susunan organisasi tim peneliti dan pembagian tugas (lampiran)
Lampiran 3. Surat pernyataan ketua peneliti (Lampiran)
Lampiran 4. Sarana dan prasarana penelitian
Lampiran 5. Rencana anggara penelitian

Asai H., Benjamin K.S., Haefele M.S., Khamdok Amonette, J.E. Jospeh, S., 2009.
Characteristics of Biochar: Microchemical Properties. In: J. Lehmann, Joseph, S.
(Editor), Biochar for Environmental Management Science and Technology.
Earthscan, London.
Chan K.Y and Xu, Z.H., 2009. Biochar- nutrient properties and their enhancement. In
‘Biochar for environmental management’.(Eds. Lehmann, J and Joseph S)
Earthscan Publisher, London.
Fangfang Sun and Shenggao Lu, (2013). Biochars improve aggregate stability, water
retention, and pore-space properties of clayey soil. J. Plant Nutr. Soil Sci. 2014,
177, 26–33
Farbrother H.G., 1996. Water Management Options in Sudan Gezira: A Review. Chatham,
UK: Natural Resources Institute
Gökhan Özsoy and Ertuğrul Aksoy, 2007. Characterization, classification and agricultural
usage of vertisols developed on neogen aged calcareous marl parent materials J.
Biol. Environ. Sci., 2007, 1(1), 5-10
Imhoff, S., Pires da Silva, A, and Dexter, A, 2002. Factors Contributing to the Tensile
Strength and Friability of Oxisols. Soil Sci. Soc. Am. J. 66, 1656-1661
Lehmann J., Da Silva J.P. jr., Steiner C., Nehls T., Zech W., Glaser B. 2003. Nutrient
availability and leaching in an archaeological Anthrosol and a Ferralsol of the
Central Amazon basin: fertilizer, manure and charcoal amendments. Plant Soil,
249:343-357.
Lehmann, J., Rillig, M., Thies, J., Masiello, C. A., Hockaday, W. C., Crowley, D. (2011):
Biochar effects on soil biota: a review. Soil Biol. Biochem. 43, 1812–1836
Liang B, Lehmann J, Kinyangi D, Grossman J, O’Neill B, Skjemstad J.O, Thies J, Luizao
FJ, Peterson J, Neves E.G., 2006. Black carbon increases cation exchange capacity
in soils. Soil Science Society of America Journal 70, 1719–1730
Major J, Rondon M, Molina D, Susan J. R and Lehmann J., 2010. Maize yield and
nutrition during 4 years after biochar application to a Colombian savanna oxisol .
Plant Soil DOI 10.1007/s11104-010-0327-0. Received: 20 July 2009 /Accepted:
14 February 2010. Springer Science+Business Media B.V. 2010
Novak J.M., Busscher W.J., Laird D.L., Ahmedna M.A, Watts D.W. and Niandou M.A.S.,
2009. Impact of Biochar Amendment on Fertility of a Southeastern Coastal Plain.
Soil Soil Science.174: 2, 105-111
8

Virmani, S.M, Sahrawat, K.L. and Burford, J.R, 2014. Physica l an d Chemica l Propertie
s o f Vertisols an d thei r Management. International Crops Research Institute for
the Semi-Arid Tropics (ICRISAT), Patancheru, Andhra Pradesh, India.
Singh, B., Singh, B. P., Cowie, A. L. (2010): Characterisation and evaluation of biochars
for their application as a soil amendment. Aust. J. Soil Res. 48, 516–525.

Anda mungkin juga menyukai