Anda di halaman 1dari 46

SINDROMA NEFROTIK

Disusun Oleh :
KELOMPOK III

Sri Yusra Kone 2121007


Osiana Mantir 2121015
Yosefina Dua Sona 2121027
Emanuel Dedo Ngara 2121017
Angela Maria Bili 2121008

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT


karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh dosen yang kemudian dilanjutkan dengan penyusunan
makalah dengan judul “SINDROMA NEFROTIK”

Tak ada gading yang tak retak karenanya kami sebagai tim penulis
menyadari bahwa penulisan makalah ini masi jauh dari kata sempurna,baik dari
sisi materi maupun penulisannya.Kami dengan rendah hati dan dengan tangan
terbuka menerima berbagai masukan maupun saran yang bersifat membangun
yang diharapkan berguna bagi seluruh pembaca.

Makassar, 25 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................

1. Latar Belakang.................................................................................................................

2. Rumusan Masalah............................................................................................................

3. Tujuan..............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................

1. prngrtian sindrom nefrotik...............................................................................................

2.peredaran Darah Ginjal Fisiologis....................................................................................

3.etiologi sindrom nefrotik..................................................................................................

4. patofisiologi sindrom nefrotik.........................................................................................

5. pemeriksaan fisik sindrom nefrotik.................................................................................

6. asuhan keperawatan sindrom nefrotik.............................................................................

BAB III PENUTUP.............................................................................................................

1. Kesimpulan......................................................................................................................
BABI
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sindrom Nefrotik merupakan penyakit ginjal yang paling sering ditemukan pada
anak, dan didefinisikan sebagai kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya kerusakan
glomerulus yang terjadi pada anak dengan karakteristik proteinuria,
hipoalbuminemia,hiperlipidemia dan edema(Suradi & Yuliani,2010).
Sejumlah anak dengan sidroma nefrotik yang mengalami kekambuhan dapat
berkurang secara bertahap sesuai dengan bertambahnya usia anak. Insiden yang
ditemukan pada Sindroma Nefrotik yaitu angka mortalitas dan prognosis anak bervariasi
berdasarkan penyebab, keparahan, tingkat kerusakan ginjal, usia anak serta respon anak
terhadap pengobatan. Penyakit ini sedikit lebih tinggi pada anak laki-laki dari pada anak
perempuan (Betz & Sowden,2009).
Insidens Sindroma Nefrotik pada anak dalam kepustakaan di Amerika Serikat dan
Inggris terdapat 2-7 kasus baru per 100.000 anak dalam satu tahun, dengan prevalensi
berkisar 12-16 kasus per 100.000 anak. Di negara berkembang insidensinya lebih tinggi.
Di Indonesia dilaporkan 6 per 100.000 per tahun pada anak berusia kurang dari 14 tahun.
Perbandingan anak laki-laki dan perempuan 2:1 (Konsensus IDAI, 2012 dalam Arif Y.
Prabowo, 2014).
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurisya, dkk (2014) di
Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung dan Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Bandung,di dominasi oleh laki-laki dengan rasio laki-laki berbanding perempuan 1,4:1.
Hasil ini sesuai pula dengan yang dikemukakan oleh Niaudet serta Dolan dan Gill bahwa
penderita SN anak laki-laki lebih banyak dari pada anak perempuan.
Pramana, dkk (2013) melaporkan bahwa penderita Sindroma Nefrotik yang dirawat di
Instalasi Rawat Inap RSUP.Dr.M.Djamil Padang periode 1
Januari 2009-30 April 2012 sebanyak 56 orang yang didominasi oleh anak pada
usia > 6 tahun sebanyak 55,4% serta rasio kejadian Sindroma Nefrotik pada anak laki-
laki dan perempuan sebesar 1,43:1.
Sindrom nefrotik dapat dibedakan menjadi sindrom nefrotik kongenital, sindrom
nefrotik primer, dan sindrom nefrotik sekunder. Pada umumnya sebagian besar (±80%)
sindrom nefrotik primer memberi respon yang baik terhadap pengobatan awal dengan
steroid,tetapi kira-kira 50% diantaranya akan relaps dan sekitar 10% tidak memberi
respon lagi dengan pengobatan steroid (Konsensus IDAI,2012 dalam Arif Y. Prabowo,
2014).
Jika seorang anak memberikan respon baik terhadap pengobatan dan
diperbolehkan untuk rawat jalan, maka perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan
pada orangtua mengenai tanda dan gejala kekambuhan sindroma nefrotik seperti edema,
oligurie bahkan anurie serta urine yang berwarna pekat. Jika tanda dan gejala tersebut
telah muncul pada anak, anjurkan kepada orangtua atau keluarga untuk segera membawa
anak ke pelayanan kesehatan terdekat. Namun, jika anak tidak berespon baik terhadap
pngobatannya dampak yang akan tejadi adalah Penyakit Ginjal Kronik. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Pardede dan Chunnaedy, (2009) di RS Dr.Cipto Mangunkusumo,
penyebab PGK didominasi oleh sindroma nefrotik (55,5%). Dampak lain yang sering
terjadi pada anak dengan Sindroma Nefrotik adalah infeksi seperti hipertensi, serta
selulitis dan peritonitis akibat penurunan daya tahan tubuh (Betz & Sowden, 2009).
Survey awal yang dilakukan pada 11 Januari 2017 diruang Akut IRNA
Kebidanan Anak RSUP.Dr.M.Djamil Padang ditemukan 24 orang anak dirawat,1 orang
anak diantaranya dengan diagnosa medis Sindroma Nefrotik. Pada anak dengan Sindrom
Nefrotik, Diagnosa keperawatan yang muncul adalah Kelebihan volume cairan dan
hipertermi. Adapun implementasi keperawatan yang telah dilaksanakan kepada anak
tersebut ialah kompres hangat serta memantau suhu anak, menimbang berat badan
anak setiap hari, berkolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian terapi
diit,berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi (steroid,
antibiotik,antihipertensi).
Salah satu peran perawat yaitu berkolaborasi dengan tim pelayanan kesehatan lain
untuk memberikan perawatan dan pengobatan yang optimal, perawat dapat
berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi diuretik dalam kasus Sindroma
Nefrotik ini. Selain itu, perawat perlu memberikan penilaian serta mengobservasi
tingkat keparahan edema, penambahan berat badan, mengontrol kelembaban kulit serta
memantau protein serum pada anak dengan Sindroma Nefrotik (Betz & Sowden,2009).
Dengan diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan terjadi
peningkatan kesehatan anak yang berpengaruh kepada berkurangnya jumlah hari
rawatan di rumah sakit dan meminimalkan biaya yang akan dikeluarkan serta mencegah
terjadinya komplikasi lebih lanjut dari Sindroma Nefrotik seperti Penyakit Ginjal
Kronik dan Infeksi akibat penurunan daya tahan tubuh anak. Hasil pengamatan peneliti,
perawat ruangan cenderung melanjutkan pendokumentasian dari shift sebelumnya tanpa
melakukan pengkajian terlebih dahulu.
2. Rumusan Masalah
1. Jelaskan prngrtian sindrom nefrotik
2.Jelaskan peredaran Darah Ginjal Fisiologis
3.Jelaskan etiologi sindrom nefrotik
4. Jelaskan patofisiologi sindrom nefrotik
5. Jelaskan pemeriksaan fisik sindrom nefrotik
6. jelaskan asuhan keperawatan sindrom nefrotik
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sindrom nefrotik
2. Untuk mengetahui darah ginjal fisiologis
3. Untuk mengetahui etiologi sindrom nefrotik
4. Untuk mengetahui patofisiologi sindrom nefrotik
5. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik sindrom nefrotik
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan sindrom nefrotik
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. Konsep Dasar Kasus Sindroma Nefrotik


1.Pengertian
Sindroma Nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan
glomerulus. Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma yang
dapat menyebabkan terjadinya proteinuria,hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan
edema (Betz & Sowden,2009).
Sindroma Nefrotik merupakan penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat
hematuria,hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (Ngastiyah, 2014).
2. Peredaran Darah Ginjal Fisiologis
Ginjal mendapatkan darah dari arteri renalis yang merupakan cabang dari aorta
abdominalis. Arteri renalis memiliki cabang yang besar yaitu arteri renalis anterior
dan juga memiliki cabang yang kecil yaitu arteri renalis posterior. Cabang anterior
memberikan darah untuk ginjal anterior dan ventral sedangkan cabang posterior
memberikan darah untuk ginjal posterior dan dorsal.
Diantara kedua cabang ini terdapat suatu garis yaitu Brudels Line yang
terdapat disepanjang margo lateral dari ginjal. Pada garis ini tidak terdapat
pembuluh darah, sehingga kedua cabang ini akan menyebar hingga kebagian
anterior dan posterior dari kolisis sampai ke medula ginjal yang terletak diantara
piramid dan disebut dengan arteri interlobularis yang berjalan tegak kedalam
korteks dan berakhir sebagai vasa aferen glomerulus untuk 1-2 glomerulus, ploksus
kaliper sepanjang sepanjang tubulus dan melingkar didalam korteks serta sebagai
pembuluh darah yang menembus kapsul Bowman
Dari glomerulus keluar pembuluh darah aferen dan terdapat suatu anyaman
yang mengelilingi tubuli kontorti. Disamping itu ada cabang yang lurus menuju
pelvis renalis untuk memberikan darah pada ansa henle dan duktus koligen yang
dinamakan dengan arteri rektal.(Syaifuddin, 2012).
3.Etiologi
Ngastiyah, (2014) mengatakan bahwa belum pasti diketahui penyebab
Sindroma Nefrotik, namun akhir-akhir ini dianggap sebagai penyakit autoimun.
Umumnya, etiologi Sindroma Nefrotik dibagi menjadi:
1. Sindroma Nefrotik Bawaan
Sindroma Nefrotik Bawaan diturunkan sebagai resesif autosomal,klien ini
biasanya tidak merespon terhadap pengobatan yang diberikan. Adapun gejala
yang biasanya terjadi yaitu edema pada masa neonatus. Umumnya, perkembangan
pada klien terbilang buruk dan klien akan meninggal pada bulan-bulan pertama
kehidupannya.
2. Sindroma Nefrotik Sekunder
Sindroma Nefrotik Sekunder bukan disebabkan oleh turunan
kromosom,namun disebabkan oleh beberapa masalah seperti:
1. Malaria kuartana atau parasit lainnya
2. Penyakit Lupus Eritematosus Diseminata, purpura dan anafilaktoid
3. Glomerulonefritis akut atau kronis, trombosis vena renalis
4. Penyakit sel sabit,dll
5. Sindrom Nefrotik Ideopatik
Belum diketahui penyebab Sindrom Nefrotik Ideopatik atau juga disebut
Sindroma Nefrotik Primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi
ginjal dengan pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churg, dkk
membagi Sindrom Nefrotik Ideopatik kedalam 4 golongan yaitu:
1. Kelainan minimal yaitu dengan mikroskop biasa glomerulus terlihat
normal,namun dengan mikroskop elektron terlihat foot prosessus sel epitel
berpadu.
2. Nefropati Membranosa yaitu terjadi penebalan dinding kapiler glomerulus
3. Glomerulonefritis Proliferatif
3. Glomerulonefritis fokal segmental
Pada Glomerulonefritis fokal segmental yang paling mencolok yaitu
sklerosis glomerulus yang disertai atrofi tubulus.
4. Patofisiologi
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan dari
proteinuria akan dapat mengakibatkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya
jumlah albumin,terjadilah penurunan tekanan osmotik plasma sehingga cairan
intravaskuler akan berpindah ke interstisial. Perpindahan cairan tersebut
mengakibatkan volume cairan intravaskuler berkurang dan terjadilah kondisi
hipovolemik pada pasien, kondisi hipovolemik ini jika tidak segera diatasi akan
berdampak pada hipotensi.
Rendahnya volume cairan pada intravaskuler ini akan mempengaruhi aliran
darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi
renin angiotensin dan peningkatan sekresi antidiuretik hormon (ADH) dan sekresi
aldosteron yang mengakibatkan retensi terhadap natrium dan air yang berdampak
pada edema. Penurunan daya tahan tubuh juga mungkin terjadiakibat
hipoalbuminemia, jika tidak segera diatasi pasien dengan Sindroma Nefrotik akan
rentan terhadap infeksi seperti peritonitis dan selulitis.
Anak dengan sindroma nefrotik dapat mengalami peningkatan kolesterol
dan trigliserida serum akibat peningkatan dari produksi lipoprotein karena
penurunan plasma albumin dan penurunan onkotik plasma. Selain itu,
peningkatan produksi lipoprotein didalam hepar akibat kompensasi hilangnya
protein dapat mengakibatkan terjadinya hiperlipidemia, dan akan ditemukan
lemak didalam urine atau lipiduria
Menurunnya kadar natrium dalam darah anak dengan sindroma nefrotik atau
keadaan dehidrasi akibat retensi cairan akan merangsang sekresi hormon renin
yang berperan penting dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya renin
mengubah angiotensin yang disekresi hati menjadi angiotensin I. Sel kapiler paru
selanjutnya mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II yang mengonsentrasi
otot polos sekeliling arteriola. Hal inilah yang menyebabkan anak mengalami
tekanan darah tinggi. Dalam kondisi lain, ketidakseimbangan natrium akibat
konsumsi natrium yang terlalu sedikit akan mengakibatkan anak mengalami
hipotensi (Suriadi & Yuliani, 2010).
5. WOC
6. Riwayat Psikososial dan Perkembangan

Penurunan nilai cardiac output dapat mengakibatkan penurunan perfusi darah


ke otak. Hal ini dapat berdampak pada ketidakseimbangan perfusi jaringan cerebral
pada anak. Sehingga anak perlu mendapatkan stimulasi tumbuh kembang dengan
baik.

7. Pemeriksaan Fisik

1. TTV

1. Tekanan Darah: Pada masa anak-anak tekanan darah sistole normal 80 sampai
100 mmHg dan nilai diastole normal 60 mmHg. Anak dengan hipovolemik
akan mengalami hipotensi, maka akan ditemukan tekanan darah kurang dari
nilai normal atau dapat ditemukan anak dengan hipertensi apabila kolesterol
anak meningkat.

2. Nadi: berdasarkan usia, frekuensi nadi anak usia 2-6 tahun 105x/ menit,
frekuensi nadi anak usia 6-10 tahun 95x/menit, frekuensi nadi anak usia 10-14
tahun 85x/menit dan frekuensi nadi anak usia 14-18 tahun 82x/menit.

3. Pernapasan: frekuensi napas anak usia 2-6 tahun 21-30x/menit, anak 6 sampai
10 tahun 20-26x/menit dan anak usia 10-14 tahun 18-22x/menit.

2. Postur

BB Ideal: bagi anak usia 2-12 tahun dengan cara 2n (umur dalam tahun)
+8. Perlu ditanyakan kepada orangtua,BB anak sebelum sakit untuk
menentukan adanya peningkatan BB pada anak dengan sindroma nefrotik.
Edema pada anak juga dapat ditandai dengan peningkatan Berat Badan >30%.

3. Kepala-leher

Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, normalnya Jugularis Vein
Distention (JVD) terletak 2 cm diatas angulus
4. Kadar hemoglobin dan hematokrit akan meningkat atau mengalami hemokonsentrasi
( normalnya Ht pada laki-laki 44-52% dan pada Perempuan 39-47%).

5. Kadar trombosit akan meningkat, mencapai 500.000-1.000.000/μl (normalnya 150.000-


400.000/ul).

6. Kadar elektrolit serum bervariasi sesuai dengan keadaan penyakit perorangan


(normalnya K+ 3,5-5,0 mEq/L, Na+ 135-145 mEq/L, Kalsium 4-5,5 mEq/L, Klorida
98-106 mEq/L)

8. Asuhan Keperawatan
No Data Etiologi Masalah

1 DS: Kelebihan Kelebihan


asupancairan volumecairan
1.Ny.J mengatakan
anaknyamengalami sembab
padahampir seluruh
bagiantubuh,

2.Ny.J mengatakan anak


jugasedikit rewel

DO:

1.anak minum ±1200 cc


danBAK ±900 cc.

2.Piting edema positif


padapalpebra, pipi,
punggungtangan hingga
batas lengan,punggung kaki
hingga
paha,skrotum,abdomen,

3.anak terlihat gelisah,

4. BB anak 12 kg, sebelum


sakit9,5kg.

5.nilai natrium 128


Mmol/Ldan kalsium 7,6
mg/dL.

2 DS: Ketidakadekuatanpertahanan Risiko infeksi

1.Ny.J mengatakan sekunder


ananyasudah 3x dirawat
karenapenyakit yang
sama,

2. Ny.J mengatakan,
selamadirumah
anak
seringmengalami
demam

DO:

1.terpasang tryway di
venaradialis dextra

2.total protein 3,2


gr/dL,albumin 1,1 gr/dL,
leukosit11.7600/mm3.

3 DS: Kurangnya informasi Defisiensi


pengetahuan
1.Ny.J mengatakan
sangatkhawatir dengan
kondisianaknya saat ini,

2.Ny.J mengatakan
belummendapatkan
informasi yangjelas
mengenai penyakitanaknya
dan panik jika
melihat anaknya tiba-tibasembab
saat berada dirumahDO:

Orangtua terlihat bingung


saatditanya tentang
penyakitanaknya

2.Diagnosa Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan cairan

2. Risiko infeksi dengan faktor risiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder

3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

3.Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC

1 Kelebihan 3. Keseimbangan cairan4. Manajemen cairan10.


volumecairan Timbang berat
Kriteria Hasil:
berhubungandengan
badan setiap
kelebihanasupan 6. Keseimbangan

cairan hari
intake dan output
dan
dalam 24 jam7.
monitor
Berat badan
stabil8. status pasien11.
Turgor kulit Jaga dan catat

9. Asites intake/output12.
Monitor
10. Edema perifer4.
Eliminasi urine status hidrasi13.
Monitor
Kriteria hasil:
tanda-tanda
5. Pola
eliminasi6. Bau vital pasien14.
urine Monitor

7. Jumlah kelebihan
urine8.
cairan
Warna urine
atau

retensi

(misalnya

edema,

distensi vena

jugularis dan

edema)

15. Kaji luas dan

lokasi edema16.
Monitor

status gizi17.
Berikan cairan

dengan tepat
18. Berikan

diuretik yang

diresepkan5.Monitor
Cairan5. Tentukan
riwayat,jumlah dan
tipeintake/output6.Monit
or serum

dan
elektroliturine

7. Monitor TD,
HRdan RR

8.Catat

intake/outputakurat

Monitor tanda-tanda

vital

5. Monitor
tekanandarah, nadi,
suhu
6.
dan
statuspernapasan

dengan tepat6. Monitor


irama danlaju
pernapasan7. Monitor
warnakulit, suhu
dankelembaban8.
Monitor sianosissentral
dan perifer

2 Risiko 3. Kontrol risiko: Kontrol Infeksi


infeksidengan faktor prosesinfeksi 4.Batasi
risikoketidakadekuatanpertah
Kriteria Hasil:
anan jumlahpengunjung
5.
sekunder 5.Anjurkan
pasienmengenai
Mengidentifikasi
teknikcuci tangan
faktor risiko yangbenar
infeksi6.
6.Anjurkan
Mengidntifikasi
pengunjung
tanda dan
untukmencuci tangansaat
gejala
memasuki
infeksi danmeninggalkanruanga

7. n pasien

Menggunakan
alat

pelindung diri8.
Mencuci
tangan4.Status nutrisi

Kriteria hasil:

5. Asupan gizi
6.Asupan makanan Monitor nutrisi5. Timbang
5.7.Ratio berat beratbadan
badan/tinggi pasien6.Lakukan
badan8.hidrasi
pengukuran

antropometri padakomposisi
tubuh7.Monitor

kecenderungannaik dan
turunnyaberat badan anak8.
Identifikasi

perubahan beratbadan
terakhir6.Pengecekan
kulit6.Amati
warna,kehangatan,

bengkak,
pulsasi,tekstur,edema
danulserasi
padaekstremitas

7. Monitor warna
dansuhu kulit

8. Monitor
warnakulit

untukmemeriksa
adanyaruam atau
lecet9.Monitor
kulituntuk
adanyakekeringan

ataukelembaban

10. Monitorinfeksi,
terutamadari daerah edema

3 Defisiensi 5.Pengetahuan: Diet 1. Pengajaran:


yangdisarankan
pengetahuan peresepan diit1.
Kriteria Hasil: Kaji pola
berhubungan
1. makan pasien
dengan
Mengetahui
kurangnyainformasi saat ini dan
makanan
sebelumnya,
yang
termasuk
diperbolehkan
dan makanan yang

dilarang selama disukai dan

diet pola
makan
2.
Mengetahui

manfaat diet yang


dianjurkan saat ini

3. Mengetahui 2. Kaji
porsi adanya

makanan keterbatasa
yang
finansial yang
disarankan
dapat

mempengaru

hi

3. Ajarkan

pasien
dan

keluarga

nama

makanan yang

sesuai dengan

diit
yang

disarankan4.
Jelaskan pada

pasien

mengenai

tujuan

kepatuhan

terhadap
diit2.Manajemen

hipervolemi

1. Monitor
4. Implementasi Keperawatan

Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi


Kelebihan volumecairan 1. menimbang berat badan
berhubungandengan pasien:
kelebihanasupan cairan
12kg

2.memonitor tanda-tanda vital


: TD

150/100 mmHg, nadi


112x/i,pernapasan 24x/i,
suhu 36,8℃3. menilai luas
dan lokasi edema:edema
positif pada palpebra,

punggung tangan hingga


batas

lengan, punggung kaki


hingga

bagian paha

4. mencatat intake dan


output: intake±1200
output±900

5.memberikan diuretik : anak


24 Mei
2017 diberikan terapi Lasix 2x10
mg.

Risiko infeksi denganfaktor


1.memberikan terapi
antibiotik:
risikoketidakadekuatanpertahanan
Cefixime 2x25 mg
sekunder
2.mengajarkan pasien dan
keluarga

cara mencuci tangan


dengan benar3. melakukan
pengecekan kulit

4. memberikan diit sesuai


kebutuhan

pasien: MB Nefrotik 1100


kkal5. melakukan
pengukuran
suhu:

36,8℃

6. memantau adanya
peningkatan

atau penurunan berat


badan: BB 12kg

7. memantau adanya tanda


gejalainfeksi

Defisiensi 1. menggali pengetahuan


orangtuatentang penyakit
pengetahuan
yang diderita anaksaat ini
berhubungan
2. memberikan pendidikan
dengan kurangnyainformasi kesehatan

dengan berdiskusi terbuka


bersama

orangtua anak

25 Mei Kelebihan volumecairan


1.menimbang berat
2017 berhubungandengan kelebihanasupan
badan
cairan
pasien:12kg

2. memonitor tanda-tanda
vital :

TD 140/90
mmHg,nadi,112x/i,

pernapasan 22 x/i dan


suhu

36,7℃

3.menilai luas dan lokasi


edema:

edema positif pada


palpebra,

punggung tangan
hingga batas

lengan, punggung kaki


hingga

bagian paha
4.mencatat intake dan
output:

intake cairan ±1400cc


output

cairan ±1200cc

5.memberikan diuretik :
anak

diberikan terapi Lasix


2x10 mg.

Risiko infeksi denganfaktor 1. memberikan terapi


antibiotik:
risikoketidakadekuatanpertahanan
Cefixime 2x25 mg
sekunder
2.mengajarkan pasien dan
keluarga

cara mencuci tangan


dengan benar3.melakukan
pengecekan kulit

4. memberikan diit sesuai


kebutuhan

pasien:MB Nefrotik 1100


kkal5. melakukan
pengukuran
suhu:

36,7℃

6.memantau adanya
peningkatan

atau penurunan berat


badan: BB 12kg
7. memantau adanya tanda
gejalainfeksi

Defisiensi 1.menggali pengetahuan


orangtuatentang penyakit
pengetahuan
yang diderita anaksaat ini
berhubungan
2. memberikan pendidikan
dengan kurangnyainformasi kesehatandengan
berdiskusi terbuka
bersama

orangtua anak

26 Mei Kelebihan volumecairan 1. menimbang berat


2017 berhubungandengan badan
kelebihanasupancairan
pasien:12kg

2. memonitor tanda-
tanda vital :

TD 150/100 mmHg,
nadi

114x/i,pernapasan
23x/i dan

suhu 36,7℃

3. menilai luas dan


lokasi edema:

edema positif pada


palpebra,

punggung tangan
hingga batas

lengan, punggung
kaki hingga
bagian paha

4.mencatat intake dan


output:,

intake cairan ±1100


cc output

cairan ±1000cc.

5.memberikan diuretik :
anak

diberikan terapi Lasix


2x10 mg.

1. memberikan terapi
antibiotik:

Risiko infeksi denganfaktor Cefixime 2x25 mg

2. mengajarkan pasien dan


risikoketidakadekuatanpertahanan keluarga

cara mencuci tangan


dengan benar
sekunder 3.melakukan pengecekan kulit

4. memberikan diit sesuai


kebutuhanpasien: MB
Nefrotik 1100
kkal5.melakukan
pengukuran
suhu:

36,7℃

6. memantau adanya
peningkatan

atau penurunan berat


badan:BB 12kg

7. memantau adanya tanda


gejalainfeksi

Defisiensi 1. menggali pengetahuan


orangtuatentang penyakit
pengetahuan
yang diderita anaksaat ini
berhubungan
2. memberikan pendidikan
dengan kurangnyainformasi kesehatan

dengan berdiskusi terbuka


bersamaorangtua anak

2Kelebihan volumecairan berhubungandengan


1.menimbang berat badan
7kelebihanasupan cairan
M pasien:12kg
e 2.memonitor tanda-tanda
i vital:
2
TD 130/90 mmHg,
0
nadi 110x/i,
1
7 pernapasan 23x/i dan
suhu

37,2℃

3.menilai luas dan lokasi


edema:

edema positif pada


palpebra,

punggung tangan
hingga batas

lengan, punggung kaki


hingga

bagian paha

4.mencatat intake dan


output:

intake cairan ±1200 cc


output

cairan ±900cc.

5.memberikan diuretik :
anak

diberikan terapi Lasix


2x10 mg.

Risiko infeksi denganfaktor 1.memberikan terapi


risikoketidakadekuatanpertahanan antibiotik:

sekunder Cefixime 2x25mg

2.mengajarkan pasien dan


keluarga

cara mencuci tangan


dengan benar3. melakukan
pengecekan kulit
4. memberikan diit sesuai
kebutuhan

pasien:MB Nefrotik 1100


kkal5. melakukan pengukuran
suhu:

37,2℃

6. memantau adanya
peningkatan

atau penurunan berat badan:


BB 12kg

7.memantau adanya tanda


gejala
infeksi

Defisiensi 1. menggali pengetahuan


orangtuatentang penyakit
pengetahuan
yang diderita anaksaat ini
berhubungan
2. memberikan pendidikan
dengan kurangnyainformasi kesehatan

dengan berdiskusi
terbuka bersama

orangtua anak

Kelebihan volumecairan 1.menimbang berat


berhubungandengan kelebihanasupan badan
cairan
pasien:12 kg

2.memonitor tanda-
tanda vital :

TD 140/90 mmHg,
nadi 113x/i,

pernapasan 22x/i dan


suhu

36,9℃

28 Mei 3. menilai luas dan


2017 lokasi edema:

edema positif pada


punggung

tangan hingga batas


lengan,

punggung kaki
hingga bagian
paha

4.mencatat intake dan


output:

intake cairan ±1000


cc output

cairan ±900cc.

5.memberikan diuretik :
anak

diberikan terapi
Lasix 2x10 mg.

Risiko infeksi denganfaktor 1.memberikan terapi


antibiotik:
risikoketidakadekuatanpertahanan
Cefixime 2x25 mg
sekunder
2. mengajarkan pasien dan
keluarga

cara mencuci tangan


dengan benar3. melakukan
pengecekan kulit

4. memberikan diit sesuai


kebutuhan

pasien: MB Nefrotik
1100 kkal5.melakukan
pengukuran suhu:

36,9℃

6.memantau adanya
peningkatan

atau penurunan berat


badan: BB 12kg

7. memantau adanya
tanda gejalainfeksi

Defisiensi 1. menggali pengetahuan


orangtuatentang penyakit
pengetahuan
yang diderita anaksaat ini
berhubungan
2. memberikan pendidikan
dengan kurangnyainformasi kesehatan

dengan berdiskusi
terbuka bersama

orangtua anak
5.Evaluasi Keperawatan

Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf

Kelebihan volumecairan S: orangtua mengatakan badan


anaknyamasih sembab dan anak
berhubungandengan
masih rewel
kelebihanasupan cairan
O:

1. TD 150/100 mmHg,
nadi 112x/i,

pernapasan 24x/i,suhu 36,8℃,

2. BB 12 kg,

3. intake ±1200cc dan


24 Mei 2017 output ±900 cc4. terapi
lasix 2x10mg

5. anak terlihat rewel

6. piting edema positif


pada palpebra,

ekstremitas, skrotum dan


asitesA: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

Risiko infeksidengan S: orangtua mengatakan anaknya


faktorrisiko tidakmengalami demam saat ini

ketidakadekuatanpertahanansekunder O:

7. terapi Cefixime
2x25mg diberikan8.
terpasang tryway pada vena
radialis

dextra
9. suhu 36,8℃

A: masalah tidak terjadi

P: intervensi dilanjutkan
pemberian antibiotik dan
memantau suhu

Defisiensi S:orangtua mengatakan sudah


mengetahuitanda-gejala pada anak
pengetahuanberhubungandengan
dengan sindromanefrotik
kurangnya
O:
informasi
orangtua mampu menjelaskan
kembalitanda-gejala sindroma
nefrotik

A:masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

25 Mei 2017 Kelebihan volumecairan S: orangtua mengatakan badan


anaknyamasih sembab dan anak
berhubungandengan kelebihanasupan
masih rewel
cairan
O:

10. TD 140/90 mmHg, nadi,


112x/i,

pernapasan 22 x/i dan suhu


36,7℃11. BB 12 kg,

12. intake ±1400cc dan output


±1200 cc13. terapi lasix 2x10mg
14. anak terlihat rewel

15. piting edema positif pada


palpebra,

ekstremitas, skrotum dan


asitesA:masalah belum teratasi

P:intervensi dilanjutkan

Risiko infeksidengan S: orangtua mengatakan anaknya


faktorrisiko tidakmengalami demam saat ini

ketidakadekuatanpertahanansekunder O:

16. terapi Cefixime 2x25mg


diberikan17. terpasang tryway pada
vena radialis

dextra

18. suhu 36,7℃

A: masalah tidak terjadi

P: intervensi dilanjutkan
pemberianantibiotik dan
memantau suhu

Defisiensi S:orangtua mengatakan sudah


mengetahuidiet pada anak dengan
pengetahuanberhubungandengan
sindroma nefrotikO:
kurangnya
orangtua mampu menjelaskan
informasi kembali jenismakanan untuk anaknya

A:masalah belum teratasi

P:intervensi dilanjutkan

26 Mei Kelebihan volumecairan S: orangtua mengatakan badan


2017 anaknyamasih sembab dan anak masih
rewel
berhubungandengan kelebihanasupan O:
cairan
19. TD 150/100 mmHg, nadi
114x/i,

pernapasan 23x/i dan suhu


36,7℃20. BB 12kg,

21. intake ±1100cc dan


output±1000 cc22. terapi lasix
2x10mg

23. anak terlihat rewel

24. piting edema positif pada


palpebra,

ekstremitas, skrotum dan


asitesA: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

Risiko infeksidengan S: orangtua mengatakan anaknya


faktorrisiko tidakmengalami demam saat ini

ketidakadekuatanpertahanansekunder O:

25. terapi Cefixime 2x25mg


diberikan26. terpasang tryway pada
vena radialis

dextra

27. suhu 36,7℃

A: masalah tidak terjadi


P: intervensi dilanjutkan
pemberian

antibiotik dan memantau suhu

Defisiensi S:orangtua mengatakan sudah


mengetahuipenyebab sembab pada
pengetahuanberhubungandengan
anak
kurangnya
O:
informasi
orangtua mampu menjelaskan
kembalimakanan yang boleh dan
tidak bolehdikonsumsi anak

A:masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

Kelebihan volumecairan S: orangtua mengatakan badan


anaknyamasih sembab dan anak
berhubungandengan kelebihanasupan
masih rewel
cairan
O:

28. TD 130/90 mmHg, nadi 110x/i,

pernapasan 23x/i dan suhu


37,2℃29. BB 12kg,

30. intake ±1200cc dan output


±900 cc31. terapi lasix 2x10mg

27 Mei 32. anak terlihat rewel


2017 33. piting edema positif pada
palpebra,

ekstremitas, skrotum dan


asitesA: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan
Risiko infeksidengan S: orangtua mengatakan anaknya
faktorrisiko tidakmengalami demam saat ini

ketidakadekuatanpertahanansekunder O:

34. terapi Cefixime 2x25mg


diberikan35. terpasang tryway pada
vena radialis

dextra

36. suhu 37,2℃

A: masalah tidak terjadi

P: intervensi dilanjutkan
pemberianantibiotik dan
memantau suhu

Defisiensi S: orangtua mengatakan sudah


mengetahuipenyebab tekanan darah
pengetahuanberhubungandengan
anak tinggi
kurangnya
O:
informasi
orangtua mampu menjelaskan
kembalimakanan yang mempengaruhi
terjadinyapeningkatan tekanan darah

A: masalah belum teratasi

P:intervensi dilanjutkan

28 Mei Kelebihan volume S: orangtua mengatakan badan


2017 anaknya
cairan
masih sembab dan anak masih rewel
berhubungan
dengan kelebihanasupan cairan O:

37. TD 140/90 mmHg, nadi 113x/i,

pernapasan 22x/i dan suhu


36,9℃38. BB 12 kg

39. intake ±1000cc dan output±900


cc40. terapi lasix 2x10mg

41. anak terlihat rewel

42. piting edema


positif pada

ekstremitas, skrotum dan


asitesA: masalah teratasi sebagian

P: intervensi dilanjutkan dengan


pemberianpendidikan kesehatan
kepada keluargatentang tanda-gejala
anak perlu segeradibawa ke pelayanan
kesehatan

Risiko infeksidengan S: orangtua mengatakan anaknya


faktorrisiko tidakmengalami demam saat ini

ketidakadekuatanpertahanansekunder O:

43. terapi Cefixime 2x25mg


diberikan44. terpasang tryway pada
vena radialis

dextra

45. suhu 37,2℃

A:masalah tidak terjadi

P: intervensi dilanjutkan
pemberianantibiotik dan
memantau suhu

Defisiensi S:orangtua mengatakan sudah


mengetahuipenyebab tekanan darah
pengetahuanberhubungandengan
anak tinggi
kurangnya
O:
informasi
orangtua mampu menjelaskan
kembalimakanan yang mempengaruhi
terjadinyapeningkatan tekanan darah

A:masalah teratasi

P: intervensi dihentikan
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada Partisipan I dan


Partisipan II dengan sindroma nefrotik diruang Akut IRNA Kebidanan dan Anak
RSUP DR. M. Djamil Padang, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :1. Hasil pengkajian didapatkan data bahwa orangtua Partisipan I mengeluh
anak sembab, rewel dan berat badan meningkat. Dari pemeriksaan fisik ditemukan
piting edema positif pada palpebra, ekstremitas, skrotum dan asites, tekanan darah
150/100 mmHg, berat badan anak 12 kg, lingkar perut 61 cm. Hasil pemeriksaan
penunjang pada Participant I, total albumin 1,1 gr/dL (3,8-5,0 gr/dL). Sedangkan
pada Partisipan II, Tn.R mengeluh adiknya sembab, pucat dan penurunan nafsu
makan. Dari pemeriksaan fisik ditemukan piting edema positif pada punggung
tangan dan punggung kaki, berat badan 29 kg, LILA 19 cm. Hasil pemeriksaan
penunjang pada Participant II albumin 2,4 gr/dL(3,8-5,0 gr/dL).

2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada sindroma nefrotik sebanyak tujuh


diagnosa. Berdasarkan kasus, diagnosa yang muncul pada Partisipan I adalah
kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi, risiko
infeksi dengan faktor risiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder, defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi. Sedangkan pada partisipan
II diagnosa yang muncul yaitu hipertermi berhubungan dengan penyakit,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
biologis, risiko infeksi dengan faktor risiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder
dan kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi.

3. Intervensi keperawatan yang direncakan tergantung pada masalah keperawatan


yang ditemukan. Berikut beberapa intervensi keperawatan
dan monitor adanya perubahan tekanan darah. Sehingga, keseimbangan cairan dapat
terjaga, tidak ditemukan keparahan kondisi edema dan tekanan darah tetap stabil.

Anda mungkin juga menyukai