SINDROM NEFROTIK
Disusun oleh:
PENDIDIKAN KEPERAWATAN
PRODI D3-KEPERAWATAN
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan kita nikmat berupa nikmat kesehatan yang berlimpah
sehingga kami selaku penyusun bias menyelesaikan pembuatan makalah
ini. Kedua kalinya kami menghanturkan shalawat serta salam kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. yang telah membawa kita
dari alam kegelapan menuju alam terang benderang sehingga kita
diberkahi banyak ilmu pengetahuan. Pada makalah ini akan dibahas
Asuhan Keperawatan psikososial gangguan citra tubuh.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nefrotik sindrom (NS) adalah penyakit glomerulus atau cacat p
ada permeabilitas glomerulus yang ditandai dengan manifestasi klinis
berupa proteinuria masif, hipoalbumin berat, edema dan hiperkolester
ol. Nefrotiksindrom paling sering terjadi pada masa anak-anak (Lelian
a, 2012). Penyakit kelainan minimal, glomerulos klerosisfokus dan seg
mental dan nefropati membranous adalah penyakit langka yang meny
ebabkan morbiditas serius dan kematian yang tinggi sekitar 15% pada
tahun 2008 di Amerika Serikat (Gadegbeku, 2013). Nefrotiksindrom di
bagi menjadi 2 jenis, yaitu primer dan sekunder. Nefrotiksindrom pada
anak merupakan penyakit yang paling sering ditemukan.
Berdasarkan hasil pencatatan data di Yogyakarta mulai bulan N
ovember 2019 sampai dengan Februari 2020 tercatat 15 kasus dari 14
6 pasien (10,3%) terdiri dari 10 laki-laki dan 5 perempuan. Berdasarka
n data tersebut maka didapati kasus NS masih tergolong tinggi. Kega
watan yang dapat terjadi pada penderita NS ini ada pada tingkat kepar
ahan/derajat volume berlebih pada pasien. Volume yang berlebih (hip
ervolemia) akhirnya akan menimbulkan edema dan menyebabka nber
bagai masalah baru bagi pasien. Sebagai contoh, jika edema terjadi p
ada dada atau perut pasien (asites) maka pasien akan merasakan ses
ak nafas dan muncullah masalah keperawatan ‘pola nafast idak efekt
if’.
Masalah keperawatan lain juga dapat timbul apa bila edema terj
adi di lokasi yang berbeda. Dari segi medis, apabila NS tidak ditangani
dengan segera dan benar maka dapat menyebabkan keparahan tingk
at lanjut (gagal ginjal). Pasien dengan gagal ginjal sudah dipastikan un
tuk mengganti ginjalnya dengan yang baru, dan jikalau masih belum di
ganti maka pasien setidaknya harus melakukan terapi cuci darah 2x s
eminggu dan berlangsung sampai pasien mendapatkan ginjal pengga
nti keperawatan lain juga dapat timbul apabila edema terjadi di lokasi
yang berbeda.
Dari segi medis, apabila NS tidak ditangani dengan segera dan
benar maka dapa tmenyebabkan keparahan tingkatl anjut (gagal ginja
l). Pasien dengan gagal ginjal sudah dipastikan untuk mengganti ginjal
nya dengan yang baru, dan jikalau masih belum diganti maka pasien s
etidaknya harus melakukan terapi cuci darah 2x seminggu dan berlan
gsung sampai pasien mendapatkan ginjal pengganti (kolaborasi deng
an tenaga medis) untuk mengecilkan edema, dalam bidang rehabilitati
ve yaitu perawat melakukan perawatan selama di rumah sakit dan mel
ibatkan orang tua atau keluarga.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Pada tujuan umum penulisan penulis mengetahui hasil studi
dokumentasi hipervolemia pada pasien, dengan gangguan nefro
tik sindrom.
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
B. Etiologi
Sebab penyakit sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, ak
hir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Jadi merupak
an suatu reaksi antigen antibodi. umumnya para ahli membagi etiologi
nya menjadi:
a. Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi
maternofetal. Gejalanya adalah edema pada masa neonatus. Si
ndrom nefrotik jenis ini resisten terhadap semua pengobatan. S
alah satu cara yang bias dilakukan adalah pencangkokan ginjal
pada masa neonates namun tidak berhasil. Prognosis buruk da
n biasanya penderita meninggal dalam bulan-bulan pertama keh
idupannya.
b. Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh:
1) Malaria kuartana atau parasit lain.
2) Penyakit kolagen seperti lupus eritematosusdiseminata, purp
ura anafilaktoid.
3) Glumeronefritis akut atau glumeronefritis kronis, trombisis ve
na renalis.
4) Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, gara
m emas, sengatan lebah, racun oak, air raksa.
5) Amiloidosis, penyakitselsabit, hiperprolinemia, nefritis membr
anoproliferatif hipokomplementemik.
c. Sindrom nefrotiki diopatik ( tidak diketahui sebabnya "berdasark
an histopatologis yang tampak pada biopsy ginjal dengan pemer
iksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churg dkk me
mbagi dalam 4 golongan yaitu: kelainan minimal, nefropati mem
branosa, glumerul onefritis proliferative danglomerulos klerosis f
okal segmental
C. Patofisiologi
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan be
rakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi prot
einuria. Kelanjutan dari proteinuria dapat mengakibatkan hipoalbumin
emia. Dengan menurunnya jumlah albumin, terjadilah penurunan teka
nan osmotik plasma sehingga cairan intravaskuler akan berpindah ke i
nterstisial. Perpindahan cairan tersebut mengakibatkan volume cairan
intravaskuler berkurang dan terjadilah kondisi hipovolemik pada pasie
n, kondisihipovolemik ini jika tidak segera diatasi akan berdampak pad
a hipotensi.
Rendahnya volume cairan pada intravaskuler ini akan mempen
garuhi aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi deng
an merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi a
nti diuretic hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang mengakibatkan
retensi terhadap natrium dan air yang berdampak pada edema. Penur
unan daya tahan tubuh juga mungkin terjadi akibat hipoalbuminemia, ji
ka tidak segera diatasi pasien dengan Sindroma Nefrotik akan rentan t
erhadap infeksi seperti peritonitis dan selulitis.
Anak dengan sindrom anefrotik dapat mengalami peningkatan
kolesterol dan trigliserida serum akibat peningkatan dari produksi lipop
rotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan onkotik plas
ma. Selain itu, peningkatan produksi lipoprotein didalam hepar akibat
kompensasi hilangnya protein dapat mengakibatkan terjadinya hiperlip
idemia, dan akan ditemukan lemak didalam urine atau lipiduria menur
unnya kadar natrium dalam darah anak dengan sindroma nefrotik atau
keadaan dehidrasi akibat retensi cairan akan merangsang sekresi hor
mon renin yang berperan penting dalam mengatur tekanan darah. Sel
anjutnya renin mengubah angiotensin yang disekresi hati menjadi angi
otensin I. Sel kapiler paru selanjutnya mengubah angiotensin I menjad
i angiotensin II yang mengonsentrasi otot polos sekeliling arteriola. Hal
inilah yang menyebabkan anak mengalami tekanan darah tinggi. Dala
m kondisi lain, ketidak seimbangan natrium akibat konsumsi natrium y
ang terlalu sedikit akan mengakibatkan anak mengalami hipotensi
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
Gejala awal berupa:
1. Berkurangnya nafsu makan
2. Pembengkakan kelopak mata
3. Nyeri perut
4. Pengkisutan otot
5. Pembengkakan jaringan akibat penimbunan garam dan air
6. Air kemih berbusa
Perut bisa membengkak karena terjadi penimbunan cairan
dan sesak nafas bisa timbul akibat adanya cairan di rongga sekitar
paru-paru (efusi pleura). Gejalnya lainnya adalah pembengkakan
lutut dan kantung zakar (pada pria). Pembengkakan yang terjadi
seringkali berpindah-pindah, pada pagi hari cairan terimbun di
kelopak mata dan setelah berjalan cairan akan tertimbun di
pergelangan kaki. Pengkisutan otot bisa tertiup oleh
pembengkakan.
Pada anak-anak bisa terjadi penurunan tekanan darah
pada saat penderita berdiri dan tekanan darah yang rendah (yang
bisa menyebabkan syok). Tekanan darah pada penderita dewasa
bisa rendah, normal ataupun tinggi. Produksi air kemih bisa
berkurang dan bisa terjadi gagal ginja karena rendahnya volume
darah dan berkurangnya aliran darah ke ginjal. Kadang gagal ginjal
disertai penurunan pembentukan air kemih terjadi secara tiba-tiba.
Bengkak di badan sebebnya bisa bermacam-macam,
antara lain:
1. Penyakit jantung
2. Penyakit liver
3. Penyakit ginjal
4. Alergi
5. Busung lapar
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik yang dapat dilakukan antara lain:
1. Uji urin
a. Urinalisis
1) Proteinuria (dapat mencapai lebih dari 2 g/m2/hari)
2) Bentuk hialin dan glanural
3) Hematuria
b. Uji dipstick urine (hasil positif untuk protein dan darah)
c. Berat jenis urine (meningkat palsu karena proteinuria)
d. Osmolalitas urine meningkat
2. Uji Darah
a. Kadar albumin serum menurun kurang dari 2 g/dl
b. Kadar kolesterol serum meningkat dapat mencapai 450
sampai 1000 mg/dl
c. Kadar trigliserida serum meningkat
d. Kadar hemoglobin dan hematokrit meningkat
e. Hitung trombosit meningkat mencapai 500.000 sampai
1.000.000/μl
f. Kadar elktrolit serum bervariasi sesuai dengan keadaan
penyakit perorangan
G. Penataleksanaan
1. Pemberian kortikosteroid (prednison atau prednisolon) untuk
menginduksi remisi. Dosis akan diturunkan setelah 4 sampai 8
minggu terapi. Kekambuhan diatasi denngan kortikosteroid dosis
tinggi untuk beberapa hari
2. Penggantian protein (albumin dari makanan ataupun intravena)
3. Pengurangan edema
a) Terapi diuretik (diuretik hendaknya digunakan secara cermat
untuk mencegah terjadinya penurunan volume intravaskular,
pembentukan trombus, dan atau ketidakseimbangan elektrolit)
b) Pembatasan natrium untuk mengurangi edema
4. Mempertahankan keseimangan elektrolit
5. Pengobatan nyeri ( untuk mengatasi ketidaknyamanan yang
berhubungan dengan edema dan terapi invasif)
6. Pemberian antibiotik (penisilin oral profilaktik atau agens lain)
Terapi imunosupresif (siklofisfamid, klorambusil, atau siklosporin)
untuk anak yang gagal berespon terhadap steroid.
H. Komplikasi
Ada beberapa kompliksi pada penderita Sindrom Nefrotik, yaitu :
1. Kelainan koagulasi dan tendensi trombosis
2. Kelainan hormonal dan mineral
3. Gangguan pertumbuhan dan nutrisi
4. Infeksi
5. Anemia
6. Gangguan tubulus renal
7. Gagal ginjal akut
BAB III
A. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan kasus sindrom nefrotik meliputi:
a) Identitas Pasien
1) Nama : Anak A
2) No RM : 01 55 87 90
3) Umur : 5 Tahun
4) Jenis Kelamin : Laki – laki
5) Status Perkawinan : Belum menikah
6) Suku : Aceh
7) Bangsa : Indonesia
8) Agama : Islam
b) Keluhan utama
Pasien dibawa ke rumah sakit dengan keluhan lemas, edema
pada daerag sekitar mata, alat kelamin, abdomen, dan
ekstermitas bawah. Sang ibu mengatakan bahwa Anak A
mengalami penurunan frekuensi berkemih dan urin yang keluar
sangat sedikit dan peningkatan berat badan yang signifikan.
Selain itu, ibu mengatakan Anak A menangis dan tidak mau
bertemu orang lain karena malu dengan kondisinya yang bengkak
beberapa bagian tubuhnya.
1) Riwayat kesehatan Dahulu
2) Riwayat Kesehatan Keluarga
c) Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Fisik Umum
a. Kesadaran : Compos Mentis (E4 V5 M6)
b. Keadaan Umum : Sakit Sedang
c. Tinggi Badan (TB) : 110 cm
d. Berat Badan (BB) :25 kg
e. Vital Sign : Tekanan darah : 120/80
mmHg
Nadi : 115 x/i
Frekuensi nafas : 20 x/i
Suhu : 37,5 °C
2) Pemeriksaan Khusus
a. Kepala : Normocephalic
b. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), refleks pupil
(+/+), isokor (+/+).
c. Telinga : Sekter (-/-)
d. Hidung : Sekret (-/-)
e. Mulut : Sianonisi (-), Ulkus (-)
f. Tenggorokan : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
g. Dada : Simetris, deformitas (-)
h. Abdomen
Bentuk : Membengkak
Ascites : Ada
Nyeri Tekan : Ps meringis saat ditekan
Haemoroid : Tidak ada
i. Paru
Suara Nafas : Vasikuler
Keluhan : Tidak ada
dada
Bunyi : Lup dup
jantung
B. Analisa Data
A. Kesimpulan
Sindrom nefrotik merupakan salah satu penyakit yang dapat
diderita oleh anak. Penyakit ini menyebabkan anak akan
mengalamiberbagai manifestasi klinis seperti proteinuria,
hiperalbuminuria, hipoalbuminemia, edema, dan hiperlipidemia. Anak
juga dapat mengalamikecemasan dan gangguan citra tubuh berkaitan
dengan peningkatan berat badan yang signifikan dan adanya edema di
berbagai bagiantubuh. Berdasarkan kasus, diagnosis keperawatan
yang dapat ditegakkan adalah kelebihan volume cairan berhubungan
dengan kehilanganprotein (albumin) dalam darah, gangguan citra
tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh akibat
edema, ansietas berhubungan dengan perubahan besar pada
penampilan dan status kesehatannya, dan defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber
pengetahuan tentang penyakit (keluarga).
B. Saran