Disusun Oleh :
KELOMPOK III
Tak ada gading yang tak retak karenanya kami sebagai tim penulis
menyadari bahwa penulisan makalah ini masi jauh dari kata sempurna,baik dari
sisi materi maupun penulisannya.Kami dengan rendah hati dan dengan tangan
terbuka menerima berbagai masukan maupun saran yang bersifat membangun
yang diharapkan berguna bagi seluruh pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................
1. Latar Belakang.................................................................................................................
2. Rumusan Masalah............................................................................................................
3. Tujuan..............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................
1. Kesimpulan......................................................................................................................
BABI
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sindrom Nefrotik merupakan penyakit ginjal yang paling sering ditemukan pada
anak, dan didefinisikan sebagai kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya kerusakan
glomerulus yang terjadi pada anak dengan karakteristik proteinuria,
hipoalbuminemia,hiperlipidemia dan edema(Suradi & Yuliani,2010).
Sejumlah anak dengan sidroma nefrotik yang mengalami kekambuhan dapat
berkurang secara bertahap sesuai dengan bertambahnya usia anak. Insiden yang
ditemukan pada Sindroma Nefrotik yaitu angka mortalitas dan prognosis anak bervariasi
berdasarkan penyebab, keparahan, tingkat kerusakan ginjal, usia anak serta respon anak
terhadap pengobatan. Penyakit ini sedikit lebih tinggi pada anak laki-laki dari pada anak
perempuan (Betz & Sowden,2009).
Insidens Sindroma Nefrotik pada anak dalam kepustakaan di Amerika Serikat dan
Inggris terdapat 2-7 kasus baru per 100.000 anak dalam satu tahun, dengan prevalensi
berkisar 12-16 kasus per 100.000 anak. Di negara berkembang insidensinya lebih tinggi.
Di Indonesia dilaporkan 6 per 100.000 per tahun pada anak berusia kurang dari 14 tahun.
Perbandingan anak laki-laki dan perempuan 2:1 (Konsensus IDAI, 2012 dalam Arif Y.
Prabowo, 2014).
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurisya, dkk (2014) di
Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung dan Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Bandung,di dominasi oleh laki-laki dengan rasio laki-laki berbanding perempuan 1,4:1.
Hasil ini sesuai pula dengan yang dikemukakan oleh Niaudet serta Dolan dan Gill bahwa
penderita SN anak laki-laki lebih banyak dari pada anak perempuan.
Pramana, dkk (2013) melaporkan bahwa penderita Sindroma Nefrotik yang dirawat di
Instalasi Rawat Inap RSUP.Dr.M.Djamil Padang periode 1
Januari 2009-30 April 2012 sebanyak 56 orang yang didominasi oleh anak pada
usia > 6 tahun sebanyak 55,4% serta rasio kejadian Sindroma Nefrotik pada anak laki-
laki dan perempuan sebesar 1,43:1.
Sindrom nefrotik dapat dibedakan menjadi sindrom nefrotik kongenital, sindrom
nefrotik primer, dan sindrom nefrotik sekunder. Pada umumnya sebagian besar (±80%)
sindrom nefrotik primer memberi respon yang baik terhadap pengobatan awal dengan
steroid,tetapi kira-kira 50% diantaranya akan relaps dan sekitar 10% tidak memberi
respon lagi dengan pengobatan steroid (Konsensus IDAI,2012 dalam Arif Y. Prabowo,
2014).
Jika seorang anak memberikan respon baik terhadap pengobatan dan
diperbolehkan untuk rawat jalan, maka perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan
pada orangtua mengenai tanda dan gejala kekambuhan sindroma nefrotik seperti edema,
oligurie bahkan anurie serta urine yang berwarna pekat. Jika tanda dan gejala tersebut
telah muncul pada anak, anjurkan kepada orangtua atau keluarga untuk segera membawa
anak ke pelayanan kesehatan terdekat. Namun, jika anak tidak berespon baik terhadap
pngobatannya dampak yang akan tejadi adalah Penyakit Ginjal Kronik. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Pardede dan Chunnaedy, (2009) di RS Dr.Cipto Mangunkusumo,
penyebab PGK didominasi oleh sindroma nefrotik (55,5%). Dampak lain yang sering
terjadi pada anak dengan Sindroma Nefrotik adalah infeksi seperti hipertensi, serta
selulitis dan peritonitis akibat penurunan daya tahan tubuh (Betz & Sowden, 2009).
Survey awal yang dilakukan pada 11 Januari 2017 diruang Akut IRNA
Kebidanan Anak RSUP.Dr.M.Djamil Padang ditemukan 24 orang anak dirawat,1 orang
anak diantaranya dengan diagnosa medis Sindroma Nefrotik. Pada anak dengan Sindrom
Nefrotik, Diagnosa keperawatan yang muncul adalah Kelebihan volume cairan dan
hipertermi. Adapun implementasi keperawatan yang telah dilaksanakan kepada anak
tersebut ialah kompres hangat serta memantau suhu anak, menimbang berat badan
anak setiap hari, berkolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian terapi
diit,berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi (steroid,
antibiotik,antihipertensi).
Salah satu peran perawat yaitu berkolaborasi dengan tim pelayanan kesehatan lain
untuk memberikan perawatan dan pengobatan yang optimal, perawat dapat
berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi diuretik dalam kasus Sindroma
Nefrotik ini. Selain itu, perawat perlu memberikan penilaian serta mengobservasi
tingkat keparahan edema, penambahan berat badan, mengontrol kelembaban kulit serta
memantau protein serum pada anak dengan Sindroma Nefrotik (Betz & Sowden,2009).
Dengan diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan terjadi
peningkatan kesehatan anak yang berpengaruh kepada berkurangnya jumlah hari
rawatan di rumah sakit dan meminimalkan biaya yang akan dikeluarkan serta mencegah
terjadinya komplikasi lebih lanjut dari Sindroma Nefrotik seperti Penyakit Ginjal
Kronik dan Infeksi akibat penurunan daya tahan tubuh anak. Hasil pengamatan peneliti,
perawat ruangan cenderung melanjutkan pendokumentasian dari shift sebelumnya tanpa
melakukan pengkajian terlebih dahulu.
2. Rumusan Masalah
1. Jelaskan prngrtian sindrom nefrotik
2.Jelaskan peredaran Darah Ginjal Fisiologis
3.Jelaskan etiologi sindrom nefrotik
4. Jelaskan patofisiologi sindrom nefrotik
5. Jelaskan pemeriksaan fisik sindrom nefrotik
6. jelaskan asuhan keperawatan sindrom nefrotik
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sindrom nefrotik
2. Untuk mengetahui darah ginjal fisiologis
3. Untuk mengetahui etiologi sindrom nefrotik
4. Untuk mengetahui patofisiologi sindrom nefrotik
5. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik sindrom nefrotik
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan sindrom nefrotik
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
7. Pemeriksaan Fisik
1. TTV
1. Tekanan Darah: Pada masa anak-anak tekanan darah sistole normal 80 sampai
100 mmHg dan nilai diastole normal 60 mmHg. Anak dengan hipovolemik
akan mengalami hipotensi, maka akan ditemukan tekanan darah kurang dari
nilai normal atau dapat ditemukan anak dengan hipertensi apabila kolesterol
anak meningkat.
2. Nadi: berdasarkan usia, frekuensi nadi anak usia 2-6 tahun 105x/ menit,
frekuensi nadi anak usia 6-10 tahun 95x/menit, frekuensi nadi anak usia 10-14
tahun 85x/menit dan frekuensi nadi anak usia 14-18 tahun 82x/menit.
3. Pernapasan: frekuensi napas anak usia 2-6 tahun 21-30x/menit, anak 6 sampai
10 tahun 20-26x/menit dan anak usia 10-14 tahun 18-22x/menit.
2. Postur
BB Ideal: bagi anak usia 2-12 tahun dengan cara 2n (umur dalam tahun)
+8. Perlu ditanyakan kepada orangtua,BB anak sebelum sakit untuk
menentukan adanya peningkatan BB pada anak dengan sindroma nefrotik.
Edema pada anak juga dapat ditandai dengan peningkatan Berat Badan >30%.
3. Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, normalnya Jugularis Vein
Distention (JVD) terletak 2 cm diatas angulus
4. Kadar hemoglobin dan hematokrit akan meningkat atau mengalami hemokonsentrasi
( normalnya Ht pada laki-laki 44-52% dan pada Perempuan 39-47%).
8. Asuhan Keperawatan
No Data Etiologi Masalah
DO:
2. Ny.J mengatakan,
selamadirumah
anak
seringmengalami
demam
DO:
1.terpasang tryway di
venaradialis dextra
2.Ny.J mengatakan
belummendapatkan
informasi yangjelas
mengenai penyakitanaknya
dan panik jika
melihat anaknya tiba-tibasembab
saat berada dirumahDO:
2.Diagnosa Keperawatan
3.Intervensi Keperawatan
cairan hari
intake dan output
dan
dalam 24 jam7.
monitor
Berat badan
stabil8. status pasien11.
Turgor kulit Jaga dan catat
9. Asites intake/output12.
Monitor
10. Edema perifer4.
Eliminasi urine status hidrasi13.
Monitor
Kriteria hasil:
tanda-tanda
5. Pola
eliminasi6. Bau vital pasien14.
urine Monitor
7. Jumlah kelebihan
urine8.
cairan
Warna urine
atau
retensi
(misalnya
edema,
distensi vena
jugularis dan
edema)
lokasi edema16.
Monitor
status gizi17.
Berikan cairan
dengan tepat
18. Berikan
diuretik yang
diresepkan5.Monitor
Cairan5. Tentukan
riwayat,jumlah dan
tipeintake/output6.Monit
or serum
dan
elektroliturine
7. Monitor TD,
HRdan RR
8.Catat
intake/outputakurat
Monitor tanda-tanda
vital
5. Monitor
tekanandarah, nadi,
suhu
6.
dan
statuspernapasan
7. n pasien
Menggunakan
alat
pelindung diri8.
Mencuci
tangan4.Status nutrisi
Kriteria hasil:
5. Asupan gizi
6.Asupan makanan Monitor nutrisi5. Timbang
5.7.Ratio berat beratbadan
badan/tinggi pasien6.Lakukan
badan8.hidrasi
pengukuran
antropometri padakomposisi
tubuh7.Monitor
kecenderungannaik dan
turunnyaberat badan anak8.
Identifikasi
perubahan beratbadan
terakhir6.Pengecekan
kulit6.Amati
warna,kehangatan,
bengkak,
pulsasi,tekstur,edema
danulserasi
padaekstremitas
7. Monitor warna
dansuhu kulit
8. Monitor
warnakulit
untukmemeriksa
adanyaruam atau
lecet9.Monitor
kulituntuk
adanyakekeringan
ataukelembaban
10. Monitorinfeksi,
terutamadari daerah edema
diet pola
makan
2.
Mengetahui
3. Mengetahui 2. Kaji
porsi adanya
makanan keterbatasa
yang
finansial yang
disarankan
dapat
mempengaru
hi
3. Ajarkan
pasien
dan
keluarga
nama
makanan yang
sesuai dengan
diit
yang
disarankan4.
Jelaskan pada
pasien
mengenai
tujuan
kepatuhan
terhadap
diit2.Manajemen
hipervolemi
1. Monitor
4. Implementasi Keperawatan
bagian paha
36,8℃
6. memantau adanya
peningkatan
orangtua anak
2. memonitor tanda-tanda
vital :
TD 140/90
mmHg,nadi,112x/i,
36,7℃
punggung tangan
hingga batas
bagian paha
4.mencatat intake dan
output:
cairan ±1200cc
5.memberikan diuretik :
anak
36,7℃
6.memantau adanya
peningkatan
orangtua anak
2. memonitor tanda-
tanda vital :
TD 150/100 mmHg,
nadi
114x/i,pernapasan
23x/i dan
suhu 36,7℃
punggung tangan
hingga batas
lengan, punggung
kaki hingga
bagian paha
cairan ±1000cc.
5.memberikan diuretik :
anak
1. memberikan terapi
antibiotik:
36,7℃
6. memantau adanya
peningkatan
37,2℃
punggung tangan
hingga batas
bagian paha
cairan ±900cc.
5.memberikan diuretik :
anak
37,2℃
6. memantau adanya
peningkatan
dengan berdiskusi
terbuka bersama
orangtua anak
2.memonitor tanda-
tanda vital :
TD 140/90 mmHg,
nadi 113x/i,
36,9℃
punggung kaki
hingga bagian
paha
cairan ±900cc.
5.memberikan diuretik :
anak
diberikan terapi
Lasix 2x10 mg.
pasien: MB Nefrotik
1100 kkal5.melakukan
pengukuran suhu:
36,9℃
6.memantau adanya
peningkatan
7. memantau adanya
tanda gejalainfeksi
dengan berdiskusi
terbuka bersama
orangtua anak
5.Evaluasi Keperawatan
1. TD 150/100 mmHg,
nadi 112x/i,
2. BB 12 kg,
P: intervensi dilanjutkan
ketidakadekuatanpertahanansekunder O:
7. terapi Cefixime
2x25mg diberikan8.
terpasang tryway pada vena
radialis
dextra
9. suhu 36,8℃
P: intervensi dilanjutkan
pemberian antibiotik dan
memantau suhu
P: intervensi dilanjutkan
P:intervensi dilanjutkan
ketidakadekuatanpertahanansekunder O:
dextra
P: intervensi dilanjutkan
pemberianantibiotik dan
memantau suhu
P:intervensi dilanjutkan
P: intervensi dilanjutkan
ketidakadekuatanpertahanansekunder O:
dextra
P: intervensi dilanjutkan
P: intervensi dilanjutkan
Risiko infeksidengan S: orangtua mengatakan anaknya
faktorrisiko tidakmengalami demam saat ini
ketidakadekuatanpertahanansekunder O:
dextra
P: intervensi dilanjutkan
pemberianantibiotik dan
memantau suhu
P:intervensi dilanjutkan
ketidakadekuatanpertahanansekunder O:
dextra
P: intervensi dilanjutkan
pemberianantibiotik dan
memantau suhu
A:masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN