Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

NEFROTIK SINDROM

DISUSUN OLEH :

SITI FATMAWATI (14-401-19-058)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

2020
LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

NEFROTIK SINDROM

Telah di koreksi dan di setujui pada tanggal………………………………… oleh :

Pembimbing

(Nantiya Pupuh Satiti, S. Kep., Ns., M. Kep)

NIK: 201404. 47

Mengetahui, Kaprodi DIII

Keperawatan

HENDRIK P.S,S.Kep.,Ns,M.Kes

NIK: 201404. 48
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahnya kami
dapat menyelesaiakn makalah “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
Pasien”Nefrotik Sindrom” dalam menyusun makalah ini kami tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Haswita S.kep.M.Kes selaku Direktur Akademi Kesehatan Rustida Krikilan.


2. Bapak Hendrik Probo Sasongko,S.Kep,Hs.MM selaku Kaprodi DIII Keperawatan
Akademi Kesehatan Rustida Krikilan.
3. Ibu Nantiya Pupuh Satiti, S. Kep., Ns., M. Kep selaku Dosen Pembimbing Mata
Kuliah Medikal Bedah 1 Akademi Kesehatan Rustida Krikilan.
4. Kedua Orang Tua dan keluarga besar yang selalu memberikan doan dan dukungan
baik materi maupun spiritual.
5. Teman-teman kelas B yang selalu memberikan saran dan kritiknya.

Makalah ini kami buat dengan semasimal mungkin, Walaupun kami menyadari kami sebagai
manusia pasti memiliki banyak kesalahan dan kekuranagn sehingga kami mengharapkan
kritik dan asaran agar makalah ini bias lebih baik lagi dan bias bermanfaat bagi semua orang.

Krikilan, 14 September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Contents
Kata Pengantar i
DAFTAR ISI ii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Batasan Masalah........................................................................................................................1
C. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
D. TUJUAN.....................................................................................................................................1
BAB II 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
A. KONSEP PENYAKIT...............................................................................................................2
1. Definisi.....................................................................................................................................2
2. Etiologi.....................................................................................................................................2
3. Tanda dan Gejala...................................................................................................................2
4. Patofisiologi.............................................................................................................................2
5. Klasifikasi................................................................................................................................5
6. Komplikasi..............................................................................................................................5
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................5
1. Pengkajian...............................................................................................................................5
2. Diagnosa keperawatan...........................................................................................................8
3. Intervensi.................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
SOAL

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem perkemihan terdiri dari ureter, ginjal uretra, dan kandung kemih yang
memproduksi urin dan mengeluarkannya dari tubuh. Sistem ini merupakan salah satu
sistem utama untuk mempertahankan homeostasis atau kestabilan lingkungan internal.
Sistem perkemihan terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urine. Dua ureter yang
membawa urindalam kandung kemih untuk penampung sementara dan uretra yang
mengalirkanurin keluar tubuh melalui orifisium uretra eksternal. (Suharyanto &
Majid, 2013, hal. 139)
Adapu gangguan yang terjadi pada sistem perkemihan yaitun sindrom nefrotik (SN)
yaitu salah satu gangguan sistem perkemihan yang ditandai dengan adanya edema
anasarka proteinuria pasif, hypoalbuminemia, hiperkolesterolenia, dan lipiduria.
(Sudoyo, 2010, hal. 999)
B. Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami sindrom nefrotik yaitu salah satu kelianan pada sistem perkemihan yang
bias dideteksi setelah 3x24jam.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar penyakit sindrom nefrotik?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien sindrom nefrotik?
D. TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Untuk menjamin asuhan keperawatan yang maksimal pada pasien sindrom
nefrotik
b. Untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang konsep dasar penyakit pada pasien sindrom nefrotik
b. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan yang dibutuhkan pada pasien
sindrom nefrotik

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Menurut Sowden (2000) sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebkan
oleh peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma yang
menimbulkan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema.
(Suharyanto & Majid, 2013, hal. 139)
Sindrom nefrotik merupakan manifestasi klinik dari glomerulonephritis (GN)
ditandai dengan gejala edema, proteinuria ≥ 3,5 g/hari, hipoalbumin < 3,5 g/dl,
lipidemia dan hiperkolesteromia. (Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 17)
Jadi sindrom nefrotik merupakan gangguan ginjal yang disebabkan adanya
kebocoran protein dalam darah dan ditandai dengan peningkatan permeabilitas
dan penurunan volume cairan disertai dengan edema, hipoalbonemia,
hiperlipidemia, sehingga terjadi akumulasi cairan dalam rongga intersisial dan
meningkatnya volume intrafaskular dan tekanan hidroastatis. Dan paling banyak
menyerang anak-anak pada usia 3-4tahun.
2. Etiologi
Sindrom nefrotik dapat terjadi primer atau sekunder, anak yang
memperlihatkan gambar SN primer, sebelum dilakukan biopsy ginjal, dianggap
menderita SN idioptik. Sedangkan pada anak kelaianan patologi anatomi yang
paling sering ditemukan adalah sindrom nefrotik kelainan minimal. Lebih dari
80% penderita SN berusia kurang dari 7 tahun. Penyebab sindrom nefrotik seperti
diabetes (yang telah berlangsung lama) glomerulosnefritis (lesi minimal,
membranosa, fokal segmental), amilod ginjal, (primer, mieloma), penyakit
autonom, misalnya SLE, obat-obatan misalnya preparat emas, penisilamin.
(Marcdante & dkk, 2014, hal. 659)
3. Tanda dan Gejala
1. Edema
2. Oliguria
3. Tekanan darah normal
4. Proteinuria sedang sampai berat
5. Hipoproteinnemia dengan rasio albumin : globulin terbalik
6. Hipercolesterolemia

2
7. Oreum / kreatinin darah normal / meninggi
8. Beta 1 C globulin (C3) normal
(Nurarif & Kusuma, 2016, hal.130)
4. Patofisiologi
Hilangnya protein menyebabkan menurunnya tekanan osmotik plasma dan
peningkatan hidrostatik yang mengakibatkan terjadinya akumulasi cairan dalam
rongga abdomen. Penurunan volume cairan vascular menstimulasi sistem renin-
angiotensi yang mengakibatkan diekresinya horman antidiuretic (ADH) dan
aldosterone yang mengakibatkan reabsopsi natrium dan air sehingga mengalami
peningkatan dan akhirnya menambah volume intravaskular (Suharyanto & Majid,
2013, hal. 140)

3
Ekstravaksi cairan Sindrom nefrotik

Gangguan citra ubuh


Penumpukan cairan
Volume intravaskuler
keruang instestinum
Pembengkakan pada
periorbita
ADH Reabsopsi cairan

Mata

Oedema

Penekanan pada tubuh Paru-paru asites Kelebihan volume cairan


terlalu dalam

Tekanan abdomen Menekan diafragma


Efusi pleura meninggkat
Nutrisi dan O2
Otot pernapasan tidak
Ketidak efektifan bersihan Mendesak optimal
jalan napas ronggalambung

Hipoksia jaringan Metabolisme Anoreksia, nause, Nafas tidak adekuat


anaerob vomitus

oliguri
4
Iskemia Produksi asam Ketidakefektifan pola
Gangguan pemenuhan
laktat nutrisi napas

Nekrosis
Menumpuk di otot Ketidakseimbangan
Volume urin diekresi nutrisi kurang dari
Ketidakefektifan kebutuhan tubuh
perfusi jeringan Kelemahan, keletihan
perifer mudah capek

Intoleransi aktifitas

Sumber : (Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 20)

5. Klasifikasi
Glomerulonefhiritis primer:
- GN lesi
- Glomerulosklerosis fokal (GSF)
- GN membranosa(GNMN)
- GN membranoproliferatif(GNMP)
- GN poliferatif lain
Glomerulonephritis sekunnder akibat infeksi :
- HIV,hepatitis virus B dan C
- Sifilis,malaria,skistosoma
- Tuberkulosis lepra (Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 17)
6. Komplikasi
Komplikasi utama SN adalah infeksi. Kejadian infeksi serius meningkat,
terutama bakteremia dan peritonitis . yang disebabkan oleh hilangnya
imunuglobin dan komplemen di urin. Efek samping steroid atau replas sering.
Hipovolemia dapat terjadi akibat diare atau penggunaan diuretik. Selain itu ,
hilangnya faktor koagulasi, antitrombonin dan plasminogen dapat menyebabkan
keadaan hiperkoagulasi dengan resiko tromboemli. Pemberian wafarin, lovenox,
aspirin dosis rendah, atau dipiridamol dapat meminimalkan resiko pembentukan
trombus pada pasien SN tang memiliki riwatyat TE. (Marcdante & dkk, 2014,
hal. 660)

5
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Sindrom nefrotik biasa terjadi pada laki-laki atau wanita di usia anak-anak usia
3-4 tahun. (Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 17)
b. Status kesehatan saat ini
1. Keluhan Utama
Terjadi edema, badan bengkak dan mudah lelah, proteinuria masif,
hipoalbuminemia, lipiduria dan hiperkolesterolemia. (Nurarif & Kusuma,
2015)
2. Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien mengeluh adanya edema anasarka atau masif pada bagian muka,
kaki, dan tubuh. (Nugroho, 2011, hal. 100)
3. Riwayat penyakit sekarang
Edema timbul didaerah periorbita, konjungtiva, dinding perut, dan efusi
pleura. (Marcdante & dkk, 2014, hal. 659)
c. Riwayat kesehatan terdahulu
1. Riwayat penyakit sebelumnya
Klien sering mengalami edema, pitting atau asites sehingga menyebabkan
intoleransi aktivitas. (Marcdante & dkk, 2014, hal. 659)
2. Riwayat penyakit keluarganya
Kelainan ini bisa ditangani pengobatan terdiri dari pengobatan spesifik
yang ditunjukan kepada penyakit dasar dan non spesifik untuk mengurangi
proteinuria., mengontrol edema dan mengobati komplikasi. (Sudoyo, 2010,
hal. 1002)
3. Riwayat pengobatan
Klien dengan gangguan sindrom nefrotik sering mengkonsumsi obat
antiinflamasi non steroid atau emas organic. (Sudoyo, 2010, hal. 999)
d. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
a. Kesadaran
Pasien sindrom nefrotik dalam keadaan composmentis, terlihat adanya
edema. (Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 17)
b. Tanda-tanda vital
Pasien sindrom nefrotik biasanya tekanan darah normal yaitu 15-32
x/mnit, dan rata-rata 18 x/menit. (Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 17)

6
2. Body system
a. Sistem pernafasan
Efusi pleura karena distensi abdomen sehingga menyebabkann tekanan
pada diafragma dan otot pernapasan tidak optimal (Nurarif & Kusuma,
2015, hal. 21)
b. Sistem kardiovaskuler
Klien mengalami hipertensi ringan bisa dijumpai. (Suharyanto &
Majid, 2013, hal. 141)
c. Sistem persarafan
Sistem saraf dalam batasan normal. (Suharyanto & Majid, 2013, hal.
141)
d. Sistem perkemihan
Klien mengeluh adanya hematuria, proteinuria, dan oliguria
(Suharyanto & Majid, 2013, hal. 141)
e. Sistem pencernaan
Klien mengalami diare (akibat edema intestinal), nafsu makan
menurun, anoreksia, nyeri daerah perut, malnutrisi. (Marcdante & dkk,
2014, hal. 659)
f. Sistem integument
Adanya gangguan integritas kulit yang disebabkan edema serta
menurunya daya tahan tubuh, sertsa asites. (Marcdante & dkk, 2014,
hal. 659)
g. Sistem musculoskeletal
Sistem musculoskletal dalam batas normal (Marcdante & dkk, 2014,
hal. 659)
h. Sistem endokrin
Sistem endokrin dalam batas normal (Marcdante & dkk, 2014, hal.
659)
i. Sistem reproduksi
Sistem reproduksi dalam batas normal (Marcdante & dkk, 2014, hal.
659)
j. Sistem penginderaan
Pada kulit terjadi infeksi streptococcus dan terjadi sianosis sekitar
hidung dan system pernafasan penumpukan cairan pada rongga pleura
yang menyebabkan efusi pleur
k. Sistem imun
Kekebalan tubuh (C3) normal
e. Pemeriksaan penunjang

7
Pemeriksaan lebih lanjut perlu dilakukan apabila penyebabnya belum
diketahui, secara jelas yaitu :
a) Biopsi ginjal (jarang dilakukan pada anak-anak)
b) Pemeriksaan penanda Auto-immuno (ANA, ASOT, C3, cryoglobulins,
serum electrophosis). (Suharyanto & Majid, 2013, hal. 141)
f. Penatalaksanaan
Pengobatan terdiri dari pengobatan spesifik yang ditunjuka\n kepada penyakit
dasar dan non spesifik untuk mengurangi proteinuria.
1) Diuretik : misalnya (dosis awal 20-40 mg/hari) atau golongan non-spesifik
tiazid dengan tanpa kombinasi dengan potasium sparing diuretik digunakan
untuk mengobati edema dan hipertensi.
2) Diet : untuk pasien syndrom nefrotik 35kal/kgbb/hari sebagian besar terdiri
dari karbohidrat. Diet rendah garam (2-3gr/hari)
3) Terapi antikoagulan :bila didiagnosis adanya peristiwa tromboembolism, terapi
antikoagulan dengan heparin harus dimulai.
4) Terapi obat : dengan pemberian kortikosterid yaitu prednison 1-1,5
mg/kgBB/hari dosis tunggal pagi hari selama 6-4 minggu. Kemudian dikurangi
5 mg/minggu sampai tercapai dosis maintance (5-10 mg). Kemudian diberikan
5 mg selang sehari dan dihentikan dalam 1-2 minggu. (Nurarif & Kusuma,
2015, hal. 18)
Obat antiradangnonsteroid (NSAID)telah digunakan pada pasien nefropatic
membranosa dan glomerulosklerosis fokal untuk mengurangi sintesis
prostaglandin yang menyebabkan dilatasi. (Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 18)
Sitostatika diberikan bila dengan pemberian prednison tidak ada respon,
kambuh yang berulang kali atau timbul efek samping kortikosteroid. Dapat
diberikan siklofosfamid 1,5 mg/kgBB/hari. (Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 18)
Obat penurun lemak golongan seperti simvastastin, pravastatin dan lovastatin
dapat menurunkan kolesterol LDL, trigliserida dan meningkatkan kolesterol
HDL.
Obat anti proteinurik misalnya ACE inhibitor (captoril 12,5 mg), kalsium
antagonis (herbeser 180 mg) atau beta bloker. Obat penghambat enzim konvesi
angiotensin II dapat menurunkan tekanan darah dan kombinasi keduanya
mempunyai efek aditif dalam menurunkan proteinuria (Nurarif & Kusuma,
2015, hal. 18)

2. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jala nn nafas (PPNI, 2016, hal. (18))

8
1. Definisi : ketidakmampuan membersihkan sekre atau obstruksi jalan nafas
untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten.
2. Penyebab
1. Spasme jalan napas
2. Hiperpireksia jalan napas
3. Disfungsi neuromuskular
4. Benda asing dalam jaln napas
5. Sekresi yang tertahan
6. Adanya jalan napas buatan
7. Hiperplasia dinding jalan napas
8. Proses infeksi
9. Respon alergi
10. Efek agen farmakologi
3. Batasan karakteristik
- Subyektif
Dispnea
Sulit bicara
ortopnea
- Obyektif
Gelisah
Sianosis
Bunyi napas menurun’
Frekuensi napas berubah
Pola napas berubah
4. Kondisi klinis terkait
a. Gullian barre syndrome
b. Sklerosis multipel
c. Myasthenia gravis
d. Prosedur diagnostik (misalnya bronkopi, transesophagel,
echocardiography)
e. Depresi sistem saraf pusat
f. Cedera kepala
g. Stroke
h. Kuadriplegia
i. Sindrom aspirasi mekonium
j. Infeksi saluran napas.

3. Intervensi

9
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (Wilkison, Diagnosa keperawtan, 2016, P
25)
1. Tujuan : Menunjukan bersihan jalan napas yang efektif, yang dibuktikan oleh
pencegahan aspirasi, status pernapasan, dan kepatenan jalan napas.
2. Kriteria hasil
a. Batuk efektif
b. Mengeluarkan sekret secara efektif
c. Mempuntai jalan napas yang paten
d. Pada pemeriksaan auskultasi, memiliki suara napas yang jernih
e. Mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam
3. Aktivitas keperawatan
a. Kaji dan dokumentasi hal-hal berikut
- Keefektifan obat yang diprogamkan
- Keefektifan pemberian oksigen dan terapi lain
- Hasil oksigenasi
- Kecenderungan pada gas darah arteri
4. Penyuluhan untuk keluarga
a. Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung, (misalnya,
oksigen, mesin, pengisapan, spirometer, inhaler, dan interment positive
pressure breathing)
b. Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang karangan merokok
didalam ruang perawatn, beri penyuluhan tentang pentingnya berhenti
merokok.
5. Aktivitas kolaboratif
a. Rundingkan dengan ahli terapi pernapasan, jika perlu
b. Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi atau
peralatan pendukung
c. Berikan udara/oksigen yang telah dilembapkan sesuai kebijakan intitusi

10
DAFTAR PUSTAKA

Marcdante, K. J. (2014). ilmu kesehatan anak esensial. singapura: saunders.

Nugroho, t. (2011). asuhan keperawatan maternitas,anak, bedah , penyakit daklam.


yogyakarta: nuha medika.

Nurarif, A. H. (2015). asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis NANDA. jogjakarta:


Mediaction Jogja.

PPNI, T. p. (2016). standar diagnosa keperawatan indonesia. jakarta: dewan penguris pusat.

Sudoyo, A. W. (2010). Buku ajar. jakarta: internapublishing.

Suharyanto, T. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Klien gangguan sistem perkemihan.


jakarta: cv trans info media.

Wilkison, J. (2016). diagnosa keperawatan. jakarta: internapublishing.

11
SOAL
1. Seorang anak datang ke rumah sakit dengan memperlihatkan gambaran Sindrom
Nefrotik primer, sebelum dilakukanya biopsi ginjal, anak tersebut dianggap
menderita..
a. Sindrom nefrotik idiopatik
b. Sindrom nefrotik
c. Poliguria
d. Urinaria
e. Hipouria
2. Ny.A datang dengan keluhan adanya gangguan sistem perkemihan yang ditandai
dengan adanya edema anasarka, proteinuria, dan hipoalbumin. Berapa jam kan Ny. A
bisa di katakan menderita penyakit sindrom nefrotik..
a. 3 x 24 jam
b. 2 x 24 jam
c. Seminggu
d. Sebulan
e. Setahun

12
3. Tn. E mengidap penyakit diabetes yang cukup lama, dan di rawat di rumah sakit
sudah 3 hari, pada hari ke 4 Tn.D mengalami edema pada daerah periorbita, dan
adanya proteinuria. Faktor penyebab terjadinya penyakit yang timbul adalah
a. Penyakit diabetes (yang telah berlangsung cukup lama)
b. Penyakit menular
c. Kebersihan badan
d. Makanan
e. Minuman
4. Tn. D sering mengeluh terjadinya gangguan pada urin yang dikeluarkan, dan setelah
di periksa, ternyata urin yang Tn.D keluarkan sebesar ≥ 3,5 g/hari. Dari pemeriksaan
tersebut Tn.D mengalami..
a. Proteinuria
b. Metabolisme
c. Diare
d. Mual
e. Muntah
5. Seorang anak datang ke puskesmas dengan keluhan adanya edema pada bagian mata
dan daerah sekitar periorbita yang menjadikan anak tersebut mengalam..
a. Gangguan citra tubuh
b. Gangguan diri
c. Gangguan tubuh
d. Gangguan
e. Sindrom nefrotik
6. Tn. B di diagnosa menderita penyakit sindrom nefrotik, dan sudah menjalani tes yang
seharusnya. Ia pun kini dirawat di rumah sakit. Sindrom nefrotik merupakan penyakit
yang bisa menyebabkan komplikasi. Komplikasi utama yang bisa menyerang
penderita sindrom nefrotik..
a. Infeksi
b. Gatal-gatal
c. Rambut rontok
d. Obesitas
e. Kekenyangan
7. Pada pasien sindrom nefrotik ada beberapa pemeriksaan yang di lakukan. Diantaranya
pemetiksaan urin, darah dan pemeriksaan lainya. Tn. A di diagnosa penyakit sindrom
nefrotik. Pemeriksaan lain yang dilakukan Tn.A yang jarang di lakukan pada anak-
anak yaitu..
a. Biopsi ginjal
b. Urin

13
c. Tes mata
d. Tes telinga
e. Tes kulit
8. An.K di diagnosa penyakit sindrom nefrotik, pasien dengan sindrom nefrotik
mempunyai riwayat pengobatan, diantarnya adalah..
a. obat antiinflamasi non steroid atau emas organic
b. obat gatal
c. obat anti nyeri
d. obat antiseptik
e. obat tidur
9. Seorang pasien dengan sindrom nefrotik dengan diagnosa keperawatan yaitu
kelebihan volume cairan behubungan dengan penurunan volume urine, retensi cairan
dan natrium. Intervensi apa yang harus dilakukan pada pasien tersebut...
a. Kaji adanya alergi makanan, monitor penurunan BB, dan gula darah
b. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan
c. Monitor kekeringan, rambut kusam
d. Latih pasien dengan pemenuhan kebutuhan ADL, secara mandiri sesuai
kemampuan
e. Rencanakan dan sediakan aktivitas secara bertahap

10. Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dirawat di RS dengan keluhan bengkak di area
wajah dan kelopak mata, asites, anoreksia, tidak nafsu makan, dan hipoalbuminemia
2,6 gram/hari. Dari data keluhan tersebut dapat diambil diagnosa keperawatan...
a. Perubahan nutrisi
b. Kelebihan volume cairan
c. Gangguan perfusi jaringan
d. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit
e. Kekurangan volume cairan

14

Anda mungkin juga menyukai