PEMBIMBING :
dr. Hasniah Bombang, M.Kes., Sp.A
A. PENDAHULUAN
proses inflamasi pada tubulus dan glomerulus ginjal yang terjadi setelah adanya
istilah yang lebih bersifat histologik, sedangkan SNA lebih bersifat klinik. Dalam
klinis seperti edema, hematuria, hipertensi, oliguria, dan insufisiensi ginjal. Oleh
karena itu, AGN sering disebut sebagai acute nephritic syndrome (ANS). Acute
ditemukan pada anak usia 3-8 tahun dengan rasio laki-laki-perempuan 2,3:1
(Nur, 2016).
streptokokus beta hemolitikus grup A di saluran nafas bagian atas atau dikulit
(IDAI, 2009).
peningkatan tekanan darah, penurunan output urin, dan edema. Patologi utama
nefritik. Ini menyebabkan munculnya sel darah merah (RBC) dan proteinuria.
Patologi primer bisa di ginjal, atau bisa menjadi konsekuensi dari gangguan
secara global dengan 5.000 kematian setiap tahunnya. Penelitian yang dilakukan
di Sri Manakula Vinayagar Medical College and Hospital India pada periode
GNAPS. Dari 52 pasien ditemukan 46 anak (88,4%) dengan GNAPS, usia pasien
berkisar antara 2,6– 13 tahun, 27 anak (52%) pada kelompok usia 5-10 tahun
(Agung, 2016).
di Indonesia pada tahun 1997-2002, lebih dari 80% dari 509 anak dengan GNA
didapatkan 45 pasien GNA (0,4%) yaitu diantara 10.709 pasien yang berobat di
Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM. Empat puluh lima pasien ini terdiri
dari 26 laki–laki dan 19 perempuan yang berumur antara 4-14 tahun, dan yang
Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama
urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Di
bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar
vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi
disebut medulla. Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal
manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran
pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut
kapsula. Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah
lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa (Wibawa,
2016).
Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit)
dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan
molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan
pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan
disebut urine. Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang
disebut korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran
penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori
dari glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang
mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus
ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen.
Di antara darah dalam glomerulus dan ruangan berisi cairan dalam kapsula
Bowman terdapat tiga lapisan yaitu kapiler selapis sel endotelium pada
glomerulus, lapisan kaya protein sebagai membran dasar dan selapis sel epitel
glomerulus, melewati ketiga lapisan tersebut dan masuk ke dalam ruangan dalam
kapsula Bowman dalam bentuk filtrat glomerular. Filtrat plasma darah tidak
mengandung sel darah ataupun molekul protein yang besar. Protein dalam bentuk
molekul kecil dapat ditemukan dalam filtrat ini. Darah manusia melewati ginjal
sebanyak 350 kali setiap hari dengan laju 1,2 liter per menit, menghasilkan 125
tubulus konvulasi distal. Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu
Friedrich Gustav Jakob Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga
gradien osmotik dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel
asam amino, dan berbagai ion mineral. Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat
a. Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh. Kelebihan air dalam tubuh akan
dieksresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam jumlah besar,
d. Eksresi sisa hasil metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat toksik,
E. PATOFISIOLOGI
F. GEJALA KLINIS
GNAPS lebih sering terjadi pada anak usia 6 - 15 tahun dan jarang pada
usia di bawah 2 tahun. GNAPS didahului oleh infeksi GABHS melalui infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA) atau infeksi kulit (piodermi) dengan periodelaten
1-2 minggu pada ISPA atau 3 minggu pada pioderma. Penelitian multisenter di
Indonesia menunjukkan bahwa infeksi melalui ISPA terdapat pada 45,8% kasus
sedangkan melalui kulit sebesar 31,6% Gejala klinik GNAPS sangat bervariasi
dari bentuk asimtomatik sampai gejala yang khas. Bentuk asimto matik lebih
(IDAI, 2012).
1. Periode Laten
Pada GNAPS yang khas harus ada periode laten yaitu periode antara
infeksi streptokokus dan timbulnya gejala klinik. Periode ini berkisar 1-3
minggu, periode 1-2 minggu umumnya terjadi pada GNAPS yang didahului
piodermi.Periode ini jarang terjadi di bawah 1 minggu. Bila periode laten ini
2. Edema
dan menghilang pada akhir minggu pertama. Edema paling sering terjadi di
retensi cairan hebat, maka edema timbul di daerah perut (asites), dan genitalia
tahanan jaringan lokal. Oleh sebab itu, edema pada palpebra sangat menonjol
waktu bangun pagi, karena adanya jaringan longgar pada daerah tersebut dan
menghilang atau berkurang pada siang dan sore hari atau setelah melakukan
kegitan fisik Hal ini terjadi karena gaya gravitasi. Kadang-kadang terjadi
edema laten, yaitu edema yang tidak tampak dari luar dan baru diketahuí
setelah terjadí diuresis dan penurunan berat badan. Edema bersifat pitting
3. Hematuria
tampak coklat kemerah-merahan atau seperti teh pekat, air cucian daging atau
pertama dan berlangsung beberapa hari, tetapi dapat pula berlangsung sampai
sembuh. Bahkan hematuria mikroskopik bisa menetap lebih dari satu tahun,
4 Hipertensi
Hipertensi merupakan gejala yang terdapat pada 60-70% kasus GNAPS.
lain. Pada kebanyakan kasus dijumpai hipertensi ringan (tekanan diastolik 80-
90 mmHg). Hipertensi ringan tidak perlu diobati sebab dengan istirahat yang
cukup dan diet yang teratur, tekanan darah akan normal kembali. Adakalanya
5. Oligouria
dengan produksi urin kurang dari 350 ml/m² LPB/hari. Oliguria terjadi bila
fungsi ginjal menurun atau timbul kegagalan ginjal akut. Seperti ketiga gejala
kerusakan glomerulus yang berat dengan prognosis yang jelek (IDAI, 2012).
6. Gejala Lain
1. Anatomis
2. Etiologi
2.1.1 Kongenital
a. Stenosis akuaduktus serebri
Malformasi ini melibatkan 2-4% bayi baru lahir dengan hidrosefalus. Etiologinya
tidak diketahui. Malformasi ini berupa ekspansi kistik ventrikel IV dan hipoplasia
veris serebelum. Hidrosefalus yang terjadi diakibatkan oleh hubungan antara dilatasi
ventrikel IV dan rongga subarakhnoid yang tidak adekuat; dan hal ini dapat tampil
pada saat lahir, namun 80% kasusnya biasanya tampak dalam tiga bulan pertama.
Kasus semacam ini sering terjadi bersamaan dengan anomali lainnya seperti:
agenesis korpus kalosum, labiopalatoskhisis, anomali okuler, anomali jantung, dan
sebagainya.
c. Malformasi Arnold-Chiari
Malformasi ini melibatkan kelainan susunan saraf pusat yang rumit (khas pada
fossa posterior). Batang otak tampak memanjang dan mengalami malformasi, dan
tonsil serebellum memanjang dan ekstensi ke dalam kanalis spinalis. Kelainan ini
menyebabkan obliterasi sisterna-sisterna fossa posterior dan mengganggu saluran
ventrikel IV. Malformasi Arnold Chiari dijumpai pada hampir semua kasus
mielomeningokel, walaupun tidak semuanya berkembang menjadi hidrosefalus aktif
yang membutuhkan tindakan operasi pintas (shunting) (80% kasus).
Kerusakan vaskuler yang terjadi pada saat kelahiran, tetapi secara normal tidak
dapat dideteksi sampai anak berusia beberapa bulan. Hal ini terjadi karena vena Galen
e. Hidroansefali
Suatu kondisi dimana hemisfer otak tidak adadan diganti dengan kantong CSS.
sangat jarang. (Toxoplasma/T.gondii, Rubella/German measles, X-linked
hidrosefalus).
2.1.2 Acquired / Didapat
(meningen) di sekitar otak dan spinal cord. Hidrosefalus berkembang ketika jaringan
parut dari infeksi meningen menghambat aliran CSS dalam ruang subarachnoid, yang
melalui akuaduktus pada sistem ventrikel atau mempengaruhi penyerapan CSS dalam
villi arachnoid.
Jika saat itu tidak mendapat pengobatan, bakteri meningitis dapat menyebabkan
kematian dalam beberapa hari. Tanda-tanda dan gejala meningitis meliputi demam,
sakit kepala, panas tinggi, kehilangan nafsu makan, kaku kuduk. Pada kasus yang
ekstrim, gejala meningitis ditunjukkan dengan muntah dan kejang. Dapat diobati
c. Hematoma intraventrikular
Sebagian besar tumor otak dialami oleh anak-anak pada usia 5-10 tahun. 70%
tumor ini terjadi dibagian belakang otak yang disebut fosa posterior. Jenis lain dari
tumor otakyang dapat menyebabkan hidrosefalus adalah tumor intraventrikuler dan
kasus yang sering terjadi adalah tumor plexus choroideus(termasuk papiloma dan
carsinoma).
Tumor yang berada di bagian belakang otak sebagian besar akan menyumbat
aliran CSS yang keluar dari ventrikel IV. Pada banyak kasus, cara terbaik untuk
mengobati hidrosefalus yang berhubungan dengan tumor adalah menghilangkan
tumor penyebab sumbatan.
e. Abses/granuloma
f. Kista arakhnoid
Kista adalah kantung lunak atau lubang tertutup yang berisi cairan. Jika terdapat
kista arachnoid maka kantung berisi CSS dan dilapisi dengan jaringan pada membran
arachnoid. Kista biasanya ditemukan pada anak-anak dan berada pada ventrikel otak
atau pada ruang subarachnoid. Kista subarachnoid dapat menyebabkan hidrosefalus
non komunikans dengan cara menyumbat aliran CSS dalam ventrikel khususnya
ventrikel III.
Berdasarkan lokasi kista, dokter bedah saraf dapat menghilangkan dinding kista
dan mengeringkan cairan kista. Jika kista terdapat pada tempat yang tidak dapat
dioperasi (dekat batang otak), dokter dapat memasang shunt untuk mengalirkan
cairan agar bisa diserap. Hal ini akan menghentikan pertumbuhan kista dan
melindungi batang otak.
2.2 Tipe komunikans
c. Meningitis karsinomatosa
2.2.2 Peningkatan viskositas CSS
Kadar protein yang tinggi seperti pada perdarahan subarakhnoid, tumor kauda ekuina,
tumor intrakranial neurofibroma akustik, hemangioblastoma serebelum dan medulla
spinalis, neurosifilis, sindrom Guillain-Barre.
Hidrosefalus yang terjadi tanpa disertai dengan peningkatan tekanan intrakranial yang
berarti, merupakan suatu tipe hidrosefalus kronik dimana tekanan intrakranial
berangsur-angsur berubah stabil dan terjadi pembesaran dari ventrikel otak. Penderita
dengan NPH tidak menunjukkan gejala-gejala klasik dari peninggian tekanan
intrakranial seperti sakit kepala, mual, muntah, atau penurunan kesadaran sehingga
sering kali salah terdiagnosis sebagai penyakit Parkinson, Alzheimer, atau degeneratif
berhubung sifat kronisnya dan gejala-gejala yang menyertainya.
NPH akan menunjukkan gejala-gejala trias klasik yakni gaya berjalan ataxia,
demensia, dan inkontinensia urin.
1. Gaya berjalan ataxia, biasanya bersifat kronik progresif, disebabkan karena
ekspansi dari sistem ventrikuler, terutama pada ventrikel lateral yang
mempengaruhi traksi dari serat motorik sakral yang berjalan di area ini, sering
kali gejalanya berupa insta bilitas postur dangangguan keseimbangan yang makin
terlihat bila penderita berjalan atau menaiki tangga. Kelemahan dan kelelahan otot
juga dapat merupakan bagian dari keluhan meskipun lebih samar. Hal-hal tersebut
inilah yang membuatnya sering kaliter diagnosa sebagai penyakit Parkinson,
hanya saja disini tidak dijumpai tremor atau rigiditas seperti penderita penyakit
Parkinson pada umumnya.
2. Demensia, pada dasarnya merupakan predominasi dari lobus frontalis disertai
apatis, keterlambatan dalam proses berpikir, dan kecenderungan untuk hilangan
tensi. Gangguan memori biasanya merupakan masalah utama, yang sering salah
terdiagnosis sebagai penyakit Alzheimer. Demensia ini diduga akibat traksi dari
serat limbik yang berjalan di area preventrikuler.
3. Inkontinensia urin, biasanya terjadi pada stadium akhir dari NPH, dimulai dari
meningkatnya frekuensi berkemih hingga akhirnya menunjukkan gejala
“inkontinensia lobus frontalis” dimana penderita menjadi tidak peduli terhadap
gejala inkontinensia yang dialaminya.
Etiologi berdasarkan umur
0-2 tahun
1. Infeksi intrauterine
2. Meningoensefalitis bakteri/virus pada neonatus
3. Kista araknoid
4. Tumor intrakranial
5. AV malformasi
6. Post infeksi
7. Gangguan perkembangan : Stenosis Aquaduktus, myelomeningokel, Kista
Dandy Walker, Ensefalokel
2-12 tahun
1. Massa yang menekan sistem ventrikular : kraniofaringioma, tumor pineal
2. Tumor fossa posterior : meduloblastoma, astrositoma,ependimoma
3. Gangguan perkembangan : Stenosis aquaduktus, malformasi Arnold Chiari
4. Post infeksi : meningitis
5. Post hemorraghic
E. GAMBARANKLINIS
Gejala yang menonjol pada hidrosefalus adalah bertambah besarnya ukuran
lingkar kepala anak dibanding ukuran normal. Di mana ukuran lingkar kepala terus
bertambah besar, sutura-sutura melebar demikian juga fontanela mayor dan minor
melebar dan menonjol atau tegang. Beberapa penderita hidrosefalus kongenital
dengan ukuran kepala yang besar saat dilahirkan sehingga sering mempersulit proses
persalinan, bahkan beberapa kasus memerlukan operasi seksio sesaria. Tetapi
sebagian besar anak-anak dengan hidrosefalus tipe ini dilahirkan dengan ukuran
kepala yang normal. Baru pada saat perkembangan secara cepat terjadi perubahan
proporsi ukuran kepalanya.
Sering dijumpai adanya Setting Sun Appearance / Sign, yaitu adanya retraksi dari
kelopak mata dan sklera menonjol keluar karena adanya penekanan ke depan bawah
dari isi ruang orbita, serta gangguan gerak bola mata ke atas, sehingga bola mata
nampak seperti matahari terbenam.
Kulit kepala tampak tipis dan dijumpai adanya pelebaran vena-vena subkutan.
Pada perkusi kepala anak akan terdengar suara cracked pot, berupa seperti suara kaca
retak. Selain itu juga dijumpai gejala-gejala lain seperti gangguan tingkat kesadaran,
muntah-muntah, retardasi mental, kegagalan untuk tumbuh secara optimal.
Pada pasien-pasien tipe ini biasanya tidak dijumpai adanya papil edema, tapi
pada tahap akhir diskus optikus tampak pucat dan penglihatan kabur. Secara pelan
sikap tubuh anak menjadi fleksi pada lengan dan fleksi atau ekstensi pada tungkai.
Gerakan anak menjadi lemah, dan kadang-kadang lengan jadi gemetar.
- Kepala membesar
- Sutura melebar
- Fontanella kepala prominen
- Mata kearah bawah (sunset phenomena)
- Nistagmus horizontal
- Perkusi kepala : cracked pot sign atau seperti semangka masak.
- Sakit kepala
- Kesadaran menurun
- Gelisah
- Mual, muntah
- Hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak
- Gangguan perkembangan fisik dan mental
- Papil edema; ketajaman penglihatan akan menurun dan lebih lanjut dapat
mengakibatkan kebutaan bila terjadi atrofi papila N.II.
- Tekanan intrakranial meninggi oleh karena ubun-ubun dan sutura sudah menutup,
nyeri kepala terutama di daerah bifrontal dan bioksipital. Aktivitas fisik dan mental
secara bertahap akan menurun dengan gangguan mental yang sering dijumpai
seperti : respon terhadap lingkungan lambat, kurang perhatian tidak mampu
merencanakan aktivitasnya.
DIAGNOSIS
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan
fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-
pemeriksaan penunjang, yaitu :
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari
foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.
2. Transiluminasi
3. Lingkaran kepala
4. Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan
alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam
ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi
ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup
untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal
atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi.
Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5. Ultrasonografi
7. MRI Kepala
MRI kepala dapat menunjukkan gambaran anatomi kepala secara mendetail dan
bermanfaat untuk mengidentifikasi tempat obstruksi
F. PENATALAKSANAAN
Terapimedikamentosa
Efek samping dari obat ini biasanya kebas pada jari tangan dan kaki karena
hipokalemia. Beberapa dapat mengalami pandangan yang kabur, tapi biasanya hilang
dengan penghentian obat. Acetazolamide juga meningkatkan resiko batu ginjal
kalsium oksalat dan kalsium fosfat. Untuk mengurangi dehidrasi dan sakit kepala
dianjurkan untuk minum banyak cairan.
Kontraindikasi bagi mereka yang mempunyai sickle cell anemia, alergi terhadap
sulfa dan CA inhibitor, sakit ginjal atau hati, gagal kelenjar adrenal, diabetes, ibu
hamil dan menyusui.
b. Furosemid
Terapi Pembedahan
- Mannitol (cairan hipertonik), dengan cara pemberian dan dosis: per infus, 0,5-2
g/kg BB/hari yang diberikan dalam jangka waktu 10-30 menit.
2. Operasi pintas/Shunting
Ada 2 macam :
- Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya sementara.
Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan
normal.
- Internal
3. Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak
proksimal dengan tipe bola atau diagfragma (Hakim, Pudenz, Pitz, Holter) maupun
yang terletak di distal dengan katup berbentuk celah (Pudenz). Katup akan membuka
pada tekanan tertentu.
5. Ventriculo-Peritoneal Shunt.
Komplikasi Shunting
a. Infeksi
b. Hematoma Subdural
Ventrikel yang kolaps akan menarik permukaan korteks serebri dari duramater.
Pasien post operatif diletakkan dalam posisi terlentang mengurangi risiko sedini
mungkin.
c. Obstruksi
Asites CSS ataupun pseudokista pertama kali dilaporkan oleh Ames, kejadian ini
diperkirakan 1% dari penderita dengan VP shunt. Adapun patogenesisnya masih
bersifat kontroversial. Diduga sebagai penyebab kelainan ini adalah pembedahan
abdominal sebelumnya, peritonitis, protein yang tinggi dalam CSS.
Asites CSS biasanya terjadi pada anak dengan tekanan intrakranial di mana
gejala yang timbul dapat berupa distensi perut, nyeri perut, mual dan muntah-muntah.
f. Kraniosinostosis
9. DIAGNOSIS BANDING
4. Hidranensefali ; sama sekali atau hampir tidak memiliki hemisfer serebri, ruang
yang normalnya di isi hemisfer dipenuhi CSS
5. Tumor otak
6. Kepala besar
10. KOMPLIKASI
- Atrofi otak
- Herniasi otak yang dapat berakibat kematian
11. PROGNOSIS
DAFTAR PUSTAKA
7. R.Sjamsuhidat, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC, Jakarta : 2004,
809-810
8. http://www.ninds.nih.gov/disorders/hydrocephalus/hydrocephalus.htm
9. DeVito EE, Salmond CH, Owler BK, Sahakian BJ, Pickard JD. 2007. Caudate
structural abnormalities in idiopathic normal pressure hydrocephalus. Acta Neurol
Scand 2007: 116: pages 328–332.
10. Peter Paul Rickham. 2003. Obituaries. BMJ 2003: 327: 1408-doi: 10.1136/
bmj.327.7428.1408.
11. Ropper, Allan H. And Robert H. Brown. 2005. Adams And Victor’s Principles Of
Neurology: Eight Edition. USA.
12. Darsono dan Himpunan dokter spesialis saraf indonesia dengan UGM. 2005.
Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: UGM Press.
13. Rudolph AM, dkk. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Edisi 20. Volume 3. Jakarta:
EGC, 2006. Hal 2053-57