Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

GAWAT JANIN

Pembimbing :

dr. Gioseffi Purnawarman, Sp.OG

Oleh :

Celsi Vitara Saputri (406171003)

KEPANITERAAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI

PERIODE 4 DESEMBER 2017 – 10 FEBUARI 2018

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA


LEMBAR PENGESAHAN

Referat :

GAWAT JANIN

Disusun oleh :

Celsi Vitara Saputri (406171003)

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD
Ciawi

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Ciawi, Januari 2018

dr. Gioseffi Purnawarman, Sp.OG


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia yang dilimpahkan-
Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “GAWAT JANIN”.
Dalam menyusun referat ini penulis menggunakan referensi dan jurnal yang terkait.

Begitu pula penulis menyadari referat ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, dengan hati terbuka penulis menerima segala kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan referat ini.

Selama proses penyusunan referat ini penulis menemui berbagai keterbatasan. Oleh karena itu,
ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. dr. Gioseffi Purnawarman, Sp.OG selaku pembimbing dalam penulisan referat ini.

2. Teman-teman sejawat yang mengikuti kepaniteraan ilmu kebidanan dan penyakit kandungan
di RS Umum Daerah Ciawi, Kabupaten Bogor periode 4 Desember 2017- 10 Febuari 2018.

Yang telah memberikan dukungan, masukan, kritik, dan saran dalam penyusunan referat ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga referat ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembacanya.

Ciawi, Januari 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................................... i

Lembar Pengesahan .................................................................................................. ii

Kata Pengantar .......................................................................................................... iii

Daftar Isi ................................................................................................................... iv

BAB I ........................................................................................................................ 1

Pendahuluan ....................................................................................................... 1

BAB II ...................................................................................................................... 2

2.1 Gawat janin .................................................................................................. 2


2.1.1 Pengertian ....................................................................................... 2
2.1.2 Patofisiologi .................................................................................... 2
2.1.3 Etiologi............................................................................................ 3
2.1.4 Faktor Resiko .................................................................................. 4
2.1.5 Tanda dan gejala ............................................................................. 5
2.1.6 Diagnosis ........................................................................................ 5
2.1.7 Tatalaksana ..................................................................................... 16
2.1.8 Komplikasi ...................................................................................... 17
2.1.9 Prognosis......................................................................................... 17

BAB III ..................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 19


BAB I

PENDAHULUAN

Proses kehamilan dan persalinan ibaratnya seperti akan melakukan suatu perjalanan.
Banyak hal yang harus dipersiapkan, terutama oleh calon ibu. Seorang calon ibu tentunya
akan mengharapkan suatu keadaan optimal supaya dirinya dan bayi yang dikandungnya dapat
melalui proses persalinan dengan aman dan selamat.1 Menurut WHO, tujuan pelayanan
kebidanan adalah menjamin agar setiap wanita hamil dan wanita yang menyusui bayinya
dapat memelihara kesehatannya sesempurna-sempurnanya agar wanita hamil melahirkan bayi
sehat tanpa gangguan apapun dan kemudian dapat merawat bayinya dengan baik. Oleh
karena itu, para tenaga medis dituntut untuk mampu mengenali dengan cepat serta menangani
keadaan-keadaan yang dinilai dapat membahayakan ibu maupun janin.2

Umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik buruknya suatu pelayanan
obstetric dalam suatu Negara atau daerah adalah kematian maternal, namun sekarang
kematian bayi dianggap sebagai ukuran yang lebih baik serta lebih peka untuk menilai
kualitas pelayanan kebidanan. Angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2003 mencapau
350 per 10.000 kelahiran hidup.2

Tujuan dari penulisan referat ini adalah supaya sebagai tenaga medis mampu untuk
memberikan pelayanan medis yang semaksimal mungkin di bidang obstetri, yaitu dengan
mampu mendeteksi keadaan yang dinilai membahayakan dan menanganinya sesuai dengan
prosedur yang berlaku, dalam hal ini secara khusus adalah keadaan gawat janin.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gawat Janin

2.1.1 Pengertian Gawat Janin

Istilah gawat janin biasanya menandakan kekhawatiran obstetrik tentang keadaan


janin, yang kemudian berakhir dengan seksio sesarea atau persalinan buatan lainnya.
Keadaan janin biasanya dinilai dengan menghitung denyut jantung janin (DJJ) dan
memeriksa kemungkinan adanya mekonium di dalam cairan amnion. Untuk kepentingan
klinik perlu ditetapkan kriteria yang dimaksud dengan gawat janin. Disebut gawat janin, bila
ditemukan denyut jantung janin diatas 160/menit atau dibawah 100/menit, denyut jantung
tidak teratur atau keluarnya mekonium yang kental pada awal persalinan.3 Gawat janin
merupakan suatu keadaan dimana terdapat hipoksia pada janin (kadar oksigen yang rendah
dalam darah). Keadaan tersebut dapat terjadi baik pada antepartum maupuun intrapartum.4

2.1.2 Patofisiologi

Ada beberapa patofisiologi yang mendasari gawat janin:

1. Dahulu janin dianggap mempunyai tegangan oksigen yang lebih rendah karena janin
dianggap hidup di lingkungan hipoksia dan asidosis yang kronik, tetapi sebenarnya
janin hidup dalam lingkungan yang sesuai dan konsumsi oksigen per gram berat badan
sama dengan orang dewasa, kecuali bila janin mengalami stress.
2. Afinitas terhadap oksigen, kadar hemoglobin dan kapasitas angkut oksigen pada janin
lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa. Demikian juga halnya dengan curah
jantung dan kecepatan arus darah lebih besar daripada orang dewasa. Dengan
demikian penyaluran oksigen melalui plasenta kepada janin dan jaringan perifer dapat
terselenggara dengan relatif baik. Sebagai hasil metabolisme oksigen akan terbentuk
asam piruvat, sementara CO2 akan terganggu yang berakibat penurunan pH atau
timbulnya asidosis. Hipoksia yang berlangsung lama menyebabkan janin harus
mengolah glukosa menjadi energi melalui reaksi anaerobik yang tidak efisien, bahkan
menimbulkan asam organik yang menambah asidosis metabolik. Pada umumnya
asidosis janin disebabkan oleh gangguan arus darah uterus atau darah tali pusat.
3. Bradikardi janin tidak harus berarti merupakan indikasi kerusakan jaringan akibat
hipoksia, karena janin mempunyai kemampuan redistribusi darah bila terjadi hipoksia,
sehingga jaringan vital (otak dan jantung) akan menerima penyaluran darah yang lebih
banyak dibandingkan jaringan perifer. Bradikardia mungkin merupakan mekanisme
perlindungan agar jantung bekerja lebih efisien ssebagai akibat hipoksia.4

2.1.3 Etiologi

Gawat janin dapat disebabkan oleh bermacam-macam hal. Beberapa penyebab yang
umum dan sering terjadi:

- Kontraksi

Pencegahan otot uterus secara involunter untuk melahirkan bayi. Kontraksi secara
langsung mengurangi aliran darah ke plasenta dan dapat mengkompresi tali pusat sehingga
penyaluran nutrisi terganggu. Hal ini dapat terjadi pada keadaan:

 Persalinan yang lama (kala II lama)


 Penggunaan oksitosin
 Uterus yang hipertonik (otot-otot menjadi terlalu tegang dan tidak dapat
berkontraksi ritmis dengan benar)
- Infeksi
- Perdarahan
- Abrupsi plasenta

Plasenta terlalu dini memisahkan diri dari fetus

- Tali pusat prolapse


- Hipotensi

Bila tekanan darah ibu menurun selama persalinan, jumlah aliran darah ke fetus akan
berkurang. Hipotensi dapat disebabkan oleh:

 Anestesi epidural
 posisi supine
Hal tersebut terjadi karena adanya pengurangan jumlah aliran darah dari vena cava ke
jantung

- Masalah pernafasan janin


- Posisi dan presentasi abnormal dari fetus
- Kelahiran multipel
- Kehamilan premature atau postmatur
- Distorsia bahu

Penyebab yang paling utama dari gawat janin dalam masa antepartum adalah insufisiensi
uteroplasental. Faktor yang menyebabkan gawat janin dalam persalinan/intrapartum adalah
kompleks, contohnya seperti: penyakit vaskular uteroplasental, perfusi uterus yang
berkurang, sepsis pada janin, pengurangan cadangan janin, dan kompresi tali pusat.
Pengurangan jumlah cairan ketuban, hypovolemia ibu dan pertumbuhan janin terhambat
diketahui mempunyai peranan.5

2.1.4 Faktor Resiko

Ada beberapa faktor resiko yang diduga berhubungan dengan kejadian gawat janin:6

- Wanita hamil usia > 35 tahun


- Wanita dengan riwayat:
 Bayi lahir mati
 Pertumbuhan janin terhambat
 Oligohidramnion atau polihidramnion
 Kehamilan ganda/gemelli
 Sensitasi rhesus
 Hipertensi
 Diabetes dan penyakit-penyakit kronis lainnya
 Berkurangnya gerakan janin
 Kehamilan serotinus
2.1.5 Tanda dan Gejala

Gejala yang dirasakan oleh ibu adalah berkurangnya gerakan janin. Ibu dapat
melakukan deteksi dini dari gawat janin ini, dengan cara menghitung jumlah tendangan janin/
‘kick count’. Janin harus bergerak minimal 10 gerakan dari saat makan pagi sampai dengan
makan siang. Bila jumlah minimal sebanyak 10 gerakan janin sudah tercapai, ibu tidak harus
menghitung lagi sampai hari berikutnya. Hal ini dapat dilakukan oleh semua ibu hamil, tapi
penghitungan gerakan ini terutama diminta untuk dilakukan oleh ibu yang beresiko terhadap
gawat janin atau ibu yang mengeluh terdapat pengurangan gerakan janin. Bila ternyata tidak
tercapai jumlah minimal sebanyak 10 gerakan maka ibu akan diminta untuk segera datang ke
RS atau pusat kesehatan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.7

Tanda-tanda gawat janin:5,6

 Mekonium kental berwarna hijau terdapat di cairan ketuban pada letak kepala
 Takikardi/bradikardi/iregularitas dari denyut jantung janin

Untuk mengetahui adanya tanda-tanda seperti diatas dilakukan pemantauan


menggunakan kardiotokografi

 Asidosis janin

Diperiksa dengan cara mengambil sampel darah janin.

2.1.6 Diagnosis

Kardiotokografi

Kardiotokografi adalah alat elektronik yang digunakan untuk tujuan memantau atau
mendeteksi adanya gangguan yang berkaitan dengan hipoksia janin dalam rahim, seberapa
jauh gangguan tersebut dan menentukan tindak lanjut dari hasil pemantauan tersebut.
Pemantauan dilakukan melalui penilaian pola denyut jantung janin dalam hubungan dengan
adanya kontraksi ataupun aktivitas janin dalam rahim. Kardiotokografi merupakan suatu
metode pemeriksaan yang telah ditetapkan sebagai suatu pemeriksaan standar rutin untuk
menentukan kesejahteraan janin. Meskipun pemeriksaan kardiotokografi menunjukkan hasil
dengan tingkat positif palsu yang tinggi, yaitu sekitar 64% dan evaluasinya juga sangat
subyektif, tetapi saat ini tetap menjadi metode penapisan diagnosis hipoksia akut pada janin,
karena tidak ada cara pemeriksaan lain yang lebih obyektif dan non invasif.9

Pemantauan dapat dilakukan dengan 2 cara:

 Pengukuran eksternal

Dengan menggunakan alat yang dipasang pada dinding perut ibu, terdapat 2
elektroda: elektroda jantung yang ditempatkan tepat di tempat terdengarnya denyut
jantung janin dan elektroda kontraksi yang ditempatkan untuk mengukur tegangan dinding
perut, yang merupakan cara pengukuran tekanan intra uterus secara tidak langsung. Kedua
elektroda dipasang dengan menggunakan suatu sabuk, untuk mendapatkan hasil yang
maksimal, sebelumnya digunakan jeli dengan tujuan menghilangkan pengaruh udara. Cara
pengukuran ini harus lebih cermat, karena dapat dikacaukan oleh denyut aorta ibu. Cara
eksternal lebih popular karena bisa dilakukan selama antenatal maupun intranatal, praktis,
aman (mencegah terjadinya ruptur membran dan invasi uterus), dengan nilai prediksi
positif yang kurang lebih sama dengan cara internal yang lebih invasif.8

 Pengukuran internal

Cara ini lebih invasif, alat pemantau dimasukkan ke dalam rongga rahim ibu dan
membutuhkan dilatasi serviks, dan memasukkan kateter bertekanan serta menempelkan
elektroda spiral ke kulit kepala janin. Elektroda bipolar diletakkan pada kulit janin bagian
terdepan secara langsung. Pengukuran internal lebih tepat dan mungkin lebih dipilih pada
keadaan tertentu dimana diperkirakan akan terjadi persalinan yang terkomplikasi.8

Fetal Blood Sampling (FBS)3 dan Pengukuran pH

Sesuai dengan American College Of Obstetricians and Gynecologist, pengukuran pH


pada darah kapiler kulit kepala dapat membantu untuk mengidentifikasi keadaan gawat janin.
Prosedur ini memang jarang dilakukan, tetapi merupakan pemeriksaan penyerta untuk
menegakkan diagnosis gawat janin pada hasil NST yang meragukan.8

Pengambilan darah janin harus dilakukan di laur his dan sebaiknya ibu dalam posisi
tidur miring.

Pemeriksaan darah janin ini dilakukan bila terdapat indikasi sebagai berikut:
 Deselerasi lambat berulang
 Deselerasi variabel memanjang
 Mekonium pada presentasi kepala
 Hipertensi ibu
 Osilasi/variabilitas yang menyempit

Kontraindikasi:

 Gangguan pembekuan darah janin


 Presentasi fetus yang tidak dapat dicapai
 Infeksi pada ibu

Syarat:

 Pembukaan lebih dari 2 cm


 Ketuban sudah pecah
 Kepala sudah turun hingga dasar pelvis

Cara pengambilan sampel darah:

1. Masukkan amnioskopi melalui serviks yang sudah didilatasi setelah ruptur


membrane
2. Oleskan lapisan jel silikon untuk mendapatkan tetesan darah pada tempat insisi
3. Buat insisi tak lebih dari 2 cm dengan pisau tipis
4. Aspirasi darah dengan tabung kapiler yang telah diberi heparin
5. Periksa pH darah
6. Setelah insisi, hentikan perdarahan
Gambar 1. Teknik pengambilan sampel darah dari kulit kepala janin menggunakan
amnioskopi

Tabel 1. Interpretasi dari sampel pH darah janin berdasarkan pedoman RCOG dan
NICE yang terbaru:9

Hasil sampel pH darah janin Tindakan

7,25 Ulangi pengambilan sampel darah jika


abnormalitas denyut jantung janin persisten

7,21-7,24 Ulangi pengambilan sampel darah dalam 30


menit atau pertimbangkan terminasi
kehamilan jika terjadi penurunan pH yang
cepat dibandingkan sampel yang terakhir

 Indikasi terminasi kehamilan

Semua perkiraan hasil sampel tersebut harus diinterpretasi bersama dengan hasil
pengukuran pH terdahulu, tingkat kemajuan dalam persalinan dan gambaran klinis ibu dan
janin.

Dalam interpretasi, dapat terjadi hasil yang abnormal atau normal palsu.

Keadaan-keadaan yang menyebabkan terjadinya hasil abnormal palsu:

 Asidosis ibu
 Respons susunan saraf pusat janin terhadap asidosis
 Kontaminasi sampel darah
 Sampel darah terlalu lama didiamkan sebelum dianalisis

Keadaan-keadaan yang menyebabkan terjadinya hasil normal palsu:

 Narkose
 Infeksi
 Asfiksia saat pengambilan sampel
 Prematuritas
 Obstruksi jalan nafas neonatal
 Trauma persalinan
 Anomali kongenital
 Recovery incomplete asphyxia

Komplikasi yang dapat terjadi dari tindakan pemeriksaan:

 Perdarahan
 Insisi terlalu dalam
 Infeksi

Uji Tanpa Beban/Non Stress Test (NST)

NST adalah pemeriksaan kesehatan janin dengan menggunakan kardiotokografi pada umur
kehamilan  32 minggu. Menurut American Pregnancy Association, NST dilakukan pada
umur kehamilan lebih atau sama dengan 28 minggu. Sebelum usia 28 minggu, janin belum
cukup berkembang untuk memberikan respons terhadap tes. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan maksud menilai kesehatan janin melalui hubungan perubahan denyut jantung janin
dengan gerakan janin yang dirasakan oleh ibu.

Persiapan uji tanpa beban:

o Ibu hamil telah makan 1-2 jam sebelum prosedur dilakukan


o Ibu tidak sedang memakai obat-obatan sedative
o Kandung kemih dikosongkan
o Informed consent

Indikasi:

Semua kondisi yang dapat menyebabkan janin lahir dalam keadaan buruk, antara lain:

Kondisi ibu:

 Hipertensi kronis
 Diabetes mellitus
 Anemia berat (Hb < 8 gr % atau Ht < 26 %)
 Penyakit vaskuler kolagen
 Gangguan fungsi ginjal
 Penyakit jantung
 Pneumonia dan penyakit paru-paru berat
 Penyakit dengan kejang

Kondisi janin:

 Pertumbuhan janin terhambat


 Kelainan kongenital minor
 Aritmia jantung
 Isoimunisasi
 Infeksi janin
 Pernah mengalami kematian janin dalam rahim yang tidak diketahui penyebabnya

Kondisi yang berhubungan dengan kehamilan:

 Kehamilan multipel
 Ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan
 Polihidramnion
 Oligohidramnion
 Plasentasi abnormal
 Solusio plasenta
 Kehamilan lewat waktu

Prosedur:

 Pasien ditidurkan secara santai semi Fowler, 45 miring ke kiri


 Tekanan darah diukur tiap 10 menit
 Dipasang kardiotokografi
 Pada ibu diberikan tombol penanda yang harus ditekan apabila ibu merasakan gerak
janin
 Frekuensi denyut jantung janin dicatat selama 10 menit pertama untuk mendapat data
dasar denyut jantung janin
 Pemantauan tidak boleh kurang dari 20 menit. Apabila pada 20 menit pertama
didapatkan hasil non reaktif, lanjutkan pemantauan 20 menit lagi. Pastikan bahwa
tidak ada hal-hal yang mempengaruhi hasil pemantauan apabila hasilnya tetap
nonreaktif
 Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil NST secara
individual
Komplikasi: supine hypotension

Hasil reaktif, bila:

 Denyut jantung janin basal antara 120-160 kali permenit


 Variabilitas denyut jantung janin 6-25 permenit
 Ada gerakan janin, terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau lebih
dalam pemantauan 20 menit, dengan kenaikan minimal 15 dpm selama minimal 15
detik

Hasil tidak reaktif bila:

 Denyut jantung janin basal antara 120-160 kali permenit


 Variabilitas kurang dari 6 denyut/menit
 Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit
 Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan rangsang dari luar

Ada juga hasil yang meragukan (non reassuring), keadaan ini interpretasinya sukar, dapat
disebabkan oleh pemakaian obat yang mendepresi susunan saraf pusat. Pada keadaan hasil
yang meragukan dimana pasien sudah dipastikan tidak sedang dalam pengaruh obat,
dianjurkan agar NST diulang keesokan harinya. Bila reaktivitas tidak membaik, dilakukan
pemeriksaan uji beban kontraksi (OCT).

Deselerasi variabel dapat terdeteksi selama pemantauan. Apabila tidak berulang dan lamanya
tidak lebih dari 30 menit, biasanya tidak menunjukkan keadaan janin yang buruk dan tidak
memerlukan intervensi obstetri. Deselerasi lambat yang berlangsung lebih dari 1 menit pada
pemeriksaan NST biasanya berhubungan dengan keadaan janin yang buruk.

Uji Beban Kontraksi (Contraction Stress Test/ CST) atau Uji Dengan Oksitosin
(Oxytocin Challenge Test/ OCT)

CST/ OCT adalah pemeriksaan kesehatan janin dengan menggunakan kardiotokografi yang
menilai perubahan denyut jantung janin pada saat kontraksi rahim. Tujuan dilakukannya tes
ini adalah untuk memantau kondisi janin pada kehamilan usia lanjut sebelum janin
dilahirkan, menilai apakah janin sanggup mentolerir beban persalinan normal serta menilai
fungsi plasenta.
Indikasi:

Bila terdapat dugaan insufisiensi plasenta:

 Uji beban yang tidak reaktif


 Diabetes mellitus
 Preeklamsia
 Hipertensi kronis
 Pertumbuhan Janin Terhambat
 Kehamilan lewat waktu
 Pernah mengalami lahir mati
 Ketagihan narkotika
 Hemoglobinopati akibat sel sickle
 Penyakit paru kronis
 Gangguan fungsi ginjal
Kontraindikasi:
 Luka parut pada rahim
 Kehamilan ganda sebelum 37 minggu
 Ketuban pecah sebelum 37 minggu
 Risiko tinggi untuk persalinan kurang bulan
 Perdarahan antepartum
 Serviks inkompeten atau paska operasi serviks
 Kelainan bawaan atau cacat janin berat
 Indikasi untuk seksio sesarea
Komplikasi: persalinan kurang bulan
Prosedur:
a. Pasien ditidurkan secara semi Fowler dan miring kiri
b. Tekanan darah diukur setiap 10 -15 menit, dicatat di kertas monitor
c. Kardiotokografi dipasang
d. Selama 10 menit pertama dicatat data dasar
e. Pemberian tetes oksitosin untuk mengusahakan terbentuknya 3 kontraksi rahim dalam 10
menit. Bila telah ada kontraksi uterus spontan tapi kontraksi < 3 kali/ 10 menit, tetesan
dimulai dengan 0.5 mU/ menit. Bila belum ada kontraksi rahim, tetesan dimulai dengan 1
mU/ menit ( 20 tetes/ menit). Bila kontraksi yang diinginkan belum tercapai, setiap 15
menit tetesan dinaikkan 5 tetes/ menit, sampai maksimal 60 tetes/ menit
Tetesan oksitosin dihentikan bila:
 Lima kontraksi atau lebih dalam 10 menit
 Dalam 10 menit terjadi 3 kontraksi yang lamanya lebih dari 50-60 detik
 Kontraksi uterus hipertonus
 Deselerasi yang memanjang
 Terjadi deselerasi lambat yang terus-menerus
 Selama 1 jam pemantauan, hasilnya tetap mencurigakan
Interpretasi hasil:
Negatif
 Tidak terjadi deselerasi lambat atau deselerasi variabel yang nyata
 Denyut jantung janin normal, variabilitas 6-25 dpm
Bila hasil OCT negatif, maka kehamilan dapat diteruskan sampai 7 hari lagi, selanjutnya
dilakukan OCT ulangan, atau diartikan bahwa janin dapat mentolerir beban persalinan
normal.

Positif

 Terjadi deselerasi lambat yang menetap pada sebagian besar kontraksi rahim,
meskipun tidak selalu disertai dengan variabilitas yang menurun dan tidak ada
akselerasi pada gerakan janin
OCT positif menunjukkan adanya insufisiensi uteroplasenta. Kehamilan harus segera
diakhiri, kecuali bila paru-paru belum matang

Mencurigakan

 Terjadi deselerasi lambat yang tidak menetap, atau deselerasi variabel yang terus-
menerus
 Deselerasi lambat terjadi hanya bila ada kontraksi rahim hipertonus
 Bila dalam 10 menit meragukan ke arah positif atau negatif
 Adanya takikardi
Bila hasilnya mencurigakan, maka harus dilakukan pemeriksaan ulang 1-2 hari kemudian

Tidak memuaskan
 Kontraksi rahim kurang dari 3 kali dalam 10 menit
 Pencatatan tidak baik, terutama pada akhir kontraksi
Bila demikian, pemeriksaan harus diulang pada hari berikutnya

Hiperstimulasi

 Terjadi 5 atau lebih kontraksi rahim dalam 10 menit


 Lama kontraksi 90 detik atau lebih
 Tonus basal uterus meningkat ( > 20 mmHg)
Bila demikian, tetesan oksitosin harus dikurangi atau dihentikan

Profil Biofisik

Konsep dasar dari profil biofisik adalah penilaian beberapa variabel dari kegiatan
biofisik fetus yang lebih sensitif dan lebih dapat diandalkan daripada pemeriksaan satu
parameter saja. Pemantauan kegiatan biofisik fetus, memainkan peranan dalam
mengidentifikasi janin yang mengalami asfiksia.

Profil biofisik terdiri dari 5 komponen, salah satunya adalah standar tes non stress.

Empat parameter lainnya dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonik.

Adapun komponen profil biofisik meliputi:

1. Reaksi jantung fetus


2. Pergerakan pernafasan
3. Pergerakan badan
4. Tonus
5. Kedalaman cairan amnion

Setiap komponen diberi nilai 0 sampai dengan 2, sehingga skor total minimal adalah 0 dan
maksimal 10.

Tabel 2. Skor biofisik janin


Parameter Skor=2 Skor=0

NST Reaktif Non reaktif

Sekurang-kurangnya Tidak ada


akselerasi dari > 15 dpm

Berlangsung > 15 detik,


berhubungan dengan gerakan
janin dalam periode 20
menit.

Gerakan pernafasan janin Paling sedikit satu periode Tidak ada


pernapasan dengan lamanya
60 detik dalam periode
observasi 30 menit.

3 atau lebih gerakan badan


dalam waktu 30 menit.
Gerakan janin < 3 gerakan

Paling sedikit satu gerakan kaki


Tonus dari fleksi ke ekstensi dan Tidak ada gerakan
kembali lagi

Volume cairan amnion Satu kantong cairan sekurang- < 1 cm


kurangnya 2 cm dalamnya.

Normal : 8 atau 10

Ragu-ragu : 4 atau 6

Profil biofisik kurang begitu menyita waktu bila dibandingkan dengan OCT (Oxitocin
Contraction Test), dan ada beberapa peneliti yang menganjurkan pemeriksaan biofisik
sebagai langkah selanjutnya setelah tes non stress dan bukannya OCT.

Bila tes kedua setelah NST yang non reaktif adalah skor biofisik, maka pengelolaannya
sebagai berikut:
1. Skor 0-2 biasanya merupakan indikasi adanya gangguan terhadap janin dan cukup
alasan untuk melahirkan janin

2. Skor 4-6 setelah NST yang non reaktif, hendaknya tes diulangi atau lakukan OCT

3. Skor 8 atau lebih setelah NST yang non reaktif menunjukkan janin tersebut sehat
dimana NST dapat diulangi pada interval tertentu

2.1.7 Tatalaksana

Tata laksana umum untuk keadaan gawat janin:

 Reposisi pasien ke sisi kiri


 Hentikan pemberian oksitosin
 Identifikasi penyebab maternal (demam ibu, obat-obatan) dan diterapi sesuai dengan
penyebab
 Jika penyebab ibu tidak ada tetapi denyut jantung tetap abnormal minimal 3 kontraksi,
lakukan pemeriksaan vaginal
 Perdarahan dengan nyeri konstan atau intermiten, curigai solusio plasenta
 Tanda infeksi (demam, sekret vagina berbau), berikan antibiotik sesuai dengan
penatalaksanaan amnionitis
 Bila tali pusat dibawah bagian yang terendah, atau ada di vagina, tangani sesuai
dengan penanganan tali pusat prolapse
 Jika denyut jantung abnormal menetap atau ada tanda tambahan gawat janin,
rencanakan persalinan:
 Jika serviks terdilatasi penuh dan kepala janin tidak lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis
atau ujung tulang terendah dari kepala pada stasion 0, lahirkan dengan ekstraksi vakum
atau forsep
 Jika serviks tidak terdilatasi penuh atau kepala janin lebih dari 1/5 di atas simfisis
pubis atau ujung tulang terendah dari kepala diatas stasion 0, lahirkan dengan seksio
sesarea
2.1.8 Komplikasi4

Komplikasi yang sering terjadi pada gawat janin adalah :

- Asfiksia
- Menyebabkan kematian janin dalam kandungan (IUFD) jika tidak segera ditangani
dengan baik.

2.1.9 Prognosis

Dubia ad malam
BAB III
Kesimpulan

1. Gawat janin merupakan suatu keadaan yang membahayakan bagi ibu dan janin.
Saat ini, kriteria diagnosis gawat janin adalah: mekonium berwarna hijau kental,
hasil NST non reaktif, asidemia janin
2. Penting untuk mengenali tanda-tanda gawat janin sedini mungkin, adapun banyak
pemeriksaan yang bisa dimanfaatkan
3. Penting bagi tenaga medis untuk memahami dan menangani pasien dengan gawat
janin sesuai prosedur yang berlaku
DAFTAR PUSTAKA

1. Arulkumaran S., Gibb. Fetal Monitoring in Practice, Oxford: Butterworth-Heinemann


Ltd, 1992:1-146
2. Hanifa Wiknjosastro, Abdul Bari Saifudin, Trijatmo Rachimdadhi, dalam Ilmu
Kebidanan, edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
2006: 1:4-10
3. Prawiharjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.
4. Hanifa Wiknjosastro, Abdul Bari Saifudin, Trijatmo Rachimhadhi, dalam Ilmu Bedah
Kebidanan, edisi pertama. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
2006:6:52-60
5. Cleveland. Fetal Distress. Cleveland: Department of Patient Education and Health
Information. 2007. Diakses tanggal 17 Agustus 2007 di
http://www.clevelandclinic.org/health/health-info/docs/3800/3896.asp?index=12401
6. Hayley Willacy. Fetal Distress. UK: PatientPlus. 22 Juni 2007. Diakses tanggal 11
Agustus 2007 di http://www.patient.co.uk/showdoc/40000220/
7. Steele, Wanda F., What are the signs of fetal distress? In: SheKnows Pregnancy and
Baby. Pennsylvania. 2007. Diakses tanggal 11 Agustus 2007 di
http://pregnancyandbaby.com/pregnancy/baby/What-are-the-signs-of-fetal-distress-
5960.htm
8. Cunningham, Garry F., M. D. et al: Antepartum Assesment, Williams Obstetrics, 22nd
ed, Connecticut: Appleton & Lange, 2002:40:1095-1108
9. Wikipedia. Cardiotocography. US:Wikipedia Foundation. 20 September 2006.
Diakses tanggal 11 Agustus 2007, di http://www.fetal.freeserve.co.uk/meconium.html
24

Anda mungkin juga menyukai