OLEH
Puji syukur penyusunan panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi rahmat dan karunianya sehingga Makalah tentang “Asuhan Keperawatan
Pneumonia” ini dapat terselesaikan. Makalah ini di ajukan guna memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Anak.
Kami mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat di selesaikan sesuai dengan waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga Makalah ini
memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................
Daftar Isi..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang....................................................................................................
1.2. Tujuan.................................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Teori.......................................................................................................
2.1.1. Pengertian ...............................................................................................
2.1.2. Peredaran Darah Ginjal Fisiologis............................................................
2.1.3. Etiologi......................................................................................................
2.1.4. Patofisiologi..............................................................................................
2.1.5. WOC.........................................................................................................
2.1.6. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis.......................................
2.1.7. Manifestasi Klinis......................................................................................
2.1.8. Penatalaksanaan .....................................................................................
2.2. Konsep Asuhan Keperawatan............................................................................
2.2.1. Pengkajian................................................................................................
2.2.2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan.....................................................
2.2.3. Intervensi Keperawatan............................................................................
2.3. Kasus..................................................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan.........................................................................................................
3.2. Saran...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1.1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan
Sindroma Nefrotik di Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2017.
1.2. Tujuan Khusus
1. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada anak dengan kasus
Sindroma Nefrotik di Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2017.
2. Mampu mendeskripsikan rumuskan diagnosa keperawatan pada anak
dengan kasus Sindroma Nefrotik di Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.
3. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada anak dengan kasus
Sindroma Nefrotik di Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2017.
4. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada anak dengan kasus
Sindroma Nefrotik di Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2017.
5. Mampu mendeskripsikan evaluasi pada anak dengan kasus Sindroma
Nefrotik di Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2017.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Sindroma Nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan
glomerulus. Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma
yang dapat menyebabkan terjadinya proteinuria, hipoalbuminemia,
hiperlipidemia dan edema (Betz & Sowden, 2009).
Sindroma Nefrotik merupakan penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat
hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (Ngastiyah, 2014).
3. Etiologi
Ngastiyah, (2014) mengatakan bahwa belum pasti diketahui penyebab
Sindroma Nefrotik, namun akhir-akhir ini dianggap sebagai penyakit
autoimun. Umumnya, etiologi Sindroma Nefrotik dibagi menjadi :
a. Sindrom Nefrotik Bawaan
Sindroma Nefrotik Bawaan diturunkan sebagai resesif autosomal,
klien ini biasanya tidak merespon terhadap pengobatan yang
diberikan. Adapun gejala yang biasanya terjadi yaitu edema pada
masa neonatus. Umumnya, perkembangan pada klien terbilang buruk
dan klien akan meninggal pada bulan-bulan pertama kehidupannya.
b. Sindrom Nefrotik Sekunder
Sindroma Nefrotik Sekunder bukan disebabkan oleh turunan
kromosom, namun disebabkan oleh beberapa masalah seperti :
(1) Malaria kuartana atau parasit lainnya
(2) Penyakit Lupus Eritematosus Diseminata, purpura dan
anafilaktoid
(3) Glomerulonefritis akut atau kronis, trombosis vena renalis
(4) Penyakit sel sabit, dll
c. Sindrom Nefrotik Ideopatik
Belum diketahui penyebab Sindrom Nefrotik Ideopatik atau juga
disebut Sindroma Nefrotik Primer. Berdasarkan histopatologis yang
tampak pada biopsi ginjal dengan pemeriksaan mikroskop biasa dan
mikroskop elektron, Churg, dkk membagi Sindrom Nefrotik Ideopatik
kedalam 4 golongan yaitu :
(1) Kelainan minimal yaitu dengan mikroskop biasa glomerulus
terlihat normal, namun dengan mikroskop elektron terlihat foot
prosessus sel epitel berpadu.
(2) Nefropati Membranosa yaitu terjadi penebalan dinding kapiler
glomerulus
(3) Glomerulonefritis Proliferatif
d. Glomerulonefritis Fokal Segmental
Pada Glomerulonefritis fokal segmental yang paling mencolok yaitu
sklerosis glomerulus yang disertai atrofi tubulus.
4. Patofisiologi
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan
dari proteinuria akan dapat mengakibatkan hipoalbuminemia. Dengan
menurunnya jumlah albumin, terjadilah penurunan tekanan osmotik plasma
sehingga cairan intravaskuler akan berpindah ke interstisial. Perpindahan
cairan tersebut mengakibatkan volume cairan intravaskuler berkurang dan
terjadilah kondisi hipovolemik pada pasien, kondisi hipovolemik ini jika tidak
segera diatasi akan berdampak pada hipotensi.
Rendahnya volume cairan pada intravaskuler ini akan mempengaruhi aliran
darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang
produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi antidiuretik hormon
(ADH) dan sekresi aldosteron yang mengakibatkan retensi terhadap natrium
dan air yang berdampak pada edema. Penurunan daya tahan tubuh juga
mungkin terjadi akibat hipoalbuminemia, jika tidak segera diatasi pasien
dengan Sindroma Nefrotik akan rentan terhadap infeksi seperti peritonitis
dan selulitis.
Anak dengan sindroma nefrotik dapat mengalami peningkatan kolesterol
dan trigliserida serum akibat peningkatan dari produksi lipoprotein karena
penurunan plasma albumin dan penurunan onkotik plasma. Selain itu,
peningkatan produksi lipoprotein didalam hepar akibat kompensasi
hilangnya protein dapat mengakibatkan terjadinya hiperlipidemia, dan akan
ditemukan lemak didalam urine atau lipiduria.
Menurunnya kadar natrium dalam darah anak dengan sindroma nefrotik
atau keadaan dehidrasi akibat retensi cairan akan merangsang sekresi
hormon renin yang berperan penting dalam mengatur tekanan darah.
Selanjutnya renin mengubah angiotensin yang disekresi hati menjadi
angiotensin I. Sel kapiler paru selanjutnya mengubah angiotensin I menjadi
angiotensin II yang mengonsentrasi otot polos sekeliling arteriola. Hal inilah
yang menyebabkan anak mengalami tekanan darah tinggi. Dalam kondisi
lain, ketidakseimbangan natrium akibat konsumsi natrium yang terlalu
sedikit akan mengakibatkan anak mengalami hipotensi (Suriadi & Yuliani,
2010).
5. WOC
6. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisoologis
Syaifuddin, (2012) mengatakan bahwa perubahan fisiologis pada anak
dengan sindrom nefrotik adalah :
a. Sistem Peredaran Darah (Sirkulasi)
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerulus mengakibatkan
protein lolos dan keluar bersama urine yang menyebabkan protein
dalam plasma berkurang, tekanan osmotic koloid menurun dan tekanan
hidrostatik meningkat, akibatnya cairan intravaskuler berpindah kedalam
interstisial. Respon tubuh anak adalah edema, edema akan semakin
parah dan hal ini terlihat dari postur tubuh anak yang hingga mengalami
edema anasarka. Jumlah cairan intravaskuler yang menurun dapat
mengakibatkan syok hipovolemik.
b. Sistem Pencernaan
Penumpukan cairan keruang interstisial dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan abdomen yang mendesak lambung. Respon tubuh
anak adalah anoreksia dan mual muntah.
c. Sistem Pernapasan
Penumpukan cairan keruang interstisial dapat mendesak rongga dada,
sehingga ekspansi paru menurun. Respon tubuh anak adalah napas
cepat.
d. Sistem Perkemihan
Stimulus yang diberikan oleh hormon renin – angiotensin
mengakibatkan peningkatan sekresi hormon ADH. Sehingga, reabsorbsi
Na+ dan Air juga mengalami peningkatan. Respon tubuh anak adalah
penurunan haluaran urine atau Oliguri bahkan anak bisa mengalami
anurine, selain itu anak juga akan mengalami edema yang akan
memburuk menjadi edema anasarka.
Penurunan fungsi filtrasi glomerulus mengakibatkan protein terfiltrasi
dan ikut keluar bersama urine, jika dilakukan pemeriksaan hematologi
akan ditemukan hasil hipoalbuminemia. Respon tubuh anak adalah
daya tahan tubuh yang rendah.
7. Manifestasi Klinis
Walaupun gejala pada anak akan bervariasi seiring dengan perbedaan
proses penyakit, gejala yang paling sering berkaitan dengan sindroma
nefrotik adalah :
a. Penurunan haluaran urine dengan warna gelap dan berbusa.
b. Retensi cairan dengan edema berat (edema fasial, abdomen, area
genitalia dan ekstremitas).
c. Distensi abdomen karena edema yang mengakibatkan sulit bernapas,
nyeri abdomen, anoreksia dan diare.
d. Pucat.
e. Keletihan dan intoleransi aktivitas.
f. Nilai uji laboratorium abnormal seperti proteinuria > 2gr/m2/hari,
albumin serum < 2gr/dl, kolesterol serum mencapai 450-1000mg/dl.
(Betz & Sowden, 2009)
8. Penatalaksanaan
Menurut Betz & Sowden, (2009) penatalaksanaan medis untuk sindrom
nefrotik meliputi :
a. Pemberian kortikosteroid seperti prednison atau prednisolon untuk
menginduksi remisi. Dosis akan diturunkan setelah 4 sampai 8 minggu
terapi. Jika pasien mengalami kekambuhan, maka perlu diberikan
kortikosteroid dengan dosis tinggi untuk beberapa hari.
b. Penggantian protein, hal ini dapat dilakukan dengan pemberian albumin
melalui makanan atau melalui intravena.
c. Pengurangan edema.
d. Terapi diuretik, hendaknya terapi ini diberikan lebih cermat guna
mencegah terjadinya penurunan volume intravaskuler, pembentukan
rombus maupun ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
e. Membatasi pemberian natrium.
f. Mempertahankan keseimbangan elektrolit.
g. Pengobatan nyeri untuk mengatasi ketidaknyamanan yang
berhubunganvdengan edema maupun tindakan medis yang dilakukan
kepada pasien.
h. Pemberian antibiotik seperti penisilin oral atau jenis lain,
mengingatvpasien dengan sindroma nefrotik rentan terkena infeksi
akibat daya tahanvtubuhnya yang rendah.
i. Terapi Imunosupresif untuk anak yang gagal berespon dengan terapi
steroid.
3. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Kelebihan volume cairan 1. Keseimbangan 1. Manajemen cairan
Batasan Karakteristik : cairan a.Timbang berat badan
1. Gangguan elektrolit Kriteria Hasil: setiap hari dan monitor
2. Anasarka a.Keseimbangan intake status pasien
3. Perubahan tekanan dan output dalam 24 jam b.Jaga dan catat
darah b.Berat badan stabil intake/output
4. Perubahan pola c. Turgor kulit c. Monitor status hidrasi
napas d.Asites d.Monitor tanda-tanda
5. Penuruna hematokrit e.Edema perifer vital pasien
6. Penurunan 2. Eliminasi urine e.Monitor kelebihan
hemoglobin Kriteria hasil : cairan atau retensi
7. Edema a.Pola eliminasi (misalnya edema,
8. Asupan melebihi b.Bau urine distensi vena jugularis
haluaran c. Jumlah urine dan edema)
9. Oliguri b.Warna urine f. Kaji luas dan lokasi
10. Distensi vena edema
jugularis g.Monitor status gizi
11. Efusi pleura h.Berikan cairan dengan
12. Penambahan berat tepat
badan dalam waktu i. Berikan diuretic yang
singkat diresepkan
Faktor Berhubungan 2. Monitor Cairan
dengan : a.Tentukan riwayat,
1. Gangguan jumlah dan tipe
mekanisme regulasi intake/output
2. Kelebihan asupan b.Monitor serum dan
cairan elektrolit urine
3. Kelebihan asupan c. Monitor TD, HR dan
natrium RR
d.Catat intake/ output
akurat
3. Monitor TTV
a.Monitor tekanan darah,
nadi, suhu dan status
pernapasan dengan
tepat
b.Monitor irama dan laju
pernapasan
c. Monitor warna kulit,
suhu dan kelembaban
d.Monitor sianosis
sentral dan perifer
2. Ketidakefektifan pola 1. Status pernapasan 1. Monitor pernapasan
napas Kriteria hasil : a.Monitor kecepatan,
Batasan Karakteristik : a.Frekuensipernapasan irama, kedalaman dan
1. Bradipnea b.Irama pernapasan kesulitan dalam
2. Penurunan tekanan c. Kedalaman inspirasi bernapas
ekspirasi d.Suara auskultasi b.Catat pergerakan
3. Pernapasan cuping pernapasan dada, catat
hidung e.Penggunaan otot bantu ketidaksimetrisan,
4. Fase ekspirasi napas penggunaan oto-totot
memanjang f. Retraksi dinding dada bantu pernapasan dan
5. Pernapasan bibir g.Sianosis retraksi dada
Faktor Berhubungan h.Pernapasan cuping c. Monitor suara napas
dengan : hidung tambahan seperti
1. Obesitas ngorok
2. Nyeri d.Monitor pola napas
3. Posisi tubuh (misalnya:bradipnea,
takipnea,hiperventilasi,
kusmaul)
e.Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
f. Monitor peningkatan
kelelahan, kecemasan
dan kekurangan udara
pada pasien
2. Manajemen Jalan
Napas
a.Atur posisi pasien
untuk memaksimalkan
ventilasi
b.Catat adanya suara
napas tambahan
Monitor tanda-tanda
vital
a.Monitor tekanan darah,
nadi, suhu dan status
pernapasan dengan
tepat
b.Monitor irama dan laju
pernapasan
c. Monitor warna kulit,
suhu dan kelembaban
d.Monitor sianosis
sentral dan perifer
3. Nyeri Akut 1. Kontrol nyeri Manajemen nyeri
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil : a.Lakukan pengkajian
1. Perubahan tekanan a.Mengenali kapan terjadi nyeri komprehensif
darah nyeri yang meliputi lokasi,
2. Perubahan frekuensi b.Menggunakan tindakan karakteristik, durasi,
pernapasan pengurangan nyeri non frekuensi,kualitas,inten
3. Mengekspresikan analgetik sitas dan faktor
dengan perilaku c. Melaporkan nyeri yang pencetus
4. Melaporkan nyeri terkontrol b.Kendalikan faktor
secara verbal 2. Tingkat nyeri lingkungan yang dapat
Faktor yang Kriteria Hasil : mempengaruhi
berhubungan : a.Nyeri yang dilaporkan terjadinya nyeri seperti
1. Agen cedera biologis b.Ekspresi nyeri wajah suhu
c. Ajarkan prinsip
managemen nyeri
(teknik relaksasi)
d.Dukung istirahat yang
adekuat untuk
mengurangi nyeri
e.Monitor kepuasan klien
terhadap managemen
nyeri yang diberikan
kepada klien
Pemberian analgetik
a.Cek perintah
pengobatan meliputi
nama, dosis dan
frekuensi
b.Cek adanya riwayat
alergi obat
c. Monitor tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian terapi
d.Berikan terapi sesuai
dengan waktu
paruhnya terutama
saat nyeri hebat
e.Evaluasi keefektifan
terapi analgetik
Aplikasi panas/dingin
a.Jelaskan penggunaan
aplikasi panas atau
dingin, alasan dan
pengaruh terhadap
nyeri
b.Pertimbangkan kondisi
kulit dan kontraindikasi
c. Bungkus perangkat
panas/dingin dengan
media seperti kain
d.Tentukan durasi
pengaplikasian
berdasarkan respon
verbal, perilaku, dan
biologis individu
C. KASUS
Anank A. Datang ke rumah sakit diantar oleh orang tuanya. Keluhan utama
Badan bengkak, muka sembab dan napsu makan menurun
A. Pengkajian
1. Identitas.
Nama : an. A
Umur : 6 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Edema masa neonatus, malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar bahan kimia.
Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun, konstipasi, diare,
urine menurun.
6. Imunisasi.
Perkembangan psikososial : anak berada pada fase pre school (inisiative vs rasa
bersalah) yaitu memiliki inisiatif untuk belajar mencari pengalaman baru. Jika
usahanya diomeli atau dicela anak akan merasa bersalah dan menjadi anak
peragu.
Perkembangan kognitif : masuk tahap pre operasional yaitu mulai
mempresentasekan dunia dengan bahasa, bermain dan meniru, menggunakan
alat-alat sederhana.
Usia pre school nutrisi seperti makanan yang dihidangkan dalam keluarga. Status
gizinya adalah dihitung dengan rumus (BB terukur dibagi BB standar) X 100 %,
dengan interpretasi : < 60 % (gizi buruk), < 30 % (gizi sedang) dan > 80 % (gizi
baik).
Sistem pernapasan.
Sistem kardiovaskuler.
Nadi 70 – 110 X/mnt, tekanan darah 95/65 – 100/60 mmHg, hipertensi ringan
bisa dijumpai.
Sistem persarafan.
Sistem perkemihan.
Sistem pencernaan.
Sistem muskuloskeletal.
Sistem integumen.
Sistem endokrin
Sistem reproduksi
2. Perubahan nutrisi kuruang dari kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder
terhadap kehilangan protein dan penurunan napsu makan.
N Diagnbosa Tujuan dan intervensi rasional
O keperawatan kriteria hasil
1. Kelebihan Tujuan : Mandiri : Perlu untuk
volume cairan Pasien tidak Kaji menentukan
berhubungan menunjukkan masukan yang fungsi ginjal,
dengan bukti-bukti relatif terhadap kebutuhan
kehilangan akumulasi keluaran secara penggantian
protein cairan (pasien akurat. cairan dan
sekunder mendapatkan Timbang penurunan
terhadap volume cairan berat badan resiko kelebihan
peningkatan yang tepat) setiap hari cairan.
permiabilitas (ataui lebih Mengkaji
glomerulus. sering jika retensi cairan
Kriteria hasil: diindikasikan). Untuk
Penurunan Kaji mengkaji ascites
edema, ascites perubahan dan karena
Kadar edema : ukur merupakan sisi
protein darah lingkar umum edema.
meningkat abdomen pada Agar tidak
Output umbilicus serta mendapatkan
urine adekuat pantau edema lebih dari
600 – 700 sekitar mata. jumlah yang
ml/hari Atur dibutuhkan
Tekanan masukan cairan Untuk
darah dan nadi dengan cermat. mempertahanka
dalam batas Pantau n masukan yang
normal infus intra vena diresepkan
Untuk
Kolaborasi : menurunkan
Berikan ekskresi
kortikosteroid proteinuria
sesuai Untuk
ketentuan. memberikan
Berikan penghilangan
diuretik bila sementara dari
diinstruksikan. edema.
Kolaborasi : Kolaborasi :
Berikan memberikan
kortikosteroid kortikosteroid
sesuai sesuai
ketentuan. ketentuan.
Berikan 1.
diuretik bila memberika
diinstruksikan. n diuretik
bila
diinstruksik
an.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sindroma Nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan
glomerulus. Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma yang
dapat menyebabkan terjadinya proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan
edema (Betz & Sowden, 2009).
Walaupun gejala pada anak akan bervariasi seiring dengan perbedaan proses
penyakit, gejala yang paling sering berkaitan dengan sindroma nefrotik adalah :
a. Penurunan haluaran urine dengan warna gelap dan berbusa.
b. Retensi cairan dengan edema berat (edema fasial, abdomen, area genitalia dan
ekstremitas).
c. Distensi abdomen karena edema yang mengakibatkan sulit bernapas, nyeri
abdomen, anoreksia dan diare.
d. Pucat.
e. Keletihan dan intoleransi aktivitas.
3.2 SARAN
DAFTAR PUISTAKA
http://pustaka.poltekes-pdg.ac.id
Yuliana, Rita. 2007 Asuhan keperawatan pada anak. Edisi 2. Jakarta: penebar
Swadaya.