TANAMAN PORANG
KABUPATEN LOMBOK UTARA
Disusun Oleh:
KERJASAMA ANTARA
Penulis:
Prof. Ir. Suwardji M.App.Sc., Ph.D.
Dr. Ir. I.G.M.Kusnarta M.App.Sc.
Ir. Sudirman, M.Sc., Ph.D.
Dr. Ir. Sukartono, M.Agr.St.
Ir. Yusuf M.Si.
Fahruddin, SP., M.Si.
Layout:
Fatia Hijriyanti
Design Sampul:
Design Isi:
Fatia Hijriyanti
Penerbit:
Mataram University Press
Jln. Majapahit No. 62 Mataram-NTB
Telp. (0370) 633035, Fax. (0370) 640189, Mobile Phone +6281917431789
e-mail: upt.mataramuniversitypress@gmail.com
website: www.uptpress.unram.ac.id.
ISBN:
HAK CIPTA:
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang memperbanyak, sebagian atau seluruh isi
buku ini dalam bentuk dan dengan cara apapun, tanpa izin penulis dan penerbit.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................iv
DAFTAR ISI......................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................vii
DAFTAR TABEL............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................2
1.1 Latar Belakang..........................................................................2
1.2 Tujuan dan Manfaat..................................................................3
1.3 Metode Penyusunan Grand Strategi Pengembangan Agribisnis
Porang Kabupaten Lombok Utara.............................................4
1.3.1 Penentuan Lingkup Spasial.........................................................................4
1.3.2 Pengumpulan Data.......................................................................................4
1.3.3 Analisis Data.................................................................................................4
BAB II. KONSEP DAN LANDASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PORANG. . .6
2.1 Penyusunan Rencana Strategis.................................................6
2.2 Konsep dan Pengembangan Wilayah..........................................6
2.3 Lingkup Wilayah Pengembangan Agribisnis Porang...................8
2.4 Pengembangan Porang Yang Berwawasan Agribisnis dan
Berkelanjutan...........................................................................9
BAB III. MANDAT, VISI, MISI DAN TUJUAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS
PORANG KLU..................................................................................14
3.1 Mandat....................................................................................14
3.2 Visi
……………………………………………………………………………...14
3.3 Misi
……………………………………………………………………………..’14
3.4 Tujuan dan Sasaran.................................................................15
3.5 Pendekatan.............................................................................16
BAB IV. PROFIL PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PORANG KABUPATEN
LOMBOK UTARA.............................................................................18
4.1 Profil Lingkungan Internal......................................................18
4.1.1 Sumberdaya Alam......................................................................................18
4.1.2 Sumberdaya Buatan..................................................................................23
4.1.3 Sumberdaya Manusia (SDM)....................................................................26
4.1.4 Sumberdaya Sosial dan Kelembagaan.....................................................28
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
P e n d a h u l u a n
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II.
KONSEP DAN LANDASAN
PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PORANG
Gambar 2.1. Tahapan Proses Perencanaan Strategis Pengembangan Agribisnis Porang KLU
Gambar 2.1. Tahapan Proses Perencanaan Strategis Pengembangan Agribisnis Porang KLU
Rencana Strategis Pengembangan Agrbibisnis Porang
Kabupaten Lombok Utara 2021-2025
akan mempengaruhi bagian wilayah yang lainnya dengan proses yang sama
pula. Contohnya: (a) wilayah pengembangan agribisnis porang dicirikan oleh
sebagian besar wilayah tersebut merupakan lahan pengembangan porang, dan
(b) wilayah miskin dicirikan oleh sebagian besar penduduk di wilayah tersebut
miskin.
3. Wilayah Administrasi adalah wilayah yang dibatasi oleh suatu kenyataan
bahwa masyarakat yang ada di atasnya terkait oleh satu kesatuan politis
tertentu. Contohnya: Propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan Desa.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang “Pemerintahan
Daerah”, yang disebut dengan wilayah administrasi adalah wilayah kerja
Gubernur selaku wakil Pemerintah Pusat yang ada di daerah (tingkat Propinsi).
Dalam hal ini, Bupati menjalankan asas daerah otonom (atau daerah) adalah
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu,
berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam hal ini Kepala Daerah (Bupati/
Walikota) melaksanakan asas desentralisasi atau otonomi daerah.
4. Wilayah Perencanaan adalah suatu wilayah yang dikembangkan untuk suatu
kepentingan tertentu, terutama untuk kepentingan perencanaan dan
pengembangan ekonomi. Contohnya: Daerah Aliran Sungai (DAS), wilayah
irigasi (hulu, tengah dan hilir) yang sering digunakan untuk perencanaan dan
pengembangan pertanian.
Dari pengertian di atas, maka jenis penggunaan lahan yang termasuk dalam
kelompok lahan kering mencakup: sawah tadah hujan, tegalan, ladang, kebun
campuran, perkebunan, ' hutan, semak, padang rumput, dan padang alang-alang.
Sementara itu, jenis penggunaan lahan yang termasuk dalam kelompok lahan
basah dan lain-lainnya mencakup: sawah irigasi teknis, Sawah irigasi setengah
teknis, permukiman/perkampungan, perikanan, danau, rawa, dan waduk/
embung.
Wilayah lahan kering mencakup semua komponen yang ada di dalam
maupun di permukaan lahan kering, dari wilayah hulu dengan fisiografi
perbukitan (dataran tinggi) sampai wilayah dataran di daerah hilir (dataran
rendah) dan bisa berupa tegalan, kebun dan ladang (lahan kering permanen)
maupun lahan sawah tadah hujan (lahan kering musiman). Dengan demikian
wilayah lahan kering merupakan suatu contoh dari wilayah homogen (sesuai
pembagian jenis wilayah secara umum).
Gambar 2.3 Mekanisme kerja Pola Kemitraan Pengembangan Agribisnis Porang Kabupaten Lombok
Utara
badan usaha lainnya berdasarkan sistem kontrak, (2) suatu badan usaha
memberikan pekerjaan kepada pihak lain karena tidak mampu menanganinya
sendiri, dan (3) badan usaha yang bermitra tetap bersifat terpisah dalam
melaksanakan setiap jenis usahanya. Pola vendor adalah: (1) perusahaan besar
bertindak sebagai “trading house”, (2) pemasok bahan baku/input, (3) mencarikan
pembiayaan, dan (4) memasarkan hasil. Sementara itu, pola dagang adalah: suatu
perusahaan bertindak sebagai pemasar dari produk perusahaan mitranya.
Memahami peran strategis pertanian dalam perekonomian nasional, maka
“pembangunan pertanian berkelanjutan” merupakan strategi jangka panjang yang
diterapkan pemerintah dalam membangun pertanian. Pembangunan pertanian
berkelanjutan dicirikan oleh tiga aspek keberlanjutan yaitu: (1) kemampuan
tumbuh secara stabil (aspek ekonomi/sumberdaya buatan), (2) sumberdaya
pertanian dikelola secara bijaksana dan dalam perspektif jangka panjang (aspek
Lingkungan/sumberdaya alam), dan (3) kegiatan pembangunan yang dilakukan
mampu menciptakan pemerataan (aspek sosial/sumberdaya manusia dan sosial-
kelembagaan). Aspek pengelolaan sumberdaya pertanian (dalam hal ini lahan
kering) utamanya diperlukan dalam rangka menghindari degradasi kapasitas
produksi pertanian yang dapat berdampak kepada turunnya penawaran produk
pertanian. Sementara itu aspek pemerataan perlu dikedepankan untuk
menghindari fenomena demand trap yang dapat menghambat pertumbuhan
produksi akibat stagnasi pertumbuhan permintaan. Jika kedua aspek tersebut
dapat ditangani dengan baik, maka sektor pertanian dapat diharapkan mampu
tumbuh dengan stabilitas tinggi. Secara skematis hubungan ketiga aspek
pembangunan pertanian berkelanjutan tersebut disajikan pada Gambar 2.4
berikut:
Ekonomi :
Pertumbuhan berkelanjutan
Efesiensi Penggunaan
Sumberdaya
Gambar 2.4 Hubungan Ketiga Aspek Pembangunan Pertanian Pada Sistem Agrbisisnis Porang
Kabupaten Lombok Utara
BAB III.
MANDAT, VISI, MISI DAN TUJUAN
PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PORANG KLU
3.1 Mandat
Penyususnan Renstra Pengembangan Wilayah Lahan Kering Propinsi NTB
dilakukan berdasarkan dan sekaligus mewujudkan mandat dari beberapa produk
politik, hukum dan IPTEK sebagai berikut :
1. Undang-undang No. 4 Tahun 1982 tentarig “Lingkungan Hidup” yang
mensyaratkan pelaksanaan “Pembangunan Berwawasan Lingkungan”.
2. Undang-undang No. 12 Tahun 1992 tentang “Sistem Budidaya Tanaman".
3. Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang “Penataan Ruang”.
4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang “Pemerintahan Daerah” atau
lebih dikenal dengan “Otonomi Daerah”.
5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang “Perimbangan Keuangan
Antar, Pemerintah Pusat dan Daerah”.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang “Kewenangan Pemerintah
dan, Pemerintah Propinsi”.
7. Peraturan Daerah Propinsi NTB Nomor 5 Tahun 2000 tentang “Pola Dasar
Pembangunan Daerah Propinsi NTB Tahun 2000 - 2004”.
8. Peraturan Daerah Propinsi NTB Nomor 2 Tahun 2001 tentang “Propeda
Propinsi NTB Tahun 2001 - 2005”.
9. Konsep dan nilai-nilai pembangunan berkelanjutan, pembangunan pertanian
berkelanjutan, pembangunan pertanian berwawasan agribisnis, dan
pengembangan wilayah lahan kering
10. ………………………………………………………
3.2 Visi
Visi pengembangan agrbisisnis porang di Kabupaten Lombok Utara adalah
“terwujudnya Kabupaten Lombok Utara (KLU)sebagai pusat pengembangan
agrbisnis porang nasional".
3.3 Misi
Untuk dapat mewujudkan mandat dan visi tersebut, maka ditetapkan misi
pengembangan agribisnis porang KLU sebagai berikut:
1. Memanfaatkan potensi sumberdaya alam wilayah yang berupa lahan untuk
pengembangan agribisnis porang yang sesuai dengan daya dukung lingkungan,
sehingga tercipta sistem agrbibisnis porang yang berkelanjutan.
3.5 Pendekatan
Pengembangan agribisnis porang KLU dari tahun 2021-2025 akan dilakukan
berdasarkan “pendekatan wilayah” dengan penekanan sebagi berikut:
1. Perwilayahan pembangunan didasarkan pada kondisi dan karakteristik wilayah
serta keunggulan komparatif porang di wilayah lahan kering.
2. Potensi sumberdaya lokal merupakan modal dasar pembangunan sekaligus
penghela pengembangan porang di KLU.
3. Keterkaitan pengembangan agribisnis porang antarwilayah dan antarkawasan
dilakukan untuk menciptakan keseimbangan dan keselarasan pengembangan
wilayah dan kawasan.
4. Teknologi terapan yang berkembang dalam masyarakat digunakan sebagai
penunjang dan pemacu pengembangan agribisnis porang.
5. Pengembangan kapasitas wilayah merupakan upaya strategis dalam
meningkatkan daya saing daerah.
Profil
BAB IV.
PROFIL PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PORANG
KABUPATEN LOMBOK UTARA
2. Sumberdaya Air
Jumlah sungai di wilayah pengembangan agribisnis pengembangan porang
KLU tahun 2019 sebanyak 29 sungai, kapasitas sungai yang semakin menurun
tiap tahunnya dalam menyediakan air, terutama pada musim kemarau yang
diisebabkan karena berkurangnya wilayah tangkapan hujan di bagian hulu. Dari
data neraca sumberdaya air dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Lombok, diketahui
3. Keadaan Iklim
Dengan curah hujan yang relative rendah dan tejadi pada beberapa bulan
saja, sehingga upaya konservasi air untuk menjamin keberhasilan pertanian di
lahan kering merupakan suatu keharusan yang harus dilakukan.
Dari tabel 4.... diketahui bahwa sebagian besar PNS daerah di Propinsi NTB
berjenis kelamin laki-laki, mempunyai golongan kerja III dan IV, dan sebagian
besar berpendidikan Sarjana ke atas. Berdasarkan keadaan golongan dan
pendidikan tersebut, maka kualitas sebagian besar PNS di wilayah pengambangan
agribisnis porang Kab. Lombok Utara sudah tergolong baik. Namun demikian
masih terdapat bebereapa kelemahan dari sebagian besar PNS tersebut antara lain:
motivasi dan budaya kerja masih rendah, kreativitas dan profesionalitas dalam
bekerja kurang, kemampuan koordinasi dan kerjasama antar sesama dan dengan
pihak lainnya masih kurang.
2. Sosial budaya
Adanya dukungan beberapa lembaga internasional yang peduli (concern)
pada maslah sosial budaiay (seperti: pengentasan kemiskinan, perlindungan
hak anak, pemberdayaan perempuan dan pengembangan budaya lokal)
merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh pemda Kab. Lombok Utara.
Demikian juga dengan adanya komitmen lembaga yang ada ditingkat nasional
untuk membantu mengembangkan sosial budaya masyarakat melalui kegiatan
penelitian serta bantuan dan konsultasi akan sangat membantu pelaksanaan
pengembangan agribisnis porang di Kab. Lombok Utara. Selain itu penetrasi
budaya asing yang semakin gencar sebagai konsekuensi globalisasi ekonomi
globalisasi ekonomi dan informasi, juga dikhawatirkan akan membawa negatif
terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat di seputaran wilayah
pengambangan agribisnis porang.
2. Pesaing
Dalam jangka panjang, adanya wilayah/daerah dan pengausaha pesaing
dari luar, dapat menjadi peluang bagi pemerintah dan masyarakat dalam
pengembangan porang. Dampak negatif yang akan muncul dari persaingan
tersebut adalah terciptanya keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif
yang cukup kuat bagi pengusaha luar.
Semakin meningkatnya kegiatan pembangunan di berbagai wilayah/daerah
lainnya siring dengan pelaksanaan otonomi daerah akan menjadi tantanagan
dalam pengembangan agribisnis porang di Kab. Lombok Utara, setidaknya
dalam dua hal. Pertama, Pemda Kab. Lobok Utara dituntut untuk mamapu
memenangkan persaingan dalam memperebutkan berbagai sumberdaya
pembangunan (terutama permodalan) dari luar yang persediaannya relatif
terbatas. Kedua, pemerintah dan masyarakat petani porang dituntut untuk
mampu mengembangkan berbagai jenis usaha (terutama dibidang ekonomi
dengan tanaman porang) secara efisien dan profesional, sehingga dapat
mengahasilkan produk yang berkualitas dan mampu bersaing di pasar regional,
nasional dan bahkan internasional.
Isu–isu Strategis
BAB V.
ISU-ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PORANG
KABUPATEN LOMBOK UTARA
2. Pesaing
a. Perdagangan bebas (seperti: AFTA) membawa implikasi terhadap semakin
ketatnya persaingan antar pelaku ekonomi dalam usaha/perdagangan
produk-produk pertanian,namun untuk produk porang ini berbeda dengan
produk produk pertanian lainnya karena porang asli Lombok hidup dan
berproduksi tinggi dengan kualitas glukomanan yang tinggi dan dapat
bersaing dengan produk produk sejenis dari daerah lain.
b. Adanya wilayah/daerah dan pengusaha pesaing dari luar berpeluang
mendorong terciptanya keunggulan komparatif dan kompetitif bagi
pengembangan agribisnis porang di KLU.
c. Pemerintah Kabupaten Lombok Utara dituntut untuk mampu
memenangkan persaingan dalam merebut sumberdaya pembangunan
(terutama pendanaan) dari luar KLU.
d. Pemerintah dan masyarakat dituntut untuk mampu menghasilkan produk
porang yang diingikan oleh pasar nasional dan internasional.
BAB VI.
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PNGEMBANGAN WILAYAH
LAHAN KERING PROPINSI NTB
6.1 Strategi
Pengembangan agribisnis porang Kabupaten Lombok Utara secara makro
tetap menganut prinsip dan nilai nilai Pembangunan Berkelanjutan (Susatainable
Development Goals). Pembangunan berkelanjutan tersebut mengandung tiga aspek
keberlanjutan yaitu: (1) ekonomi, (2) sosial/kependudukan dan (3) lingkungan
yang saling terkait antara satu dan lainnya. Agar pengembangan agribisnis porang
Kabupaten Lombok Utara dapat berkelanjutan, maka penghargaan pada empat
jenis sumberdaya utama pembangunan mutlak diperlukan yaitu: (1) sumberdaya
alam/lingkungan, (2) sumberdaya buatan/ekonomi termasuk di dalamnya
teknologi dan permodalan, (3) sumberdaya manusia dan (4) sumberdaya
sosial/kelembagaan. Pengembangan agribisnis porang di KLU akan dapat
berkelanjutan apabila prioritas penanganannya lebih banyak mengutamakan
pemberdayaan sumberdaya manusia/kependudukan dan sumberdaya sosial
kelembagaan, bukan sebaliknya mengekploitasi sumberdaya alam dan merangsang
secara berlebihan penggunaan sumberdaya buatan secara berlebihan.
Mempertimbangkan empat jenis suberdaya utama pembangunan
berkelanjutan tersebut dan dengan memperhatikan visi, misi dan tujuan
pengembangan agribisnis porang di Kabupaten Lombok Utara pada Bab III, maka
strategi utama pengembangan agribisnis porang di Kabupaten Lombok Utara
sebagai berikut:
1. Pengelolaan potensi suberdaya alam untuk pengembangan agribisnis porang
berdasarkan keunggulan komparatifnya, sehingga tercipta pengembangan
agibisnis porang yang mampu menghasilkan produksi yang sesuai dengan
permintaan pasar.
2. Peningkatan kuantitas, kualitas dan atau kapasistas berbagai sarana
prasarana, teknologi dan permodalan yang berdaya guna dalam pengembangan
agribisnis porang di KLU, sehingga tercipta pembangunan agribisnis porang
yang berhasil guna dan berdaya saing tinggi.
3. Peningkatan pendidikan, ketrampilan dan kemampuan dalam menguasai
berbagai teknolgi dan informasi pengembangan agribisnis porang, sehingga
tercipta pelaku usaha agribisnis porang yang professional, kemersial dan
berdaya saing tinggi dalam melakukan transaksi dengan pelaku ekonomi
lainnya.
4. Penataan hubungan kerjasama atau kemitraan usaha yang saling
membutuhkan dan menguntungkan antar berbagai lembaga/kelompok pelaku
agribisnis dalam pengembangan porang, sehingga tersedia permodalan dan
teknologi dalam usaha tani porang serta tersedianya pemasaran hasil porang.
OPPORTUNITIES (O) SO WO
(1) UU No. 22/1999 (1) Optimalisasi penerapan (1) Penyusunan rencana tata
memungkinkan Pemda rencana umum tata ruang ruang spesifik pengembangan
membangun sendiri daerahnya melalui kontrol ketat pemda porang sebagai langkah awal
(2) UU No. 25/1999 (2) Pemanfaatan tanaman porang untuk menggali potensi
memungkinkan pemda guna meningkatkan daerah
menggali potensi daerah pendapatan daerah dari (2) Peningkatan pemanfaatan
(3) Permintaan pasar terhadap sektor pertanian dan kawasan bervegetasi lainnya
produk pertanian dan memenuhi permintaan pasar dalam pengembangan porang
agroindustri tanaman porang yang besar akan kebutuhan guna memperluas kasawasan
cukup besar tanaman porang budidaya porang sehingga
(3) Pemanfaatan potensi tanaman mampu memenuhi
porang yang dapat permintaan pasar
diintegrasikan dengan (3) Menggalakkan pemanfaatan
vegetasi tegakan sehingga kebun dan kawasan lainnya
memproteksi kawasan dalam pengambangan porang
lindung dan sebagai sumber (4) Menghijaukan kembali lahan-
tambahan pendapatan daerah lahan terbuka sebagai upaya
(4) Pemanfaatan sumberdaya perluasan kawasan
hutan khususnya HKM untuk pengembangan budidaya
menghasilkan produk hutan porang
non kayu seperti porang dan
sesuai permintaan pasar yang
sangat besar.
THREATS (T) ST WT
(1) Adanya pandemi yang (1) Pemanfaatan potensi kawasan (1) Peningkatan realisasi dan
disebabkan COVID19, sedikit pinggiran hutan yang luas produktivitas tanaman porang
atau banyak berdampak negatif yang terdapat di semua sesuai persediaan sumber
terhadap kegiatan kecamatan KLU dalam pendanaan yang terbatas
pengembangan tanaman pengembangan tanaman (2) Peningkatan produktivitas
porang porang yang efektif dan dan kualitas produk tanaman
(2) AFTA memungkinkan produktif porang sesuai permintaan
terjadinya persaingan antar (2) Pemanfaatan potensi pasar.
produk pertanian tanaman porang untuk (3) Penggunaan sumberdaya
(3) Pemerintah dan petani porang menghasilkan produk hutan, perkebunan dan
dituntut mampu menghasilkan pertanian unggulan yang kawasan lainnya untuk
produk berkualitas dan berdaya berkualitas dan berdaya saing pengembangan tanaman
saing di pasar internasional tinggi porang masih terbatas secara
(3) Pemanfaatan potensi efektif
tanaman porang untuk
menghasilkan berbagai
produk guna menumbuhkan
UMKM di KLU dan
meningkatkan ekonomi yang
OPPORTUNITIES (O) SO WO
(1) Dana perimbangan dari (1) Penerapan teknolohi baru (1) Peningkatan jumlah dan
pemerintah pusat pertanian dengan dukungan kapasitas prasarana budidaya
memungkinkan daerah untuk dana dari pemerintah pusat tanaman porang dengan dana
pemerintah dan
THREATS (T) ST WT
(1) Penerapan UU No. 22/1999 (1) Penerpan teknologi pertanian (1) Pemanfaatan sarana dan
menuntut kemampuan SD sesuai kemampuan prasarana secara efisien dan
pembiayaan yang besar sumberdaya pembiayaan dan efektif dalam pengembangan
(2) Hapusnya subsisdi saprotan, SDM (prinsip efisiensi) porang.
BBM dan TDL dapat (2) Pelaksanaan agroindustri (2) Penggunaan saprotan,
berdampak negatif terhadap yang hemat BBM dan listrik alsintan dan teknologi
pengembangan tanaman (3) Pemanfaatan potensi sarana pertanian lainnya secara
porang prasarana ekonomi non efisien agar hapusnya subsidi
(3) Pemda. Kabupaten Lombok pertanian dan sosial untuk saprotan tidak menjadi
Utara dituntut untuk mempau menarik minat investor luar hambatan dalam
memenangkan persaingan berinvestasi dalam pengembangan porang
memperebutkan SD pengembangan tanaman (3) Penyediaan bangunan dan
penbangunan dari luar porang alsin agroindustri yang hemat
(4) Pemerintah dan pengusaha di BBM dan energi listrik
Kab. Lombok Utara dituntut (4) Pemanfaatan sarana
mampu menarik investasi luar prasarana ekonomi non
untuk pengembangan tanaman pertanian dan sosial sesuai
porang kemampuan sumberdaya
pembiyaan
Dari 15 kombinasi dua komponen SWOT pada Tabel 6.2 (SO, ST, WO dan
WT), maka dengan mengkombinasi keempat komponen SWOT dapat disusun enam
strategi rinci pengembangan sumberdaya buatan manusia dalarn rangka
mempercepat pengembangan agribisnis porang di Kabupaten Lombok Utara
sebagai berikut:
1. Peningkatan dan pengelolaan kemampuan prasarana pengairan dengan dana
pemerintah dan masyarakat, sehingga mampu menjamin pengembangan
agribisnis porang secara optimal dan berkelanjutan.
2. Penyediaan sarana prasarana agribisnis dan teknologi untuk budidaya porang
secara lokal dalam kuantitas, kualitas, dan kontinyuitas yang sesuai dengan
perkembangan IPTEK dan kebutuhan pengguna.
3. Peningkatan kuantitas dan kapasitas sarana prasarana industri, perdagangan
dan keuangan oleh pemerintah dan swasta dalam rangka merangsang
pengembangan industrialisasi produk produk makanan berbasis bahan baku
porang dari investor.
4. Optimalisasi pemanfataan tenaga listrik dan air untuk kegiatan sosial
konsumtif maupun ekonomi produktif di msayarakat dalam pengembangan
agribisnis porang.
5. Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana prasarana perhubungan,
komunikasi dan pariwisata, sehingga distribusi dan sirkulasi barang hasil
agribisnis porang dan jasa dalam kegiatan ekonomi berlangsung lancar.
OPPORTUNITIES (O) SO WO
(1) Lembaga DIKLAT di luar (1) Pelaksanaan DIKLAT untuk (1) Pendistribusian penduduk
Kabupaten Lombok Utara penduduk dan tenaga kerja, yang telah mengikuti DIKLAT
pendukung dalam baik pertanian maupun non dari P. Lombok ke P.
Pengembangan Tanaman pertanian Sumbawa
Porang (2) Tukar menukar pengalaman (2) Peningkatan kualitas TK
(2) Tersedia TK luar yang antara ternaga kerja pertanian porang (terutama
berkualitas untuk pertanian dan pegawai pemda pencari kerja) melalui
pengembangan tanaman porang dalam pengembangan pelatihan dan tukar
di Kbupaten Lombok Utara agribisnis porang dengan pengalaman dengan tenaga
tenaga kerja atau pegawai kerja luar
dari luar (3) Peningkatan kreativitas,
propesional dan kemampuan
koordinasi pegawai pemda
melalui DIKLAT dan studi
banding
THREATS (T) ST WT
(1) UU No. 22/1999 (otonomi (1) Penduduk dan tenaga kerja (1) Meningkatkan kualitas tenaga
daerah) menuntut SDM yang banyak harus kerja pertanian agar mampu
berkualitas tinggi berkualitas agar dapat bersaing dengan tenaga kerja
(2) Banyaknya TK luar merupakan mengurangi masuknya luar
tantangan bagi pemerintah dan tenaga kerja luar (2) Meningkatkan kualitas
TK dalam WLK (2) Pegawai pemda harus mampu pegawai pemda di wilayah
bersaing dengan TK (calon pengembangan agribisnis
pegawai) dari luar wilayah porang agar dapat
pengembangan agribisnis menciptakan hubungan
porang KLU kerjasama dengan tenaga
kerja/pegawai dari luar
Dari sembilan kombinasi dua komponen SWOT pada Tabel 6.3. (SO, ST, WO
dan WT), maka dengan mengkombinasikan keempat komponen SWOT dapat
disusun empat strategi rinci pengembangan sumberdaya alam dalam rangka
mempercepat pengembangan agribisnis porang di Kabupaten Lombok Utara
berikut:
OPPORTUNITIES (O) SO WO
(1) Demokrasi dan HAM (1) Pemanfaatan lembaga (1) Menumbuh kembangkan
memungkinkan sistem ekonomi non pertanian lembaga pertanian untuk
pemerintahan yang demokratis sebagai potensi petani porang konsolidasi pelaku, agar
dan apresiatif untuk dapat menjalin mampu menjalin kemitraan
(2) Dukungan lembaga nasional kerjasama dengan wilayah dengan pelaku ekonomi
pada sosbud dan ekonomi (2) Pemanfaatan dan lainnya
dalam pengembangan tanaman pengembangan lembaga sosial (2) Peningkatan kapasitas
porang masyarakat dalam lembaga ekonomi non
(3) Komitmen lembaga di tingkat pengembanan porang dengan pertanian untuk mendukung
nasional untuk sosobud dukungan lembaga nasional kerjasama antar
berpeluang membantu dan internasional lembaga/perusahaan
pengembangan tanaman (3) Pemanfaatan LSM dan PT (3) Meningkatkan kemampuan
porang dalam pengembangan lembaga pemerintah dalam
(4) Kerjasama antar tanaman porang sebagai berkoordinasi dan dengan
daerah/wilayah/lembaga dan wujud adanya demokrasi pihak lainnya
antar perusahaan ekonomi dan HAM
memungkinkan
THREATS (T) ST WT
(1) Pelaksanaan Otda menuntut (1) Penataan/pengaturan (1) Pembentukan dan penetapan
perlunya perda atau ketentuan pemanfaatan lembaga lembaga pertanian untuk
lainnya yang oprasional ekonomi non pertanian agar konsolidasi pelaku melalui
(2) Penetrasi budaya asing dapat berperan optimal dalam perda atau ketentuan lainnya
membawa pengaruh negatif pelaksanaan otonomi daerah dan sekaligus mampu
terhadap kehidupan sosbud di (2) Pengembangan lembaga sosial mengatasi pengaruh sosial
kawasan pengembangan masyarakat agar mampu
Dari 12 kombinasi dua komponen SWOT pada Tabel 6.4 (SO, ST, WO dan
WT), maka dengan mengkombinasi keempat komponen SWOT dapat disusun
empat strategi rinci pengembangan sumberdaya sosial-kelembagaan dalam rangka
mempercepat pengembangan agribisnis porang di Kabupaten Lombok Utara:
1. Menumbuh kembangkan lembaga agribisnis porang untuk mengkonsolidasikan
pelaku agribisnis agar mampu mengakses informasi dan teknologi, serta
mampu menjalin hubungan kerjasama dengan pihak lain sebagai pemangku
kepentingan.
2. Penataan lembaga ekonomi non pertanian (industri, perdagangan, keuangan,
koperasi dan PKM) agar mampu mengembangkan usaha ekonomi produktif dan
menjalin kerjasama dengan pihak lain dalam rangka mendukung
pengembangan otonomi daerah.
3. Peningkatan peran dan aktivitas lembaga pendidikan (termasuk Perguruan
Tinggi), sosial budaya, keagamaan dan LSM dengan dukungan lembaga
nasional dan internasional dalam rangka mendukung kelancaran
pembangunan ekonomi dan mampu menjadi penetrasi budaya asing yang
negatif.
4. Optimalisasi peran lembaga pemerintah dalam menciptakan dan melaksanakan
berbagai peraturan, kebijakan dan pengembangan kerjasama ekonomi dengan
wilayah, lembaga dari pihak lainnya.
6.2 Strategi
Kebijakan pengembangan agribisnis porang Kabupaten Lombok Utara 2021-
2025 ditetapkan dengan mempertimbangkan kewenangan Pemerintah Kabupaten
Lombok Utara dengan memperhatikan kondisi lingkungan strategis, serta
mengakomodasikan partisipasi aktif masyarakat, dunia usaha, Perguruan Tinggi
dan LSM. Kebijakan tersebut secara umum ditujukan untuk mengembangkan
pembangunan agribisnis porang di wilayah lahan kering yang mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah dan sekaligus meningkatkan
kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat KLU. Adapun kebijakan yang akan
ditempuh Untuk mencapai tujuan tersebut adalah:
1. Mengembangkan pembangunan agribisnis porang yang berbasis pada
keunggulan komparatif sumberdaya lokal yang bersinergi dan terintegrasi
dengan pengembangan wilayah pada sektor sektor pembangunan yang lainnya.
2. Mengembangkan pembangunan agribisnis porang yang mampu memelihara
kelestarian sumberdaya tanah, hutan, dan air dengan menerapkan prinsip
prinsip pembangunan berkelanjutan(sustainable development goals).
BAB VII.
PROGRAM DAN KEGIATAN
PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PORANG DI KABUPATEN
LOMBOK UTARA
Tabel 7.1 Matrik Indikator Kinerja Program dan Kegiatan Strategis Pengembangan SDA Tahun 2021-2025
Tabel 7.2 Matrik Indikator Kinerja Program dan Kegiatan Strategis Pengembangan SDM KLU tahun
2021-2025
Tabel 7.3 Matrik Indikator Kinerja Program dan Kegiatan Strategis Pengembangan SDM tahun 2003-
2007
Tabel 7.4 Matrik Indikator Kinerja Program Sumberdaya Sosial-kelembagaan KLU tahun 2021-2025
Masyarakat
Pemerintah
Wadah Kerjasama
Dukungan
KUP/KUB Bank/lembaga
Pelerai Keuangan
Koperasi Primer
LSM/PT
Koperasi Sekunder
Kebersamaan Didukung
oleh Sistem dan Kinerja
yang Transparan/Terbuka
Keterangan :
KUP = Kelompok Usaha Produktif
KUB = Kelompok Usaha Bersama
LSM = Lembaga Swadaya Masyarakat
PT = perguruan Tinggi
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Affendi, 1996. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup. Program
Pascasarjana IPB Bogor. Bogor Jawa Barat.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi NTB, 2002. Sumberdaya Alam Spasial
Daerah Propinsi NTB. Mataram.
Badan Pusat Statistik Propinsi NTB, 2001. Nusa Tenggara Barat Dalam Angka 2001.
Mataram.
Bewley, J.D. and Black 1994. Physiology of development and germination. Seeds, 9: 445.
Black, M. 1972. Control Processes In Germination And Dormancy In Oxford Biology, Head,
J.J. and Lowenstein E O. (Eds) 3-16.
Budiharsono, Sugeng, 1996. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Program Pascasarjana IPB
Bogor. Bogor Jawa Barat.
Burgos G, Amoros w, Munoa l, sosa p,cayhualla e, sanchez c, diaz c choririah. Phenolic,
Total Anthocyanin And Phenolic Acid Consentration And Antioxidant Activity Of
Purple Fleshed Potatoes As Affected By Boiling. J Food Compotion And Analysusu
30:6-12.
Cisse m. 2009.Thermal Degradation Kinetics Of Anthocyanins From Blood Orange,
Blackberry, And Roselle Using The Arrhenius, Eyring, And Ball Models. J
Agricultural And Food Chemistry 57(14) : 6285-6291.
Deng, Z.J., Cheg, H.Y. and Song, S.Q.2010. Effects of temperature, scarification, dr y
storage, stratification, phytohormone and light on dormancy-breaking and germination
of cotinus coggygria var. cinerea ( Anacardiaceae) seeds. Seed Sci.Technol., 38: 572-
584.
Dinas Kimpraswil Lombok Barat (2002). Inventarisasi Irigasi Sumur Pompa di Kabupaten
Lombok Barat.
Ditjen Dikti Depdikbud, 1999. Undang-undang RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-undang RI Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Jakarta.
Ditjen Perikanan Departemen Pertanian, 1994. Pengembangan Investasi Perikanan. Jakarta.
Dwiyono, K. 2009. Tanaman Iles-Iles (Amorphophallus Muelleri Blume) Dan Beberapa
Manfaatnya, Ilmu Budaya Vol 29 (16) Hal 1523.
Ermiati Dan M.P. Laksmanahardja. 1996. Manfaat Iles-Iles (Amorphophallus Sp.) Sebagai
Bahan Baku Makanan Dan Industri. Jurnal Litbang Pertanian 15 (3): 74-80.
Hartanto, E.S. 1994. Iles-Iles Tanaman Langka Yang Laku Diekspor. Buletin Ekonomi. Pt
Bank Pembangunan Indonesia (Persero). September-Oktober. 19 (5) : 21-25.
Hetterscheid, W.L.A., S. Ittenbach. 1996. Everything You Always Wanted To Know About
Amorphophallus But Were Afraid To Stick Your Nose Into. Aroideana. 19. 7-131.
Hidayat A., 2002 - Morphological And Nutritional Characterization Of Elephant Foot Yam In
Indonesia. - Japanese J. Tropical Agriculture, 45: 265-271.
Idris, A. 1972. Pengamatan jenis Amorphophallus dan tempat tumbuhnya di pulau Jawa.
Buletin Kebun Raya Bogor 3 (4): 101-107.
Rencana Strategis Pengembangan Agrbibisnis Porang 83
Kabupaten Lombok Utara 2021-2025
Rencana Strategis Pengembangan Agrbibisnis Porang
Kabupaten Lombok Utara 2021-2025
Indriyani, S., E. Arisoesilaningsih, T. Wardi-Yati, H. Purnobasuki 2011. A Model Of
Relationship Between Climate And Soil Factors Related To Oxalate Content In
Porang (Amorphophallus Muelleri Blume) Corm. Biodiversitas. 12(1). 45-51.
Ismangil, Wangiyono, 1995. Organisasi Jaringan: Permasalahan Dalam Kemitraan Antar
Organsiasi dalam Alumni FE-UI dan Tantangan Masa Depan. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Jansen, P.C.M., C. van der Wilk, and W.L.A. Hetterscheid. 1996. Amorphophallus Blume ex
Decaisne. In Flach, M. and F. Rumawas (eds.). PROSEA: Plant Resources of South-
East Asia No 9. Plant Yielding Non-seed Carbohydrates. Leiden: Backhuys
Publishers.
Kay, D.E. (1987). Crop And Product Digest No. 2 – Root Crops. Tropical Development And
Research Institute, London. P.380.
Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1982. Undang-undang RI Nomor 4 Tahun 1982
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta.
Kantor Menteri Negara KLH, 1992. Undang-undang RI Nomor 24 Tahun 1992 tentang
Penataan Ruang. Jakarta.
Lahiya, AA 1993. Budidaya Tanaman Iles-Iles Dan Penerapannya Untuk Target Konsumsi
Serta Industri. Seri Himpunan Peninggalan Penulisan Yang Berserakan. (terjemahan
dari Scheer, JV, GHWD Dekker, dan ERE Helewijn. 1937/1938/1940. De Fabrikasi
Van Iles-iles mannaanmeel uit Amorphophallusknollen en enige
toepassingmogelijkheden Bergcultures). Bandung
Lase, E. 2007. Budidaya Umbi Hutan (Porang). Biro Pembinaan dan Konservasi SDH
Perhutani. Jawa Timur. http://www. smallcrab.com/ -mengenal-tanamanporang [20
Juni 2020].
Liu PY, Zhang SL, Zhang XG. 1998. Research and utilization of Amorphophallus in China.
Acta Botanica Yunnanica. Suppl X: 48-61.
Misra, R.S., Shivlingaswamy, T. M. And Maheswari, S.K. 2001. Improved Production
Technology For Commercial And Seed Crops Of Elephant Foot Yam. J. Root Crops,
27: 197-201..
Munir, Badrul, 2002. Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Perspektif Otonomi
Daerah. Bappeda Propinsi NTB. Mataram.
Muhanas, I.L.A. Endah Wahyuningsih dan Patoni (2018). Identifikasi hasil hutan bukan kayu
Amorphophallus Spp. Di Desa Santong Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok
Utara. Jurnal Belantara: Vol. 1. (2): 107-114.
Nasution, Lutfi Ibrahim, 1995. Prinsip Perencanaan Ekonomi Regional dan Perdesaan.
Program Pascasarjana IPB Bogor. Bogor Jawa Barat.
Nedunchezhiyan, M. And Mohankumar, C.R. 1997. Effect Of Pre Treatments In Breaking
Dormancy And Inducing Sprouts In Elephant Foot Yam. J. Root Crops, 20 (2): 138-
140.Santosa E., Sugiyama N., Chozin M.A., Lontoh A.P., Sutoro S., Sudiatso S.,
Kawabatas., Hikosaka S.,
Pemerintah Propinsi NTB, 2001. Peraturan Derah Propinsi NTB Nomor 2 Tahun 2001
tentang Program Pembangunan Lima Tahunan Daerah (Propeda) Propinsi NTB Tahun
2001 2005. Mataram.
Plucknett, D.L . 1978. Tolerance Of Some Tropical Root Crops And Starch-Producing Tree
Crops To Suboptimal Land Condition .No 32.
Rofik, 2017. Potensi Produksi Tanaman Porang (Amorphophallus muelleri Blume) Di
Kelompok Tani Mpsdh Wono Lestari Desa Padas Kecamatan Dagangan Kabupaten
Madiun. Volume 17 Nomor 2: 1411-5336
Sari, R dan Suhartini, 2015. Tumbuhan porang prospek budidya sebagai salah satu sistem
agroforestry. Info Teknis EBONI. Vol.12. (2): 97-110.