USUL PENELITIAN
Oleh
Peneliti Utama:
Anggota Peneliti :
Prof Ir. Suwarji, M.App.Sc., Ph.D
Prof. Ir. Bambang Hari Kusumo, M.Agr.St., Ph.D
Ir. Lalu Arifin Aria Bakti, M.Agr
UNIVERSITAS MATARAM
MEI 2020
2
Halaman Pengesahan
Menyetujui,
Ketua Lembaga Penelitian
ABSTRAK
Sistem pertanian lahan kering berpasir di daerah semi arid tropis mempunyai masalah
biofisik lahan yang berkaitan dengan rendahnya kualitas kesuburan tanah. Hal ini antara
lain dicirikan oleh rendahnya kandungan bahan organik dan retensi hara tanah, serta
secara fisik tanahnya sangat porous sehingga kemampuan menahan air (water holding
capacity juga rendah. Faktor pembatas kesuburan tanah seperti ini berimplikasi terhadap
efisiensi pemupukan dan produktivitas tanaman. Praktek penambahan bahan organik
dalam bentuk mulsa, pupuk kandang dan kompos secara umum berpengaruh positif
terhadap kesuburan tanah, akan tetapi pengaruhnya berlangsung dalam rentang waktu
pendek, karena proses oksidasi bahan organik di daerah tropis relatif sangat cepat. Untuk
mempertahankan kandungan bahan organik tanah yang memadai maka penambahan
bahan organik harus dilakukan setiap musim tanam dan dalam jumlah sangat besar.
Aplikasi seperti ini kerap kali tidak rasional. Dewasa ini upaya yang banyak dibicarakan
untuk memperbaiki tanah terdegradasi atau tanah dengan tingkat kesuburan rendah
adalah melalui pemanfaatan biochar sebagai bahan amelioran tanah. Biochar dapat
menggunakan bahan limbah pertanian yang ketersediaannya berkelimpahan setiap musim
tanam. Penelitian ini akan mengkaji proses produksi dan karakterisasi Poschar (kompos
berbasis biochar) dan potensi pemanfaatannya sebagai bahan ameliorant tanah untuk
memperbaiki kualitas dan produktivitas tanah berpasir (Ustipssament) pada sistem
pertanaman tomat di lahan kering di Lombok Utara. Hasil penelitian ini diharapkan
menghasilkan paket teknologi Poschar (kompos berbasis biochar) yang bermanfaat untuk
meningkatkan kualitas kesuburan tanah dan meningkatkan efisiensi pemupukan N serta
produktivitas tanaman tomat di lahan kering. (tinggal metodenya sedikit)
5
BAB I. PENDAHULUAN
Aspek biofisik lahan yang menjadi kendala penting untuk mewujudkan sistem
pertanian berkelanjutan di lahan kering-tropis ialah rendahnyanya tingkat kesuburan
tanah (Eswaran dan Travernier, 1980) khususnya kandungan bahan organik dan hara
tersedia tanah (Tieseen et al., 1994 dan Lehmann et.al., 2003a). Rendahnya
ketersediaan hara tanah di lahan kering tropis semakin dipicu oleh intensifnya pelindihan
hara (nutrient leaching) pada musim hujan khususnya hara nitrogen yang bersifat mobile .
Kandungan bahan organik tanah (BOT) berperanan sangat penting dalam menentukan
kualitas kesuburan tanah dan produktivitas tanaman. Upaya untuk meningkatkan dan
mempertahankan stabilitas kandungan bahan organik tanah untuk mewujudkan
pengelolaan tanah yang berkelanjutan pada sistem pertanian tropis menjadi perhatian
serius para ilmuan tanah.
Dalam kegiatan bercocok tanam, penambahan berbagai sumber bahan organik
baik dalam bentuk mulsa, kompos, dan pupuk kandang memang diketahui secara umum
berpengaruh positif terhadap kesuburan tanah, akan tetapi pada kondisi lingkungan
tropis, pengaruh tersebut berlangsung dalam jangka waktu relatif singkat (instant effect),
hanya bertahan dua sampai tiga musim tanam saja. Fenomena ini sangatlah berkaitan
dengan proses oksidasi/mineralisasi bahan organik yang berlangsung sangat cepat
(Tiessen et al., 1994; Diels et al., 2004; Wang et al., 2000), sehingga porsi senyawa
karbon organik yang tinggal dalam tanah sangat kecil karena sebagian besar hilang ke
atmosfer dalam bentuk CO2 (Fearnside, 2000; Nyamangara et al., 2001).
Pada sistem pertanian lahan kering khususnya pada tipe tanah berpasir
(Ustipssament) (Soil Survey Staff, 1998), efisiensi pemanfaatan air dan hara yang
ditambahkan sangat rendah. Oleh karenanya, pengelolaan tanah untuk meningkatkan
kemampuan tanah menahan air dan hara serta produktivitas tanaman merupakan
prioritas untuk menjamin sistem pertanian yang berkelanjutan. Tipe tanah semacam ini
tersebar cukup luas di areal lahan kering di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan digunakan
untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan hortikultura. Di Pulau Lombok
bagian utara, luas lahan kering dengan tipe tanah berpasir sekitar 38.000 ha yang
mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian produktif. Potensi
lahan kering di Lombok Utara baru dimanfaatkan sekitar 30% untuk pengembangan
tanaman dengan sentuhan teknologi masih sangat sederhana, serta produktivitasnya
masih sangat rendah (Suwardji, 2006).
Penggunaan ameliorant organik seperti kompos dan pupuk kandang di lahan
kering pertanian di Lombok Utara masih belum memuaskan karena pengaruh positifnya
6
terhadap stabilitas bahan organik tanah dan retensi hara berlangsung dalam jangka
waktu yang pendek beberapa musim tanam saja. Untuk mengantisipasi hal ini maka
modifikasi dalam proses pembuatan kompos dengan penambahan bahan pencampur
(bulking agents) yang bersifat lebih stabil dalam tanah perlu diperhatikan.
Pengomposan merupakan suatu teknologi yang paling populer untuk mendaur
ulang limbah organik-pertanian, untuk menghindari aplikasi langsung di lapangan dari
bahan limbah kasar atau bahan yang tidak stabil. Mekanisme pengomposan bahan
organik (composting) meliputi transformasi bahan organik oleh mikroorganisme pada
kondisi aerobik menjadi bahan akhir stabil. Selama pengomposan, bahan organik
mengalami mineralisasi menghasilkan CO2 sementara bahan lain juga diubah menjadi
senyawa humus (humic substances) yang bernilai sebagai indek stabilisasi bahan organik
(Senesi and Plaza, 2007). Penggunaan bahan pencampur (bulking agents) dalam
pengomposan berperanan penting dalam menentukan karakteristik produk kompos yang
dihasilkan. Beberapa residu organik telah umum ditambahkan sebagai bulking agents
untuk pengomposan kotoran ternak dan bahan organik lain yang basah dengan tujuan
untuk mmperbaiki proses pengomposan dan menghasilkan produk kompos dengan
kualitas fisik, kimia dan biologi yang baik.
Fungsi utama bulking agent lebih bersifat sebagai bahan pembenah kompos
(structural and drying amendment), mencegah pemadatan secara fisik dan meningkatkan
udara/aerasi selama proses pengomposan khususnya pengomposan dalam lubang
( (Haug, 1993). Fungsi lainnya adalah berhubungan dengan komposisi kimia sebagai
sumber C (Adhikari et al., 2009). Beberapa peneliti menunjukkan bahwa stabilisasi bahan
organik berkaitan dengan tipe dan kualitas bulking agent yang digunakan selama proses
pengomposan, dimana penambahan jenis bahan/sumber organic yang mempunyai
struktur C bersifat rekalsitran dapat mengurangi perombakan bahan organic dan
meningkatkan humifikasi dan kualitas dari hasil kompos (Mahimairaja et al., 1994; Goyal
et al., 2005). Kematangan kompos berkaitan dengan keberadaan asam humat dan
penambahan jumlah asam humat selama proses pengomposan memacu perbaikan
kualitas kompos karena secara langsung maupun tidak langsungmempengaruhi sifat
kimia, fisik dan biologis tanah.
Salah satu bahan yang relatif sangat tahan terhadap proses oksidasi dalam tanah
adalah arang, sekarang lebih dikenal dengan istilah biochar (Glaser, et.al., 2002;
Lehmann, et.al., 2003; Steiner, et.al., 2007; Liang et al., 2006).
Biochar ialah bahan arang yang mengandung karbon yang sangat tinggi, hasil
proses pemanasan biomassa organik pada keadaan oksigen terbatas (Lehaman, 2007),
7
merupakan salah satu bahan organik yang memilki sifat stabil dan rekalsitran dapat
dijadikan sebagai bahan pembenah tanah tropis (Glaser et al., 2002; Lehmann et al.,
2003a; 2009). Penggunaan biochar/arang hitam dalam pengelolaan tanah sebagai suatu
opsi selain aplikasi bahan organik dalam pemulihan dan peningkatan kualitas kesuburan
tanah terdegradasi atau tanah lahan pertanian kritis semakin berkembang dan sekarang
ini menjadi perhatian para ilmuan tanah dan lingkungan dunia (Lehmann et al., 2006;
Lehmann, 2007; Sohi et.al. 2009).
Berbagai bahan organik seperti residu tanaman, serbuk dan potongan kayu,
limbah kota, kotoran ternak, limbah hijau dari tanaman, dapat digunakan sebagai bahan
baku (feed stocks) proses produksi biochar. Dalam beberapa tahun terakhir ini perhatian
para peneliti terhadap penggunaan arang atau biochar dalam pertanian sebagai
pembenah tanah mulai meluas seperti di Amerika Serikat (Lehmann, 2007), Australia
(Chan et al., 2007; Krull, 2007), dan New Zealand (Pigney dan Hedley, 2008). Sedangkan
penggunaan sebagai bahan pencampur (bulking agents) pada pembuatan kompos sangat
terbatas.
8
Lingkup kegiatan disajikan pada Gambar 1, sedangkan rencana tahapan kegiatan (Tahun
I dan II) disajikan pada Table 1.
9
Penelitian direncanakan dalam kurun waktu 2 tahun yang terdiri atas beberapa
tahapan. Kegiatan tahun pertama meliputi: (1) Pembuatan kompos-Biochar (Poschar) dan
karakterisasi pengomposan kotoran sapi dengan berbagai bahan pencampur (bulking
agent) (2) Produksi dan evaluasi rasio kotoran ternak (sapi) dan bahan pencampur (bulky
agent amendment). Kegiatan tahun II terdiri atas percobaan pot dan lapangan yakni
masing-masing: Uji kompos hasil percobaan 2 terhadap respon pertumbuhan tanaman
tomat dan serapan hara nitrogen dan Penetapan takaran optimum kompos berbasis
biochar dan pupuk N tanaman tomat di lahan kering berpasir Lombok Utara. Uraian lebih
rinci dijelaskan pada Tabel 1 berikut ini.
10
Pada pembuatan kompos ini digunakan bahan baku kotoran ternak sapi dengan
kadar air 15%. Tiga macam campuran pengomposan (bulking agents) disiapkan dengan
mencampurkan pupuk kandang (pukan) sapi dengan tiga jenis limbah organik yang
dijadikan “bulking agent” yakni: biochar, abu sekam, dan jerami padi dengan
perbandingan 1:1: PKBT (pupuk kandang sapi + biochar tempurung); PKBS (pukan sapi
+ Biochar sekam) ; PKAS (pukan sapi + abu sekam); PKJP (pukan sapi + Jerami padi),
sehingga diperoleh 4 macam kompos.
Persiapan bahan
Biochar yang disiapkan berasal dari dua bahan yakni limbah arang tempurung kelapa
(BTK) dan biochar dari sekam padi (BSP).
11
Analisis Laboratorium
Analisis sifat kimia bahan baku (raw materials) kompos meliputi : kadar air, pH,
total N, C, C/N dan kandungan bahan organic. Sedangkan analisis terhadap karakteristik
kompos dilakukan terhadap: kandungan air, pH, EC, kandungan total C-organik, total N ,
C/N rasio,kandungan P, K, Ca, Karbohidrat, Fulfic Acid (FAC), humic acid (HAC).
Pengukuran pH dan EC (electrical conductivity) dilakukan pada perbandingan 1:10
(w/v) suspensi air- sampel kompos. Kandungan bahan organik (OM) ditetapkan dengan
perhitungan kehilangan berat pada proses pemanasan bahan kering pada suhu 550 oC.
Total organic carbon (TOC) ditetapkan dengan oksidasi menggunakan potassium
dichromate and the total nitrogen (N) menggunakan Kjeldahl method. Kehilangan
kandungan bahan organic dan N selama proses dihitung dari kandungan abu bahan awal
dan bahan akhir menurut pendekatan yang dilakukan oleh Bruno, et al (2010) sebagai
berikut:
OM-loss (%) = 100 – 100(X1(100-X2)] / [X2(100-X1)]
N – loss (%) = 100 – 100(X1N2) / (X2 N1)
X1 dan X2 konsentrasi abu awal dan akhir dan N1 dan N2 konsentrasi N awal dan akhir.
Karbohidrat larut air (water-soluble carbohydrates, WSC) dianalisis pada 1:20
(w:v) ekstrak air. Tota extractable C (EXC) diukur pada 1:20 (w:v) 0.1 M NaOH extract.
Penghitungan nisbah humifikasi (humification ratio), dihitung dengan formula: HR =
(EXC/TOC) x 100.
3.2. Percobaan 2
Percobaan 2 dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh rasio kotoran ternak sapi
dan bahan pencampur (bulky agent ) terhadap kualitas kompos yang dihasilkan.
Perlakuan rasio kotoran sapi: bahan pencampur yang diuji meliputi : (a) 1: 1 (Kontrol) (b)
1: 2 (c) 2:1 (d) 1: 3 (e) 3: 1 dan (f) 1: 4
Variabel kualitas kompos meliputi: kandungan air, pH, EC, kandungan total C-
organik, total N , C/N rasio,kandungan P, K, Ca, Karbohidrat, kandungan Fulfic Acid (FAC),
dan humic acid (HAC). Fluktuasi suhu selama proses pengomposan juga diukur.
DAFTAR PUSTAKA
15
Andry H., Yamamoto T., Irie T., Moritani S., Inoue M and Fujiyama H., 2009. Water
retention, hydraulic conductivity of hydrophilic polymers in sandy soil as affected by
temperature and water quality. Journal of Hydrology 373 (2009) 177–183
Asai H., Benjamin K.S., Haefele M. S., Khamdok Amonette, J.E. Jospeh, S. 2009.
Characteristics of Biochar: Microchemical Properties. In: J. Lehmann, Joseph, S.
(Editor), Biochar for Environmental Management Science and Technology.
Earthscan, London.
Baldock J.A and Smernik R.J. 2002. Chemical composition and bioavailability of thermally
altered Pinus resinosa (Red pine) wood. Organic Geochemistry 33, 1093–1109. doi:
10.1016/S0146-6380(02)00062-1
Brodowski S., Amelung W., Haumaier L., Abetz C., Zech W. 2005. Morphological and
chemical properties of black carbon in physical soil fractions as revealed by
scanning electron microscopy and energy-dispersive X-ray spectroscopy.
Geoderma 128 (2005) 116– 129
Brodowski, S., John, B., Flessa, H. and Amelung, W., 2006. Aggregate-occluded black
carbon in soil. European Journal of Soil Science 57(4): 539-546.
Brown R., Kercher A.K., Nguyen T.H., Nagle D.C., Ball W.P. 2006. Production and
characterization of synthetic wood chars for use as surrogates for natural sorbents.
Organic Geochemistry 37, 321–333.
Bruno O. Dias, Carlos A. Silva, Fabio S Higashikawa, Asuncion Roig, Miguel A, Sanchez
Monedero, 2010. Use of biochar as bulking agent for the composting of poultry
manure: Effect on organic matter degradation and humification . Biosource
Technology 101 (2010) 1239-1246
Busscher, W., Novak, J., and Ahmedna, M., 2009. Biochar addition to southern USA
Coastal Sand decrease soil strength and improve soil quality. ISTRO 18 th Triennial
Conference Proceedings, June 15-19, Izmir Turkey.
Cahn M.D., Bouldin D.R., Cravo M.S., and Bowen W.T., 1993. Cation and nitrate leaching
in an Oxisol of the Brazilian Amazon. Agron J 85:334–340
Chan KY and Xu, Z.H (2009) Biochar—nutrient properties and their enhancement. In
‘Biochar for environmental management’.(Eds J Lehmann, S Joseph) (Earthscan
Publisher: London) (in press)
Chan KY, Dorahy C, Tyler S (2007a). Determining the agronomic value of composts
produced from green waste from metropolitan areas of New South Wales, Australia.
Australian Journal of Experimental Agriculture 47, 1377–1382. doi:
10.1071/EA06128
16
Chan, K. Y., L. Van Zwieten, I. Meszaros, A. Downie , and S. Joseph (2007b). Agronomic
values of green waste biochar as a soil amendment. Australian Journal of Soil
Research, 45, 629–634
Chan, K.Y., Heenan, D.P., So, H.B., 2003. Sequestration of carbon and changes in soil
quality under conservation tillage on lighttextured soils in Australia: a review. Aust.
J. Exp. Agric. 43, 325–334.
Chan, K.Y., Van Zwieten, L., Meszaros, I., Downie, A and Joseph, S., 2008. Using
poultry litter biochars as soil amendments. Australian Journal of Soil Research,
2008, 46, 437–444
Cheng, C-H, Lehmann, J., Thies, J., Burton, S. D., Engelhard, M. H., 2006. Oxidation of
black carbon by biotic and abiotic processes. Organic Geochemistry 37: 1477-1488
Chun Y, Sheng G, Chiou CT, Xing B (2004) Compositions and sorptive properties of crop
residue-derived chars. Environmental Science & Technology 38, 4649–4655.
Day, D, Evans RJ, Lee JW, Reicosky D (2004) Valuable and stable co-product from fossil
fuel exhaust scrubbing. American Chemical Society. Division Fuel Chemistry 49,
352–355.
Deluka, T.M., MacKenzie, M.D., and Gundale, M,J., 2009. Biochar effect on soil nutrient
transformations. Biochar for Environtmental management. 15; 43, 251-270
Demirbas, A., 2004. Effects of temperature and particle size on bio-char yield from
pyrolysis of agricultural residues. Journal of Analytical and Applied Pyrolysis 72(2):
243-248.
Downie, A., Crosky, A., Munroe, P., 2009. Physical properties of biochar. In: Biochar for
Environmental Management: Science and Technology (Eds. Lehmann, J. & Joseph,
S.), Earthscan.
Druffel Ellen R.M (2004). Comments on the importance of black carbon in the global
carbon cycle. Marine Chemistry 92 (2004) 197– 200
Eswaran H. and Tavernier R., 1980. Classification and geneis of Oxisols. In. B.K.G. Theng
(Eds). Soils with variable charge. Newzealand Soc. Soil Sci. 427-442
Fearnside P.M., 2000. Global warming and tropical land-use change: greenhouse gas
emissions from biomass burning, decomposition and soils in forest conversion,
shifting cultivation and secondary vegetation. Climatic Change 46:115–158
Forbes, M.S., R.J. Raison, and J.O. Skjemstad. 2006. Formation, transformation and
transport of black carbon (charcoal) in terrestrial and aquatic ecosystems. Science
of The Total Environment 370, 1: 190-206.
Gaunt J.L and Lehmann J. 2008. Energy Balance and Emissions Associated with Biochar
Sequestration and Pyrolysis Bioenergy Production Environ. Sci. Technol. 2008, 42,
4152–4158
Glaser B., 2007. Prehistorically modified soils of central Amazonia: a model for sustainable
agriculture in the twenty-first century. Phil. Trans. R. Soc. B (2007) 362, 187–196
17
Glaser B., Haumaier L., Guggenberger G. and Zech W., 2001. The Terra Preta
phenomenon: A Model for sustainable agriculture in the humic tropics. Die
Naturwissenschaften 88, 37–41.
Glaser, B.; Lehmann, J.; Zech, W., (2002). Ameliorating physical and chemical properties
of highly weathered soils in the tropics with charcoals A review. Biol. Fertil. Soils
2002, 35, 219–230.
Grondon, 1997
Guerrero M, Ruiz MP, Alzueta MU, Bilbao R, Millera A (2005) Pyrolisis of eucalyptus at
different heating rates: studies of biochar characterization and oxidative reactivity.
Journal of Analytical and Applied Pyrolisis 74, 307–314.
Hidayat A dan Mulyani. 2002. Lahan kering untuk pertanian. Dalam Teknologi Pengelolaan
Lahan Kering. Menuju Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor. pp 1-34
International Energy Agency, 2007. Annual Report - IEA Bioenergy. Task 34 Pyrolysis of
Biomass. http: www.ieabioenergy.com/DocSet.aspx?id (last accessed 11-12-2009)
Iswaran V, Jauhri K.S, Sen. A (1980) Effect of charcoal, coal and peat on the yield of
moong, soybean and pea. Soil Biol Biochem 12:191–192
Iswaran V, Jauhri KS, Sen A. 1980. Effect of charcoal, coal and peat on the yield of
moong, soybean and pea. Soil Biology & Biochemistry 12, 191–192.
Karaosmanoglu, F., Ergudenler, A.I., and Sever, A., 2000. Biochar from the straw-stalk of
Rapeseed plant. Energy and Fuel 14:336-339
Kishimoto S. and Sugiura G. 1985. Charcoal as a soil conditioner. Int Achieve Future
5:12–23
Klute A., 1986. Method of soil analysis. Part I. Physical and Mineralogial Properties. SSSA
Inc. Madison
Krull E., 2007. Biochar. CSIRO, Land and Water Division, Canbera, Australia.
Krull, E.S., Swanston, C.W., Skjemstad, J.O. and McGowan, J.A., 2006, Importance of
charcoal in determining the age and chemistry of organic carbon in surface soils,
Journal Of Geophysical Research, 111
Kurnia U., Sudirman dan Kusnadi H., 2002. Teknologi rehabilitasi dan reklamasi lahan
kering. Dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering. Menuju Pertanian Produktif dan
Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat,
Bogor. pp 147-182
Lal R. 2005. World crop residues production and implications of its use as a biofuel.
Environment International 31, no. 4 (May): 575-584.
Lehman J., 2007. Bio-energy in the black. Front Ecology Environment 5, 381–387
18
Lehmann J, Lan Z. and Hyland C., 2005. Long-term dynamics of phosphorus forms and
retention in manure-amended soils. Environ Sci Technol 39: 6672–80.
Lehmann J. and Rondon M., 2006. Bio-char soil management on highly weathered soils in
the humid tropics. In: Uphoff, N., Ball, A.S., Palm, C., Fernandes, E., Pretty,
J.,Herrren, H., Sanchez, P., Husson, O., Sanginga, N., Laing, M., Thies, J. (Eds.),
Biological Approaches to Sustainable Soil Systems. CRC Press, Boca Raton , FL,pp.
517–530.
Lehmann J., Gaunt J. and Rondon M., 2006, Bio-char sequestration in terrestrial
ecosystems. A review, Mitigation and Adaptation Strategies for Global Change,
11:403-427.
Lehmann, J., Czimczik, C., Laird, D., and Sohi, S., 2009. Stability of biochar in the soil. In:
Biochar for Environmental Management: Science and Technology (Eds. Lehmann, J.
& Joseph, S.), Earthscan.
Lehmann, J., Kern, D. C., Glaser, B., and Woods, W. I., 2003. Amazonian Dark Earths:
Origin, Properties and Management. Kluwer Academic Publishers, The Netherlands.
Liang B, Lehmann J, Kinyangi D, Grossman J, O’Neill B, Skjemstad JO, Thies J, Luizao FJ,
Peterson J, Neves EG (2006). Black carbon increases cation exchange capacity in
soils. Soil Science Society of America Journal 70, 1719–1730
Lima I.M, Mcaloon A.J and Boateng A.A., 2008. Activated carbon from broiler litter:
process description and cost of production. Biomass Bioenergy 32:568–572
Lima I.M. and Marshall W. E., 2005. Granular activated carbons from broiler manure:
physical, chemical and adsorptive properties. Bioresource Technology 96: 699-706.
Lolita E.S dan Sukartono, 2007. Respon tanaman bawang merah (Allium ascalonicum)
yang diinokulasi MVA pada ragam cara pemberian bahan organik dan jeda
pengairan di Lahan Kering Pulau Lombok. Prosiding Kongres Nasional HITI 5-7
Desember 2007, YOGYAKARTA.
Ma`shum M., Lolita E.S., Sukartono dan Kunto K., 2003. Optimasi Pemanfaatan
Sumberdaya Lahan Kering untuk Pengembangan Budidaya Kedelai dan Jagung
Melaluin Pendekatan Biologi dan Pemanenan air Hujan menuju Pertanian
Berkelanjutan. Laporan Penelitian Riset Unggulan Terpadu (RUT) Tahun 2003. ;
Ma`shum, M. (1990). Studi tahana bahan organik tanah di Pulau Lombok. Laporan Hasil
Penelitian Dana DPP, Universitas Mataram, Tahun 1989.
Masulili A., Utomo W.H and Syechfani., 2010. Rice husk biochar for rice based cropping
system in acid soil 1. The characteristics of rice husk biochar and its influence on
the properties of acid sulfate soils and rice growth in West Kalimantan, Indonesia.
Journal of Agriculture Science. 2 (1): 39-47.
Mbagwu, JSC and Piccolo, A, 1997. Effects of humic substances from oxidized coal on soil
chemical properties and maize yield. In: Drozd J, Gonet SS, Senesi N, Weber J (eds)
The role of humic substances in the ecosystems and in environmental protection.
IHSS, Polish Society of Humic Substances, Wroclaw, Poland: pp 921–925.
19
Melgar R.J., Smyth T.J., Sanchez P.A., Cravo M.S.,1992. Fertilizer nitrogen movement in a
Central Amazon Oxisol and Entisol cropped to corn. Fert Res 31:241–252
Natarajan. E, and Ganapathy S. E., 2009. Pyrolysis of rice husk in a fixed bed reactor.
World Academy of Science, Engineering and Technology, 56: 504-508
Nguyen B.T and Lehmann J. 2009. Black carbon decomposition under varying water
regimes. )rganic Geochemistry 40: 846-853
Nguyen TH, Brown RA, Ball WP (2004) An evaluation of thermal resistance as a measure
of black carbon content in diesel soot, wood char, and sediment. Organic
Geochemistry 35, 217–234.
Novak J.M., Busscher W.J., Laird D.L., Ahmedna M., Watts D.W. and Mohamed Niandou
M.A.S., 2009. Impact of Biochar Amendment on Fertility of a Southeastern Coastal
Plain. Soil Soil Science.174: 2, 105-111
Nyamangara J., Gotosa J., Mpofu S.E., 2001. Cattle manure effects on structure stability
and water retention capacity of a granitic sandy soil in Zimbabwe. Soil Till res, 62:
157-162
Piccolo, A. Pietramellara, G., and Mbagwu, J.S.C., 1996. Effects of coal derived humic
substances on water retention and structural stability of Mediterranean soils. Soil
Use and Management, 12: 209-213
Pigery, A., and Hedley, M.J. 2008. Massey Bio-char Initiative. Centre for Energy Research.
Massey University. Palmstown North, New Zealand.
Rayment, G.E. and Higginson, F.R.1992 Australian Laboratory Handbook of Soil and water
Chemical Methods. Inkata Press. Melbourne-sydney.
Reichenauer T.G., Sunil P., Subasinghe S., Wimmer B. 2009. Soil amendments and
cultivar selection can improve rice yield in salt-influenced (tsunami-affected) paddy
fields in Sri Lanka . Environ Geochem Health. 31:573–579
Rondon M., Lehmann J., Ramírez J., Hurtado M. (2007). Biological nitrogen fixation by
common beans (Phaseolus vulgaris L.) increases with biochar additions. Biol. Fertil.
Soils, 43, 699–708.
Shinogi Y. 2004. Nutrient leaching from carbon products of sludge . In‘ASAE/CSAE Annual
International Meeting’. Paper No. 044063, Ottawa, Ontario, Canada.
Singh, B.P. and Cowie, A.L., 2008, Decomposition of biochars in soil and their turnover
time – an important factor affecting the greenhouse balance. Conference of the
International Biochar Initiative: Biochar, Sustainability and Security in a Changing
Climate, Newcastle, UK,September 8-10,
Sivapalan S. 2001. Effect of Polymer on Soil Water Holding Capacity and Plant Water Use
Efficiency In Proceedings 10th Australian Agronomy Conference , Hobart, Tasmania,
Australia.
20
Skjemstad J.O., Clarke P., Taylor J.A., Oades J.M and McClure S.G. 1996. The chemistry
and nature of protected carbon in soil. Australian Journal ofSoil Research 34, 251–
271
Sohi, S., Elisa Lopez-Capel, Evelyn Krull and Roland Bol, 2009. Biochar, climate change
and soil: A review to guide future research. CSIRO Land and Water Science Report
05/09, 64 pp.
Sombroek W, Ruivo ML, Fearnside PM, et al. 2003. Amazonian Dark Earths as carbon
stores and sinks. In: Lehmann J, Kern DC, Glaser B, and Woods WI (Eds).
Amazonian Dark Earths: origin, properties, management. Dordrecht, Netherlands:
Kluwer Academic Publishers.
Steiner C., Teixeris, W.G., Lehmann, J., 2007. Long term effect of manure, charcoal and
mineral fertilization on crop production and fertility on a highly weathered Central
Amazonian upland soil. Plant Soil 291: 257-290
Suganya, S. and Sivasamy, R. 2006. Moisture Retention and Cation Exchange Capacity of
Sandy Soil as Influenced by Soil Additives. Journal of Applied Sciences Research, 2
(11): 949-951
Suwardji, Suardiari G dan Hippi A.,2007. Meningkatkan efisiensi air irigasi dari “sumber
air tanah dalam” pada lahan kering pasiran Lombok Utara menggunakan teknologi
irigasi sprinkler big gun. Prosiding Kongres Nasional HITI IX, 5-7 Desember 2007,
YOGYAKARTA.
Suwardji, 2006. Kebutuhan Teknologi untuk pengembangan pertanian lahan kering NTB.
Makalah utama yang disampaikan dalam Seminar Nasional Pemanfaatan Teknologi
Spesifik Lokasi. Kerjasama LIPI-Bapedda NTB di Mataram, 16 Desember 2006.
Suwardji, Tejowulan R., Rakhman A dan Munir B., 2004. Rencana strategi pengembangan
lahan kering Provinsi NTB. Bappeda, NTB. 157 halaman.
Suzuki S and Noble, A.D., 2007. Improvement in water-holding capacity and structural
stability of a sandy soil in Northeast Thailand. Arid Land Research and Management.
21:37–49.
Tiessen H, Cuevas E, Chacon P (1994) The role of soil organic matter in sustaining soil
fertility. Nature 371:783–785
Van Zwieten L., Downie A., Chan K.Y., Kimber S., Morris S., Rust J and Mitchell A., 2009.
Nitrogen use efficiency improves using greenwaste biochar 1 st Asia Pacific Biochar
Conference, 2009.
Van Zwieten, L., Kimber, S., Morris , S.,. Chan, K. Y., Downie , A. Rust, J., Joseph S. and
Cowie , A. 2010. Effects of biochar from slow pyrolysis of papermill waste on
agronomic performance and soil fertility. Plant and Soil. 327: 235-246
21
Verheijen F.G.A., Jeffery, S., Bastos, A.C., Van der Velde, M., and Diafas, I. 2009. Biochar
Application to Soils - A Critical Scientific Review of Effects on Soil Properties,
Processes and Functions. EUR 24099 EN, Office for the Official Publications of the
European Communities, Luxembourg, 166pp.
Widianto, Ngadirin, dan Lestari I.D., 2006. Panduan praktikum Pengantar Fisika Tanah.
Laboratorium Fisika Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang.
Winsley, P., 2007. Biochar and Bionenergy Production for Climate Change. New Zealand
Science Review 64 (1): 1-10.
Yaman, S. (2004). Pyrolysis of biomass to produce fuels and chemical feedstocks. Energy
Convers. Manage. 45: 651–671.
Yamato, M., Okimori, Y., Wibowo, I.F., Anshiori, S., Ogawa, M., 2006. Effects of the
Application of charred bark of Acacia mangium on the yield of maize, cowpea and
peanut, and soil chemical properties in South Sumatra, Indonesia. Soil Science and
Plant Nutrition 52, 489–495.
Yu, X.-Y., Ying, G.-G., Kookana, R.S., 2006. Sorption and desorption behaviors of diuron
in soils amended with charcoal. Journal of Agricultural and Food Chemistry 54:
8545–8550
22
2. Peralatan
Biaya
Total biaya
No. Nama alat Volume Keterangan satuan
(Rp.)
(Rp.)
Perangkat alat
1 1 buah paket 8,000,000
pembuatan biochar
2 Sewa rumah kaca 1 buah paket 2,000,000
3 Oven 1 buah 4 200,000 800,000
4 Neraca analitis 1 buah 4 100,000 400,000
5 Timbangan 1 buah 4 100,000 400,000
50
6 Sewa internet 10 100,000 1,000,000
jam/bulan
7 Polibag 450 buah 1,000 450,000
8 Sewa laboratorium 1 buah 6 200,000 1,200,000
9 Sewa lahan 0,5 ha 6 bulan 2,500,000 2,500,000
10 Paralon 2 lonjor 2 50,000 100,000
16,850,00
Jumlah
0
4.50
6 Analisis C organik biochar 60 75.000 0.000
5.40
7 Analisis nilai pemanasan 60 90.000 0.000
3.00
8 Analisis abu 60 50.000 0.000
4.50
9 Analisis KTK biochar 60 75.000 0.000
1.50
10 Analisis pH biochar 60 25.000 0.000
3.00
11 Analisis Bulk density biochar 60 50.000 0.000
3.00
12 Analisis porositas biochar 60 50.000 0.000
6.00
13 Analisis lignin (biomasa dan biochar) 60 100.000 0.000
9.00
14 Analisis N P K jaringan tanaman 180 50.000 0.000
4. Perjalanan
Jumlah
No. Kota/tempat tujuan Volume Biaya satuan (Rp.)
pelaksana
1 Bayan /Lombok Utara 1 1 paket 1.000.0000
2 Tanjung/Lombok Uatara 1 1 paket 5.00.000
3 Pengambilan biomasa/ limbah 5 1 paket 5.00.000
Pengambilan sampel tanah di
4 3 1.500.000
Bayan
5 Transport lokal Mataram 5 300.000
Jumlah 3.800.000
24
2. Peralatan
jam/bula
n
Jumlah 8,200,000
4. Perjalanan
1. Anggota Peneliti
28) Potensi air tanah Dangkal untuk menunjang kegiatan Pertanian di Kecamatan
pemenang Lombok barat (Laporan Penelitian Kerjasama Pusat Penelitian
Sumberdaya air dan Agroklimat, UNRAM dan Dinas Pekerjaan Umum Lombok
Barat, Tahun 2007).
29) . Pemetaan Potensi Aren (Arenga pinnata) di Kabupaten Lombok Barat (Paper
pada Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis Faperta UNRAM, 14 Maret,
2009
4. Pengabdian Masyarakat
1) Demonstrasi Farm: Penggunaan Air Tanah untuk Pengembangan Tanaman
Palawija di Lahan Kering Lombok Utara (Kerjasama antara Faperta UNRAM dan
Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB, 1994)
2) Demplot: Reklamasi Lahan Bekas Penambangan batu Apung di Lombok Timur
menggunakan Sistem Budidaya lorong 1995
3) Demontrasi Kaji Tindak/Action Research: Pemupukan Sulfur di Lahan Sawah
Irigasi Pulau Lombok, 1996
4) Action Learning of Intercropping Legume and Non Legume Crops in Irrigated
Areas of Center Lombok, 2000
5) Pemanfaatan Embung untuk meningkatkan intensitas tanam di Lombok Selatan,
2006
6) Strategi Pengelolaan Lahan Pertanian di Kawasan Gili Trawangan Lombok Barat,
2007. Dana DPP Unram Tahun 2006/2007
7) Mengenali Faktor Biofisik Lahan Pembatas Pertumbuhan Tanaman Kopi dan Kakao
di Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Barat, 2007. Dana SPP/DPP Unram
Tahun 2007
8) Pertanian Organik Sebagai Salah Satu Sistem Pertanian Ramah Lingkungan.
Penyuluhan bersama Mahasiswa KKN di Desa Merembu, Lombok Barat
9) Pemanfaatan Potensi air Tanah Dangkal untuk pengembangan Tanaman
hortikultura berbasis bedeng diLombok Selatan (2004-2007)
8. Utomo, W.H. 1981. The application of cate and nelson method for predicting
nitrogen critical level of maize crops. Agrivita (Malang)4 (4)
9. Utomo, W.H. and dexter, A.R. 1982. Changes in soil aggregate water stability
induced by wetting and drying cycles in unsaturatyed soil. Journal Soil Science
(London) 33 : 621 – 637
10. Utomo, W.H. and Udanarto, 1983. The possibility for usibng rain erosivity data
to evaluate cropping pattern Agrivita (Malang) 6 (2)
11. Guritno.B.and utomo, W.h. 1987. Cassava agronomic practices and research
in East Java , Indonesia, In Howeler, R. (ed). Cassava Breeding and Research
in Asia VI. Rayong Thailand
12. Utomo, W.H. dan Soetrisno,I. 1988. Dampak petak percontohan
pengemvbangan sumberdaya air dan pengendalian erosi di gubuk Klakah.
Jurnal Lingkungan dan Pengembangan (Jakarta). 8 (3)
13. Utomo, W.H. 1989. effect of chemical treatment on the thixotropic behavior of
cohesive soils. Agrivita (Malang) 12 (3)
14. Nasution, Z dan Utomo, W.H. 1989. Hubungan antara curah hujan,
penggunaaan lahan , dan karakteristik sungai dengan debit air DAS Brantas
Hulu. Buletin Pasca Sarjana UGM (Yogyakarta) 8 : 261 – 265
15. Utomo, W.H. and Islami, Titiek. 1989. Root system of maize crops as
influenced by soil tillage and soil amandment application. Agrivita ( Malang)
12 (3).
16. Utomo,W.H. and Setiyono.S.1989. Legume cover crops for red yellow Podzolic
soil. In Heide, J.van der (Ed). Nutrient Management for Food Production in
Tropical Farming Systems. IB – Haren, Netherland.
17. Utomo,W.H. dan Soedarmanto, 1989 Studi tentang dampak demoplot
terasiring dalam rangka usaha pelestarian tanah dan air di DAS Brantas Hulu.
Jurnal Penelitian Universitas Brawijaya (Malang). 1 (1)
18. Utomo, W.H. and Rejekiningrum, P. 1990. The study of soil structure in
Vulcanic sandy soil. The role of grass in soil aggregation. Agrivita (Malang) 13
(2)
19. Utomo,W.H. 1990. The use of Enceng gondok (Eichornia crassipens) for
agricultural soil ameliorant. Agrivita (Malang) 13 (2)
20. Utomo, W.H dan Soelistyari, H.T. 1990. Pengelolaan Daerah Aliran sungai
dengan pendekatan agroekologi, Jurnal Lingkungan dan Pembangunan
(Jakarta) 10 (1).
21. Utomo,W.H. 1990. The influence of meteorological conditions on evaporation
from tilled and non tilled soils. Majalah Ilmiah UNUD (Denpasar) 10 (15)
22. Utomo,W.H.1990. Pertumbuhan dan hasil jagung Hibrida pada pengolahan
tanah konservasi. Dalam Subandi, Sumarno, S, dan Widjono, A. (Eds). Prs.
Lokakarya Penelitian Komoditas dan Studi Khusus. 1989. Balitbang Deptan.
Jakarta.
23. Hairiah,K. and Utomo,W.H. and Heide, J.Vander.1992. Biomass production
and performance of leguminous cover crops on Ultisols, Agrivita (Malang). vol.
15
24. Utomo, W.H. and sitompul,S.M. and Noordwijk, Meine, van. 1992. Effect of
leguminous cover crops on subsequent maize and soybean crops on Ultisols
in Lampung. Agrivita (Malang) 15 (special edition)
25. Utomo,W.H., Suendarti, M. Islami.T, dan Drajad,M. 1993. Pengaruh inokulasi
Azolla terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai pasca panen padi
sawah. Agrivita (Malang) 16 (2)
26. Utomo,W.H. 1994. Pengelolaan sifat fisik tanah syarat mutlak untuk system
pertanian berkelanjutan. Majalah Gula (Pasuruan) 19 (1)
33
1. Utomo, W.H., Yunawati, E.I., Wisnubroto, E.I., and Basuki, N. 2009. Land
husbandry for sustainable cassava production : 2. Combating land degradation
by Crop Yield Improvement (submitted to Journal of Agronomy)
Dalam Bentuk Buku
1. Carson, B. and Utomo, W.H. 1986. Erosion and Sedimentation in Java. Ford
Foundation – Dept of Agriculture. Jakarta.
2. Utomo, W.H. 1989. Konservasi Tanah di Indonesia. Rajawali Press. Jakarta.
3. Utomo, W.H. 1994. Erosi dan Konservasi Tanah. IKIP. Malang
4. Islami, T. dan Utomo, W.H. 1995. Hubungan Tanah , Air dan Tanaman. IKIP
Semarang Press. Semarang.
5. Utomo, W.H. 2001. Menuju Pertanian Berkesinambungan Editor. BEJIS Project
(Australia) BAPEDALDA Jatim. PPLH. Unibraw, Malang.
6. Utomo, W.H. dan Irawanto, D.W. 2003. Penyusunan Agenda 21 Indonesia. PPLH
UNIBRAW-KLH.
7. Utomo, W.H. dan Irawanto, D.W. 2006.Pedoman Penyusunan Pengelolaan
Sampah. PPLH-UNIBRAW-KLH.
CURRICULLUM VITAE
1. Nama Lengkap :
Prof. Ir. Suwardji, M.App.Sc., Ph.D
2. Umur/Jenis Kelamin :
52 tahun/Laki-laki
3. Bidang Keahlian :
Pengelolaan Lahan
4. Posisi dalam Tim :
Penanggung Jawab, merangkap anggota tim
5. Alamat :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Lahan Kering Tropika
(P3LKT) Universitas Mataram, Jln. Pendidikan 37 Mataram,
: NTB
Telepon/Fax/e-mail 0370 628143/ dryland-unram@plasa.com
6. Pendidikan Tinggi : a. Ir (Ilmu Tanah): Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta (1983)
b. M.App.Sc. dan Ph.D (1999), Charles Sturt University,
NSW, Australia)
Pengalaman Penelitian
Ir. Sutriono, MP
NIP. 131 624 921