Anda di halaman 1dari 18

MINI PROPOSAL PROJECT BASED LEARNING (PJBL)

BLOK SISTEM PERKEMIHAN


“GLUMERULONEFRITIS”

KELOMPOK 4

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
KELOMPOK 4

FITRIA FEBIYANTI 201510420311051


NURMALA AGUSTIN NINGTYAS 201510420311054
KETUT HOLIFAH 201510420311057
FITRIA KUSUMAWATI 201510420311060
IKHSAN BUYUNG K 201510420311063
SINTIYA DWI RYANTI 201510420311066
AKHAMAD AKHIRUDIN 201510420311092
VIKY NURDIANSYAH 201510420311072
CAHYA NINGSIH. E 201510420311075
DEVI WAHYU. DP 201510420311078
FATHAYA ABDILAH 201510420311081
JULMAWATI SUWARDI 201510420311084
RINI DWI PERWITOSARI 201510420311087
JULIA RIKA SARI 201510420311090
TITIN AYU LESTARI 201510420311093
LOFITA SURYA DEWI 201510420311096
FAISAL 201510420311098
LEMBARAN PENGESAHAN

Mini ProposalProject Based Learning tentang “GLUMERULONEFRITIS” disahkan oleh

Hari : ………………………………………………………

Tanggal: ………………………………………………………

Oleh : ………………………………………………………

Mengetahui,

Fasilitator Ketua Kelompok

(M. Rosyidul’ Ibad, S.Kep., Ns., M.Kep.) (Viky Nurdiansyah)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunainya
sehingga kelompok 4 dapat menyelesaikan Mini Proposal Project Based Learning tentang
Pathway Ulkus Vena dengan baik dan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Terimakasih
kami ucapkan kepada fasilitator M. Rosyidul’Ibad,S. Kep., Ns., M. Kep. yang telah
membimbing dan memotivasi kelompok kami dalam menyelesaikan Mini Proposal ini. Kami
juga berterima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa FIKES UMM yang telah memberikan
dukungan, kritik maupun saran untuk menulis Mini Proposal ini sesuai dengan yang
diharapkan.

Mini Proposal ini disusun untuk memenuhi tugas dalam pembelajaran ilmu
keperawatan dasar yang bertujuan agar mahasiswa mampu memahami bagaimana menjadi
profesi perawat dan mengatasi masalah yang akan timbul saat masuk dunia kerja. Semoga
makalah ini memenuhi kriteria penilaian dan bermanfaat bagi pembaca.

Malang, 22 Februari 2017


Penyusun,

Kelompok 4
BAB I

Pendahuluan

A. Latar belakang
Kapiler glumerulus terbentuk dari suatu jaringan percabangan arteri-arteri
ginjal, yaitu arteriol, yang membentuk arteriol arferen, anyaman (berkas) kapiler
glumerulus, dan arteriol eferen untuk drainasenya (dimodifikasi dari Hypertension
5:8-16, 1983). Dua ginjal manusia mengandung hampir 1,8 juta berkas (tuft) kapiler
glomerulus. Setiap berkas glomerulus berada di dalam ruang bowman.
Glomerulonefritis akut adalah peradangan glomerulus secara mendadak pada kedua
ginjal. Peradangan akut glomerulus terjadi akibat pengendapan kompleks antigen
antibodi di kapiler-kapiler glomerulus. Glumerulonefritis akut lebih sering terjadi
pada laki-laki.

B. Keterkaitan dengan mata kuliah yang diambil

Proyek yang kami ambil tentang penanganan gangguan glumerulonefritis


melalui atlas algoritma. Kami memilih proyek ini dapat membantu mahasiswa lebih
memahami tentang penanganan gangguan sistem perkemihan. Dengan ini dapat
membantu pihak-pihak yang kami tuju dalam mengetahui dan memahami masalah
yang sering terjadi untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi.

C. Manfaat produk dalam keperawatan


Kami memilih untuk membuat atlas algoritma tentang penanganan pada
gangguan sistem perkemihan yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran
alternative untuk meningkatkan motivasi, kemandirian, dan kreativitas mahasiswa.

D. Tujuan dari pembuatan produk ini yaitu :


1. Sebagai pemenuhan tugas blok sistem perkemihan
2. Sebagai media informasi tentang penanganan pada glumerulonefritis.
3. Mempermudah pembelajaran dengan produk kami.
E. Output yang dikehendaki
1. Penerapan tentang penanganan pada gangguan glumerulonefritis.
2. Informasi yang disampaikan jelas, mempermudah untuk pembelajaran.
3. Gambar yang dilampirkan dapat membantu memperjelas.
BAB II
ISI

A. Definisi
Glomerulonefritis akut merupakan peradangan glomerulus secara mendadak
pada kedua ginjal. Peradangan akut glomerulus terjadi akibat pengendapan kompleks
antigen antibodi di kapiler-kapiler glomerulus. dan Inflamasi kapiler glomerulus
disedut glomerulonerfitis.
Glumerulonefritis persisten yang memperparah fungsi ginjal selalu disertai
oleh nefritis interstisial,fibrosis ginjal, dan atrofi tubulus. Namun, tidak jelas terlihat
apakah gagal ginjal pada glumerulonefritis secra histologis lebig berkolerasi dengan
gambaran nefritis tubulointerstisialis dari pada dengan jenis cedera glomerulus
pemicunya.
B. Etiologi
Faktor penyebab yang mendasari sindrom ini secara luas dapat dibagi menjadi
kelompok infeksi dan noninfeksi.
1. Infeksi
Infeksi strepkokus terjadi sekitar 5-10% pada orang dengan radang tenggorokan
dan 25% pada mereka dengan infeksi kulit. Penyebab nonstrepkokus, meliputo
bekteri, virus, dan parasit.
2. Noninfeksi
Penyakit sistemik multisistem, seperti pada Lupus Eritematosus Sistemik (SLE),
vaskulitisi, sindrom Goodpature, granulomatosis Wegener.
Kondisi penyebab lainnya adalah pada kondisi sindrom Guillain-Barre.

C. Patofisiologi
Secara patofisiologi, pada glomerulonefritis akut akan terjadi dua perubahan, yaitu
perubahan struktural dan perubahan fungsional.
1. Perubahan struktural meliputi hal-hal berikut
- proliferasi selular: hal ini menyebabkan peningkatan jumlah sel di glomerulus
karena proliferasi endotel, mesangial, dan epitel sel. Proliferasi tersebut dapat
bersifat endokapiler (yaitu dalam batas-batas dari kapiler glomerular) atau
ekstrakapiler (yaitu dalam ruang Bowman yang melibatka sel-sel epital).
Dalam proliferasi ekstrakapiler, proliferasi sel epitel parietal mengarah pada
pembentukan tertentu dari glomerulonefritis progresif cepat.
- Proliferasi leukosit: hal ini ditunjukkan dengan adanya neutrofil dan monosit
dalam lumen kapiler glomerulus dan sering menyertai proliferasi selualar.
- Penebalan membran basal glomerulus: perkembangan ini muncul sebagai
penebalan dinding kapiler baik di sisi endotel atau epitel membran dasar.
- Hialinisasi atau sklerosis: kondisi ini menunjukkan cedera ireversibel
Perubahan struktual ini di perentarai oleh reaksi antigen-anti body, agregat
molekul (kompleks) di bentuk dan beredar di seluruh tubuh. Beberapa dari
kompleks ini terperangkap di glumerulus, suatu bagian di penyaring di ginjal,
dan pencetus proses peradangan

Reaksi peradangan di glumerolus menyebabkan pengaktifan komplemen


sehingga komplemen sehingga terjadi peningkatan aliran darah dan peningkatan
permeabilitas kapiler di glumerolus serta filtrasi di glumerulus. Protein protein
plasmadan sel darah merah bocor melalui glumerulus. Akhirnya membran glumerulus
rusak sehingga terjadi pembengkakan di edema diruang interstisium bowman. Hal ini
meningkatkan tekanan jaringan interstisium, yang dapat mengakibatkan kolaps nya
setiap glumerulus disetiap daerah tersebut. Akhirnya peningkatan cairan interstisium
akan melawan filtrasi glomerulus lebih lanjut.

Pengaktifan komplomen menarik sel-sel darah putih dan trombosit ke glomerulus.


Pada peradangan terjadi penggaktifan faktor faktor koogulasi yang dapat
menyembabkan pengendapan fibrin, pembentukan jaringan parut dan glomerulus.
Membran glomerulus menebal dan menyebabkan penurunan GFRlebih lanjut.

2. Perubahan fungsional
Perubahan fungsional meliputi proteinuria, hematuria, penurunan GFR(yaitu
oligoanuria ), serta sedimen urine aktif dengan sel darah merah. Penurunan GFR
dan retensi air akan memberikan manifestasi terjadinya ekspansi volume
intravaskular, edema dan hipertensi sistemik.
Respons perubahan secara struktural dan fugsional memberikan berbagai
masalah keperawatan pada pasien yang mengalami glomerulus akut.
D. Pengkajian anamnesis
Keluhan utama yang sering dikeluhkan meliputi keluhan nyeri pada pinggang
atau kostovertebra, miksi berdarah, wajah atau kaki bengkak,pusing atau keluhan
badan cepat lelha. Untuk komprehensifnya pengkajian perawat menanyakan hal
berikut:
1. kaji berapa lama edema pada kaki atau wajah
2. kaji adanya keluhan sesak nafas
3. kaji adanya frekuensi miksi dan urin output
4. kaji adanya perubahan warna urin menjadi lebih gelap
5. kaji berapa lama keluhan penurunan nafsu makan dan gangguan
gastrointestinal seperti mual an muntah
6. kaji berapa lama keluhan miksi berdarah dan warna perubahan urin output
7. kaji onset keluhan bengkak pada wajah atau kaki, apakah di sertai dengan
adanya keluhan pusing dan cepatlelah
8. kaji keluhan nyeri daerah pinggang atau kostrovertebra secara PQRST
9. kaji keluhan adanya memar dan perdarahan hidung yang bersifat rekulen
10. kaji adanya anoreksi dan mpenurun berat badan pada pasien
11. kaji adanya keluhan sakit kepala dan malaise

Riwayat kesehatan dahulu. Kaji apakah pasien pernah menderita penyakit diabetes
melitus dan penyakit hipertensi sebelumnya. Pengkajian mengenai riwayat pemakaian
obat obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat dan
dokumentasikan.
Psikososiokultural. Adanya kelemahan fisik, miksi darah, serta wajah dan kaki yang
bengkak akan memberikan dampak rasa cemas dan koping yang maladiptif pada
pasien.
Pemeriksaan fisik. Keadaan umum pasien lemah dan terlihat sakit berat dengan
tingkat kesadaran biasanya compos mentis, tetapi akan berubah apabila sistem saraf
pusat akan mengalami gangguan sekunder dari penurunan perfusi jaringan otak dan
kerusakan hantaran saraf sekunder dari abnormalitas elektrolit dan uremia. Pada TTV
di dapatkan adanya perubahan pada fase awal sering didapatkan suhu tubuh
meningkat, frekuensi denyut nadi mengalami peningkatan fruensi denyut nadi
mengalami peningkatan frekuensi meningkat sesuai dengan peningkatan suhu tubuh
dan denyut nadi. Tekatan darah terjadi karena perubahan dari hipertensi ringan
menjadi berat.
B1 (Breathing) tidak didapatkan gangguan pola nafas walau secara frekuensi
mengalami peningkatan trauma pada fae akut. Pada fase selanjutnya sering di
dapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas yang meru[akan jrespon
terhadap edema pulmoner dan adanya sindrom uremia
B2 (Blood) salah satu tanda khas glomerulonephritis adalah peningkatan tekanan
darah sekunder dari retensi natrium dan air yang memberikan dampak dampak pada
fungsi sistem kardiofaskuler dimana akan terjadi penurunan perfusi jaringan akibat
tingginya beban sirkulasi
B3 (Brain) didapatkan edema wajah terutama periorbital, konjungtiva anemis, sclera
tidak ikterik, dan mukosa mulut tidak mengalami peradangan.
B4 (Bladder) inspeksi. Terdapat edema pada ekstremitas dan wajah. Perubahan warna
urine output seperti warna urine berwarna kola dari proteinuria, silindeuri, dan
hematuri. Palpasi didapatkan adanya nyeri tekan ringan pada area kostovertebra.
Perkusi pada sudut kosvertebra memberikan stimulus nyer ringan local disertai suatu
penjalaran nyeri ke pinggang dan perut.
B5 (Bowel) adanya mual dan muntah, serta anoreksia sehingga sering didapatkan
penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
B6 (Bone) adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari edema tungkai atau
wajah terutama pada periorbital, anemia, dan penurunan perfusi perifer dan hipertensi

E. Pengkajian Diagnostik Laboratorium


Pada pemeriksan urinalisis ditemukan adanya hematuria (darah dalam urine)
mikroskopik atau makroskopik (gros). Urine tampak berwarna kola akibat sel darah
merah dan butiran atau sedimen protein (lempengan sel darah merah menunjukkan
adanya cedera glomerular). Preinuria, terutama albumin, juga terjadi akibat
meningkatnya permeabilitas membrane glomerulus.
Kadar BUN dan kreatinin serum meningkat seiring dengan menurunnya urine
output. Pasien dapat anemik akibat hilangnya sel darah merah ke dalam urine dan
perubahan mekanisme hematopatik tubuh.
F. Pengkajian Penatalaksanaan Medis
Tujuan terapi adalah mencegah terjadinya kerusakan ginjal lebih lanjut dan
menurunkan risiko komplikasi. Risiko komplikasi yang mungkin ada meliputi :
hipertensi esenfalopati, gagal jantung kongestif, dan edema pulmoner. Hipertensi
esenfalopati dianggap sebagai kondisi darurat medis, dan terapi diarahkan untuk
mngurangi tekanan darah tanpa mengganggu fungsi renal.
Untuk mencapai tujuan terapi, maka penatalaksanaan tersebut, meliputi hal-hal
berikut.
1. Pemberian antimikroba derivate penisilin untuk mengobati infeksi streptokokus.
2. Diuretic dan antihipertensi untuk mengontrol hipertensi
3. Terapi cairan. Jika pasien dirawat di rumah sakit, maka intake dan output diukur
secara cermat dan dicatat. Cairan diberikan untuk mengatasi kehilanngan cairan
dan berat badan harian.

G. Diagnose Keperawatan
1. Actual/risiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan volume urine

Intervensi Rasional
Kaji adanya edema ekstermitas Curiga gagal kongektif/ kelebihan volume cairan
Kaji tekanan darah Sebagai salah satu cara untuk mengetahui peningkatan
jumblah cairan yang dapat diketahui dengan
meningkatkan beban kerja jantung yang dapat diketahui
dari peningkatnya tekanan darah.
Kaji distensi vena jugularis Peningkatkan cairan dapat membebani fungsi ventrikel
kanan yang dapat dipantau melalui pemeriksaan tekanan
vena jugularis
Ukur intake dan output Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan
perfusi ginjal, retensi natrium/air , dan penurunan urin
output
Timbang berat badan Perubahan tiba-tiba dari berat badan menunjukan adanya
gangguan keseimbangan cairan.
Berikan oksigen tambahan Meningkatkan kesediaan oksigen untuk kebutuhan
dengan kanula nasal/masker miokard untu melawan efek hipoksia/iskemia
sesuai dengan indikasi
Kolaborasi :
 Berikan diet tanpa garam Natrium meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan
volume plasma yang berda,pak terhadap peningkatan
beban kerja jantung dan akan meningkatkan demand
miokardium.
 Berikan diet rendah Diet rendah protein untuk menurunkan insufisiensi renal
protein tinggi kalori dan retensi nitrogen yang akan meningkatkan BUN. Diet
tinggi kalori untuk cadangan energi dan mengurangi
katabolisme protein.
Diuretik bertujuanuntuk menurunkan volume plasma dan
menurunkan retensi cairan dijaringan sehingga
menurunkan resiko terjadinya edema paru.
 Berikan diuretik: contoh Hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi.
furosemide,sprinokton,
hidronolakton

 Pantau data laboratorium


elektrolit kalium

2. Risiko tinggi kejang berhubungan dengan kerusakan hantaran saraf sekunder dari
abnormallitas elektrolit dan uremia

Tindakan Keperawatan Rasional


Kaji dan catat faktor-faktor yang Penting artinya untuk mengamati hipokal semi pada
menurunkan kalsium dari pasien beresiko. Perawat harus bersikap untuk
sirkulasi kewaspadaan kejang bila hipokalsemia hebat
Kaji stimulus kejang Beberapa stimulus kejangpada tetanus adalah
rangsangan cahaya dari peningkatan suhutu buh
Hindarikosmi alcohol dan kafein Alcohol dankafeindalamdosis yang tinggi menghamba
yang tinggi tpenyerapan kalsium dan perokok kretek sedangakan
meningkatkan ekskresi kalsium urine
Kolaborasipemberianterapi Garam kalsium parental termasuk kalsium glukonat,
 Garamkalsium parental kalsium klorida, dan kalsium gluseptat. Meskipun
kalsium klorida menghasilkan kalsium berionisasi yang
secara signifikan lebih tinggi di banding jumlah
akuimolar kalsium glukonat, cairan ini tidak sering di
gunakan karena cairan tersebut lebih mengiritasi dan
dapat menyebabkan peluruhan jaringan jika di biarkan
menginfiltrasi
Vitamin D Terapi vitamin D dapat di lakukan untuk meningkatkan
absorpsi ion kalsium daritraktus GI
Tingkatkan masukan diet Tingkatkan masukan diet kalsium sampai setidaknya
kalsium 1000 hingga 1500 mg/haripada orang dewasa sangat di
anjurkan (produk dari susu, sayuran berdaun hijau,
salmon kaleng, sadindan oyster segar)
Monitor pemeriksaan EKG Menilai keberhasilan intervensi
danlaboratorium, sertakalsium
serum
3. Nyeri berhubungan dengan respons inflamasi, kontraksi otot sekunder, adanya
inflamasi glomerulus.

Intervensi Rasional

Kaji nyeri dengan pendekatan Menjadi parameter dasar untuk mengetahui sejauh mana
PQRST intervensi yang diperlukan dan sebagai evaluasi
keberhasilan dan intervensi menajemen nyeri
keperawatan
Anjurkan kepada klien untuk Nyeri berat dapat menyebabkan syok kardiogenik yang
melaporkan nyeri dengan segera berdampak pada kematian mendadak
Lakukan manajemen nyeri
keperawatan Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan O2 ke
- Atur posisi fisiologis jaringan yang mengalami iskemia akibat respons
peradangan glomerulus
Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2 jaringan perifer
- Istirahatkan klien dan akan meningkatkan suplai darah pada jaringan yang
mengalami peradangan
Meningkatkan asupan jumlah O2 yang ada dan
memberikan perasaan nyaman pada pasien
- Berikan O2 tambahan Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri
dengan kanula nasal atau eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu
masker sesuai dengan meningkatkan kondisi O2 ruangan yang akan berkurang
indikasi apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan
- Manajemen lingkungan: Meningkatkan asupan O2 sehingga akan menurunkan
berikan lingkungan nyeri sekunder dari iskemia jaringan
tenang dan batasi Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan
pengunjung stimulus internal dengan mekanisme peningkatan
produksi endorfin dan enkefalin yang dapat memblok
reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks serebri
sehinggamenurunkan persepsi nyeri
- Ajarkan teknik relaksasi Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan
pernapasan dalam dukungan psikologis yang dapat membantu menurunkan
nyeri.
- Ajarkan teknik distraksi
pada saat nyeri

- Lakukan manajemen
sentuhan
Anjurkan kepada klien untuk Nyeri berat berat dapat menyebabkan syok kardiogenik
melaporkan nyeri dengan segera yang berdampakpada kematian mendadak
Tingkatkan pengetahuan Pengetahuan yang didapat membantu mengurangi
tentang: sebab-sebab nyeri dan nyerinya dan dapat membantu mengembangkan
menghubungkan berapa lama kepatuhan pasien terhadap rencana teraupetik
nyeri akan berlangsung
Kolaborasi dengan dokter untuk Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga akan
pemberian analgetik berkurang

4. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


ketidakadekuatan intake nutrisi sekunder dari nyeri, ketidak nyamanan lambung dan
intestinal

Intervensi Rasional

Kaji pengetahuan pasien tentang Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh kondisi sosial
asupan nutrisi ekonomi pasien. Perawat menggunakan pendekatan yang
sesuai dengan kondisi individu pasien.
Mulai dengan makanan kecil Kandungan makanan dapat mengakibatkan
dan tingkatkan sesuai dengan ketidaktoleransian GI, memerlukan perubahan pada
toleransi. Catat tanda kepenuhan kecepatan atau tipe formula
gaster, regurgitasi, dan diare
Fasilitasi pasien memperoleh Hindari penggunaan kafein, alkohol, dan nikotin.
diet sesuai indikasi dan anjurkan
menghindari asupan dari agen
iritan
Berikan diet secara rutin Pemberian diet sedikit tapi sering merupakan intervensi
yang tidak efektif dan tidak efisien apabila pasien
mendapat reseptor H2.
Berikan makanan dalam keadaan Untuk meingkatkan selera dan mencegah mual,
hangat dan porsi kecil serta diet mempercepat perbaikan kondisi, serta mengurangi beban
TKTPRG (Tinggi Kalori Tinggi kerja jantung.
Protein Rendah Gula)
Berikan nutrisi secara parenteral Nutrisi secara itravena dapat membantu memenuhi
kebutuhan nutrisi yang diperlukan oleh pasien untuk
mempertahankan kebutuhan nutrisi harian.

5. Gangguan ADL (Activity Daily Living) berhubungan dengan edema ekstremitas,


kelemahan fisik secara umum

TindakanKeperawatan Rasional
Tingkatkan istirahat, batasi Dengan mengurangi aktivitas, maka akan menurunkan
aktivitas, dan berikan aktivitas konsumsi oksigen jaringan dan memberikan kesempatan
senggang yang tidak berat jaringan yang mengalami gangguan dapat memperbaiki
kondisi yang lebih optimal
Anjurkan menghindari Dengan mengejan dapat mengakibatkan bradiakrdi,
peningkatan tekanan abdomen menurunkan curahjantung, dan takikardi, serta
misalnya mengejan saat defekasi peningkatan tekanan darah
Jelaskan pola peningkatan Aktivitas yang maju memberikan control jantung,
bertahap dari tingkat aktivitas, meningkatkan regangan dan mencegah aktivitas
contoh bangun dari kursi, bila berlebihan
tak ada nyeri, ambulasi, dan
istirahatselama 1 jam setelah
makan
Pertahanan rentang gerak pasif Meningkatkan konsentrasi otot sehingga membantu
selama sakit kritis venous return
Evaluasi tanda vital saat Untuk mengetahui fungsi jantung bila dikaitkan dengan
kemajuan aktivitas terjadi aktivitas
Berikan waktu istirahat di antara Untuk mendapatkan cukup waktu resolusi bagi tubuh
waktu aktivitas dan tidak terlalu memaksa kerja jantung
Pertahankan penambahan O2 Untuk meningkatkan oksigenasi jaringan
sesuai pesanan
Monitor adanyadipsnea, Melihat dampak dari aktivitas terhadap fungsi jantung
sianosis, peningkatan frekuensi
napas, serta keluhan subjektif
pada saat melakukan aktivitas
Berikan diet sesuai pesanan Untuk mencegah retensi cairan dan edema pada
(pembatasan air dan natrium) ekstravaskular
6. Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit, ancaman, kondisi sakit dan
perubahan kesehatan

Intervensi Rasional
Kajitanda verbal dan nonverbal Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukkan rasa
kecemasan dengan pasien dan agitasi, marah dan gelisah
lakukan tindakan bila
menunjukkan perilaku merusak
Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah,
menurunkan kerjasama dan munngkin memperlambat
penyembuhan
Mulai lakukan tindakan untuk Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu
mengurangi kecemasan.
Berilingkungan yang tenang dan
suasana penuh istirahat
Tingkatkan control sensasi Control sensasi pasien (dan dalam menurunkan
pasien ketakutan) dengan cara memberikan informasi tentang
keadaan pasien, menekankan pada penghargaan
terhadap sumber-sumber koping (pertahanandiri) yang
positif, membantu latihan relaksasi danteknik-teknik
pengalihan serta memberikan respons balik yang positif.
Orientasi pasien terhadap Orientasi dapat menurunkan kecemasan
prosedur rutin dan aktivitas yang
di harapkan
Beri kesempatan kepada pasien Dapat menghilangkan ketegangan terhadap
untuk mengungkapkan ansietas kekhawatiran yang tidak di ekspredikan
nya
Berikan privasi untuk pasiendan Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan,
orang terdekat menghilang kancemas dan perilaku adaptasi.
Adanya keluarga dan temna-teman yang dipilih pasien
untuk melayani aktivitas dan pengalihan (misalnya
membaca) akan menurunnkan perasaanterisolasi
Kolaborasi berikan anti-cemas Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.
sesuai indikasi, contohnya
diazepam

BAB III
METODELOGI DAN PERANCANGAN

A. Mekanisme dan Rancangan

Langkah- langkah yang kami laksanakan saat dan setelah penyusunan dan
pengajuan mini proposal project based learning adalah sebagai berikut:
1. Menentukan topic yang ditentukan didalam Asuhan Keperawatan
2. Mencari bahan literature di jurnal dan buku.
3. Menyusun materi
4. Revisi mini proposal
5. Pembuatan ATLAS ALGORITMA
6. Mengumpulkan produk

B. Sumber daya yang diperlukan

1. Pembagian tugas
FITRIA FEBIYANTI 201510420311051
NURMALA AGUSTIN NINGTYAS 201510420311054
KETUT HOLIFAH 201510420311057
FITRIA KUSUMAWATI 201510420311060
IKHSAN BUYUNG K 201510420311063
SINTIYA DWI RYANTI 201510420311066
AKHAMAD AKHIRUDIN 201510420311092
VIKY NURDIANSYAH 201510420311072
CAHYA NINGSIH. E 201510420311075
DEVI WAHYU. DP 2015104203110
FATHAYA ABDILAH 201510420311081
JULMAWATI SUWARDI 201510420311084
RINI DWI PERWITOSARI 201510420311087
JULIA RIKA SARI 201510420311090
TITIN AYU LESTARI 201510420311093
LOFITA SURYA DEWI 201510420311096
FAISAL 201510420311098
2. Sumber daya kinerja didapatkan dari kinerja kelompok.
3. Sumber daya dana didapatkan dari:
i. Pendapatan= Iuran kelompok Rp 2.000,- x 17 = Rp 34.000,-
ii. Pengeluaran= 1. Print Rp
2. Jilid Rp
3. cetak produk PJBL Rp ,- +
TOTAL Rp ,-

4. Sumber daya pikiran didapatkan dari pendapat saat diskusi kelompok dan saat
konsultasi fasilitator. Sumber daya informasi didapatkan dari web dan buku.

C. Jadwal pelaksanaan

Kegiatan Minggu
I II III IV V
Perumusan masalah
Membuat mini proposal
Pengumpulan minpros
Membuat projek
Mengumpulkan pjBL
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai