KRONIS
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
SYAIYIDALIYATUN NUFUS
ULFANIA AYU
LAILAN SUMARNI
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “GLOMERULONEFRITIS
KRONIS”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran dari pembaca demi sempurnanya
makalah ini.
Demikian harapan penulis semoga hasil diskusi ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dan menambah referensi yang baru sekaligus ilmu pengetahuan yang baru pula.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………… 2
DAFTAR ISI……………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….. 4
Latar Belakang……………………………………………………. 4
Tujuan…………………………………………………………….... 4
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………… 5
Defenisi…………………………………………………………….. 5
Etiologi……………………………………………………………... 5
Manifestasi Klinis…………………………………………………... 5
Patifisiologi…………………………………………………………. 6
Komplikasi…………………………………………………………. 6
Penatalaksaan……………………………………………………… 7
Pemeriksaan Penunjang……………………………………………. 7
Askep………………………………………………………………. 7
Kesimpulan………………………………………………………… 13
Saran……………………………………………………………….. 13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 14
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan
tingginya angka morbiditas pada anak. Terminologi glomerulonefritis yang dipakai disini
adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama terjadi pada glomerulus,
bukan pada struktur ginjal yang lain.
Indonesia pada tahun 1995, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di rumah
sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian
disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien
laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun
(40,6%).
TUJUAN
Dapat memahami tentang pengertian, penyebab, tanda gelaja, proses perjalanan
penyakit, pemeriksaan penunjang serta penatalaksanaan dari glomerulonefritis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
Dapat tanpa keluhan sampai terjadi gagal ginjal. Anaka lemah, lesu, nyeri kepala,
gelisah, mual, koma, dan kejang pada stadium akhir. Edema seddikit, suhu subfebril. Bila
pasien memasukin fase nefrotik dari glomerulonefritis kronis, maka edema bertambah jelas,
perbandingan albumin-globulin terbalik, kolestrol darah meninggi. Fungsi ginjal menurun,
ureum dan kreatinin meningkat, dan anemia bertambah berat, diikuti tekanan darah yang
mendadak meningi. Kadang-kadang terjadi ensefalopati hipertensif dan gagal jantung yang
berakhir dengan kematian.
2.4 Patofisiologi
Penderita biasanya mengeluh tentang rasa dingin, demam, sakit kepala, sakit
punggung, dan udema (bengkak) pada bagian muka biasanya sekitar mata (kelopak), mual
dan muntah-muntah. Pada keadaan ini proses kerusakan ginjal terjadi menahun dan selama
itu gejalanya tidak tampak. Akan tetapi pada akhirnya orang-orang tersebut dapat menderita
uremia (darah dalam air seni) dan gagal ginjal.
Ginjal merupakan salah satu organ paling vital dimana fungsi ginjal sebagai tempat
membersihkan darah dari berbagai zat hasil metabolisme tubuh dan berbagai racun yang tidak
diperlukan tubuh serta dikeluarkan sebagai urine dengan jumlah setiap hari berkisar antara 1-
2 liter. Selain fungsi tersebut, ginjal berfungsi antara lain mempertahankan kadar cairan tubuh
dan elektrolit (ion-ion), mengatur produksi sel-darah merah. Begitu banyak fungsi ginjal
sehingga bila ada kelainan yang mengganggu ginjal, berbagai penyakit dapat ditimbulkan.
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan
tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa. Sebagian besar
glomerulonefritis bersifat kronik dengan penyebab yang tidak jelas dan sebagian besar
tampak bersifat imunologis. Glomerulonefritis menunjukkan kelainan yang terjadi pada
glomerulus,bukan pada struktur jaringan ginjal yang lain seperti misalnya tubulus, jaringan
interstitial maupun sistem vaskulernya.
2.5 Komplikasi
1. Oliguri sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai akibat
berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut dengan
uremia, hiperfosfatemia, hiperkalemia dan hidremia. Walaupun oliguria atau anuria
yang lama jarang terdapat pada anak, jika hal ini terjadi diperlukan peritoneum
dialisis (bila perlu).
2. Ensefalopati hipertensi, merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat gejala
berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang. Hal ini disebabkan
karena spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak.
3. Gangguan sirkulasi berupa dipsneu, ortopneu, terdapat ronki basah, pembesaran
jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja disebabkan spasme
pembuluh darah tetapi juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung
dapat membesardan terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan
di miokardium.
4. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia disamping sintesis eritropoietik
yang menurun.
5. Gagal Ginjal Akut (GGA)
2.6 Penatalaksanaan
Atasi gejala klinis dengan gangguan elektrolit. Anak boleh melakukan kehidupan
sehari-hari sebagaimana biasa dalam batas kemampuannya. Lakukan pengawasan hipertensi
dengan obat hipertensi, koreksi anemia, obati infeksi dengan antibiotik. Dialisis berulang
merupakan cara efektif untuk memperpanjang umur.
Pada urin ditemukan albumin (+), silinder, eritrosit, leukosit hilang timbul, berat jenis
urin menetap pada 1008-1012. Pada darah ditemukan LED, ureum, kreatinin dan fosfor
serum yang meninggi serta kalsium serum yang menurun, sedangkan kalium meningkat.
Anemia tetap ada. Uji fungsi ginjal menunjukkan fungsi ginjal menurun.
A. Pengkajian
1. Keadaan umum
2. Riwayat :
Identitas anak: nama, usia, alamat, telp, tingkat pendidikan, dll.
Riwayat kesehatan yang lalu: pernahkah sebelumnya anak sakit seperti ini ?
Riwayat kelahiran, tumbuh kembang, penyakit anak yang sering dialami, imunisasi,
hospitalisasi sebelumnya, alergi dan pengobatan.
Pola kebiasaan sehari – hari : pola makan dan minum, pola kebersihan, pola istirahat
tidur, aktivitas atau bermain, dan pola eliminasi.
Keluhan utama
Alasan masuk rumah sakit
Faktor pencetus
Lamanya sakit
4. Pengkajian sistem
Pengkajian umum : TTV, BB, TB, lingkar kepala, lingkar dada (adanya edema ).
Sistem kardiovaskuler : irama dan kualitas nadi, bunyi jantung, ada tidaknya cyanosis,
diaphoresis.
Sistem pernafasan : kaji pola bernafas, adakah wheezing atau ronki, retraksi dada,
cuping hidung.
Sistem persarafan : tingkat kesadaran, tingkah laku ( mood, kemampuan
intelektual,proses pikir ), sesuaikah dgn tumbang? Kaji pula fungsi sensori, fungsi
pergerakan dan fungsi pupil.
Sistem gastrointestinal : auskultasi bising usus, palpasi adanya hepatomegali /
splenomegali, adakah mual, muntah. Kaji kebiasaan buang air besar.
Sistem perkemihan : kaji frekuensi buang air kecil, warna dan jumlahnya.
5. Pengkajian keluarga
Anggota keluarga
Pola komunikasi
Pola interaksi
Pendidikan dan pekerjaan
Kebudayaan dan keyakinan
Fungsi keluarga dan hubungan
B. Diagnosa Keperawatan
2. Resiko kelebihan volume cairan b/d penurunan volume urine, retensi cairan dan
natrium
C. Intervensi
Kriteria / Evaluasi: Klien akan menunjukkan perfusi jaringan serebral normal ditandai
dengan tekanan darah dalam batas normal, penurunan retensi air, tidak ada tanda-tanda
hipernatremia.
Intervensi :
a. Monitor dan catat Tekanan Darah setiap 1 – 2 jam perhari selama fase akut.
Rasional: untuk mendeteksi gejala dini perubahan Tekanan Darah dan menentukan
intervensi selanjutnya.
b. Jaga kebersihan jalan nafas, siapkan suction.
Rasional: serangan dapat terjadi karena kurangnya perfusi oksigen ke otak
c. Atur pemberian anti Hipertensi, monitor reaksi klien.
Rasional: Anti Hipertensi dapat diberikan karena tidak terkontrolnya Hipertensi yang
dapat menyebabkan kerusakan ginjal
d. Monitor status volume cairan setiap 1 – 2 jam, monitor urine output (N : 1 – 2
ml/kgBB/jam).
Rasional: Monitor sangat perlu karena perluasan volume cairan dapat menyebabkan
tekanan darah meningkat.
e. Kaji status neurologis (tingkat kesadaran, refleks, respon pupil) setiap 8 jam.
Rasional: Untuk mendeteksi secara dini perubahan yang terjadi pada status
neurologis, memudahkan intervensi selanjutnya.
f. Atur pemberian diuretic : Esidriks, lasix sesuai order.
Rasional: Diuretic dapat meningkatkan eksresi cairan.
2. Resiko kelebihan volume cairan b/d penurunan volume urine, retensi cairan dan natrium
Kriteria Evaluasi: Klien dapat mempertahankan volume cairan dalam batas normal ditandai
dengan urine output 1 - 2 ml/kg BB/jam.
Intervensi:
Kriteria / Evaluasi: Klien akan menunjukan peningkatan intake ditandai dengan porsi akan
dihabiskan minimal 80%.
Intervensi :
Kriteria / Evaluasi: Klien akan menunjukan adanya peningkatan aktivitas ditandai dengan
adanya kemampuan untuk aktivitas atau meningkatnya waktu beraktivitas.
Intervensi :
b. Sediakan / ciptakan lingkungan yang tenang, aktivitas yang menantang sesuai dengan
perkembangan klien.
Rasional: Jenis aktivitas tersebut akan menghemat penggunaan energi dan mencegah
kebosanan.
c. Buat rencana / tingkatan dalam keperawatan klien agar tidak dilakukan pada saat klien
sementara dalam keadaan istirahat pada malam hari.
Kriteria / Evaluasi: Klien dapat mempertahankan integritas kulit ditandai dengan kulit tidak
pucat, tidak ada kemerahan, tidak ada edema dan keretakan pada kulit/bersisik.
Intervensi:
Kesimpulan
Glomerulonefritis merupakan peradangan dan kerusakan pada alat penyaring darah
sekaligus kapiler ginjal (Glamerulus), (Japaries, Willie, 1993).
Glomerulonefritis merupakan sindrom yang ditandai oleh peradangan dari glumerulus diikuti
pembentukan beberapa antigen (Engran, Barbara, 1999).
Saran
Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu
pengetahuan kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan penulis kepada pembaca semua agar
sudi kiranya memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA