Anda di halaman 1dari 60

Case report

I N F E K S I HIV P A D A
BA YI D A N A N A K
PRESENTAN
Mely Wulandari 1610070100022

Preseptor
dr. Gustin Sukmarini, Sp.A (K)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ANAK RSUD MOHAMMAD NATSIR SOLOK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
BAITURRAHMAH
2022
HIV pada
bayi dan
anak
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan
retrovirus yang menyerang sel sistem imun tubuh
manusia terutama sel T CD4+ dan makrofag yang
merupakan komponen mayor dari sistem imun seluler.
Infeksi virus ini menyebabkan penurunan sistem
kekebalan tubuh yang terus-menerus, yang akan
menyebabkan defisiensi imun. HIV dapat ditularkan
melalui pertukaran berbagai cairan tubuh dari orang yang
terinfeksi, seperti darah, ASI (Air Susu Ibu), semen dan
cairan vagina. HIV juga dapat ditularkan dari seorang ibu
ke anaknya selama kehamilan dan persalinan
Kasus HIV di Indonesia dari Januari hingga September 2020 ditemukan 32.293 kasus dengan wilayah
tertinggi di Jawa Timur (5.216), Jawa Barat (4.524) dan Jawa Tengah (4.309). Penemuan kasus HIV pada
bayi <18 bulan periode Januari-September 2020 sebesar 37 dari 532 bayi yang dites HIV menggunakan
PCR DNA.

Sumber: Ditjen P2P (Sistem Informasi HIV/AIDS dan IMS (SIHA), Laporan Tahun 2019
Faktor risiko penularan ibu ke
bayi

Faktor ibu Faktor persalinan Faktor bayi


- Status gizi buruk - Persalinan lama - Prematur
- Kadar viral load - Persalinan pervaginam - Berat badan
dalam darah tinggi - Ketubah pecah dini lahir rendah
- Kadar CD4 rendah - Mendapat ASI dari
- Penyakit infeksi ibu yang tidak dalam
selama kehamilan pengobatan
- Terdapat luka pada
bayi
1
2
Intrauterine
Intrapartum
70-80% 3
Transmisi 20-3 0% Menyusui
9-16%
HIV

Rute infeksi primer pada Dibuktikan dalam PCR


(+) dalam minggu
anak adalah transmisi
pertama
vertikal Intrauterine → telah disarankan identifikasi PCR
dalam jaringan janin usia 10 minggu tetapi sudah
ditinggalkan karena sebagian besar penularan
pada gestasi akhir
Intrapartum → tidak menunjukkan virus yang dapat
dideteksi sampai setelah usia 1 minggu.

Transmisi
Mekanisme
HIV penularan :
- paparan mukosa ke darah yang terinfeksi dan
sekresi servikovaginal pada jalan lahir,
- kontraksi intrauterin selama persalinan /
persalinan aktif juga dapat meningkatkan risiko
mikro transfusi terlambat

Risiko penularan melalui menyusui adalah sekitar 9-16% pada wanita dengan infeksi HIV
sebelumnya, tetapi 29-53% pada wanita yang tertular HIV setelah melahirkan, menunjukkan
bahwa viremia yang dialami oleh ibu selama infeksi primer memiliki risiko tiga kali lipat.
Deteksi
Dini
1. Anak sakit (jenis penyakit yang berhubungan dengan HIV seperti TB berat atau
mendapat OAT berulang, malnutrisi, atau pneumonia berulang dan diare kronis atau
berulang)
2. Bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV dan sudah mendapatkan perlakuan
pencegahan penularan dari ibu ke anak
3. Untuk mengetahui status bayi/anak kandung dari ibu yang didiagnosis terinfeksi
HIV (pada umur berapa saja)
4. Untuk mengetahui status seorang anak setelah salah satu saudara kandungnya
didiagnosis HIV; atau salah satu atau kedua orang tua meninggal oleh sebab yang
tidak diketahui tetapi masih mungkin karena HIV
5. Terpajan atau potensial terkena infeksi HIV melalui jarum suntik yang
terkontaminasi, menerima transfusi berulang dan sebab lain
6. Anak yang mengalami kekerasan seksual
Diagnosis UJI SEROLOGIS
- Usia < 18 bulan : menentukan ada
tidaknya pajanan HIV
UJI VIROLOGIS
- Bila (+) → indikasi Ibu terinfeksi
- Untuk menegakkan diagnosis klinik
HIV
(setelah usia 6 minggu)
- Usia > 18 bulan : uji diagnostik
- Direkomendasikan untuk anak < 18
konfirmasi
bulan
- Bila anak < 18 bulan,terpajan HIV
- HIV DNA kualitatif : plasma darah
EDTA / Dried Blood Spot yang tampak sehat dan belum
- HIV RNA kuantitatif : viral load (VL) dilakukan uji virologis → lakukan
menggunakan plasma EDTA
uji serologis usia 9 bulan.
- Bila uji virologis (+), dilakukan uji ke 2
- Bila (+), lakukan uji virologis untuk
→ jika ke 2 (+), inisiasi ARV.
konfirmasi
Penilaian Diagnosis

INFEKSI HIV POSITIF JIKA INFEKSI HIV NEGATIF JIKA


: :
2 kali uji virologis (+) di usia Tidak ada bukti klinis dan
berapa saja laboratoris menunjukkan infeksi
ATAU HIV, DAN
Uji virologis (+) di usia >18 bulan 2 kali uji virologis (-) di usia
>4 minggu dan usia >4
bulan ATAU
2 kali uji serologis (-) pada usia
>6 bulan
Diagnosis presumtif

Apabila terdapat 1 kriteria sebagai berikut :


- PCP, meningitis kriptokokus, kandidiasis esophagus
- Toxoplasmosis
- Malnutrisi berat yang tidak membaik dengan pengobatan
standar
Atau minimal ada 2 kriteria :
- Oral thrush
- Pneumonia
- Sepsis
- Kematian ibu yang terkaitan dengan HIV
- CD4+<20%
Imunisasi
Tidak dianjurkan memberikan vaksin hidup seperti
BCG, campak dan polio.

Namun jika anak terinfeksi HIV dan dilakukan pengobatan antiretroviral,


imunisasi ditunda hingga 6 bulan pengobatan. Jika pada pemeriksaan
CD4 didapatkan hasil yang diatas 15%, maka imunisasi dapat diberikan.

Bayi lahir → berikan hepatitis B monovalen dalam 24


jam. Ibu HbsAg (+) → vaksin Hep B dan HBIG
Inactivated Polio Vaccine
- Diberikan mulai usia 4 minggu dengan total 6 dosis, bulan
ke 2,4, 6-18 dan usia 4-6 tahun

BCG
- Kontraindikasi pada HIV, perlu uji
virologis. > 3 bulan →
- Optimal diberikan di usia 2 bulan. uji
Jika tuberkulin.
MMR : 2 dosis di usia 12 bulan dan 4 - 6 tahun

Varicella : Belum cukup terbukti


keamanannya.
TATALAKSANA

Terapi Pemantauan
Profilaksis terapi

Terapi ARV Gagal terapi


Persiapan
terapi

PENGKAJIAN STADIUM STATUS


AWAL KLINIS IMUNOLOGIS
STADIUM KLINIS MENURUT
WHO
Klasifikasi WHO berdasarkan penyakit yang secara klinis berhubungan dengan HIV

STADIUM
KLINIS MANIFESTASI
KLINIS WHO

Tanpa gejala
1 Asimptomatik
Limfadenopati generalisata persisten

Hepatosplenomegali persisten yang tidak dapat


dijelaskan, erupsi pruritik papular, infeksi virus wart
luas, angular chelitis, moluskum kontagiosum luas,
2 Ringan ulserasi oral berulang, pembesaran kelenjar parotis
persisten yang tidak dapat dijelaskan, eritema
gingival lineal, herpes zoster, infeksi saluran napas
atas kronik atau berulang (otitis media, otorrhoea,
STADIUM
KLINIS KLINIS MANIFESTASI
WHO

Malnutrisi sedang yang tidak dapat dijelaskan, tidak


berespons secara adekuat terhadap terapi standard, diare
persisten yang tidak dapat dijelaskan (>=14 hari), demam
persisten yang tidak dapat dijelaskan (>37.5oC intermiten
atau konstan, >1 bulan), kandidosis oral persisten (di luar
3 Sedang saat 6-8 minggu pertama kehidupan), oral hairy
leukoplakia, periodontitis/gingivitis ulseratif nekrotikans akut,
TB kelenjar, TB Paru, pneumonia bakterial yang berat dan
berulang, pneumonistis interstitial limfoid simtomatik,
penyakit
paru-berhubungan dengan HIV yang kronik termasuk
bronkiektasis serta anemia yang tidak dapat dijelaskan
(<8g/dL), neutropenia (<500/mm3) atau
STADIU
M KLINIS MANIFESTASI
KLINIS
WHO
Malnutrisi, wasting dan stunting berat yang tidak dapat dijelaskan dan
tidak berespons terhadap terapi standard, pneumonia pneumosistis,
infeksi bakterial berat yang berulang (misalnya empiema, piomiositis,
infeksi tulang dan sendi, meningitis, kecuali pneumonia), infeksi herpes
simplex kronik (orolabial atau kutaneus >1 bulan atau viseralis di lokasi
manapun), TB ekstrapulmonal, Sarkoma Kaposi, kandidiasis esofagus
4 Berat (atau trakea, bronkus, atau paru), toksoplasmosis susunan saraf pusat (di
luar masa neonatus), ensefalopati HIV, infeksi sitomegalovirus (CMV),
retinitis atau infeksi CMV pada organ lain, dengan onset usia >1 bulan,
kriptokokosis ekstrapulmoner termasuk meningitis, mikosis endemik
diseminata (histoplasmosis, coccidiomycosis) Kriptosporidiosis kronik
(dengan diarea), isosporiasis kronik, infeksi mikobakterium non-
tuberkulosis diseminata, kardiomiopati atau nefropati yang dihubungkan
dengan HIV yang simtomatik Limfoma sel B non-Hodgkin atau limfoma
serebral ataupun progressive multifocal leukoencephalopathy.
STATUS IMUNOLOGIS MENURUT
WHO
INDIKASI
TERAPI
ARV
ARV LINI
PERTAMA
2 Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI)
+
1 Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI)

3TC + AZT/d4T/TDF +
NVP/EFV

Alternatif : TDF + 3TC/FTC +


EFV/NVP
ANAK DENGAN
TB
TERAPI TB SUDAH
BERJALAN
Paduan terpilih Paduan alternatif

AZT / d4T + 3TC + EFV AZT / d4T + 3TC +


ABC AZT / d4T + 3TC
+ NVP
Sesudah terapi TB selesai alihkan ke Lanjutkan paduan sesudah terapi TB selesai.
paduan lini pertama AZT/d4T + 3TC + NVP
atau EFV
TERAPI ARV DAH BERJALAN
S
untuk efikasi lebih baik.
BELUM MENDAPAT TERAPI
U Terapi TB → 2-8 minggu setelahnya → Terapi
HIV
Skrining
infeksi
lainnya

Pengobatan TB → 2RHZE +
4HR

Infeksi opotunistik lain :


Mycobacterium avium complex
(MAC), pneumonia
pneumosistis jiroveci (PCP),
kandidiasis, kriptokokosis,
herpes simpleks, herpes
zoster, infeksi CMV dan
GAGAL

TERAPI

PENILAIAN SE C A R A
KLINIS,
IMUNOLOGIS DAN
VIROLOGIS
ARV LINI
KEDUA
OBAT-OBATAN ARV
Nucleoside reverse transcriptase inhibitor
(NRTI)
Nama obat Dosis Sediaan

Lamivudine (3TC) Usia ≥30 hari : Tab 150mg


4 mg/kgBB/dosis, diberikan 2 kali FDC anak (AZT 50mg/
sehari, maksimal 150mg/dosis, 2 kali 3TC 30mg/ NVP 60mg)
sehari
Zidovudine (AZT) 4 - <9 kg : 12 mg/kgBB/dosis, 2 kali Kaps
sehari 100mg
9 - <30 kg : 9mg/kgBB/dosis, 2 kali sehari Tab
>= 30 kg : 300 mg, 2 kali sehari (maks) 300mg
FDC anak (AZT 50mg/
3TC 30mg/ NVP 60mg)
Stavudine (d4T)* 1mg/kgBB/dosis, 2 kali sehari Kaps 30mg
FDC anak (d4T 12mg/
3TC 60mg/ NVP 100mg)
Tenofovir (TDF) 8 mg/kgBB 1 kali sehari, maksimal Tab 300mg
OBAT-OBATAN ARV
Nucleoside reverse transcriptase inhibitor
(NRTI)
Nama obat Dosis Sediaan

Abacavir (ABC) < 16 tahun / <37.5 kg : Tab 60mg, 300mg


8mg/kgBB/dosis, 2 kali sehari,
maksimal 300mg/dosis, 2 kali sehari
Emitricitabin (FTC) < 33kg : 6mg/kgBB/hari, 1 kali Tab 200mg
sehari, maksimal 240mg
> 33 kg : 200mg, 1 kali sehari
Didanosine < 3 bulan : 50mg/m2/dosis, 2 kali Tab kunyah
(ddI, sehari 3 bulan s/d < 13 tahun : 100mg Kaps
dideoxyinosine) 90-120mg/m2/dosis, 2 kali sehari 125mg
Maksimal >= 60 kg : 200mg/dosis, 2
kali sehari atau 400mg 1 kali sehari
OBAT-OBATAN ARV
Nama obat Dosis Sediaan

Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI)

Nevirapin (NVP) < 8 tahun : 200mg/m2/dosis, 2 kali sehari Tab 200mg


> 8 tahun : 120-150mg/m2/dosis, 2 kali
sehari Maksimal 200mg/dosis, 2 kali sehari
Efavirenz (EFV) BB 10-15 kg : 200mg, 1 kali Kaps
sehari 15 - <20 kg : 250mg, 1 200mg Tab
kali sehari 600mg
20 - <25 kg : 300mg, 1 kali
sehari
25 - <32.5 kg : 350mg, 1 kali
sehari
32.5 - <40 kg : 400mg, 1 kali sehari
Maksimal >= 40 kg : 600 mg 1 kali
Protease inhibitors sehari
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : An. B
Umur : 2 tahun 9 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Dhamasraya
No. MR : 114879
Tanggal Masuk : 11 Juli 2021
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan ibu pasien

KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluhkan mencret 6 kali dalam sehari, 1 hari sebelum masuk RS
Riwayat Penyakit Sekarang

-Pasien mengeluhkan mencret 6 kali dalam sehari, 1 hari sebelum masuk RS


-Keluarnya sekitar ½ gelas tiap kali BAB
-Berwarna kekuningan, tidak ada ampas, tidak ada lendir, tidak ada bercak merah
seperti darah, tidak menyemprot, tidak lengket, tidak berminyak.
-BAK terakhir sebelum masuk RS
-1 minggu sebelum masuk RS ibu pasien mengeluh anaknya demam naik turun,
demam naik saat sore hari dan mulai dirasa turun siang hari.
-Mual (+) tetapi tidak muntah
-Kemudian pasien memeriksakan diri ke bidan dekat rumah tetapi
keluhan tidak membaik
-Pasien sudah bisa makan sendiri, terkadang pasien lupa mencuci
tangannya sebelum makan.
-Pasien tidak ada riwayat berganti susu formula dalam 1 bulan terakhir,
tidak mengkonsumsi minuman atau makanan buatan seperti coca-cola dll
-Pasien juga tidak memiliki alergi terhadap makanan
Riwayat Penyakit Riwayat Penyakit
Dahulu Keluarga

1. Ayah pasien bekerja sebagai nelayan dan meninggal


Pasien pernah 3 tahun yang lalu karena HIV AIDS dan TB paru
mengalami keluhan namun ibu pasien baru tau bahwa suami meninggal
seperti ini dan diberitahukan oleh dokter puskesmas
sebelumnya.
2. Ibu pasien sedang menjalani pengobatan ARV pada
Riwayat sesak tidak
bulan November 2019, dan pengecekan pertama di
ada
puskesmas setelah ayah meninggal, dan rutin
mengonsumsi ARV
Riwayat kehamilan dan
Persalinan

Anak laki—laki lahir dari ibu G0P1A0


- Antenatal care : di bidan 3x, tidak ada perdarahan selama kehamilan, minum
vitamin dan penambah darah rutin
- Riwayat persalinan ditolong oleh bidan, usia 39 minggu, BB lahir 3.2 kg
Riwayat Imunisasi

- BCG : 1 bulan
- Polio : 0, 1, 3, 4 bulan
- Hepatitis B : 0, 3, 4 bulan
- DPT : 3, 4, 5 bulan
- Campak : belum menerima

Kesan : imunisasi dasar tidak lengkap


Riwayat Makan dan Minum
- 0- 3 bulan : ASI semau anak
- 3-7 bulan : Sudah tidak diberi ASI karena reaktif. Ibu memberi susu
formula 3-4x sehari
- 7-12 bulan : Susu formula 2 dengan frekuensi 3-4x / hari 200cc habis
diminum, makan bubur susu, nasi tim, sayur dan lauk cacah 3x/ hari
1/2 piring habis
- 12-18 bulan : Susu morinaga dengan frekuensi 3-4x / hari 200 cc habis,
makan nasi, sayur, dan lauk 3x/ hari 1 piring habis + buah pisang,
pepaya, jeruk
kesan : kebutuhan gizi pasien terpenuhi cukup baik dan pasien
makan 3 x sehari dengan porsi cukup
Riwayat tumbuh kembang
Mile stone :
1. Senyum : 4 bulan
2. Tengkurap : 6 bulan
3. Miring : 4 bulan
4. Duduk dengan bantuan : 9 bulan
5. Merangkak : 10 bulan
6. Duduk tanpa pegangan : 14 bulan
7. Belajar berjalan : 16 bulan

Kesan : Riwayat perkembangan baik sesuai usia


PEMERIKSAAN
FISIK
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Kurang aktif, rewel
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
1. Nadi : 110x/menit
2. RR : 40x / menit
3. Suhu : 38 C

Status gizi :
BB : 10 kg
PB : 100 cm

WFA (BB/U) : gizi kurang


HFA (TB/U) : tinggi normal
WFH (BB/TB) : perawakan sangat kurus
STATUS GENERALIS

● Kepala : normocephali (LK : 58 cm)


● Mata : Mata cekung (+/+), konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), pupil isokor (2mm/2mm), refleks cahaya
(+/+)
● Hidung : napas cuping hidung (-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)
● Mulut : sianosis (-), bibir kering (+), stomatitis (+),
lidah kotor (-), lidah hiperemis (-), langit langit mulut atau
tepi mulut (pseudomembran) gambaran candidiasis oral (+)
● Telinga : sekret (-/-), darah (-/-)
● Leher : KGB membesar (+), 1 buah di colli sinistra, bulat,
diameter 0.5 cm, permukaan licin, mobile (-), nyeri tekan (-), warna
dan suhu seperti kulit sekitar, tiroid tidak membesar
PF thorax

Cor
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis teraba
Auskultasi : reguler, murmur (-), gallop (-)

Pulmo
Inspeksi : Gerak napas simetris, tidak ada retraksi
Palpasi : simetris, stem fremitus simetris
Auskultasi : Bunyi napas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)
PF Abdomen
Inspeksi : tampak cembung
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani semua kuadran
Palpasi : supel, tidak ada nyeri tekan, hepar terasa membesar,
turgor kembali agak lambat

Genitourinari
Laki-laki, dalam batas normal, tidak ada phimosis

Ekstremitas
Akral hangat, CRT<2s, tidak ada edema, kulit kering
Pemeriksaan
Penunjang
Darah rutin :
Hb : 11,4 g/dL
Ht : 16.1
Leukosit : 2,0 106/mm3 (leukopenia)
Eritrosit : 2 106/mm3
Trombosit : 152.000 (Borderline)

Dilakukan pemeriksaan Tubex dan didapatkan hasil positif +6 (Normal <2)


Tes HIV (+)
CD 4 : 33 (normal 500-1500)
Diagnosis Kerja

Diagnosis kerja : HIV stadium klinis 3


SARAN PEMERIKSAAN LANJUTAN

1. Western blot (Serologi)


2. ELISA (serologi)
TATALAKSANA

- Rawat dalam bangsal


- Konsultasi ke dokter spesialis anak
- RL 750 cc / 3 jam  sampai dehidrasi sudah teratasi (untuk dehidrasi)
- Bila sudah tidak dehidrasi, ganti cairan infus D1/4 NS 8 tpm makro
- Paracetamol 100 mg/ 6 jam IV kp suhu diatas 37,5 (untuk demam)
- Flukonazole 120 mg/ 24 jam IV (untuk kandidiasis)
- Cotrimoxazole syr 2x1 cth (untuk demam tifoid + HIV)
- Duviral (Lamivudin + Zidovudine) 2x1/3 tab pulv (ARV)
- Nevirapine 1x40 mg pulv (ARV)
- Zinkid 1x10 mg (10 hari) untuk BAB cair
- Vitamin anak
PROGNOSIS

- Quo ad vitam : Dubia ad bonam


- Quo ad fungsional : Dubia ad bonam
- Quo ad sanam : ad malam
ANALISA KASUS
Anamnesis dan Pemeriksaan
Fisik
Pada kasus ini, pasien dibawa ke IGD karena problem dehidrasi sedang
karena diare. Pasien juga ada demam 1 minggu yang lalu yang tidak
kunjung sembuh.
Pada hasil pemeriksaan fisik menunjukkan kesan umum lemas, pucat,
dispneu dengan nadi 110x/menit dan RR 40x/menit. Anak juga tampak
sangat kurus. Mata pasien tampak cekung, turgor kulit menurun dan
kulit tampak kering.
Setelah digali riwayat perjalanan penyakit, diketahui bahwa sebelumnya
pasien sudah sering mengalami kejadian seperti ini. Dari riwayat
keluarga ternyata ayah pasien meninggal karena HIV dan Ibu pasien juga
menderita HIV dan sedang diterapi ARV.
Manifestasi Klinis

Pada pasien ini terdapat


3 kriteria yang
memenuhi yaitu oral
thrush, CD4 yang
menurun dan kematian
orangtua yaitu ayah
karena HIV sehingga
diagnosis presumtif HIV
sudah dapat ditegakkan
Manifestasi Klinis

Pasien termasuk
dalam stadium
klinis 3 menurut
WHO karena
terdapat gejala-
gejala berikut ini
Pasien disarankan untuk menjalani western
blot dan ELISA (uji serologis) untuk uji
diagnostik konfirmasi
INDIKASI TERAPI ARV
Pada pasien diberi lini pertama ARV
Pada pasien diberi lini pertama ARV

Langkah 1 menggunakan 3TC (Lamivudin) sebagai NRTI pertama


Langkah 2 pilih 1 NRTI untuk dikombinasi, pada kasus ini dipilih AZT
(Zidovudin)
Langkah 3 pilih 1 NNRTI dan dipilih nevirapin (NVP)

Keuntungan AZT adalah AZT kurang menyebabkan lipodistrofi dan asidosis


laktat dan AZT tidak memerlukan penyimpanan di lemari pendingin
Keuntungan NVP adalah NVP dapat diberikan pada semua umur, Tidak
memiliki efek teratogenik danNVP merupakan salah satu kombinasi obat
yang dapat digunakan pada anak yang lebih tua
PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL
TERIMA
KASIH
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai