GLOMERULONEFRITIS AKUT
KELOMPOK 7
KELAS A
KELAS B
KELAS C
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
A. Anatomi Ginjal
C. Filtarasi Glomerulus
A. Definisi
Glomerulonefritis akut merupakan penyakit ginjal noninfeksius
yang paling umum pada masa kanak-kanak, glomerulonefritis akut
memengaruhi glomerulus dan laju filtrasi ginjal, yang menyebabkan retensi
natrium dan air, serta hipertensi. Biasanya disebabkan oleh reaksi terhadap
infeksi stretokopkus, penyakit ini jarang memiliki efek jangka panjang pada
sistem ginjal (Kathhleen, 2009).
Glomerulonefritis akut adalah peradangan glomerulus secara
mendadak pada kedua ginjal. Peradangan akut glomerulus terjadi akibat
pengendapan kompleks antigen antibodi di kapiler-kapiler glomerulus.
Kompleks biasanya terbentuk 7-10 hari setelah infeksi faring atau kulit oleh
streptokokus (glomerulonefritis pascastreptokokus), tetapi dapat juga
timbul setelah infeksi lain. Glomerulonefritis akut lebih sering terjadi pada
laki-laki (2:1), walaupun dapat terjadi pada semua usia, tetapi biasanya
dapat berkembang pada anak-anak dan sering pada anak usia 6-10 tahun.
(Muttaqin, 2011).
Menurut beberapa definisi diatas penulis mengambil kesimpulan
bahwa glomerulonefritis akut merupakan suatu penyakit yang disebabkan
oleh infasi atau virus yang merupakan penyebab utama gagal ginjal pada
anak maupun dewasa.
B. Etiolgi
Faktor penyebab yang mendasari sindrom ini secara luas dapat
dibagi menjadi kelompok infeksi dan noninfeksi :
1. Infeksi
Infeksi streptokokus dapat terjadi sekitar 5-10% pada orang dengan
radang tenggorokan dan 25% pada mereka dengan infeksi kulit.
Penyebab nonstreptokokus, meliputi bakteri, virus, dan parasit.
2. Noninfeksi
Penyakit sistemik multisistem, seperti pada lupus eritematosus sistemik
(SLE), vaskulitis, sindrom Goodpasture, granulomatosis Wegener.
Kondisi penyebab lainnya adalah pada kondisi sindrom Guillain-Barre.
(Muttaqin, 2011).
C. Patofisiologi
Proses GNA dimulai ketika kuman streptokokus sebagai antigen
masuk kedalam tubuh penderita, yang rentan, kemudian tubuh memberikan
respon dengan membentuk antibodi. Bagian mana dari kuman streptokokus
yang bersifat antigen masih belum diketahui. Beberapa penelitian pada
model binatang dan penderita GNAPS menduga yang bersifat antigenik
adalah: M protein, endostreptosin, cationic protein, Exo-toxin B, nephritis
plasminbinding protein dan streptokinase. Kemungkinan besar lebih dari
satu antigen yang terlibat dalam proses ini, barangkali pada stadium jejas
ginjal yang berbeda dimungkinkan akibat antigen M protein dan
streptokinase.
Protein M adalah suatu alpha-helical coiled-coil dimer yang terlihat
sebagai rambu trambut pada permukaan kuman. Protein M menentukan
apakah strain kuman tersebut bersifat rematogenik atau nefritogenik.
Streptokinase adalah protein yang disekresikan oleh kuman streptokokus,
terlibat dalam penyebaran kuman dalam jaringan karena mempunyai
kemampuan memecah plasminogen menjadi plasmin. Streptokinase
merupakan prasarat terjadinya nefritis pada GNAPS.
Tanda dan gejala yang berefleksi kepada kerusakan glomerulus dan
terjadi kebocoran protein masuk kedalam urin (proteinuria dan
eritrosit/hematuria). Karena proses penyakit berlanjut terjadilah parut yang
berakibat menurunnya filtrasi glomerulus dan berdampak oliguria dan
retensi air, sodium dan produk sisa nitrogen. Semuanya ini berdampak
meningkatnya volume cairan, edema, dan asitemia yang ditampilkan
melalui nafas pendek, edema yang dependen, sakit kepala, lemah dan
anoreksia.
D. Manifestasi Klinis
Klien yang mengalami glomerulonefritis akut biasanya akan mengalami
tanda dan gejala sebagai berikut :
1. Hematuria (urine berwarna merah kecoklat-coklatan)
2. Proteinuria (protein dalam urine)
3. Oliguria (keluaran urine berkurang)
4. Nyeri panggul
5. Edema, ini cenderung lebih nyata pada wajah dipagi hari, kemudian
menyebar ke abdomen dan ekstremitas di siang hari (edema sedang
mungkin tidak terlihat oleh seorang yang tidak mengenal anak
dengan baik)
6. Suhu badan umumnya tidak seberapa tinggi, tetapi dapat terjadi
tinggi sekali pada hari pertama
7. Hipertensi terdapat pada 60-70 % anak dengan GNA pada hari
pertama dan akan kembali normal pada akhir minggu pertama juga.
Namun jika terdapat kerusakan jaringan ginjal, tekanan darah akan
tetap tinggi selama beberapa minggu dan menjadi permanen jika
keadaan penyakitnya menjadi kronik
8. Dapat timbul gejala gastrointestinal seperti muntah, tidak nafsu
makan, dan diare
9. Bila terdapat ensefalopati hipertensif dapat timbul sakit kepala,
kejang dan kesadaran menurun
10. Fatigue (keletihan atau kelelahan).
E. Pemeriksaan Penunjang
1. LED tinggi dan Hb rendah
2. Biopsy ginjal
3. Pemeriksaaan urine : adanya proteinuria (+1 sampai +4), kelainan
sedimen urine dengan eritrosit disformik, leukosituria serta torak
selulet, granular, eritrosit (++), albumin (+), silinder lekosit (+) dan
lain-lain. Analisa urin adanya strrptococus
4. Pemeriksaan darah :
a. Kadar ureum dan kreatinin serum meningkat
b. Jumlah elektrolit : hyperkalemia, hiperfosfatem dan hipokalsemia
c. Analisa gas darah : adanya asidosis
d. Komplomen hemolitik total serum dan C3 rendah
e. Kadar albumin, darah lengkap (Hb, leukosit, trombosit dan
eritrosit) adanya anemia
f. Pemeriksaan imunologi : igG, igM dan C3, kompleks imun
g. Pemeriksaan radiologi : foto thorak adanya gambaran edema paru
atau payah jantung
h. ECG : adanya gambaran gangguan jantung
2. Keperawatan
a) Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dulu dianjurkan istirahat
mutlah selama 6-8 minggu untuk memberi kesempatan pada
ginjal untuk menyembuh. Tetapi penyelidikan terakhir
menunjukkan bahwa mobilisasi penderita sesudah 3-4 minggu
dari mulai timbulnya penyakit tidak berakibat buruk terhadap
perjalanan penyakitnya.
b) Pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kgbb/hari)
dan rendah garam (1 g/hari). Makanan lunak diberikan pada
penderita dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu telah
normal kembali.
c) Bila ada anuria atau muntah, maka diberikan IVFD dengan
larutan glukosa 10%. Pada penderita tanpa komplikasi
pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan. Bila ada
komplikasi seperti gagal jantung, edema, hipertensi dan oliguria,
maka jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi.
G. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit glomerulonefritis akut yaitu
:
1. Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagia
akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi
ginjal akut dengan uremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hidremia.
Walau aliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak,
namun bila hal ini terjadi maka dialisis peritoneum kadang-kadang di
perlukan.
2. Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena
hipertensi. Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing,
muntah dan kejang kejang. Ini disebabkan spasme pembuluh darah lokal
dengan anoksia dan edema otak.
3. Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanand arah yang bukan
sajadisebabkan spasme pembuluh darah, melainkan juga disebabkan
oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat memberas dan terjadi
gagal jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di
miokardium.
4. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping sintesis
eritropoetik yang menurun.
II.3 Asuhan Keperawatan Teoritis Glomerulonefritis Akut
A. Pengkajian
- Anamnesa
Keluhan utama yang dikeluhkan bervariasi meliputi keluhan nyeri pada
pinggang atau kostovertebra, miksi berdarah, wajah atau kaki bengkak,
pusing atau keluhan badan cepat lelah
- Riwayat penyakit
Riwayat kesehatan umum meliputi gangguan penyakit yang lalu
berhubungan dengan penyakit sekarang. Contoh : ISPA
Riwayat kesehatan sekarang meliputi ; keluhan atau gangguan yang
berhubungan dengan penyakit saat ini. Seperti; mendadak nyeri
abdomen, pinggang, edema
Riwayat kesehatan dahulu, kaji apakah pasien pernah menderita
penyakit diabetes mellitus dan penyakit hipertensi sebelumnya. Kaji
mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat
alergi terhadap jenis obat tertentu.
- Pengkajian pola fungsi
a. Pola nutrisi dan metabolik : suhu badan normal hanya panas hari
pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya
pretense natrium dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh
tubuh. Pasien mudah mengalami infeksi karena adanya depresi
sitem imun. Adanya mual, muntah, dan anoreksia menyebabkan
intake nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat karena adanya
edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
b. Pola eliminasi
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi urin : gangguan pada
glomerulus menyebabkan sisa-sisa metabolism tidak dapat di
ekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada
tubulus yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan
oliguria sampai anuria, proteinuria, hematuria.
c. Pola aktivitas dan latihan
Pada pasien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus karena adanya hyperkalemia. Dalam perawatan
pasien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan tekanan
darah selama 2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan
darah sudah normal selama 1 minggu. Adanya edema paru maka
pada inspeksi terlihat retraksi dada penggunaan otot bantu nafas
teraba, auskultasi terdengar rales crackles, pasien mengeluh sesak,
frekuensi nafas meningkat. Kelebihan beban sirkulasi dapat
menyebabkan pembesaran jantung ( dypnea, orthopnea dan pasien
terlihat lemah), anemia dan hipertensi yang juga disebabkan oleh
spasme pembuluh darah. GNA munculnya tiba-tiba, orang tua tidak
mengetahui penyebab dan penanganan penyakit ini.
d. Pola tidur dan istirahat
Pasien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena
adanya uremia, keletihan, kelemahan otot dan kehilangan tonus.
- Pemeriksaan fisik
B1 ( Breathing) : pada fase lanjut sering didapatkan adanya gangguan
pola nafas dan jalan nafas yang merupakan respon terhadap edema
pulmoner dan adanya sindrom uremia.
B2 (blood) : salah satu tanda khas glomerulusnefritis adanya
peningkatan tekanan darah sekunder dan retensi natrium dan air yang
memberikan dampak pada fungsi sitem kardiovaskuler dimana akan
terjadi penurunan perfusi jaringan akibat tingginya beban sirkulasi.
B3 (Brain) : di dapatkan edema wajah terutama periorbital, konjungtiva
anemis, sclera tidak ikterik dan mukosa mulut tidak mengalami
peradangan. Status neurologis mengalami perubahan sesuai dengan
tingkat parahnya pada system saraf pusat
B4 (Bladder) : inspeksi terdapat edema pada ektremitas dan wajah.
Perubahan warna urin output seperti warna dari protein urin dan
hematuria. Palpasi didapatkan adanya nyeri tekan ringan pada area
kostovetebra. Perkusi pada sudut kostovetebra memberikan stimulus
nyeri ringan local disertai suatu penjalaran nyeri ke pinggang dan perut.
B5 (Bowel) : didapatkan adanya mual dan muntah serta anoreksia
sehingga sering didapatkan penurunan intake dari nutrisi dari
kebutuhan.
B6 (Bone) : didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder
dari edema tungkai atau edema wajah terutama pada periorbital, anemia,
dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan oksigen kejaringan
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung
4. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan hematuria
5. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan hambatan upaya
nafas
6. Nyeri Akut berhubungan dengan peningkatan intracranial
7. Ketidak keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual muntah, anoreksia
8. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan defisiensi
protein
9. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
musculoskeletal (pretibial)
10. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
11. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk
tubuh (wajah periorbita)
C. Intervensi
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Ketidak efektifan Setelah diberikan asuhan 1. Monitor adanya daerah 1. untuk mengetahui
perfusi jaringan keperawatan …x… jam tertentu yang hanya peka adanya kelainan
perifer diharapkan …dengan terhadap panas, dingin, sehingga dapat
berhubungan kriteria hasil : tajam, tumpul menegakkan
dengan 1. Tidak ada tanda – tanda 2. Instruksikan keluarga untuk intervensi
penurunan peningkatan intrakranial mengobservasi kulit jika ada 2. agar keluarga
oksigen 2. Tidak terjadi edema lesi atau laserasi mengetahui sehingga
kejaringan perifer 3. Kolaborasi pemberian dapat memberikan
3. Konjungtiva tidak analgetik penanganan dengan
anemis tepat
3. agar perawat dan
tenaga medis lainnya
dapat berkolaborasi
kesembuhan pasien
dan analgetik
memblokir lintasan
nyeri sehingga nyeri
akan berkurang.
2. Kelebihan Setelah diberikan asuhan 1. Timbang berat badan, 1. Peningkatan BB
volume cairan keperawatan …x... jam monitor output urine tiap merupakan indikasi
berhubungan diharapkan volume cairan 4jam. adanya retensi cairan,
dengan edema pasien dalam batas normal 2. Kaji adanya edema, ukur penurunan output
dengan kriteria hasil : lingkar perut setiap 8jam dan urine merupakan
1. Terbebas dari edema, untuk anak laki-laki cek indikasi munculnya
efusi, anaskara adanya pembengkakan pada gagal ginjal.
2. Terbebas dari distensi skrotum. 2. Peningkatan lingkar
vena jugularis 3. Kaji warna urine. perut dan
3. Output jantung dan 4. Kolaborasi pemberian pembengkakan pada
vital sign dalam batas deuretik sesuai instruksi skrotum merupakan
normal indikasi adanya
acites.
3. Untuk mengetahui
urine yang keruh
merupakan indikasi
adanya peningkatan
protein sebagai
indikasi adanya
penurunan perfusi
ginjal.
4. Agar pasien
mendapatkan
perawatan yang
maksimal dan untuk
mengatasi mual
muntah pada pasien.
3. Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Nic Label : Cardiac Care Nic Label : Cardiac
jantung keperawatan selama ...x… 1. Evaluasi nyeri dada Care
berhubungan jam status kardiovaskular (seperti, intensitas, 1. Melihat
dengan pasien dalam rentang lokasi, radiasi, durasi karakteristik nyeri
perubahan normal dengan kriteria dan presipitasi dan yang dialami
frekuensi jantung hasil: faktor yang klien, sehingga
NOC Label: memberatkan akan
mempengaruhi
Cardiac Pump 2. Dokumentasikan adanya tindakan
Effectiveness disritmia jantung keperawatan dan
1. Tekanan darah 3. Catat tanda dan gejala diagnose yang
sistolik (skala 4) yang mengarah pada akan ditegakkan
2. Tekanan darah penurunan kardiak 2. Dokumentasi
diastolic (skala 4) output ditujukan sebagai
3. Bunyi jantung 4. Monitor status respirasi bukti tertulis
abnormal (skala 3) untuk gejala gagal dalam tindakan
4. Sianosis (skala 3) jantung keperawatan
5. Intruksikan kepada tentang kondisi
NOC label : Circulation
pasien tentang dan tindakan
Status
pentingnya yang telah
1. Tekanan nadi (skala
menginformasikan jika diberikan kepada
4)
terdapat klien
2. Kekuatan tekanan
ketidaknyamanan pada 3. Penurunan
nadi carotid kanan
dada kardiak output
(skala 4)
6. Kaji toleransi pasien akan sangat
terhadap aktivitas berpengaruh
terhadap perubahan: terhadap sistemik
3. Kekuatan tekanan nafas pendek,nyeri, tubuh, mencatat
nadi carotid kiri palpitasi, pusing. itu berguna dalam
(skala 4) 7. Auskultasi bunyi nafas : memberikan
4. Oxygen saturasi bunyi tambahan dan pengarahan dalam
(Skala 4) bunyi jantung : murmur melakukan
5. Pengeluaran urin 8. Pertahankan posisi tirah tindakan
(Skala 4) baring pada posisi yang keperawatan.
nyaman selama episode 4. Status respirasi
akut. yang buruk bisa
9. Berikan oksigen saja disebabkan
tambahan dengan kanula oleh edema paru
nasal/masker dan obat dan ini erat
sesuai indikasi kaitannya dengan
(kolaborasi) terjadinya gagal
10. Berikan periode istirahat jantung
dalam melakukan 5. Perawat atau
aktivitas keperawatan. tenaga medis bisa
11. Pantau dan catat efek memberikan
terapeutik /efek samping penanganan dan
selama pemberian pengobatan yang
kalsium antagonis, beta tepat
bloker dan nitrat. 6. Untuk melihat
12. Kolaborasi : Pemberian keterbatasan klien
kalsium antagonis yang diakibatkan
penyakit yang
NIC Label : Circulatory Care : diderita klien, dan
Arterial Insufficiency dapat ditegakkan
1. Melakukan penilaian grade dari suatu
yang komprehensif dari gangguan klien
sirkulasi perifer 7. S4 umum
(misalnya: memeriksa terdengar pada
nadi perifer, edema, pasien hipertensi
pembuluh kapiler, warna berat karena
kulit, dan temperature). adanya hipertrofi
2. menentukan indeks atrium. Adanya
branchial pergelangan krakel, mengi
kaki, secara tepat. dapat
mengindikasikan
3. Evaluasi edema perifer kongesti paru
dan nadi. sekunder terhadap
4. Monitor status cairan, terjadinya atau
termasuk masukan dan gagal jantung
keluaran. kronik
8. Dengan posisi
NIC Label : Circulatory Care: tirah baring
Venous Insufficiency diharapkan
1. Meninggikan anggota ekspansi dada
badan yang berpengaruh klien lebih
sebesar 20 derajat atau optimal
lebih di atas level dari 9. Meningkatkan
jantung, secara tepat. sediaan oksigen
2. Mendorong latihan untuk kebutuhan
gerakan pasif atau aktif miokard untuk
terutama pada melawan efek
ektremitas bawah hipoksia/iskemia.
selama terbaring Banyak obat
dapat digunakan
untuk
meningkatkan
volume sekuncup,
memperbaiki
kontraktilitas
danm enurunkan
kongesti.
10. Klien bisa saja
mengalami sesak
mendadak karena
aktivitas yang
dilakukan,
aktivitas ini bisa
memberat sesak
napas klien
termasuk aktivitas
ketika dilakukan
tindakan
keperawatan
11. Karena efek
samping yang
ditimbulkan bisa
saja
membahayakan
klien.
12. Memenuhi
kebutuhan klien
atas
pengobatannya
1. Mengkaji status
sirkulasi perifer
pasien
2. Untuk memeriksa
nadi brakial
pasien
3. Untuk memantau
perkembangan
kondisi pasien
4. Memantau status
cairan pasien
1. Melancarkan
sirkulasi darah ke
jantung untuk
mengurangi
beban kerja
jantung
2. Untuk mencegah
adanya
penumpukan
cairan di
ekstremitas
bawah
5. Ketidak efektifan Setelah diberikan asuhan 1. Monitor respirasi dan O2 1. Agar mengetahui
pola nafas keperawatan …x… jam 2. Auskultasi suara nafas , catat status respirasi pasien
berhubungan diharapkan pasien adanya suara nafas tambahan sehingga dapat
dengan hambatan menunjukkan keefektifan 3. Pertahankan jalan nafas yang menegakkan
upaya nafas pola nafas dengan kriteria paten intervensi
hasil : 4. Ajarkan keluarga pasien 2. Untuk mengetahui
1. Menunjukkan jalan tentang bagaimana teknik perkembangan status
nafas yang paten relaksasi untuk memperbaiki kesehatan pasien dan
(Frekuensi pernafasan pola nafas pasien mencegah komplikasi
dalam rentang normal) 5. Berikan bronkodilator bila lanjutan
2. Tidak ada sianosis dan perlu 3. Memfasilitasi
dyspnea kepatenan jalan nafas
3. Tanda – tanda vital 4. Untuk memastikan
dalam rentang normal kepatenan jalan nafas
sehingga pasien dapat
4. Mampu bernafas bernafas secara
dengan mudah normal
5. Bertujuan untuk
memberikan
pelembam udara agar
berguna dalam
mendefinisikan
derajat masalah dan
intervensi yang tepat
6. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Untuk mengetahui
berhubungan keperawatan selama …x… secara komprehensif tingkat nyeri pasien
dengan jam nyeri pada klien termasuk lokasi, 2. Untuk mengetahui
peningkatan berkurang atau hilang karakteristik, durasi, tingkat
intrakranial dengan frekuensi, kualitas dan ketidaknyamanan
Kriteria Hasil : faktor presipitasi dirasakan oleh pasien
1. Mampu mengontrol 2. Observasi reaksi nonverbal 3. Untuk mendapatkan
nyeri (tahu penyebab dari ketidaknyamanan data dengan penuh
nyeri, mampu 3. Gunakan teknik komunikasi kepercayaan dari
menggunakan tehnik terapeutik untuk pasien dan untuk
nonfarmakologi untuk mengetahui pengalaman mengalihkan
mengurangi nyeri, nyeri pasien perhatian pasien dari
mencari bantuan) 4. Kontrol lingkungan yang rasa nyeri
2. Melaporkan bahwa dapat mempengaruhi nyeri 4. Pada suhu ruangan
nyeri berkurang dengan seperti suhu ruangan, yang sejuk dapat
menggunakan pencahayaan dan memberikan rasa
manajemen nyeri kebisingan nyaman kepada
3. Mampu mengenali nyeri 5. Kurangi faktor presipitasi pasien dan di tempat
(skala, intensitas, nyeri yang tenang akan
frekuensi dan tanda 6. Ajarkan tentang teknik non memberikan
nyeri) farmakologi ketenangan bagi
4. Menyatakan rasa 7. Evaluasi keefektifan kontrol pasien sehingga nyeri
nyaman setelah nyeri nyeri dapat dialihkan.
berkurang 5. Agar nyeri yang
Analgesic Administration dirasakan pasien
1. Tentukan lokasi, tidak bertambah
karakteristik, kualitas, dan 6. Agar klien mampu
derajat nyeri sebelum menggunakan teknik
pemberian obat nonfarmakologi
2. Cek instruksi dokter tentang dalam
jenis obat, dosis, dan memanagement nyeri
frekuensi yang dirasakan.
3. Cek riwayat alergi 7. Untuk mengetahui
4. Pilih analgesik yang apakah intervensi
diperlukan atau kombinasi yang diberikan
dari analgesik ketika efektif untuk
pemberian lebih dari satu mengalihkan pasien
5. Tentukan pilihan analgesik dengan nyerinya.
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
6. Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
7. Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
9. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
10. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
7. Ketidak Setelah diberikan asuhan 1. Kaji pemasukan diet dan 1. Untuk meningkat diet
keseimbangan keperawatan …x… jam jumlah kalori. dan jumlah kalori.
nutrisi kurang diharapkan adanya 2. Anjurkan makan pada posisi 2. Dapat meningkatkan
dari kebutuhan peningkatan nutrisi dengan duduk tegak. pemasukkan nutrisi.
tubuh kriteria hasil : 3. Anjurkan makan sedikit tapi 3. Memaksimalkan
berhubungan 1. Berat badan dalam batas sering dengan makan tinggi pemasukan nutrisi
dengan mual normal, sesuai tingi dan kalori dan karbohidrat. atau kebutuhan
muntah, umur. 4. Kolaborasi pemberian obat energy.
anoreksia antiperetik.
2. Mampu 4. Obat diberikan
mengidentifikasi setengah jam sebelum
kebutuhan nutrisi makan dan dapat
3. Tidak ada tanda – tanda menurunkan mual dan
malnutrisi meningkatkan nafsu
4. Tidak terjadi penurunan makan.
berat badan yang berarti
8. Gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. kaji tingkat tumbuh 1. mengetahui tingkat
tumbuh kembang keperawatan selama ..x… kembang anak tumbuh kembang
berhubungan jam, diharapakan anak akan 2. ajarkan untuk intervensi anak secara dini
dengan defisiensi menunjukkan tingkat awal dengan terapi rekreasi untuk menentukan
protein pertumbuhan dan dan aktivitas sekolah intervensi yang
perkembangan sesuai 3. berikan aktivitas yang tepat
dengan usia, dengan kriteria sesuai, menarik, dan dapat 2. mengelompokkan
hasil: dilakukan oleh anak. anak dengan
1. melakukan 4. Rencanakan bersama anak kelompok usia
ketrampilan sesuai aktivitas dan sasaran yang akan menstimulasi
dengan usia memberikan kesempatan proses tumbuh
untuk keberhasilan kembang anak
2. mampu melakukan 5. Berikan pendkes stimulasi 3. aktivitas yang
ADL secara mandiri tumbuh kembang anak pada menarik akan
3. menunjukkan keluarga menambah
peningkatan dalam kemauan anak
berespon untuk mencapai
aktivitas tersebut
4. untuk mendorong
kerjasama dan citra
diri yang positif
5. untuk memperkuat
stimulasi tumbuh
dan kembang anak
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir
yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
III.2 Saran
https://www.slideshare.net/mobile/omaykhan/askep-anak-glomerulonefritis-akut-
gna. Diakses pada tanggal 17 Maret 2019 pukul 10.45 WITA.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 2. Yogyakarta : Medi
Action.