Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN ILMU BEDAH LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN DESEMBER 2022


UNIVERSITAS HALUOLEO

KISTA DUKTUS THYROSGLOSSUS RESIDIF

Oleh :

Muhamad Zul iman Sufian , S.Ked

K1B120068

Pembimbing :

Dr.dr. I Made Christian, M.Repro.,Sp.B Onk K

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Muhamad Zul Iman Sufian

NIM : K1B120068

Judul : Kista Duktus Thyroglossus Residif

Telah menyelesaikan Laporan Kasus dalam rangka tugas kepaniteraan

klinik pada Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

Kendari, Desember 2022


Mengetahui,
Pembimbing

Dr.dr. I Made Christian.,M.Repro., Sp.B Onk K


BAB I
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : An. I

Umur : 9 tahun

Alamat : Moramo

Agama : Islam

Suku : Moramo

Pekerjaan : -

No. RM : 05 10 xx

Tanggal masuk : 28 November 2022 (16.15 WITA)

ANAMNESIS
Keluhan utama : Benjolan di bawah dagu

Pasien datang ke IGD RS Aliyah II dengan keluhan benjolan sejak 2


bulan yang lalu di bawah dagu. Benjolan muncul secara perlahan dan mulai
membesar sejak beberapa minggu terakhir. Benjolan dirasakan pasien
seperti terasa sedikit mengganjal yang timbul hanya saat pasien menelan
tapi tidak mengganggu aktivitas pasien dalam melakukan kegiatan sehari
hari. Keluhan lain yang dirasakan seperti nyeri (–) demam (-), batuk (-),
sesak (-) mual dan muntah (-), penurunan berat badan (-), benjolan di
tempat lain (-), BAB dan BAK dalam batas normal.
Riwayat Penyakit sekarang : Benjolan di bawah dagu

Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien pernah operasi Kista duktus thyroglosus


3 bulan yang lalu
Riwayat penyakit keluarga : -

PAGE \* MERGEFORMAT 19
Riwayat Sosial ekonomi : pasien merupakan siswa sekolah dasar. Pasien
mengonsumsi makan dan minum seperti nasi, sayur dan ikan. Asuransi
kesehatan pasien dari BPJS

PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Generalis

Keadaan umum : Sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 59 x/menit

Pernapasan : 22 x/menit

Suhu : 36,3oC

Pemeriksaan Fisik

Kepala : Normocephal

Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Leher : Pembesaran kelenjar (-/-), JVP dalam batas normal,

Teraba massa kista dengan diameter 2 x 2 cm berbatas

tegas mudah digerakan dengan permukaan licin, nyeri

tekan (-)

Thoraks : Inspeksi : simetris kanan=kiri, deformitas (-)

Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-)

Perkusi : sonor kanan=kiri

Auskultasi : bunyi nafas vesikuler (+/+), ronkhi (+/+),

wheezing (-/-)
Jantung : Bunyi jantung I dan II murni reguler, bising (-), batas

jantung kesan normal

Abdomen : Inspeksi : cembung ikut gerak nafas

Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal

Palpasi : nyeri tekan (-)

Perkusi : timpani (+)

Alat genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas superior : Edema (-/-), deformitas (-)

Ekstremitas Inferior : Edema (-/-), deformitas (-)

Status Lokalis :

leher:

Teraba massa kista dengan diameter 2 x 2 cm berbatas tegas mudah

digerakan dengan permukaan licin, nyeri tekan (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Laboratorium (28/11/2022)

Darah Rutin
WBC 7,6 x 10^3/uL
RBC 4.36 x 10^6/uL
HB 11,5 g/dL
PLT 298 x 10^3/uL

PAGE \* MERGEFORMAT 19
RESUME

Pasien An.I usia 9 tahun datang ke IGD RS Aliyah II dengan keluhan


benjolan yang timbul sejak 2 bulan yang lalu di bawah dagu. Benjolan
muncul secara perlahan dan mulai membesar sejak beberapa minggu
terakhir. Benjolan dirasakan pasien seperti terasa sedikit mengganjal yang
timbul hanya saat pasien menelan tapi tidak mengganggu aktivitas pasien
dalam melakukan kegiatan sehari hari. Keluhan lain yang dirasakan seperti
nyeri (–) demam (-), batuk (-), sesak (-) mual dan muntah (-), penurunan
berat badan (-), benjolan di tempat lain (-), BAB dan BAK dalam batas
normal. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien pernah operasi Kista duktus
thyroglosus 3 bulan yang lalu. Pemeriksaan fisik didapatkan teraba massa
kista dengan diameter 2 x 2 cm berbatas tegas dan mudah digerakan dengan
permukaan licin, nyeri tekan (-).

DIAGNOSA KERJA

Kista ductus thyroglossus Residif

DIAGNOSA BANDING

Lipoma

Kista Dermoid

TATALAKSANA

Eksisi kista duktus thyroglossus

Dokumentasi Operasi
FOLLOW UP

Waktu Perjalanan Penyakit Rencana Terapi


Senin, S : PBM dari IGD, benjolan P:
28/11/2022 bawah dagu Rencana eksisi kista
O : KU sedang, Compos mentis duktus thyroglossus
TD : 110/70 mmHg besok
N : 100 kali/menit
P : 20 kali/menit
S : 36,3ºC
leher:
Teraba massa kista
dengan diameter 2 x 2 cm
berbatas tegas mudah
digerakan dengan permukaan
licin, nyeri tekan (-)
A:
Kista duktus thyroglossus residif

Selasa , S : nyeri luka post op P:


29/11/2022 - Inj. Cefotaxim 3x500
O : KU sedang, Compos mentis mg
TD : 106/60 mmHg - Inj. Ketorolac 3x10
N : 90 kali/menit mg
P : 30 kali/menit - Inj. Ranitidin 2x1/2
S : 36,2ºC amp

A:
Post eksisi kista duktus
thyroglossus
Rabu, S : nyeri luka post op (-) P:
30/11/2022 O : KU sedang, Compos mentis - Cefixim tab 100 mg
TD : 115/80 mmHg 2x1
N : 100 kali/menit - Asam mefenamat
P : 24 kali/menit tab 500 mg 3x1/2
S : 36,2ºC

A:
Post eksisi kista duktus
thyroglossus

PAGE \* MERGEFORMAT 19
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi

Perkembangan tiroid dimulai pada usia kehamilan 2 sampai 3 minggu

dan dimulai sebagai pertumbuhan median dari faring primitif. Primordium

tiroid berasal dari foramen caecum, yaitu pertemuan dua pertiga anterior dan

sepertiga posterior lidah. Dari titik ini dan seterusnya, tiroid kemudian turun

ke leher, melewati anterior dan dekat ke tulang hyoid yang sedang

berkembang dan kartilago tiroid, akhirnya mencapai posisi terakhirnya di

inferior leher pra-trakea pada minggu ketujuh kehamilan. Bagian distal

duktus tiroglosus berdiferensiasi menjadi lobus piramidal kelenjar tiroid pada

50% kasus, sementara kelenjar tiroid membentuk dirinya sendiri. Sisa dari

saluran diperkirakan akan hilang pada minggu kesepuluh kehamilan. Jika ada

bagian dari saluran tiroglosus yang bertahan setelah minggu kesepuluh

kehamilan, kemungkinan terjadinya patologi meningkat. Kegigihan dari

setiap bagian dari tiroglosal duktus menjadi pintu gerbang pembentukan kista

duktus tiroglosus.1

Gambar 1. Ductus thyroglossus.1


Gambar 2. Duktus thyroglossus. sebuah ilustrasi menggambarkan

perkembangan dari duktus tiroglosus pada masa embrio, b

ilustrasi menggambarkan jalannya paten saluran tiroglosus,

yang memanjang dari foramen sekum ke kelenjar tiroid. Kista

dapat berkembang di mana saja sepanjang traktus ini2

B. Definisi

Kista duktus tiroglosus adalah salah satu massa kongenital

asimtomatik yang paling sering ditemukan di daerah leher (7%). Kista duktus

tiroglosus dapat terjadi di sepanjang saluran tiroglosus, dengan 70% timbul di

garis tengah anterior leher, di bawah tulang hyoid.3

Kista duktus tiroglosus merupakan kista yang terbentuk dari duktus

tiroglosus yang menetap sepanjang alur penurunan kelenjar tiroid, yaitu dari

foramen sekum sampai kelenjar tiroid bagian superior di depan trakea.4

PAGE \* MERGEFORMAT 19
C. Epidemiologi

Kista duktus tiroglosus terdapat pada sekitar 7% populasi di seluruh

dunia. Mereka memiliki dominasi yang sama antara individu pria dan wanita.

Meskipun dikenal sebagai massa pediatrik yang paling umum, mereka juga

hadir pada orang dewasa dengan frekuensi yang bervariasi. Jenis kista ini

terkait erat dengan tulang hyoid. Mereka sekitar 20% sampai 25% hadir di

tingkat suprahyoid, 15% sampai 20% hadir di tingkat hyoid, dan 25% sampai

65% hadir di tingkat infrahyoid.5

Gambar 3. Lokasi kista duktus thyroglossus.7

Kasus ini lebih sering terjadi pada anak-anak, walaupun dapat

ditemukan di semua usia. Predileksi umur terbanyak antara umur 0-20 tahun

yaitu 52%, umur sampai 5 tahun terdapat 38%. Sistrunk (1920) melaporkan

31 kasus dari 86.000 pasien anak. Tidak terdapat perbedaan risiko terjadinya

kista berdasarkan jenis kelamin dan umur yang bisa didapat dari lahir sampai

70 tahun, rata-rata pada usia 5,5 tahun.1,2 Penulis lain mengatakan predileksi

usia kurang dari 10 tahun sebesar 31,5%, pada dekade ke dua 20,4%, dekade
ke tiga 13,5% dan usia lebih dari 30 tahun sebesar 34,6%. Waddell

mendapatkan 28 kasus kista duktus tiroglosus secara histologik dari 61 pasien

yang diduga menderita kista tersebut. 6

D. Etiologi

Kista duktus tiroglosus merupakan sisa embriologik yang terbentuk

akibat kegagalan penutupan duktus tiroglosus yang memanjang dari foramen

sekum di lidah hingga lokasi tiroid di leher. Tiroid mulai berkembang pada

minggu ketiga kehamilan sebagai hasil median dari faring primitif. Tiroid

primordium berasal dari foramen sekum di persimpangan dua pertiga anterior

dan sepertiga posterior lidah. Dari sana, tiroid turun ke leher, melewati

anterior dan berhubungan erat dengan tulang hyoid yang sedang berkembang.

Ini mencapai posisi terakhirnya di leher pra-trakea inferior pada minggu

ketujuh kehamilan.5

Duktus tiroglosus adalah struktur tubular sempit yang tersisa dari

penurunan tiroid dan menghubungkan kelenjar tiroid ke foramen sekum.

Bagian distal duktus berdiferensiasi menjadi lobus piramidal kelenjar tiroid

pada sekitar 50% orang. Duktus tiroglosus biasanya berinvolusi pada minggu

kesepuluh kehamilan. Jika ada bagian dari duktus yang tetap ada, sekresi dari

lapisan epitel dapat menyebabkan peradangan dan pembentukan kista duktus

tiroglosus. 5

E. Patofisiologi

Terdapat beberapari teori yang dapat menyebabkan terjadinya kista

duktus tiroglosus. Kista ini terbentuk akibat kegagalan involusi dari duktus

PAGE \* MERGEFORMAT 19
tiroglossus. Pada proses perkembangan , Kelenjar thyroid berkembang mulai

pada minggu keempat kehidupan fetal dengan membentuk endoderm di

medial, tumbuh ke bawah dari pangkal lidah. Proses tumbuh ke bawah ini

dengan cepat membentuk saluran yang disebut ductus thyroglossus. Saluran

ini bermuara pada lidah berhubungan dengan foramen secum. Ujung bawah

terbelah menjadi dua lobus dan akhirnya terletak berhubungan dengan trachea

pada sekitar minggu ketujuh. Ductus thyroglossus kemudian menghilang,

tetapi bagian terbawah sering tetap ada dalam bentuk lobus piramidalis

kelenjar tiroid turun ke tempatnya yang seharusnya melalui suatu duktus

bernama tiroglossus. Secara normal, duktus ini akan berinvolusi dan

menghilang. Patensi dari duktus ini menimbulkan potensi besar terbentuknya

sinus, fistula atau kista duktus tiroglossus.4

Infeksi tenggorok berulang akan merangsang sisa epitel traktus,

sehingga mengalami degenerasi kistik. Sumbatan duktus tiroglosus akan

mengakibatkan terjadinya penumpukan sekret sehingga membentuk kista.

Teori lain mengatakan mengingat duktus tiroglosus terletak di antara beberapa

kelenjar limfe di leher, jika sering terjadi peradangan, maka epitel duktus juga

ikut meradang, sehingga terbentuklah kista.4

F. Manifestasi Klinis

Keluhan yang sering terjadi adalah adanya benjolan di garis tengah

leher, dapat di atas atau di bawah tulang hioid. Benjolan membesar dan tidak

menimbulkan rasa tertekan di tempat timbulnya kista. Konsistensi massa

teraba kistik, berbatas tegas, bulat, mudah digerakkan, tidak nyeri, warna sama
dengan kulit sekitarnya dan bergerak saat menelan atau menjulurkan lidah.

Diameter kista berkisar antara 2-4 cm, kadangkadang lebih besar. Kebanyakan

kasus kista duktus tiroglosus tidak diperhatikan dan tidak didiagnosa sampai

umur dewasa. Duktus yang paten ini bisa menetap selama beberapa tahun atau

lebih sehingga terjadi sesuatu stimulus yang bisa mengakibatan pembesaran

kista.4

Pasien secara klasik datang dengan massa yang bergerak dan tidak

nyeri di garis tengah leher di dekat tulang hyoid. Kadang-kadang kista

mungkin berada di luar garis tengah. Kista umumnya bergerak ke atas selama

menelan atau saat pasien menonjolkan lidah karena hubungan anatomisnya

yang dekat dengan tulang hyoid. Tanda Ini dianggap sebagai tanda diagnostik

yang dapat diandalkan karena dapat membedakannya dari massa leher pada

garis tengah lainnya seperti massa pada kelenjar limfe atau kista dermoid. 7

Kista duktus atau sinus ini bisa mengakibatan penghasilan sekresi oral

yang berlebihan dimana kondisi ini bisa menyebabkan kista menjadi

terinfeksi. Bila terinfeksi, benjolan akan terasa nyeri dan menjadi lebih besar.

Pasien mengeluh kulit di atasnya berwarna merah, disfagia, disfonia, draining

sinus, sesak terutamanya apabila kista bertambah besar. Kista duktus

tiroglosus yang terinfeksi bisa presentasi seperti infeksi saluran nafas atas

(ISPA). Obstruksi jalan pernafasan bisa terjadi terutamanya pada kista

intralingual yang berdekatan dengan jalan pernafasan.4

G. Diagnosis

PAGE \* MERGEFORMAT 19
Diagnosis biasanya dapat dibuat dari anamnesis dan pemeriksaan fisik

dan leher secara menyeluruh. Selalu palpasi kelenjar tiroid selama

pemeriksaan fisik. Jika kelenjar tidak dapat diraba, USG, tiroid scan atau CT

scan dapat membantu. Diagnosis biasanya dapat dicapai secara rawat jalan. 4

1. Dilakukan TFTs. Namun, kelenjar tiroid ektopik tidak bisa

dikesampingkan bahkan dalam adanya tingkat TSH yang normal dan

riwayat klinis eutiroid. 4

2. Oleh karena itu, USG, CT scan, thyroid scan, atau MRI mungkin

diperlukan untuk mengidentifikasi kelenjar tiroid normal. Ultrasonografi

adalah paling sering digunakan dalam pemeriksaan. USG dan CT scan

adalah pemeriksaan penunjang pilihan pertama, USG dapat membedakan

yang solid dari komponen kistik dan CT scan dapat menunjukkan

capsular enhancement. 4

3. Fistulogram dapat menunjukkan jalan saluran. 4

4. Scanning tiroid dapat digunakan untuk menunjukkan fungsi tiroid ektopik.

Jaringan tiroid ektopik dapat menyertai kista tiroglosus (TGCs) pada

lokasi mereka sepanjang garis keturunan embriologi tiroid. Hal ini juga

dapat digunakan untuk menunjukkan posisi dan fungsi tiroid yang normal

sebelum penghapusan setiap jaringan tiroid yang dapat menyertai kista. 4

5. Pemeriksaan lainnya:

a Pada pasien dengan riwayat abses leher berulang lateral, di mana anomali

branchial cleft dengan curigai kemungkinan pembukaan sinus internal,

pemeriksaan menelan barium dapat memberikan informasi yang


bermanfaat. 4

b. Laringoskopi langsung jika kista metastasis leher servikal sekunder untuk

karsinoma sel skuamosa diketahui diduga. 4

c. Laringoskopi langsung dengan hypopharyngoscopy dan menelan barium

sering berguna dengan riwayat abses leher berulang lateral sebagai

anomali branchial cleft dengan pembukaan sinus internal yang diduga. 4

H. Penatalaksanaan

Kista duktus tiroglosus harus diangkat secara operasi karena Operasi

menyediakan diagnosis yang patologi, Infeksi yang terjadi bisa menyebabkan

nyeri akut dan komplikasi yang lain ( obstruksi jalan pernafasan dan

disfagia), Masalah kosmetik; dan bisa terjadi malignansi walaupun jarang.4

Penatalaksanaan kista duktus tiroglosus bervariasi dan banyak

macamnya, antara lain insisi dan drainase, aspirasi perkutan, eksisi sederhana,

reseksi dan injeksi dengan bahan sklerotik. Dengan cara-cara tersebut angka

kekambuhan dilaporkan antara 60- 100%. Schlange (1893) melakukan eksisi

dengan mengambil korpus hioid dan kista beserta duktus-duktusnya; dengan

cara ini angka kekambuhan menjadi 20%.4

Sistrunk (1920) memperkenalkan teknik baru berdasarkan embriologi,

yaitu kista beserta duktusnya, korpus hioid, traktus yang menghubungkan

kista dengan foramen sekum serta otot lidah sekitarnya kurang lebih 1 cm

diangkat. Cara ini dapat menurunkan angka kekambuhan menjadi 2-4%. Cara

Sistrunk4

1. Penderita dengan anestesi umum dengan tube endotrakea terpasang, posisi

PAGE \* MERGEFORMAT 19
terlentang, kepala dan leher hiperekstensi.

2. Dibuat irisan melintang antara tulang hioid dan kartilago tiroid sepanjang

empat sentimeter. Bila ada fistula, irisan berbentuk elips megelilingi

lubang fistula.

3. Irisan diperdalam melewati jaringan lemak dan fasia; fasia yang lebih

dalam digenggam dengan klem, dibuat irisan memanjang di garis media.

Otot sternohioid ditarik ke lateral untuk melihat kista di bawahnya.

4. Kista dipisahkan dari jaringan sekitarnya, sampai tulang hioid. Korpus

hioid dipotong satu sentimeter.

5. Pemisahan diteruskan mengikuti jalannya duktus ke foramen sekum.

Duktus beserta otot berpenampang setengah sentimeter diangkat. Foramen

sekum dijahit, otot lidah yang longgar dijahit, dipasang drain dan irisan

kulit ditutup kembali.

I. Komplikasi

Komplikasi sebelum operasi ialah inflamasi yang sering terjadi akibat

infeksi kista duktus tiroglosus. Apabila terjadi infeksi, kista menjadi semakin

besar and akhirnya membentuk pus. Ruptur secara spontan akan terjadi dan

seterusnya mengakibatan formasi traktus sinus sekunder yang bisa

memburukkan prognosis dan hasil operasi.4

Komplikasi setelah operasi termasuk infeksi, hematoma, dan kambuh.

Perhatikan bahwa :

1. TGC Relapse dikaitkan dengan teknik yang buruk, terutama kegagalan

untuk mengikuti prinsip-prinsip bedah dijelaskan oleh Sistrunk. Tarif O


kekambuhan meningkat ketika TGC rusak selama pembedahan.

2. Sebelumnya infeksi sayatan, sebelumnya dan prosedur drainase, dan

kepatuhan dengan semua kista pada kulit terkait dengan tingkat

peningkatan pecah dengan diseksi.

3. Infeksi luka juga dapat terjadi ketika pecah kista atau ketika faring

dimasukkan.4

J. Prognosis

Tingkat kekambuhan terkait dengan eksisi sederhana kista tiroglosus

adalah sekitar 50%. Tingkat kekambuhan dengan prosedur Sistrunk resmi

sekitar 5%. Kambuh 9 adalah sekitar 3-5% dan meningkat dengan eksisi

lengkap dan riwayat infeksi berulang.4

BAB III

PAGE \* MERGEFORMAT 19
ANALISA KASUS

KASUS TEORI
Pasien An.I usia 9 tahun datang ke Kista duktustiroglosus adalah salah
IGD RS Aliyah II dengan keluhan satu massa kongenital tersering yang
benjolan yang timbul sejak 2 bulan ditemukan pada midline leher. Kista ini
yang lalu di bawah dagu terbentuk akibat kegagalan involusi dari
duktus tiroglossus. Kasus ini lebih
sering terjadi pada anak-anak,
walaupun dapat ditemukan di semua
usia. Predileksi umur terbanyak antara
umur 0-20 tahun yaitu 52%, umur
sampai 5 tahun terdapat 38%.
Benjolan muncul secara perlahan dan Keluhan yang sering terjadi adalah
mulai membesar sejak beberapa adanya benjolan di garis tengah leher,
minggu terakhir. Benjolan dirasakan dapat di atas atau di bawah tulang
pasien seperti terasa sedikit mengganjal hioid. Benjolan membesar dan tidak
yang timbul hanya saat pasien menelan menimbulkan rasa tertekan di tempat
tapi tidak mengganggu aktivitas pasien timbulnya kista. Konsistensi massa
dalam melakukan kegiatan sehari hari. teraba kistik, berbatas tegas, bulat,
Keluhan lain yang dirasakan seperti mudah digerakkan, tidak nyeri, warna
nyeri (–) demam (-), batuk (-), sesak (-) sama dengan kulit sekitarnya dan
mual dan muntah (-), penurunan berat bergerak saat menelan atau
badan (-), benjolan di tempat lain (-), menjulurkan lidah. Diameter kista
BAB dan BAK dalam batas berkisar antara 2-4 cm, kadangkadang
normal.Pemeriksaan fisik didapatkan lebih besar. Kebanyakan kasus kista
teraba massa kista dengan diameter 2 x duktus tiroglosus tidak diperhatikan dan
2 cm berbatas tegas dan mudah tidak didiagnosa sampai umur dewasa.
digerakan dengan permukaan licin, Duktus yang paten ini bisa menetap
nyeri tekan (-). selama beberapa tahun atau lebih
sehingga terjadi sesuatu stimulus yang
bisa mengakibatan pembesaran kista
Riwayat operasi kista duktus Prognosis kista duktus tiroglosus
thyroglossus cenderung mengalami kekambuhan
dalam beberapa bulan bila dilakukan
eksisi biasa. Kekambuhan kista duktus
tiroglosus setelah dilakukan eksisi
dengan teknik Sistrunk dilaporkan
sekitar 0% sampai8%.
Prosedur ini diperkenalkan oleh
Walter Elis Sistrunk pada tahun 1920,
yaitu melepaskan bagian tengah tulang
hioid dan eksisi kista duktus tiroglosus
sampai seproksimal mungkin. Prosedur
ini dapat menurunkan angka rekurensi
menjadi sekitar 4%. 14-16 Kegagalan
pelepasan tulang hioid untuk
membebaskan duktus secara simultan
merupakan penyebab terjadinya
rekurensi terbesar pasca operasi.
Kekambuhan setelah operasi juga
meningkat bila pembedahan tidak
maksimal atau jika terinfeksi ulang
Terapi Indikasi pembedahan pada kasus kista
Eksisi kista duktus thyroglossus duktus tiroglosus adalah adanya
keluhan ukuran kista yang bertambah
besar, kosmetik, riwayat massa yang
terinfeksi serta kemungkinan
terjadinya degenerasi maligna
menjadi kanker.
Penatalaksanaan kista duktus
tiroglosus bervariasi dan banyak
macamnya, antara lain insisi dan
drainase, aspirasi perkutan, eksisi
sederhana, reseksi dan injeksi dengan
bahan sklerotik.
Sistrunk (1920) memperkenalkan
teknik baru berdasarkan embriologi,
yaitu kista beserta duktusnya, korpus
hioid, traktus yang menghubungkan
kista dengan foramen sekum serta
otot lidah sekitarnya kurang lebih 1
cm diangkat. Cara ini dapat
menurunkan angka kekambuhan
menjadi 2-4%

PAGE \* MERGEFORMAT 19
DAFTAR PUSTAKA

1. A H, H S. Anatomy, Head and Neck, Thyroid Thyroglossal Duct. StatPearls

[Internet]. 2020;(February):0–4.

2. Chou J, Walters A, Hage R, Zurada A, Michalak M, Tubbs RS, et al.

Thyroglossal duct cysts: Anatomy, embryology and treatment. Surg Radiol

Anat. 2013;35(10):875–81.

3. Wardhana KP. Pria dengan Kista pada Duktus. J Medula Unila. 2016;4(3):5–

8.

4. Hafni. Kista Duktus Tiroglosus. Tinj Pustaka Dlama Cermin Dunia Kedokt.

2016;Desember(144):12–4.

5. Amos J, Shermetaro C. Thyroglossal Duct Cyst Histopathology Treatment /

Management. 2022;3–6.

6. Kinontoa M, Lumintang N. Insidensi Kista Duktus Tiroglosus di Bagian

Bedah RSUP Prof . Dr . R . D . 2016;2014–8..

7. Fagan J. Relationship of TGDR to hyo. (Figure 2):1–7.

Anda mungkin juga menyukai