Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO I

KEPERAWATAN ANAK

Disusun Oleh :

1. Ade Dwi Ameilia


2. Era Maya Sari
3. Niki Melani
4. Suci Handayani
5. Yuli Putri Astuti
6. Anisa Eki Febriyanti
7. Winka Putri
8. Desi Nitasari

DOSEN PEMBIMBING :

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI

MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat ALLAH SWT atas
segala nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada kami sehingga bisamenyelesaikan
Tugas Tutorial keperawatan Anak I.

Dalam penyusunan tugas ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi, namun kami
menyadari bahwa dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari beberapa orang. Sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnaan makalah ini maupun untuk makalah selanjutnya. Semoga materi ini
dapat bermanfaat dan enjadi sumbangan pemikira bagi pihak yang membutuhkan. Khususnya
bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Aamiin.

Palembang, Oktober 2021

Penulis
BAB I

(PENDAHULUAN)
A. LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan hal pokok yang harus dipenuhi sebagai suatu


kebutuhan utama manusia. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan
manusia terhadap kesehatan semakin meningkat, terkait dengan semakin banyaknya
pula jenis-jenis penyakit baru yang muncul. Penyakit ini tidak hanya menyerang
manusia yang sudah dewasa akan tetapi juga menyerang anak-anak yang masih
dalam proses tumbuh kembang.
Anak bukanlah miniatur orang dewasa, namun anak merupakan mahluk
sosial yang masih sangat peka terhadap berbagai rangsangan dari lingkungan, baik
fisik maupun biologis. Secara kasat mata anak memang sama dengan individu
dewasa, tetapi anak masih cenderung memiliki berbagai keterbatasan dan
ketergantungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
GNA atau kepanjangan dari (Glomerulo Nefritis Akut) merupakan salah satu
penyakit dari sistem renal yang berpotensi menjadi penyakit yang tergolong kritis
pada anak. Hal ini disebabkan karena penyakit GNA merupakan inflamasi bilateral
glomerulus yang secara khas terjadi setelah infeksi bakteri streptokokus. Penyakit ini
paling sering ditemukan pada anak laki-laki berusia tiga hingga tujuh tahun yang
terjadi hingga 95% anak-anak dan prognosis kasus GNA 70% setelah dewasa akan
mengalami pemulihan total (Williams & Wilkins, 2011).
GNA di Indonesia menempati urutan pertama sebagai penyebab penyakit
ginjal tahap akhir dan meliputi 55% penderita yang mengalami hemodialisis (Price &
Wilson, 1995). Selama 5 tahun (1998-2002), didapatkan 45 pasien GNA (0,4%)
yaitu di antara 10.709 pasien yang berobat di Departemen Ilmu Kesehatan Anak
RSCM pada saat yang sama atau 9 kasus per tahun. Keempat puluh lima pasien ini
terdiri dari 26 laki - laki dan 19 perempuan (1,4: 1) yang berumur antara 4 – 14
tahun, dan umur yang paling sering adalah 6-11 tahun.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran tentang aplikasi keperawatan pada An.D (5Tahun)
2. Tujuan khusus
- Mengkaji istilah-istilah yang tidak di mengerti pada kasus An.D
- Membuat pertanyaan dan menjawab terhadap istilah-istilah yang kurang di
mengerti pada Kasus An.D
- Membuat Learning Objektif dari Kasus An.D
- Menbuat sitesis & menguji informasi baru

C. MANFAAT
1. Laporan tutor scenario I ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dalam
keperawatan yaitu sebagai panduan dalam pengelolaan kasus GNA.
2. Sebagai referensi sumber mahasiswa atau pihak lain terhadap pengolaan kasus
GNA
BAB II

(PEMBAHASAN)
A. DEFINISI
Glomerulonefritis adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk
menjelaskan berbagai macam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan
inflamasi di glomerulus akibat suatu proses imunologis.
Glomerulonefritis kronik merupakan penyakit parenkim ginjal
progresif dan difus yang seringkali berakhir dengan gagal ginjal kronik.
Glomerulonefritis berhubungan dengan penyakit-penyakit sistemik seperti
lupus eritomatosus sistemik, poliartritis nodosa, granulomatosus Wagener.
Glomerulonefritis (glomerulopati) yang berhubungan dengan diabetes
mellitus.
(glomerulosklerosis) tidak jarang dijumpai dan dapat berakhir
dengan penyakit ginjal kronik. Glomerulonefritis yang berhubungan dengan
amilodois sering dijumpai pada pasien-pasien dengan penyakit menahun
seperti tuberkulosis, lepra, osteomielitis arthritis rheumatoid dan myeloma).
(Sukandar, 2006).

B. ETIOLOGI
Glomerulonefritis kronik adalah peradangan yang lama dari sel  –  sel
glomerulus. Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerulonefritis akut yang
tidak membaik atau timbul secara spontan. Glomerulonefritis kronik sering
timbul beberapa tahun setelah cidera dan peradangan glomerulus sub klinis
yang disertai oleh hematuria (darah dalam urin) dan proteinuria (protein
dalam urin) ringan, yang sering menjadi penyebab adalah diabetes mellitus
dan hipertensi kronik. Hasil akhir dari peradangan adalah pembentukan
jaringan parut dan menurunnya fungsi glomerulus. Pada pengidap diabetes
yang mengalami hipertensi ringan, memiliki prognosis fungsi ginjal jangka
panjang yang kurang baik.

Penyebab dari Glomerulonefritis kronis yaitu :

1. Lanjutan GNA, seringkali tanpa riwayat Infeksi (streptococcus beta


hemoliticus group A)
2. Keracunan
3. Siabetes militus
4. Thrombosis vena renalis
5. Hipertensi kronis
6. Penyakit kolagen
7. Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemukan pada stadium lanjut
C. KLASIFIKASI
Glomerulonefritis dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Difus
Mengenai semua glomelurus, bentuk yang paling sering di temui timbul
akibat gagal ginjal kronik. Bentuk klinisnya ada 3 yaitu :
- Akut :jenis gangguan yang klasik dan jinak, yang selalu
diawali oleh infeksi streptococcus dan disertai endapan
kompleks imun pada membrane basalis glomelurus dan
perubahan proliferasif seluler.
- Sub akut :bentuk Glomerulonefritis yang progresif cepat, ditandai
dengan perubahan poliferatif seluler nyata yang merusak
glomelurus sehingga dapat mengakibatkan kematian
akibat uremia.
- Kronik :Glomerulonefritis progresif lambat yang berjalan
menuju perubahan sklerotik dan abliteratif pada
glomelurus, ginjal mengisut dan kecil, kematian akibat
uremia.
2. Fokal
Hanya sebagian glomerulus yang abnormal.
3. Local
Hanya sebagian rumbai glomerulus yang abnormal misalnya satu sampai
kapiler.

Klasifikasi menurut sumber yang lain :

1. Congential (herediter)
- sindrom alport
- Sindrom nefrotik kongenital
2. Glomerulus primer
- Glomerulonefritis primer : Glomerulonefritis membrano proliferasif,
Glomerulonefritis membarosa, nefropati IgA
- Glomerulonefritis sekunder : Glomerulonefritis pasca streptococcus
beta hemolitikus grup A

Berdasarkan derajat penyakitnya :

1. Glomerulonefritis akut
Glomerulonefritis adalah Peradangan glomerulus secara mendadak.
(Corwin, Elisabeth J, 2000)
2. Glomerulonefritis kronik
Glomerulonefritis peradangan yang lama dari sel-sel glomerulus. (Corwin,
Elisabeth J, 2000)
D. PATOFISIOLOGI
E. MANIFESTASI KLINIS

Dari segi klinis suatu kelainan glomerulus yang sering dijumpai adalah
hipertensi, sembab, dan penurunan fungsi ginjal. Meskipun gambaran klinis
biasanya telah dapat membedakan berbagai kelainan glomerulus dan non
glomerulus, biopsi ginjal masih sering dibutuhkan untuk menegakkan
diagnosis pasti.
- Hematuria
- Silinder sel darah merah di dalam urin
- Proteinuria lebih dari 3-5 mg/hari
- Penurunan GFR
- Penurunan volume urin
- Resistensi cairan
- Apabila keadaan tersebut disebabkan oleh glomerulonephritis pasca streptococcus
akut, akan dijumpai enzim-enzim streptococcus.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut :
- Urinalis menunjukkan adanya proteinuria (+1 sampai +4)
- Hematuria makroskopik ditemukan hamper pada 50% penderita
- Kelaianan sedimen urin dengan eritrosit disformik
- Leukosituria serta torak selulet
- Granular
- Eritrosit +
- Albumin +
- Silinder eritrosit +
- Kadang-kadang ureum dan kreatinin serum meningkat dengan tanda ginjal seperti
hiperkalemia, asidosis, hiperfosfetemia dan hipokalsemia
- Kadang-kadang tampaka adanya proteinuria massif dengan gejala sindroma
nefrotik

Menurut (Sukandar, 2006) pendekatan diagnosis penyakit ginjal kronik (PGK)


adalah sebagai berikut :

- Memastikan adanya penurunan faal ginjal (LFG)


- Mengetahui etiologi PGK yang mungkin dapat dikoreksi
- Mengidentifikasi semua factor pembentuk faal ginjal (refesible factors)
- Menentukan strategi terapi rasional
- Menentukan prognosis

Pendekatan diagnosis mencapai sasaan yang telah diharapkan bila dilakukan


pemeriksaan yang terarah dan kronologis, mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik
diagnosis dan pemeriksaan penunjang diagnosis rutin dan khusus. (Sukandar, 2006)

G. KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi yang muncul antara lain :
1. Oliguria sampai anuria yang berlansung 2-3 hari
2. Ensefalopati hipertensi
3. Gangguan sirkulasi berupa dipsne, ortopne, terdapatnya rongki basah, pembesaran
jantung, meningginya tekanan darah, dan bertambahnya volume plasma
4. Anemia yang timbul karena adanya hypervolemia
5. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada fase akut
6. Malnutrisi
7. Hipertensi, CHF, endocarditis

H. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN


Tujuan penatalaksanaan adalah untuk melindungi fungsi ginjal dan menangani
komplikasi ginjal.
1. Medis
- Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotika ini tidak
mempengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi
menyebarnya infeksi Streptococcus yang mungkin masih, dapat
dikombinasi dengan amoksislin 50 mg/kg BB dibagi 3 dosis selama 10
hari. Jika alergi terhadap golongan penisilin, diganti dengan eritromisin
30 mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis.
- Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi,
pemberian sedativa untuk menenangkan penderita sehingga dapat cukup
beristirahat. Pada hipertensi dengan gejala serebral diberikan reserpin dan
hidralazin. Mula-mula diberikan reserpin sebanyak 0,07 mg/kgbb secara
intramuskular. Bila terjadi diuresis 5-10 jam kemudian, maka selanjutnya
reserpin diberikan peroral dengan dosis rumat, 0,03 mg/kgbb/hari.
Magnesium sulfat parenteral tidak dianjurkan lagi karena memberi efek toksis.
- Pemberian furosemid (Lasix) secara intravena (1 mg/kgbb/kali) dalam 5-10
menit tidak berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus.
- Bila timbul gagal jantung, maka diberikan digitalis, sedativa dan
oksigen.

2. Keperawatan
- Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dulu dianjurkan istirahat mutlah
selama 6-8 minggu untuk memberi kesempatan pada ginjal untuk
menyembuh. Tetapi penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa
mobilisasi penderita sesudah 3-4 minggu dari mulai timbulnya
penyakit tidak berakibat buruk terhadap perjalanan penyakitnya.
- Pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kgbb/hari) dan
rendah garam (1 g/hari). Makanan lunak diberikan pada  penderita
dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu telah normal kembali.
- Bila ada anuria atau muntah, maka diberikan IVFD dengan larutan
glukosa 10%. Pada penderita tanpa komplikasi pemberian cairan
disesuaikan dengan kebutuhan
- Bila ada komplikasi seperti gagal jantung, edema, hipertensi dan
oliguria, maka jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi.
- Transpalantasi ginjal
Menurut Sukandar, 2006 pertimbangan transplantasi ginjal, yaitu :
. cangkok ginjal, mengambil 100% faal ginjal sedangkan
hemodialisis hanya 70-80% faal ginjal alamiah
. kualitas hidup normal kembali

. masa hidup lebih lama

. komlikasi berhubungan dengan obat imunosupresif untuk


mencegah reaksi penolakan
. biaya lebih murah dan dapat dibatasi

BAB III
(TUTOR KASUS)
SEKENARIO I

Ny. R mengeluhkan kondisi anaknya, An.D (5 tahun) yang sudah


beberapa hari ini tampak kurang sehat kepada Ners A. An.D masuk ke
RS dengan proteinuria 2+ dan edema. Ny. R menyampaikan bahwa
anaknya mengalami infeksi pada tenggorokannya sejak kira-kira 2
minggu yang lalu, anak tampak lelah, tidak ada keinginan untuk bermain
dan hanya ingin tidur. Sejak beberapa hari yang lalu An.D juga
mengalami output urin yang sedikit. Hasil pengkajian Ners A
mengindikasikan adanya bilateral edema 1+ di kedua esktremitas
bawah,periorbital edema, hematuria, dan kepucatan. Tanda vital An. D
diperoleh : T=38°C, N=88 x/m, RR=28 x/m, TD=100/60 mmHg

Data lab :
  Urinalisis –  Proteinuria – 2+; sel darah merah
  BUN – 22 mg/dl (N=5-18 mg/dl)

  Kreatine – 1.0 mg/dl (N=0.3-0.7 mg/dl)

  ASO titer – meningkat
  Serum albumin, Kolesterol, Trigliserid dalam batas
normal
  Hgb 10.5 g/dl; HCT 33
 Ners A mengatakan bahwa An.D mengalami gangguan system
genitourinaria.

 Ners A menyampaikan kepada Ny. R bahwa akan memberikan informasi


lebih lanjut terkait kondisi An. D setelah dipastikan apa masalah klinis
An. D yang sesungguhnya.

A. STEP I : CLARIFY UNFAMILIAR TERM


1. Proteinuria (Suci)
Tes yang dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan seseorang melalui tes
urine (Yuli)

2. Edema (Suci)
Penumpukan ciran dalam ruang diantara sel tubuh. Edema dapat terjadi diseluruh
bagian tubuh. Edema terjadi saat cairan pembuluh darah keluar ke jaringan
sekelilingnya (Ade)

3. Urinalis (Ade)
Suatu kondisi dimana urine mengandung jumlah protein yang tidak normal (Yuli)

4. Bilateral Edema (Ade)


Pembengkakan di daerah tubuh (Era)

5. Periobital Edema (Niki)


Pembengkakan di daerah mata (Era)

6. Hematuria (Niki)
Kondisi dimana ketika adanya darah dalam urine yang disebabkan oleh berbagai
penyakit (Ade)

7. Kreatine (Desi)
Kebanyakan keratin di dalam otot. Keratin adalah sumber energy untuk
pergerakan otot yang juga terlibat dalam pertumbuhannya (Winika)

8. Pemeriksaan Kreatin (Yuli)


Pemeriksaan untuk mengetahui jumlah kreatine dalam darah dan mengetahui
adanya masalah pada fungsi ginjal (Niki)

9. Pemeriksaan Aso Titer (Anisa)


Pemeriksaan untuk mengetahui infeksi terhadap bakteri streptococcus A (Niki)

10. Serum Albumin (Winika)


Albumin serum adalah protein dengan berat molekul sekitar 65.000 Da dan terdiri
dari 584 asam amino. Albumin adalah protein plasma yang paling banyak beredar
di tubuh manusia . pemeriksaan dilakukan jikaseseorang diduga mengalami
gangguan pada organ hati atau ginjal (Anisa)

11. P Kolestrol & Trigliserid (Yuli)


Kolestrol adalah metabolit yang mengandung lemak sterol yang ditemukan pada
membrane sel dan disirkulasikan dalam plasma darah. Kolestrol merupakan jenis
khusus lipid yang di sebut steroid sedangkan trigliserida adalah sebuah gliserida
yang terbentuk dari esterifikasi diketiga gugus hidroksil gliserol dengan asam
lemak. Trigliserida merupakan penyusun utama minyak nabati dan hewani (Desi)
12. P.Hgb & HCT (Era)
Hgbn (haemoglobin) adalah pemeriksaan darah yang bertujuan untuk mengetahui
apakah ada kelebihan atau kekurangan sel darah merah dalam tubuh. Htc
(hematokrit) adalah pemeriksaan untuk mendeteksi anemia mendampingi
pemeriksaan Hgb (Suci)

B. STEP 2 : DEFINE THE PROBLEMS


1. Apakah penyakit glomerulonephritis dapat menyebabkan gagal ginjal? (Niki)
2. Apa penyebab dari penyakit glomerulonepritis? (Ade)
3. Apa tanda dan gejala yang khas pada penyakit Glomerulonepritis? (Yuli)
4. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan pengakit
Glomerulonepritis? (Era)
5. Apa efek yang terjadi jika adanya penumpukan protein dalam urine dan
mengakibatkan menurunnya protein dalam darah? (Suci)

C. STEP 3 : BRAINSTORM POSSIBLE HYPOTHESIS


1. Ya, karena penyakit ini berhubungan dengan peradangan saringan kecil dalam
ginjal, sehingga memungkinkan terjadinya penyakit lanjutan seperti gagal ginjal
(Desi)
2. Penyebab dari penyakit ini bisa dari Infeksi, penyakit kekebalan dan vakulitis
(Suci)
3. Gejala yang khas yaitu kencing berdarah dan terdapat protein dalam urin,
hipertensi, adanya pembengkakkan di kaki dan tangan, sering buang air kencing di
malam hari (Era)
4. Komplikasi yang bisa terjadi yaitu gagal ginjal, hipertensi enselopati, sindrom
nefrotik, gagal jantung, edema pulmoner (Winika)
5. Efek yang mungkin terjadi yaitu sindrom nefrotik (Anisa)

D. STEP 4 : MAIN PATHWAY


E. STEP 5 : LEARNING OBJECTIVE

1. Mengetahui apakah penyakit glomerulonephritis bisa menyebabkan gagal ginjal


2. Mengetahui penyebab penyakit glomerulonephritis
3. Mengetahui tanda dan gejala penyakit glomerulonephritis
4. Mengetahui komplikasi yang terjadi akibat penyakit glomerulonephritis
5. Mengetahui efek yang terjadi jika terdapat protein dalam urin sehingga
menyebabkan protein dalam darah menurun

F. STEP 6 : BELAJAR MANDIRI

G. STEP 7 : MENSITESIS & MENGUJI INFORMASI BARU


1. Menurut (Zuliani, dkk, 2021)penyakit glomerulonephritis dapat menyebabkan
gagal ginjal akut atau penyakit ini dapat berkembang secara bertahap menjadi
gagal ginjal kronis.(
2. Menurut (karyudiani, dan Susanti, 2019) Penyakit ini dapat disebabkan oleh
beberapa kondisi :
- Infeksi : Glomerulonefritis pasca streptokokus, endocarditis bacterial, infeksi
virus seperti HIV, Hepatitis B,C
- Penyakit kekebalan : lupus, sindrom goodpasture, nefropati Ig.A
- Vaskulitis : poliaritis, granulomatosis
3. Menurut (Zuliani, dkk, 2021) tanda dan gejala yang khas pada peyakit ini yaitu :
- darah atau protein dalam urine
- tekanan darah tinggi
- pembengkakan pada pergelangan kaki dan wajah
- sering buang air kecil di malam hari
- air kencing sangat berbuih atau berbusa
4. Menurut (Zuliani, dkk, 2021) komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit
glomerulonephritis yaitu:
- gagal ginjal
- hipertensi enselopati
- sindrom nefrotik
- gagal jantung konggestif
- edema pulmoner
5. Menurut (Zuliani, dkk, 2021) jika efek yang akan terjadi jika terdapat protein
dalam urine dan mengakibatkan menurunnya protein dalam darah yaitu Sindrom
nefrotik

DAFTAR PUSTAKA
Sukandar, E. (2006). Gagal Ginjal Kronis dan Terminal : Nefrologi Klinik, Edisi III.
Bandung: ITB.

Susanti, K. d. (2019). Keperawatan Medikal Bedah I. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.

Zuliani., d. (2021). Gangguan Pada Sistem Perkemihan. Medan: Yayasan Kita Menulis.

Anda mungkin juga menyukai