SESI III
HEMATOLOGI
NEUROLOGI
PEMBUATAN STATUS
CARA PENULARAN
FASE I Tubuh sudah terinfeksi HIV, namun pada pemeriksaan darahnya masih belum
WINDOW PERIOD ditemukan antibodi anti-HIV, berlangsung sekitar 2 – 3 bulan sejak infeksi awal,
penderita sangat mudah menularkan HIV
FASE II Asimptomatik hingga gejala ringan. Penderita dapat menularkan ke orang lain,
LATEN masa tanpa gejala rata-rata berlangsung 2 – 3 tahun, sedangkan dengan gejala
ringan 5 – 8 tahun, ditandai berbagai radang kulit seperti ketombe, folikulitis
yang hilang timbul walaupun diobati.
FASE III
Fase terminal infeksi HIV dengan kekebalan tubuh yang telah menurun drastis
AIDS
sehingga mengakibatkan timbulnya berbagai infeksi oportunistik, berupa
peradangan berbagai mukosa.
Waktu
pemeriksaan
• Antibodi Ibu dapat ditransfer ke janin melalui
plasenta
• Antibodi akan hilang sekitar usia 12-18
Uji Virologi Uji Serologi bulan
• Tes antibody → BUKAN alat diagnostic pada
usia < 18 bulan
4-6 bulan
4-6 minggu PCR 18 bulan
PCR HIV
HIV (DNA/RNA) Antibodi HIV
(DNA/RNA)
▪ Dua kali Uji Virologi positif ▪ Tidak ada bukti klinis ataupun laboratoris
(+), usia berapa saja , adanya infeksi HIV,
ATAU DAN
▪ Usia > 18 bulan Uji Serologis ▪ Dua kali Uji Virologi negatif (-), pertama
positif (+) dilakukan pada usia > 4 minggu dan kedua pada
usia > 4 bulan, dan tidak pernah positif (+),
ATAU
▪ Dua kali atau lebih hasil Uji Serologis HIV
negatif pada usia > 6 bulan
Reaksi Anafilaktoid
-Secara klinis sama dengan anafilaksis
-Tidak disebabkan oleh reaksi antara antigen antibodi
ITP, Hemofilia
HSP
Leukemia
Besi cadangan Senyawa besi yang dipersiapkan bila masukan besi berkurang Feritin, hemosiderin
Istilah-istilah lain :
Serum Iron (SI) Pengukuran konsentrasi besi yang terikat pada transferin dan bersikulasi di dalam darah.
Total Iron Binding Tes transferrin, tes untuk mengetahui kapasitas pengikatan besi oleh transferin
Capacity (TIBC)
Saturasi transferin Diukur dalam persentase, yaitu serum iron (SI: TIBC), peningkatan saturasi transferrin
mengindikasikan peningkatan besi dalam tubuh
Transferin
Menurun Normal
TIBC ˄ TIBC ˅
Feritin normal
Feritin ˅ Feritin N/˄
Anemia Hb ˄ Anemia
ADB Sideroblastik
penyakit kronis HbF˄
Thalesemia
Non Hemolitik Hemolitik
Anemia defisiensi besi Thalasemia
Anemia Penyakit kronis Anemia hemolitik autoimun
Anemia megaloblastik
Anemia aplastik
Persediaan
Muncul anemia
untuk
Cadangan besi hipokromik
eritropoesis
Kehilangan besi menurun (iron mikrositer (iron
berkurang (iron
depleted state) deficiency
defecient
anemia)
erythropoiesis).
1 bulan 2 bulan
Mulai Terapi Fe Respon (+) Evaluasi
Bila Hb≥2 g/dL
Levitating your preparations
Eri: menurun
Hb: menurun
Hct: menurun
MCV: normal
MCH: sedikit ↓
MCHC: sedikit ↓
RDW CV: ↑
NRBC: +
Anemia Hipokromik
normositer,
anisositosis
Leukosit:↑↑
netropenia,
limfositosis,
8 th, ♂ monositosis
Platelet: ↓
Normal
1 mudah lelah sejak 1 bulan yang lalu. Ibu pasien juga mengeluhkan anaknya tampak pucat. Riwayat
pasien pernah mengalami keluhan serupa saat masih kecil dan mendapatkan transfuse darah.
Pemeriksaan tanda vital TD 110/70 mmHg, nadi 88x/m, laju napas 24x/, suhu 36.5OC. Pemeriksaan
fisik konjungtiva anemis (+) splenomegaly (+). Hasil lab DL Hb 9 g/dL, leukosit 5000/mm3, trombosit
198.000/mm3, hapusan darah tepi didapatkan anemia hipokromik mikrositik. Dilakukan pemeriksaan
Hb elektroforesis didapat hasil HbA, HbF dan HbA2 turun, HbBart (+). Apakah diagnosis pasien
tersebut?
1 mudah lelah sejak 1 bulan yang lalu. Ibu pasien juga mengeluhkan anaknya tampak pucat. Riwayat
pasien pernah mengalami keluhan serupa saat masih kecil dan mendapatkan transfuse darah.
Pemeriksaan tanda vital TD 110/70 mmHg, nadi 88x/m, laju napas 24x/, suhu 36.5OC. Pemeriksaan
fisik konjungtiva anemis (+) splenomegaly (+). Hasil lab DL Hb 9 g/dL, leukosit 5000/mm3, trombosit
198.000/mm3, hapusan darah tepi didapatkan anemia hipokromik mikrositik. Dilakukan pemeriksaan
Hb elektroforesis didapat hasil HbA, HbF dan HbA2 turun, HbBart (+). Apakah diagnosis pasien
tersebut?
Hemolisis
Pemecahan dilakukan oleh RES
Disebabkan oleh eritrosit dalam (reticuloendotelial
proses hemolisis pembuluh darah system) di limpa,
sebelum waktunya hati, sumsung
tulang
Rhesus inkompetibel
• Gejala berat/lethal
• Eritroblastosis fetalis(hydrops fetalis)
• Ibu Rh (-) dengan Janin Rh (+)
ABO inkompetibel
• Gejala ringan (anemis + ikterik)
• Perbedaan golongan darah
a. Anemia
b. Asfiksia neonatorum
c. Sepsis neonatorum
d. Inkompatibilitas Rhesus
e. Inkompatibilitas ABO
a. Anemia
b. Asfiksia neonatorum
c. Sepsis neonatorum
d. Inkompatibilitas Rhesus
e. Inkompatibilitas ABO
- Riwayat post Infeksi - Hemofilia A : faktor VIII - Ry. Belum disuntuk - Purpura di ekstremitas
- Hemofilia B : faktor IX vit.K sejak lahir bawah atau daerah yang
- Purpura/ptekie pada kulit
Ry kekurangan ASI terkena penekanan
dan mukosa - Diturunkan X-linked
recessive - Defisiensi faktor II, VII, - Nyeri sendi/otot, nyeri
- Trombositopeni
IX, X perut, melena
- BT >>> - >>laki-laki
- PT >> APTT>> Autoimun vasculitis
- Comb Test (+) -Memar, perdarahan paska
trauma, bengkak sendi - CT >> LED meningkat
Terapi: Steroid,
- APTT >> Terapi: Injeksi vitamin Terapi: Steroid,
Imunosupresan, Transfusi TC
K, transfusi FFP Imunosupressan
- CT >>
Terapi: Transfusi faktor
VIII/IX
a. Gangguan trombosit
b. Gangguan pembekuan dan trombosit
c. Gangguan pembekuan dan vaskular
d. Gangguan pembekuan
e. Gangguan fibrinolisis
a. Gangguan trombosit
b. Gangguan pembekuan dan trombosit
c. Gangguan pembekuan dan vaskular
d. Gangguan pembekuan
e. Gangguan fibrinolisis
• GOLD STANDARD:
Analisis Sumsum tulang
• Proses keganasan : BB
Tanda dan Gejala: asimptomatis
turun, demam, keringat
Sistemik (+): symptoms B
malam (symptoms B)
• Tipe : Limfoma hodkin,
non hodkin Berhubungan dengan infeksi EBV, Dx:
biopsy (FNAB, biopsy eksisis) limfonodi
• Lokasi biasanya lebih dan LDH (untuk lihat prognosis)
dari 1 KGB
• Proses keganasan : BB
turun, demam, keringat
malam (symptoms B)
• Tipe : Limfoma hodkin,
non hodkin
• Lokasi biasanya lebih
dari 1 KGB
HODGKIN NON-HODGKIN
• Distribusi usia bimodal 14-15 • Distribusi usia dewasa muda
tahun dan usia > 50 tahun • Giant cell atau Read Sternberg
• Giant cell atau Read cell/ owl cell (-)
Sternberg cell/ owl cell (+) • Gambaran sel uniforms
LIMFADENITIS
Dibawa ke Reaksi
Fagosit Makrofag inflamasi
KGB
Status Neurologi
• Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak • Laki-laki>>
berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh • 2-4% dari populasi anak
(suhu di atas 380C, dengan metode pengukuran suhu apa pun) yang 6 bulan - 4 tahun
tidak disebabkan oleh proses intrakranial. • 80 – 90% merupakan
kejang demam sederhana
Keterangan: • 20% kasus kejang demam
kompleks
• Gangguan elektrolit (-) • 8% berlangsung > 15’
• Riwayat kejang tanpa demam (-) • 16% berulang dalam
• Anak berumur antara 1-6 bulan masih dapat mengalami kejang demam, waktu 24 jam
namun jarang sekali • 2 – 4% berkembang
• < 1 tahun : kejang neonatus menjadi epilepsi
• Ensefalopati dengan
demam, ensefalitis dan
meningitis.
• Mengigil pada demam
(sianosis peribukal)
• Agitasi atau delirium pada
keadaan demam
• Epilepsi yang di presipitasi
demam
❑ Kejang demam lama atau fokal dapat berhubungan dengan kerusakan otak
Rumatan
• Luka tusuk kotor, tali pusat yg dipotong tidak steril, di tolong dukun
Penularan • Makin proximal luka makin cepat timbul gejala
Tanda & Gejala Pada bayi baru lahir muncul pada hari ke 3-14,
• trismus (rahang kaku) (mulut mencucu seperti ikan)
• sulit menyusui (karena trismus),
• Risus sardonicus (wajah menyeringai seperti singa),
• leher kaku, kesulitan menelan, opistotonus (punggung melangkung)
Tanda & Gejala • Demam, sakit kepala berat, mual /muntah hebat, leher dan tulang punggung kaku. Kejang
(tak seperti kejang demam), kelumpuhan saraf kranialis (misalnya saraf muka, terjadi
asimetris, kalo menekuk alis dia tidak asimetris)
• Pemeriksaan fisik → kelumpuhan saraf kranialis (mulutnya akan mencong, tertarik ke saraf
Pemfis yang normal), gangguan penglihatan, pupil edema
Xantochrome
(kekuningan)
A. Meningitis bakteri
B. Meningitis TB
C. Ensefalitis
D. Tetanus Neonatorum
E. Kejang demam
A. Meningitis bakteri
B. Meningitis TB
C. Ensefalitis
D. Tetanus Neonatorum
E. Kejang demam
2. Idiopatik /kriptogenik
Penularan
a. Inhalasi -> ookista dari feses kucing dapat terbawa oleh
debu (saat kehamilan, jadi bawaan ke bayinya)
b. Ingesti -> Makan daging mentah yang masih mengadung
bradyzoite (ini adalah bentuk transmisi yang paling sering)
c. Transfusi darah
d. Fetal maternal
e. Transplantasi organ
Bentuk tropozoit dan kista dapat ditemukan dalam hospes definitif (kucing) maupun hosper
perantara (manusia, burung, babi) , sedangkan ookista hanya pada lumen dan sel-sel epitel
usus kucing
Tatalaksana
➢ HAART (Highly Active Anti Retroviral Theraphy) -> Cerebral toxoplasmosis sering terjadi pada mereka dengan
penyakit HIV/AIDS yang mendasari
➢ Kombinasi pyrimethamine, sulfadiazine, dan asam folat selama 6 minggu
*Clindamycin dapat digunakan pada pasien dengan alergi obat2an sulfa.
Levitating your preparations
12
Perempuan usia 10 tahun datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 1 bulan yg lalu. Nyeri
kepala semakin lama dirasakan semakin berat disertai mual dan muntah proyektil. Pada
pemeriksaan didapatkan tanda-tanda vital TD 130/80, HR 120x/mnt, RR 24x/mnt, suhu
40˚C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda meningeal (-). Ibu pasien meninggal karena
AIDS. CT Scan didapatkan massa hipodens multiple dengan penyangatan cincin pada
tepinya. Apa diagnosis pasien tersebut?
A. Abses otak
B. Toxoplasma cerebral
C. Meningitis bakterial
D. Tumor otak
E. Meningitis TB
A. Abses otak
B. Toxoplasma cerebral
C. Meningitis bakterial
D. Tumor otak
E. Meningitis TB
RIWAYAT PENGOBATAN
Pasien terakhir mendapat pemberian vaksin JE injeksi
pada tanggal 14 Juli 2019. Pasien juga mendapat obat dari bidan
berupa obat batuk dan pilek dalam sediaan 2 sirup dan 1 puyer.
• Kepala : normosefali
• Mata : konjungtiva pucat (-), sklera ikterik (-), refleks
pupil (+/+), pupil isokor (+), edema palpebral (-/-),
produksi air mata (+)
• THT
• Telinga : serumen (-/-), membran timpani tidak dievaluasi
• Hidung : sekret (-/-), konka kongesti (-), nafas cuping
hidung (-/-)
• Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil T1/T1 hiperemis (-)
• Mulut : bibir sianosis (-), mukosa bibir kering (-)
• Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)
• Abdomen
• Inspeksi : distensi (-)
• Auskultasi : bising usus (+) meningkat
• Palpasi : nyeri tekan (-), turgor kulit kembali cepat, hepar dan
lien tidak teraba
• Genitalia : laki-laki, G1P1
• Anus : hyperemia(-)
• Ekstremitas : akral hangat, tidak ada sianosis, CPR< 2 detik
• Kulit : kutis mamorata (-), sianosis (-)
• MRS
• IVFD D5 ¼ NS 8 tpm ~ kebutuhan cairan 1025 ml/hari
• Ceftriaxone 750 mg
• Dexametasone bolus ½ Amp ~ selanjutnya 3 x ¼ Amp
• Paracetamol sirup 3 x ¾ cth
• 02 nasal canul 1 lpm
R/ Metronidazole 300 mg
M f la pulv dtd no XV
S 3 dd pulv I