Anda di halaman 1dari 19

Referat

Anestesi Regional pasien Pediatri

Disusun Oleh:
MELY WULANDARI
20100707360803010

Preseptor:
dr. Ririn Triyani, Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN


ANASTESI RSUD M.NATSIR SOLOK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURAHMAH
PADANG 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena kehendak-Nya
penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Anestesi Regional pasien
Pediatri”. Referat ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam Kepaniteraan Klinik
Anestesi. Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis serta waktu yang
tersedia untuk menyusun referat ini sangat terbatas, penulis sadar masih banyak
kekurangan baik dari segi isi, susunan bahasa, maupun sistematika penulisannya.
Untuk itu kritik dan saran pembaca yang membangun sangat penulis harapkan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr.
Ririn Triyani, Sp.An selaku preseptor Kepaniteraan Klinik Anestesi di Rumah
Sakit Umum Daerah M. Natsir Solok, yang telah memberikan masukan yang
berguna dalam penyusunan referat ini.
Akhir kata penulis berharap sekiranya referat ini dapat menjadi masukan
yang berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain
terkait dengan masalah kesehatan pada umumnya, khususnya tentang Anestesi
Regional pasien Pediatri.

Solok, 11 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................
2
Daftar Isi...................................................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6

2.1 Defenisi..............................................................................................................6

2.2 Perubahan pada Pasien Pediatrik.......................................................................6

2.2.1 Sistem Respirasi........................................................................................7

2.2.2 Sistem Sirkulasi.........................................................................................8

2.2.3 Sistem Ekskresi dan Elektrolit................................................................10

2.2.4 Sistem Saraf............................................................................................10

2.2.5 Fungsi Hati..............................................................................................11

2.2.6 Regulasi Suhu..........................................................................................11

2.2.7 Respon Psikologis...................................................................................12

2.2.8 Respon Farmakologi...............................................................................13

2.3 Tatalaksana Anestesi pada Pasien Pediatrik.....................................................13

2.3.1 Evaluasi dan persiapan pra Anestesi.......................................................13

2.3.2 Pasca Anestesi pada Pasien Pediatrik.....................................................17

BAB III PENUTUP.............................................................................................18

3.1 Kesimpulan......................................................................................................19

3
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasien pediatri bukan pasien dewasa dalam ukuran tubuh yang lebih kecil. Dalam dunia pediatri sendiri sendiri terdapat

perbedaan golongan antara umur pasien dan dijabarkan sebagai berikut.1

Premature < 37 minggu

Neonatus 0-1 bulan

Infants 1-6 bulan

Older Infants 6 bulan - 2 bulan

Toddler 2 - 5 tahun

Child 5 - 12 tahun

Adolescences 12 - 18 tahun

Seperti yang sudah dijelaskan di atas pasien pediatri sangat berbeda dari
pasien dewasa secara anatomis, fisiologis, psikologis dan secara biokimia. Otot
pernapasan pada anak-anak didominasi oleh otot diafragma dimana otot bayi
diafragma mudah letih dan bila ada penyakit yang menyebabkan tekanan intra-
abdomen meningkat maka proses ventilasi anak akan terganggu. Sistem
kardiovaskuler anak-anak lebih aktif dari orang dewasa dengan nilai laju jantung
2-3 kali lipat di atas orang dewasa. Toleransi neonatus terhadap pemberian cairan

4
dan garam lebih rendah karena laju filtrasi glomerulus yang rendah. Enzim untuk
metabolisme obat pada hati bayi belum berkembang sepenuhnya sehingga
pemberian obat-obatan harus diperhatikan. Bayi juga rentan terhadap hipoglikemi
karena cadangan glikogen yang sedikit dan juga hipotermi karena permukaan
tubuh yang lebih luas dibandingkan orang dewasa.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami tentang Anestesi Regional pasien Pediatri


2. Melengkapi syarat tugas stase Anestesi
3. Melengkapi syarat kepaniteraan klinis senior (KKS) di RSUD Solok.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Anestesi Regional pasien Pediatri

2.1 DEFINISI
Anestesia pediatrik merupakan anestesi pada pasien anak-anak yang dapat
dibagi menjadi 4 kelompok umur yaitu neonatus (umur 1-28 hari), bayi (sampai 1
tahun), anak pra sekolah (2-5 tahun), dan anak usia sekolah (6-14 tahun). 2
Anestesi pada pasien pediatrik memerlukan perhatian dan kebutuhan khusus
dimana anak-anak bukan merupakan miniatur dari orang dewasa namun
merupakan kelompok individu yang mempunyai anatomi, fisiologi, psikologi dan
biokimia yang berbeda dari orang dewasa.3 Kebutuhan dan karakteristik juga
berbeda pada masing-masing kelompok umur pasien pediatrik. Ditambah lagi
pasien pediatrik mempunyai risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi
daripada orang dewasa.
2.2 Perubahan pada Pasien Pediatrik
Masa neonatus dan bayi adalah masa dimana terjadi perubahan yang
sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini
terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Sistem respirasi, sirkulasi,
dan ekskresi penting untuk anestesi pada kelompok umur ini. Begitu pula dengan
kelompok anak pra sekolah dan anak usia sekolah dimana secara anatomi,
fisiologi, psikologi, dan biokimia yang berbeda dari orang dewasa. Kelompok ini
cenderung memerlukan pendekartan-pendekatan psikologis yang berbeda sekali
dengan orang dewasa.3,4,5 Maka dari itu sangatlah diperlukan penataan dan
persiapan yang matang untuk melakukan suatu tindakan anestesi terhadap pasien
pediatrik.

6
2.2.1Sistem Respirasi
Secara anatomi jalur nafas neonatus dan bayi lebih rentan tersumbat dari
pada orang dewasa.3,4 Diameter dari lubang hidung, orofaring, dan trakea relatif
lebih kecil pada anak-anak daripada orang dewasa. Diameter tersempit terdapat
didaerah cricoid, berbeda dengan orang dewasa dimana tersempit pada daerah
epiglottis. Perbedaan ini membuat pernfasan lebih mudah tersumbat oleh edema
mukosa yang dapat disebabkan oleh inflamasi ataupun iritasi dan dapat bersifat
fatal.4,5 Produksi mukosa pada neonatus dan bayi juga lebih banyak daripada
orang dewasa, sehingga membuat jalur pernafasan lebih mudah tersumbat.5 Lidah
pada neonatus dan bayi juga relatif lebih besar dan cenderung jatuh saat dalam
pengaruh anestesi. Pada neonatus dan bayi ukuran epiglottis lebih besar,
berbentuk U, dan lebih terkulai.3,4 Hal ini membuat terkadang pengangkatan
epiglottis diperlukan untuk visualisasi pada proses intubasi. Ukuran tonsil dan
adenoid juga harus diperhatikan karena dapat mempersulit proses intubasi.
Karakteristik anatomis neonatus membuat neonatus hanya dapat bernafas melalui
hidung sampai berumur 5 bulan, sehingga pemasangan pipa naso-gastrik dapat
membahayakan pernafasan.5 Hampir sama dengan neonatus dan bayi, pada
kelompok anak-anak juga mempunyai lidah yang lebih besar, laring yang letaknya
lebih anterior, epiglottis yang lebih panjang, serta leher dan trakea yang lebih
pendek daripada dewasa membuat membuat seorang anestesi lebih berhati-hati.6
Jenis pernafasan neonatus adalah pernafasan diafragma. Hal ini
disebabkan oleh thoraks pada neonatus berukuran kecil dan iga horizontal, otot
otot pernafasan pada neonatus belum berkembang dengan baik, diafragma
terdorong keatas oleh isi perut yang besar. Dengan demikian kemampuan dalam
memelihara tekanan negatif intratorakal dan volume paru rendah sehingga
memudahkan terjadinya kolaps alveolus serta menyebabkan neonatus bernafas
secara diafragmatis.3,4,5,6 Kadang-kadang tekanan negatif dapat timbul dalam
lambung pada waktu proses inspirasi, sehingga udara atau gas anestesi mudah
terhirup ke dalam lambung. Pada bayi yang mendapat kesulitan bernafas dan

7
perutnya kembung dipertimbangkan pemasangan4. Pipa lambung.Pada neonatus
juga ditemukan pola nafas periodik dimana ada periode dimana nafas berhenti
sebentar selama kurang dari 10 detik.5 Hal ini harus dibedakan dengan apneu,
dimana apneu berhubungan dengan desaturasi dan bradikardi. Pada anak yang
lebih besar, pola pernafasan sudah hampir sama dengan orang dewasa namun
frekuensi lebih cepat karena berhubungna dengan tingkat metabolisme yang lebih
tinggi daripada orang dewasa (Tabel 1).
Karena pada posisi terlentang dinding abdomen cenderung mendorong
diafragma ke atas serta adanya keterbatasan pengembangan paru akibat sedikitnya
elemen elastis paru atau surfaktan, maka akan menurunkan FRC (Functional
Residual Capacity) sementara volume tidalnya relatif tetap (7 mL/kgBB).3,4 Untuk
meningkatkan ventilasi alveolar dicapai dengan cara menaikkan frekuensi nafas
(40-60 kali/menit), karena itu neonatus mudah sekali gagal nafas.6 Peningkatan
frekuensi nafas juga dapat akibat dari tingkat metabolisme pada neonatus yang
relative tinggi, sehingga kebutuhan oksigen juga tinggi, dua kali dari kebutuhan
orang dewasa dan ventilasi alveolar pun relative lebih besar dari dewasa hingga
dua kalinya.4,5,6

2.2.2 Sistem Sirkulasi


Estimasi volume darah pada neonatus dan bayi adalah sekitar 85 mL/kg
dan lebih tinggi pada bayi prematur (95 mL/kg) dengan nilai hematokrit neonatus
dan bayi berisar antara 45-65 %. Komposisi cairan pada neonatus dan bayi adalah
75-80% dari berat badan dimana sebanyak 30% berada di ekstraselular, 40% di
intraselular, dan sekitar 5% di plasma. Semakin bertambah umur, komposisi
semakin menyerupai orang dewasa dimana komposisi cairan sekitar 60% dari
berat badan.4,5,6 Hemoglobin yang terdapat pada bayi terlebih neonatus
kebanyakan adalah hemoglobin fetal (HbF) yang mempunyai afinitas oksigen
yang lebih tinggi daripada hemoglobin dewasa (HbA). Hal ini membuat oksigen
lebih susah untuk ditransfer ke jaringan dalam tubuh.4 Seiring berjalannya waktu,
jumlah HbF akan berkurang dan HbA akan meningkat dimana kadar hemoglobin

8
terendah pada saat usia 3 bulan dan HbA menggantikan HbF seluruhnya pada usia
sekitar 6 bulan.4,5
Pada neonatus dan bayi reaksi pembuluh darah masih sangat kurang,
sehingga keadaan kehilangan darah, dehidrasi dan kelebihan volume juga sangat
kurang ditoleransi.6 Manajemen cairan pada neonatus dan bayi harus dilakukan
dengan cermat dan teliti. Tekanan sistolik merupakan indikator yang baik untuk
menilai sirkulasi volume darah dan dipergunakan sebagai parameter yang adekuat
terhadap penggantian volume.5 Autoregulasi aliran darah otak pada bayi baru lahir
tetap terpelihara normal pada tekanan sistemik antara 60-130 mmHg. Frekuensi
nadi neonatus dan bayi antara 80-160 dengan rata-rata 120 kali/menit dengan
tekanan darah sekitar 80/60 mmHg.4,5 Sedangkan tekanan darah dan frekuensi
nadi pada anak-anak bervariasi menurut umur dan semakin lama semakin sama
dengan orang dewasa seiring dengan bertambahya usia (Tabel 1).

Tabel 1. Parameter Tanda Vital pada Pasien Pediatri5

Umur Frekuensi Frekuensi Tekanan Tekanan


Napas Jantung Darah Sistol Darah Distol
(kali/menit) (kali/menit) (mmhg) (mmhg)

Neonatus 40-60 120-160 60-80 40-60

Bayi 30-40 100-140 70-90 50-70

2-5 tahun 25-30 80-120 80-100 60-75

>6 tahun 18-25 70-110 90-110 70-80

Aktivasi dari sistem saraf parasimpaik, overdosis anestesi, ataupun


hypoxia dapat memicu bradikardi secara cepat meskipun denyut nadi pada bayi
lebih cepat dan mengurangi cardiac output yang dapat menyebabkan hipotensi,
asistol, hingga kematian intraoperative. Sesitivitas jantung terhadap rangsangan
parasimpatis, obat anestesi seperti opioid dan volatile neonatus dan bayi dapat
disebabkan oleh belum matangnya jantung, sistem saraf simpatik, dan reflek

9
baroreseptor.4,5,6 Untuk itu monitor kardiovaskular harus dilakukan secara hati-
hati.

2.2.3 Sistem Ekskresi dan Elektrolit

Filtrasi glomerulus hanya sekitar 30% dibanding orang dewasa akibat


belum matangnya ginjal neonatus. Fungsi tubulus juga belum matang sehingga
resorbsi terhadap natrium, glukosa, fosfat organic, asam amino dan bikarbonat
juga rendah. Fungsi ginjal akan berangsur matang pada puncaknya sekitar umur 8
tahun. Karena rendahnya filtrasi flomerulus, kemampuan mengekskresi obat-
obatan juga menjadi diperpanjang. Oleh karena ketidakmampuan ginjal untuk
menahan air dan garam, penguapan air, kehilangan abnormal atau pemberian air
tanpa sodium dapat dengan cepat jatuh pada dehidrasi berat dan
ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremia. Pemberian cairan dan
perhitungan kehilangan atau derajat dehidrasi diperlukan kecermatan lebih
dibanding pada orang dewasa. Begitu pula dalam hal pemberian elektrolit, yang
biasa disertakan pada setiap pemberian cairan. 6 Perhitungan kebutuhan cairan per
jam pada pasien pediari menggunakan aturan “4-2-1” , dimana 4 ml/kgBB/jam
untuk 10 kg pertama, ditambah 2 ml/kgBB/jam untuk 10 kg kedua, dan ditambah
1 ml/kgBB/jam untuk sisa berat badan.5,6

2.2.4 Sistem Saraf

Myelinisasi pada neonatus belum sempurna dan akan matang dan lengkap
pada usia 3-4 tahun. Jadi saat neonatus, otak sangat sensitive terhadap keadaan
keadaan hipoksia. Perkembangan yang belum sempurna pada neuromuscular
junction dapat mengakibatkan kenaikan sensitifitas dan lama kerja dari obat
pelumpuh otot non depolarizing.6

Syaraf simpatis belum berkembang dengan baik sehingga aktivitas


parasimpatis lebih dominan, yang mengakibatkan kecenderungan terjadinya
refleks vagal (mengakibatkan bradikardia; nadi <110 kali/menit) terutama pada
saat bayi dalam keadaan hipoksia maupun bila ada stimulasi daerah nasofaring. 4,5
Sirkulasi bayi baru lahir stabil setelah berusia 24-48 jam. Belum sempurnanya

10
mielinisasi dan kenaikan permeabilitas blood brain barrier akan menyebabkan
akumulasi obat-obatan seperti barbiturat dan narkotik, dimana mengakibatkan aksi
yang lama dan depresi pada periode pasca anestesi. Sisa dari blok obat relaksasi
otot dikombinasikan dengan zat anestesi intravena dapat menyebabkan kelelahan
otot-otot pernafasan, depresi pernafasan dan apnoe pada periode pasca anestesi.6

Setiap keadaan bradikardia harus dianggap berada dalam keadaan hipoksia


dan harus cepat diberikan oksigenasi. Kalau pemberian oksigen tidak menolong
baru dipertimbangkan pemberian sulfas atropin.6

2.2.5 Fungsi Hati

Fungsi hati belum matang pada bayi terlebih neonatus. 3,4 Fungsi
detoksifikasi obat masih rendah dan metabolisme karbohidrat yang rendah pula
yang dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia dan asidosis metabolik.6
Cadangan glikogen hati sangat rendah. Kadar gula normal pada bayi baru lahir
adalah 50-60%. Hipoglikemia pada bayi (dibawah 30 mg/dL) sukar diketahui
tanda-tanda klinisnya, dan diketahui bila ada serangan apnoe atau terjadi kejang.
Sintesis vitamin K juga belum sempurna. Pada pemberian cairan rumatan
dibutuhkan konsentrasi dextrose lebih tinggi (10%).3,6

2.2.6 Regulasi Suhu

Pusat pengaturan suhu di hipothalamus belum berkembang, walaupun


sudah aktif. Kelenjar keringat belum berfungsi normal, luas permukaan besar,
tipisnya lemak subkutan, kulit lebih permeable terhadap air membuat mudah
kehilangan panas tubuh, sehingga neonatus sulit mengatur suhu tubuh dan sangat
terpengaruh oleh suhu lingkungan. Produksi panas mengandalkan pada proses
non-shivering thermogenesis yang dihasilkan oleh jaringan lemak coklat yang
terletak diantara scapula, axila, mediastinum dan sekitar ginjal. Hipoksia
mencegah produksi panas dari lemak coklat.3,4,6

Hipertermia dapat terjadi akibat dehidrasi, suhu sekitar yang panas,


selimut atau kain penutup yang tebal dan pemberian obat penahan keringat (misal:

11
atropin, skopolamin). Adapun hipotermia bisa disebabkan oleh suhu lingkungan
yang rendah, permukaan tubuh terbuka, pemberian cairan infus atau tranfusi darah
dingin, irigasi oleh cairan dingin, pengaruh obat anestesi umum yang menekan
pusat regulasi suhu, maupun obat vasodilator.6,7

Temperatur lingkungan yang direkomendasikan untuk neonatus adalah


270C.4,5 Pemantauan suhu tubuh, mengusahakan suhu kamar optimal atau
pemakaian selimut hangat, lampu penghangat, incubator, cairan intra vena hangat,
gas anestesi, cairan irigasi maupun cairan antiseptic yang hangat dapat dilakukan
untuk mencegah hipotermia.5,6 Untuk anak yang lebih besar, penanganan suhu
sama dengan orang dewasa.6

2.2.7 Respon Psikologis

Respon psikologis pada pasien pediatrik terutama pada kelompok umur


anak pra sekolah dan usia sekolah sangat berbeda dengan orang dewasa. Pada
kelompok ini diperlukan pendekatan-pendekatan khusus.7 Respon psikologis
kelompok ini terhadap rasa takut, tidak nyaman, dan stress emosional seringkali
membuat masalah pada proses pre operatif, durante, maupun post operatif. Rasa
takut bisa datang dari nyeri fisik seperti jarum suntik, luka pasca bedah, dan
penggantian bebat. Rasa tidak nyaman yang seringkali dirasakan pasien pediatrik
adalah pusing, mual, dll. Sedangkan stress emosional yang paling sering dirasakan
adalah pisah dari orangtua, bau-bauan, alat-alat dan suara di rumah sakit atau
kamar bedah, ataupun ketakutan akan operasi yang akan pasien jalani.5,7
Menangis, agitasi, retensi urine, nafas dalam, tak mau bicara, dan pernafasan
dalam merupakan respon yang biasa dilakukan anak-anak. Untuk itu mungkin
diperlukan pendekatan terhadap anak-anak seperti menggunakan mainan atau
permainan tertentu, selalu tersenyum dan menggunakan intonasi yang meyakinkan
anak, anak didampingi orangtua, dll.7

2.2.8 Respon Farmakologi

12
Farmakokinetik dan farmakodinamik dari obat-obat yang diberikan pada
neonatus dan bayi berbeda dibandingkan dengan dewasa karena6:
1. Perbandingan volume cairan intravaskuler terhadap cairan ekstravaskuler
berbeda dengan orang dewasa.
2. Laju filtrasi glomerulus masih rendah
3. Laju metabolisme yang tinggi
4. Kemampuan obat berikatan dengan protein masih rendah
5. Liver/hati yang masih immature akan mempengaruhi proses biotransformasi
obat.
6. Aliran darah ke organ relative lebih banyak (seperti pasa otak, jantung, liver
dan ginjal)
7. Khusus pada anestesi inhalasi, perbedaan fisiologi system pernafasan: ventilasi
alveolar tinggi, minute volume, FRC rendah, lebih rendahnya MAC dan koefisien
partisi darah/gas akan meningkatkan potensi obat, mempercepat induksi dan
mempersingkat pulih sadarnya.

2.3 Tatalaksana Anestesi pada Pasien Pediatri

2.3.1 Evaluasi dan Persiapan pra Anestesi

 Evaluasi dan Persiapan pra Anestesi

Sebelum anestesi dan pembedahan dilaksanakan, keadaan hidrasi,


elektrolit, asam basa harus berada dalam batas-batas normal atau mendekati
normal. Heteroanamnesis dari orang tua, penilaian keadaan umum dan fisik, serta
menilai masalah anestesi yang akan dialami juga harus dilakukan.6,7 Pemeriksaan
tambahan yang rutin dilakukan adalah darah lengkap dan faal hemostatis,
sedangkan pemeriksaan lain sesuai dengan kebutuhan.1,6 Transportasi neonatus
dari ruang perawatan ke kamar bedah sedapat mungkin menggunakan incubator
yang telah dihangatkan. Peralatan anestesi neonatus bersifat khusus. Tahanan
terhadap aliran gas harus rendah, anti obstruksi, ringan dan mudah dipindahkan.
Biasanya digunakan system anestesi semi-open modifikasi system pipa T dari
Ayre yaitu peralatan dari Jackson-Rees.5,6,7 Untuk anestesi yang lama, gas-gas

13
anestetik dihangatkan, dilembabkan dengan pelembab listrik.6 Pada kelompok
anak pra sekolah dan usia sekolah, kunjungan anestesi dilakukan selain untuk
menilai keadaan umum, keadaan fisik, mental, dan menilai masalah yang akan
dihadapi penderita, juga merupakan kesempatan untuk mendapatkan kepercayaan
anak tersebut sehingga mengurangi kecemasan anak.7

 Puasa

Puasa yang lama menyebabkan dehidrasi dan hipoglikemia. Lama puasa


yang dianjurkan adalah stop susu 4 jam dan pemberian air gula 2 jam sebelum
anestesi untuk umur < 6 bulan. Stop susu 6 jam dan pemberian air gula 3 jam
sebelum anestesi untuk umur 6-36 bulan. Untuk >36 bulan dengan cara stop susu
8 jam dan pemberian air gula 3 jam sebelum anestesi.3,6 Untuk anak yang sudah
lebih besar, puasa seperti orang dewasa yaitu 6-8 jam.7

 Infus

Infus dipasang untuk memenuhi kebutuhan cairan karena puasa,


mengganti cairan yang hilang akibat trauma bedah, akibat perdarahan, dll. Cairan
pemeliharaan/pengganti karena puasa diberikan dalam waktu 3 jam, jam I 50%
dan jam II, III maing-masing 25%. Kecukupan hidrasi dapat dipantau melalui
produksi urin (> 0,5ml/kgBB/jam).1,3,7 Untuk pemeliharaan digunakan preparat
D5% dalam NaCl 0,225% untuk anak < 2 tahun dan preparat D5% dalam NaCl
0,45 % untuk anak > 2 tahun.1

 Keberadaan Orang Tua pasien

Keberadaan orang tua di sisi pasien, merupakan salah satu cara untuk
menghilangkan kecemasan pada pasien, selain dengan menggunakan obat-obatan.
Banyak rumah sakit yang telah menyediakan video tentang petunjuk baik bagi
sang pasien ataupun orang tuanya, tentang apa dan bagaimana persiapan
preoperative yang sebenar dan sebaiknya. Hal ini dapat membantu terutama pada
pasien usia pra sekolah. Anak yang berusia lebih dari 4 tahun dengan orang tua
yang memiliki tingkat kecemasan lebih rendah mendapatkan keuntungan untuk

14
mengurangi kecemasan pada sang pasien sendiri. Namun jika orang tua pasien
memiliki kecemasan yang berlebih tentu hal ini tak akan membantu, atau bahkan
menjadi lebih sulit. Jika pasien telah ter sedasi, keberadaan orang tua tak lagi
diperlukan, dimana hal ini tidak akan berpengaruh terhadap kecemasan pasien.
Keberadaan orang tua saat induksi sangat tergantung dari tipe orang tua tersebut,
instruksi yang diberikan, pasien dan sang ahli anestesi sendiri.3,6,7

 Anestesi Regional pada Pediatrik

Obat-obatan anestesi regional biasa berikatan dengan AAG (Alpha-1 Acid


Glycoprotein) yang dipertemukan pada plasma. Kadar AAG pada neonatus lebih
rendah sekitar 30-40% dari orang dewasa, sehingga hal ini dapat menyebabkan
peningkatan kadar obat bebas dalam plasma dan meningkatkan resiko terjadinya
toksisitas.

Proses myelinasi pada manusia akan selesai pada usia 1 tahun. Myelinasi
yang tidak sempurna akan memudahkan penetrasi pada anestesi regioanal dan
meningkatkan onset obat anestesi. Jaringan sekitar saraf yang masih longgar juga
menyebabkan penyebaran otot lebih ekstensif dari yang diharapkan, selain itu
dapat menyebabkan durasi obat lebih cepat habis karena penyebaran yang lebih
cepat ke tubuh. Selain itu jumlah volume likuor serebrospinalis pada pasien anak
lebih banyak dari pada orang dewasa sehingga dosis obat anestesi yang
dibutuhkan cenderung lebih tinggi.

Tabel 2. Perbedaan anatomis tulang belakang pada pasien anak8

Age End of End of Intercristal CSF Intercranial


Spinal Dural Line Volume vs Spinal
Cord Cord (%)

Neonate L3 S4 L5-S1 NA NA

1 Year L1 S2 L4-L5 4 ml/kg 50

15
Adult L1 S2 L3-L4 2 ml/kg 25

Anestesi epidural pada anak biasa diindikasikan pada operasi abdomen dan
ekstremitas bawah. Jarum yang digunakan adalah jarum berukuran 18G dan
catheter yang digunakan berukuran 20G. Larutan Saline dapat digunakan untuk
mengurangi tahanan pada saat injeksi. Kedalaman ruang epidural dapat diestimasi
sebagai berikut : Neonatus 1 cm. Anak dengan berat badan 10-25 kg : 1 mm/kg.
Dan anak dengan berat badan >25 kg : (0,8+(0,05 x BB)). Obat yang paling sering
digunakan pada teknik anestesi ini adalah Bupivacaine 0,25 dengan dosis injeksi
tunggal 1 ml/kg max 20 ml dan dosis injeksi berulang 0,2-0.4 mg/Kg/jam.

Anestesi spinal/Sub-arachnoid blok pada anak diindikasikan sama seperti


pada anestesi epidural namun durasi operasi harus <90 menit. Jarum yang
digunakan pada teknik ini lebih kecil dari pada anestesi epidural dengan ukuran
22 atau 25 G dan di masukkan pada L4-L5 ruang interspinalis. Obat yang biasa
digunakan sama seperti pada teknik anestesi epidural yakni bupivacaine dengan
dosis 1 mg/kg untuk anak berusia <1 tahun, 0,5 mg/kg untuk anak berusia 2-7
tahun dan 0,3 mg/kg untuk anak berusia 7 tahun. Perlu diketahui bahwa PPDH
(Post Dural Puncture Headache jarang terjadi pada anak-anak namun perlu
diperhatika bahwa tidak disarankan untuk menyuruh anak mengangkat kaki
sebagai cara uji keberhasilan anestesi karena dapat menyebabkan total spinal
blok.8

Terdapat beberapa kontraidikasi untuk dilakukan anestesi regional namun


tidak ditemukan perbedaan pada pasien anak maupun dewasa. Kontraindikasi
absolut yang ada adalah keadaan hipovolemia dan syok, koagulapati atau
trombositopenia, dan peningkatan tekanan intrakranial. Kontraindikasi relatif
yang terdapat adalah sepsis, infeksi di daerah pungsi, riwayat gangguan neurologi,
riwayat pembedahan spinal, kelainan tulang belakang, dan kondisi jantung yang
dipengaruhi oleh preload seperti stenosis aorta atau hipertrofik obstruktif
kardiomipati.9

16
2.3.2 Pasca Anestesi pada Pasien Pediatrik

Setelah selesai anestesia dan keadaan umum baik, penderita dipindahkan


ke ruang pulih. Disini diawasi seperti di kamar bedah, walaupun kurang intensif
dibandingkan dengan pengawasan sebelumnya. Hal yang perlu diawasi adalah
kesadaran, pernafasan yang spontan dan adekuat serta bebas dari pengaruh efek
sisa obat pelumpuh otot, denyut nadi dan tekanan darah, warna kulit, dan suhu
tubuh.6,7

BAB III

PENUTUP

17
Anestesia pediatrik merupakan anestesi pada pasien anak-anak yang dapat
dibagi menjadi 4 kelompok umur yaitu neonatus (umur 1-28 hari), bayi (sampai 1
tahun), anak pra sekolah (2-5 tahun), dan anak usia sekolah (6-14 tahun). Anestesi
pada pediatrik dibuat untuk memenuhi kebutuhan kelompok pediatrik sendiri
dimana berbeda dari segi anatomi, fisiologi, psikologis, dan biokimia dengan
orang dewasa. Perbedaan anatomi dimana jalan nafas pediatri lebih kecil dan
mudah tersumbat membuat ahli anestesi harus lebih berhati-hati. Alat-alat khusus
yang berbeda dari segi ukuran, bentuk, dan fungsi seperti blade laringoskop yang
lebih lurus, mesin Jackson-Rees, dan lainnya diperlukan pada anestesi pediatri.
Perubahan fisiologi dan biokimia juga membuat diperlukannya pengaturan dosis
obat, kebutuhan cairan, pengaturan suhu, dan penyesuaian lainnya. Respon
psikologi pediatri yang sering menyulitkan proses anestesi dan membuat
diperlukannya pendekatan-pendekatan tersendiri pada pasien pediatrik. Hal-hal ini
membuat tatalaksana anestesi pada pasien pediatrik cukup berbeda dari orang
dewasa, dimulai dari evaluasi dan persiapan pra anestesi, induksi, pemeliharaan,
pemulihan, hingga perawatan pasca anestesi.

DAFTAR PUSTAKA

18
1. Gde Mangku, Tjokorda Gde Agung Senapthi. Buku Ajar Ilmu Anestesi.
Indeks; 2010. 6-7; 149-59
2. K Rupp, J Holzki, T Fischer, C Keller. Pediatric Anesthesia. Drager; 2015.
3. Smith dan Aitkenhead. Pediatric Anaesthesia dalam Textbook of Anaesthesia
Sixth Edition. Churchill Livingstone Elsevier; 2013. 731-47
4. John Butterworth, David Mackey, dan Wasnick. Pediatric Anesthesia dalam
Morgan & Mikhail’s Clinical Aneshesiology Fifth Edition. Mc Graw Hill;
2013. 877-97
5. Erin Gottlieb dan Andropoulos. Pediatrics dalam Miller’s Basic of Anesthesia
Sixth Edition. Elsevier; 2011. 546-57
6. Said A L, Suntoro A. Anestesi Pediatrik. Anestesiologi. Bagian Anestesiologi
dan Terapi Intensif FKUI.
7. Krane E. Orientation to Pediatric Anesthesia. [internet] tersedia di
http://anesthesia.stanford.edu/ kentgarman/ clinical/ped%20orient. Diakses
pada 28 Juli 2016.
8. Chiles J, Buckenmainer A. Basic Pediatric Regional Anesthesia. Military
Advanced Regional Anesthesia And Analgesia. Acces 28 Februari 2016
9. Soenarto RF, Chandra S. Buku Ajar anestesiologi. Departemen Anestesiologi
dan Intensive Care Fakultas kedokteran Universitas Indonesia / RS Cipto
Mangankusumo 2012 : Jakarta

19

Anda mungkin juga menyukai