Anda di halaman 1dari 19

SINDROM NEFROTIK

TUGAS MEDIKAL BEDAH 1

Dosen Pengampu:

Dewi Nurviana, S.Kep.Ns.M.Kep.Sp.Kep.MB

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2:

Andi Rian Rifai PO0220221009

Silfani Akuba PO0220221049

Siti Magfirah Murdan A. Hadi PO0220221036

POLTEKKES KEMENKES PALU

PRODI D-III KEPERAWATAN POSO

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sindrom Nefrotik” dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang penyakit Sindrom Nefrotik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dewi Nurviana Suharto selaku Dosen Mata
Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1, dan ucapan terima kasih juga kepada semua pihak
yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari atas kekurangan kemampuan penulis dalam pembuatan makalah ini,
sehingga akan menjadi suatu kehormatan terbesar bagi kami apabila mendapatkan kritik dan
saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.

Demikian akhir kata dari kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan
mmenambah wawasan bagi pembaca.

Poso, 15 juli 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

SAMPUL ..................................................................................................................

KATA PENGANTAR .............................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................

A. Latar Belakang ..............................................................................................


B. Rumusa Masalah ...........................................................................................
C. Tujuan Masalah .............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................

A. Pengertian Sindrom Nefrotik ........................................................................


B. Etiologi ..........................................................................................................
C. Manifestasi Klinik .........................................................................................
D. Patofisiologi ..................................................................................................
E. Patheway .......................................................................................................
F. Penatalaksanaan ............................................................................................
G. Komplikasi ....................................................................................................
H. Konsep Asuhan Keperawatan .......................................................................

BAB III PENUTUP .................................................................................................

A. Kesimpulan ...................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam tubuh manusia, terdapat salah satu organ penting yang berkaitan erat
dengan sindrom nefrotik, yaitu ginjal. Ginjal berfungsi mengatur keseimbangan
tubuh dan mengekskresikan zat-zat yang sudah tidak berguna dan beracun jika
terus berada didalam tubuh. Ginjal sangat penting bagi tubuh kita, karena ginjal
bertugas mempertahankan homeostatis bio kimiawi normal didalam tubuh
manusia, dengan cara mengeluarkan zat sisa melalui proses filtrasi, absorbsi, dan
augmentasi. Pada saata proses urinasi, bladder berkontraksi dan urin dikeluarkan
melalui uretra. Tetapi semua fungsi organ tersebut tidak luput dari adanya
abnormalitas fungsi, yang mana jika hal itu terjadi dapat menyebabkan suatu
masalah atau gangguan, salah satunya yaitu sindrom nefrotik (siburian, 2013;
Astuti, 2014).
Sampai pertengahan abad ke-20 morbiditas Sindrom Nefrotik pada anak masih
tinggi yaitu melebihi 50% sedangkan angka mortalitas mencapai 23%. Angka
kejadian di Indonesia pada Sindrom Nefrotik mencapai 6 kasuspertahun dari
10.000 anak berusia kurang dari 14 tahun (Alatas, 2002). Mortalitas dan prognosis
anak dengan sindrom nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi, berat, luas
kerusakan ginjal, usia anak, kondisi yang mendasari dan responnya terhadap
pengobatan (Betz & Sowden, 2002).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas, makala rumusan
masalah pada makalah ini bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada
sindrom nefrotik.
C. Tujuan
Tujuan penyusun dalam penyusunan makalah ini terbagi menjadi dua bagian,
yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penyususnan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan
memahami tentang konsep dasar penyakit sindrom nefrotik dan asuhan
keperawatan yang benar pada pasien dengan sindrom nefrotik.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengetahui dan memahami konsep dasar penyakit sindrom nefrotik
yang meliputi definisi sindrom nefrotik, etiologi, anotomi fisiologi ginjal,
manifestasi klinis, pathways, pemeriksaan penunjang, dan
penatalaksanaan.
b. Dapat mengidentifikasi konsep asuhan keperawatan yang benar pada klien
dengan sindrom nefrotik yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, dan evaluasi keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sindrom Nefrotik


Sindrom Nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan
permebilitas membran glomerulus terhadap protein yang mengakibatkan
kehilangan urinarus yang massif (Whaley & Wong, 2003).
Sindrom Nefrotik adalah kumpulan gejala klinis yang timbul dari kehilangan
protein karena kerusakan glomerulus yang difus (Luckman, 1996). Sindrom
Nefrotik ditandai dengan protein nuria masif (lebih dari 40 mg/m2 LPB/jam
atau resiko protein/kreatinin pada urine sewaktu > 2 mg/mg), hipoproteinemia,
hipoalbuminemia (kurang dari 2,5 gr/dL), edema dan hiperlipidemia
(Beherman,2001).
B. Etiologi
Penyebab sindrom nefrotik dibagi menjadi dua menurut Muttaqin, 2012 adalah:
1. Primer, yaitu yang berkaitan dengan berbagai penyakit ginjal,
glomerulonefritis, dan sindrom nefrotik perubahan minimal
2. Sekunder, yaitu yang diakibatkan infeksi, penggunaan obat, dan penyakit
sistematik lain, seperti diabetes melitus, sistem lupus eritematosus, dan
amyloidosis.
C. Manifestasi Klinik
Manifestasi utama pada sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya lunak
dan cekung bila ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan di sekitar mata
(periorbital), pada area ekstremitas (sekrum, tumit dan lengan), dan pada
abdoman (asites). Gelaja lain seperti malese, sakit kepala, iribilitas, dan
keletihan umumnya terjadi.
D. Patofisiologi
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah
proteinuria sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder.
Kelainan ini disebabkan oleh kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus
yang disebabnya belum diketahui yang terkait dengan hilangnya muatan
negative gliko protein dalam dinding kapiler. Pada sindrom nefrotik keluarnya
protein terdiri atas campuran albumin dan protein didalam tubulus terlalu
banyak akibat dari kebocoran glomerolus dan akhirnya diekskresikan dalam
urin (Latas,2002:383).
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan
berakibatkan hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinura.
Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan
menurunnya albumin, tekanan osmotic plasma menurun sehingga cairan
tersebut menjadikan volume cairan intravascular berpindah ke dalam intertisial.
Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intavascular berkurang,
sehingga menurunkan jumlah aliran dalah ke renal karena hipovolemi.
Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan
merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi antideuretik
hormone (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian menjadi retensi natrium
dan air, akan menyebabkan edema (Wati,2012).
Terjadi peningkatan cholesterol dan triglicerida serum akibat dari
peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin
atau penurunan onkotik plasma. Adanya hiperlipidemia juga akibat dari
meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena
kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria).
Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan
oleh hipoalbuminemia, hyperlipidemia, atau defisiensi seng. (Suriadi dan
yuliani,2001:2017).

E. Patheway
F. Penatalaksanaan
Tujuan pentalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal. Menjaga
pasien dalaam keadaan tirah baring selama beberapa hari mungkin diperlukan
untuk meningkatkan diuresis guna mengurangi edema. Masukkan protein
ditingkatkan untuk menggantikan protein yang hilang dalam urin dan untuk
membentuk cadangan protein di tubuh. Jika edema berat, pasien diberikan diet
rendah natrium. Diuretik diresepkan untuk pasien dengan edema berat, dan
adrenokortikosteroid (prednison) digunakan untuk mengurangi proteinuria
(Brunner & Suddarth,2001).
Diet bagi klien Sindrom Nefrotik
1. Tujuan Diet
a. Mengganti kehilangan protein terutama albumin
b. Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh.
c. Memonitor hiperkolestrolemia dan penumpukan trigliserida.
d. Menontrol hipertensi
e. Mengatasi anoreksia
2. Syarat Diet
a. Energi cukup, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif
yaitu 35 kkal/kg BB/hari
b. Protein sedang, yaitu 1 g/kg BB, atau 0,8 g/kg BB ditambah jumlah
protein yang dikeluarkan melalui urin. Utamakan penggunaan protein
bernilai biologik tinggi.
c. Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energy total
d. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energy total
e. Natrium dibatasi, yaitu 1-4 gr sehari, tergantung berat ringannya edema
f. Kolestrol dibatasi < 300 mg, begitu juga dengan gula murni, bila ada
peningkatan trigliserida darah
g. Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui
urin ditambah 500 ml pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit
dan pernafasan.
3. Diet yang Dianjurkan dan Dihindari

Jenis Bahan Dianjurkan Dibatasi


Makanan
Sumber Nasi, bubur, bihun, roti, Roti, biskuit dan kue-
Karbohidrat gandum, makaroni, kue yang dibuat
pasta, jagung, kentang, menggunakan garam
ubi, talas, singkong, dapur dan soda.
havermout.
Sumber Telur, susu skim/susu Hati, ginjal, jantung
Protein rendah lemak, daging limpa, otak, sosis,
hewani tanpa lemak, ayam babat, usus, paru, kaldu
tanpa kulit, ikan. daging, bebek, burung,
angsa, remis, seafood
dan aneka. Protein
hewani yang diawetkan
menggunakan garam
seperti sarden, komet,
ikan asin, dan
sebagainya.
Sumber Kacang-kacangan dan Kacang-kacangan yang
Protein aneka olahannya diasinkan atau
Nabati diawetkan
Sayuran Semua jenis sayuran Sayauran yang
segar diasinkan atau
diawetkan.
Buah-buahan Semua macam buah- Buah-buahan yang
buahan segar diasinkan atau
diawatkan.
Minuman Semua macam Teh kental atau kopi,
minuman yang tidak minuman yang
beralkohol mengandung soda dan
alkohol: soft drink,
arak, ciu, dan bir
Lainnya Semua macam bumbu Makanan yang
secukupnya berlemak, penggunaan
santan kental.
Bumbu: garam, baking
powder, soda kue,
MSG, kecap, terasi,
ketchup, sambal botol,
petis, tauco, bumbu
instan, dan sebagainya.
G. Komplikasi
 Infeksi (akibat defisiensi respon imun)
 Tromboembolisme (terutama vena renal)
 Emboli pulmo
 Peningkatan terjadinya aterosklerosis
 Hypovolemia
 Hilangnya protein dalam urin
 Dehidrasi

H. Konsep Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan keperawatan
untuk meningkatkan, mencegah dan memulihkan kesehatan. Proses keperawatan
merupakan susunan metode pemecahan masalah yang meliputi pengkajian
keperawatan, identifikasi/analisa masalah, implementasi dan evaluasi yang
masing-masing berkesinambungan serta memerlukan kecakapan keterampilan
profesional tenaga keperawatan (Hidayat,2004).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari tahapan proses keperawatan.
Dalam mengkaji, harus memperhatikan data dasar pasien sebagai berikut
a. Lakukan pengkajian fisik termasuk pengkajian luasnya edema
b. Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat, terutama yang berhubungan
dengan penambahan BB saat ini, disfungsi ginjal
c. Observasi adanya manisfestasi sindrom nefrotik
1) Penambahan berat badan
2) Edema
3) Wajah sembab:
- Khususnya di sekitar mata
- Timbulnya pada saat bangun pagi
- Berkurang di siang hari
4) Pembengkakan abdomen (asites)
5) Kesulitan pernafasan (efusi pleura)
6) Pembengkakan labial (scrotal)
7) Edema mukosa usus yang menyebabkan:
- Diare
- Anoreksia
- Absorbsi usus buruk
8) Pucat kulit ekstrim (sering)
9) Peka rangsang
10) Mudah lelah
11) Latargi
12) Tekanan darah normal atau sedikit menurun
13) Kerentanan terhadap infeksi.
14) Perubahan urin;
- Penurunan volume
- Gelap
- Berbau buah
d. Identitas Klien
1) Umur
lebih banyak pada anak-anak usia pra sekolah (3-6 tahun). Ini
dikarenakan adanya gangguan pada sistem imunitas tubuh dan
kelainan genetik sejak lahir.
2) Jenis kelamin
Anak laki-laki lebih sering terjadi dibandingkan anak perempuan
dengan rasio 2:1. Ini dikarenakan pada fase umur anak 3-6 tahun
terjadi perkembangan psikoseksual: dimana anak berada pada fase
oedipal/falik dengan ciri meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari
beberapadaerah genitalnya. Kebiasaan ini dapat mempengaruhi
kebersihan diri terutama daerah genital. Karena anak-anak pada masa
ini juga sering bermain dan kebersihan tangan kurang terjaga. Hal ini
nantinya juga dapat memicu terjadinya infeksi.
3) Agama
4) Suku/bangsa
5) Status
6) Pendidikan
7) Pekerjaan
e. Identitas penanggung jawab
f. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama: kaki edema, wajah sembab, kelemahan fisik, perut
membesar (adanya acites)
2) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk pengkajian riwayat kesehatan sekarang, perawat perlu
menanyakan hal berikut:
- Kaji berapa lama keluhan adanya perubahan urine output
- Kaji onset keluhan bengkak pada wajah atau kaki apakah disertai
dengan adanya keluhan pusing dan cepat lelah
- Kaji adanya anoreksia pada klien
- Kaji adanya keluhan sakit kepala dan malaise
g. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Apakah klien pernah menderita penyakit edema?
2) Apakah ada riwayat dengan penyakit diabetes melitus dan penyakit
hipertensi pada masa sebelumnya?
3) Mengkaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan
adanya riwayat alaergi terhadap obat.
h. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya penyakit keturunan dalam keluarga seperti DM yang
memicu timbulnya manifestasi klinik sindrom nefrotik.
i. Kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual
1) Pola nutrisi dan metabolisme:
- Anoreksia
- mual
- muntah
2) Pola eliminasi:
- Diare
- oliguria
3) Pola aktivitas dan latihan:
- Mudah lelah
- malaise
4) Pola istirahat tidur:
Susah tidur
5) Pola mekanisme Koping:
- Cemas
- Maladaptif
6) Pola persepsi diri dan konsep diri:
- Putus asa
- Rendah diri
j. Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum
2) Keadaan umum: klien lemah dan terlihat sakit berat
3) Kesadaran: biasanya compos mentis
4) TTV: aering didapatkan adanya perubahan.
5) Pemeriksaan sistem tubuh
k. Pemeriksaan Diagnostik
Urinalisis didapatkan hematuria secara mikroskopik, proteinuria,
terutama albumin. Keadaan ini juga terjadi akibat meningkatnya
permeabilitas membran glomerulus.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi.
Batasan Karakteristik:
1) Edema
2) Ansictas
3) Anasarka
4) Gangguan pola nafas
5) Oliguria
6) Penambatan berat badan dalam waktu singkat
7) Perubahan berat jenis urine
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis (hipoproteinemia) dan kurang asupan makanan
(anoreksia).
Batasan Karakteristik:
1) Cepat kenyang setelah makan
2) Gangguan sensasi rasa
3) Kurang minat pada makanan
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit (edema)
Batasan Karakteristik:
1) Berfokus pada penampilan masa lalu
2) Menghindari melihat tubuh
3) Menghindari menyentuh tubh
4) Menyembunyikan bagian tubuh
5) Takut reaksi orang lain
d. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mokus
dengan jumlah berlebihan (efusi plcura)
Batasan Karakteristik:
1) Suara nafas tambahan
2) Perubahan frekuensi dan irama nafas
3) Sianosis
4) Dipsncu
5) Gelisah
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubunan dengan penekanan
tubuh terlalu dalam akibat edema.
Batasan Karakteristik:
1) Perubahan karakteristik kulit (warna, elastisitas, rambut, kelembapan,
kuku, sensasi, suhu)
2) Waktu pengisian kapiler > 3 detik
3) Warna tidak kembali ke tungkai saat tungkai diturunkan
4) Edema
5) Paresresia
f. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nafas adekuat.
Batasan Karakteristik:
1) Perubahan kedalaman pernapasan
2) Penurunan tekanan ekspirasi
3) Bradipnea
4) Dispnea
5) Penurunan ventilasi semenit
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Batasan Karakteristik:
1) Bradikardia
2) Palpitasi jantung
3) Perubahan elektrokardiogram (EKG) (mis., aritmia, abnormalitas
konduksi, iskemia)
4) Takikardia
3. Intervensi

No. Tujuan & Intervensi Rasional


Dx. Kriteria Hasil

1. Setelah dilakukan tindakan Timbang berat Estimasi


keperawatan selama… x 24 badan setiap hari penurunan edema
jam, diharapkan kelebihan dan monitor tubuh
volume cairan tidak status pasien.
terjadidengan kriteria hasil: Valuasi harian
a. Terjadi penurunan Jaga keberhasilan terapi
edema dan ascites intake/asupan dan dasar
b. Tidak terjadi yang akurat dan penentuan
peningkatan berat catat output. tindakan.
badan
Kaji lokasi dan Menentukan
luasnya edema intervensi lebih
lanjut mencegah
Berikan cairan edema bertambah
dengan tepat parah.

Berikan diuretik Diberikan dini


yang diresepkan pada fase pliguria
oleh dokter untuk mengubah ke
(NIC,2013) fase nonoliguria,
dan meningkatkan
volume urine
adekuat
2. Setelah dilakukan tindakan Monitor kalori Membantu dan
keperawatan selama… x 24 dan asupan mengidentifikasi
jam, diharapkan makanan lakukan defisiensi dan
ketidakseimbangan nutrisi atau bantu pasien kebutuhan diet
kurang dari kebutuhan tubuh terkait perawatan Mulut yang bersih
tidak terjadi, dengan mulut sebelum dapat
kriterian hasil: makan, pastikan meningkatkan
a. Nafsu makan klien makanan selera nafsu
meningkat disajikan secara makan.
b. Tidak terjadi menarik dan pada
hipoproteine-mia suhu yang paling Pasien dapat
c. Porsi makan yang cocok untuk kooperatif dan
dihidangkan konsumsi secara melakukan apa
dihabiskan. optimal. yang dianjurkan
diet yang tepat
Anjurkan pasien dapat
terkait dengan meningkatkan
kebutuhan diet status nutrisi
untuk kondisi pasien.
sakit, kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk mengatur
diet yang
diperlukan.
(NIC,2013).
3. Setelah dilakukan tindakan Monitor apakah Mengidentifikasi
keperawatan selama… x 24 anak bisa melihat respon anak
jam, diharapkan gangguan bagian tubuh terhadap perubahan
citra tubuh dapat teratasi, mana yang tubuhnya
dengan kriteria hasil: berubah.
a. Citra tubuh positif Respon orangtua
b. Mendeskripsikan Identifikasi menentukan
secara faktual strategi-strategi bagaimana persepsi
perubahan fungsi penggunaan anak terhadap
tubuh koping oleh tubuhnya.
c. Mempertahankan orangtua dalam
interaksi sosial berespon terhadap Memudahkan
perubahan komunikasi
penampilan anak. personal dengan
anak,
Bangun hubungan
saling percaya mekanisme
dengan anak evaluasi dari
persepsi citra diri
Gunakan anak, membantu
gambaran meningkatkan citra
mengenai tubuh anak
gambaran diri.
Ajarkan untuk
melihat
pentingnya respon
mereka terhadap
perubahan tubuh
anak dan
penyesuain di
masa depan,
dengan cara yang
tepat.
(NIC,2013)
4. Setelah dilakukan tindakan Monitor respirasi Data dasar dalam
keperawatan selama… x 24 dan status O2. menentukan
jam, diharapkan bersihan
jalan nafas dapat efektif, Auskultasi suara intervensi lebih
dengan kriteria hasil: nafas. Catat lanjut, suara nafas
a. Klien mampu adanya suara tambahan
bernafas dengan nafas tambahan
mudah mengidentifisikan
b. Mampu Atur intake untuk ada sumbatan
mengidentifikasi dan cairan. dalam jalan nafas.
mencegah faktor
yang dapat Posisikan pasien Mencegah edema
menghambat jalan semifowler bertambah parah
nafas. lakukan
fisioterapi dada Memaksimalkan
jika perlu ventilasi membantu
(NIC,2013) mengeluarkan
sekret
5. Setelah dilakukan tindakan Monitor denyut Mengetahui
keperawatan selama… x 24 dan irama jantung kelainan jantung
jam, diharapkan perfusi
jaringan perifer efektif, Ukuran intake Mengetahui
dengan kriteria hasil: dan outtake cairan kelebihan dan
a. Waktu pengisian kekurangan
kapiler < 3 detik
b. Tekanan sistol dan Berikan oksigen Meningkatkan
diastol dalam sesuai kebutuhan perfusi
rentang yang
diharapkan Lakukan Menghindari
c. Tingkat kesadaran perawatan kulit, gangguan integritas
membaik. seperti pemberian kulit
lotion

Hindari terjadinya Mempertahankan


palsava manuver pasukan oksigen
seperti mengedan,
menahan napas,
dan batuk
(NIC,2013)
6. Setelah dilakukan tindakan Monitor jumlah Mengetahui status
keperawatan selama… x 24 pernapasan, pernapasan
jam, diharapkan pola nafas penggunaan otot
dapat efektif, dengan bantu pernapasan,
kriteria hasil: batuk, bunyi paru, Mempertahankan
a. Pasien dapat tanda vital, warna oksigen arteri
mendemon strasikan kulit, AGD
pola pernapasan Meningkatkan
yang efektif Berikan oksigen pengembangan
b. Pasien merasa lebih sesuai program paru
nyaman dalam
bernafas Atur posisi pasien Kemungkinan
fowler terjadi kesulitan
bernapas akut
Alat-alat
emergensi
disiapkan dalam
keadaan baik
(NIC,2013)
7. Setelah dilakukan tindakan Monitor Merencanakan
keperawatan selama… x 24 keterbatasan intervensi dengan
jam, diharapkan intoleran aktivitas, tepat
aktivitas dapat teratasi, kelemahan saat
dengan kriteria hasil: aktivitas
a. Kelemahan yang
berkurang Catat tanda vital Mengkaji sejauh
b. Mempertahankan sebelum dan mana perbedaan
kemampuan aktivitas sesudah aktivitas peningkatan
semaksimal mungkin selama aktivitas

Lakukan istirahat Membantu


yang adekuat mengembalikan
setelah latihan energi
dan aktivitas

Berikan diet yang Metabolisme


adekuat dengan membutuhkan
kolaborasi ahli energi
diet
(NIC,2013)
8. Setelah dilakukan tindakan Kaji suara nafas Data dasar dalam
keperawatan selama… x 24 dan suara jantung menentukan
jam, diharapkan curah intervensi lebih
jantung mengalami lanjut
peningkatan, dengan kriteria
hasil: Ukuran CVP Mengetahui
a. Menunjukkan curah pasien kelebihan dan
jantung yang kekurangan cairan
memuaskan Monitor aktivitas tubuh
dibuktikan oleh pasien
efektifitas pompa Mengurangi
jantung, status Monitor saturasi kebutuhan oksigen
sirkulasi, perfusi oksigen
jaringan, dan status Mengetahui
TTV. manifestasi
b. Tidak ada edema Kolaborasi
paru, perifer, dan pemberian Penurunan curah
asites laksatif jantung
(NIC,2013)
Mengejan dapat
memperarah
penurunan curah
jantung

4. Evaluasi
Setelah mendapat intervensi keperawatan, maka pasien dengan sindrom
nefrotik diharapkan sebagai berikut:
a. Kelebihan volume cairan teratasi
b. Meningkatnya asupan nutrisi
c. Meningkatnya citra tubuh
d. Bersihan jalan nafas efektif
e. Perfusi jaringan perifer efektif
f. Pola nafas efektif
g. Aktivitas dapat ditoleransi
h. Curah jantung mengalami peningkatan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nefrotik sindrom adalah gangguan klinik yang ditandai dengan peningkatan
protein urine (proteinuria), edema, penurunan albumin dalam darah
(hipoalbuminemia), dan kelebihan lipid dalam darah (hiperlipidemia). Kejadian
ini diakibatkan oleh kelebihan pecahan plasma protein ke dalam urine karena
peningkatan permeabilitas membran kapiler glomerulus. (dr. Nursalam,
dkk.2009). penyebab sindrom nefrotik dibagi menjadi dua menurut Muttaqin,
2012 adalah primer, yaitu berkaitan dengan berbagai penyakit ginjal, dan
sekunder, yaitu yang diakibatkan infeksi, penggunaan obat, dan penyakit
sistemik lain.
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah
proteinuria sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder.
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadinya proteinuria. Kelanjutan
dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin,
tekanan osmotic plasma menurun seginggah cairan intravaskular berpindah ke
dalam intertisial. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis yaitu
urinalisis, pemeriksaan sediman urin, pengukuran protein urin, albumin serum,
pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan immunologis, USG renal,
biopsi ginjal, dan darah.
B. Saran
Pembaca sebaiknya tidak hanya membaca dari materi ini saja karena masih
banyak referensi yang lebih lengkap yang membahas materi dari makalah ini.
Oleh karena itu, pembaca sebaiknya membaca referensi dan literatur lain untuk
menambah wawasan yang lebih luas tentang materi ini
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, S.Kep,.Ns,.dan Hardhi Kusuma S.Kep. Ns.2025.


 Aplikasi Asuhan keperawatan berdasarkan .iagnosa Medis dan NANDA
NIC  NOC Edisi Revisi Jilid 3. Yogyakarta: MediAcation.

Bulechek, Gloria, ddk.2013. Nursing IntervensionsClassification (NIC) Edisi


Bahasa Indonesia, Edisi Keenam. Mosby: Elsevier ine.

 2010. Askep Sindrom Nefrotik. http:// (diakses pada tanggal 15 september


2017)

Munandar, Riza. Asuhan Keperawatan pada kasus Sindrom Nefrotik. 2014.


http:// (diakses pada tanggal 15 september 2017)

NANDA Internasional Ine. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi &


Klasifikasi 2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC.

Siburian, Apriliani. 2013. ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


ANAK KESEHATAN MASYARAKAT PADA PASIEN SINDROM NEFROTIK DI
LANTAI 3 SELATAN RSUP FATMAWATI.
http://www.google.com/lib.ui.ac.id (Diunduh pada tanggal 15 september 2017)

Wati, Nur Ekma. 2012. ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.A DENGAN


GANGGUAN SISTEM NEFROLOGI: SINDROM NEFROTIK DI RUANG
MINA RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA. http://(Diunduh pada tanggal
15 september 2017)

Anda mungkin juga menyukai