Anda di halaman 1dari 21

Case Report

Abses Submandibula

Preseptor :
dr. Hadjiman, Sp. THT-KL

Disusun Oleh :
Aulina Putri Damayanti
DATA PASIEN
PENGKAJIAN AWAL MEDIS RAWAT INAP
BANGSAL BEDAH KHUSUS
(kunjungan : 11 April 2023)
DATA PASIEN

Nama pasien : Tn. A


Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Alamat : Trimurjo, Lampung
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
RIWAYA PENYAKIT DAHULU RIWAYAT PENYAKIT RIWAYAT LAINNYA
KELUARGA
Disangkal Disangkal
Disangkal

RIWAYAT PENGOBATAN RIWAYAT ALERGI


KELUHAN UTAMA
Bengkak pada rahang Disangkal Disangkal
kiri sejak 1 minggu
sebelum masuk
rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang

Os datang ke IGD RSUD Ahmad Yani Metro diantar


keluarganya pada hari kamis, 06 April 2023 dengan keluhan bengkak pada rahang
kiri sejak 1 minggu SMRS. Keluhan ini disertai nyeri pada leher, demam dan
sakit kepala. Pasien baru datang ke rumah sakit setelah muncul keluhan sulit
untuk membuka mulutnya yang dialami sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu
dan memberat tiga hari sebelum masuk ke rumah sakit.

Tiga hari SMRS pada siang harinya pasien mengeluhkan


tiba-tiba bengkak pada rahang kiri, menjelang malam hari bengkak semakin besar
dan terasa panas. Lalu pasien langsung dibawa ke IGD RSUD Ahmad Yani Metro
oleh keluarganya.
Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan umum : Tampak Baik
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15 (E : 4, V : 5, M : 6)

Tanda Vital
: 115/75 mmHg
Tekanan Darah
: 86 x/ menit
Nadi
: 36.8 C
Suhu
: 20 x/menit
Pernapasan
Pemeriksaan THT-KL
Telinga
- Daun telinga kanan dan kiri : Normotia, nyeri tekan
tragus (-), tidak ditemukan benjolan dan trauma dan
tanda-tanda infeksi, abses dan fistula tidak
ditemukan.
- Liang telinga luar kanan dan kiri : menyerupai
kulit, sekret (-), tidak ditemukan benjolan atau bisul
dan trauma, nyeri tekan tragus (-), kelainan lain tidak
ditemukan.
- Membran timpani kanan dan kiri : Edema (-),
massa (-), hematoma (-), hiperemis (-)
Hidung - Bagian luar hidung : Tidak ditemukan tanda trauma,
edema (-).
- Bagian dalam hidung kanan dan kiri : Rongga hidung
tidak menyempit, warna konka tidak hiperemis.
Mulut - Mulut normal, tidak pucat, mukosa bibir lembab, tidak
ada pembengkakan atau pun perdarahan pada gusi,
karies (-), abses (-), nyeri (-), trismus (+).
- Tonsil : warna normal, tidak ada pembesaran, detritus
(-), kripta (-), perlengketan (-).

Kepala - Normochepal.
Leher - Teraba benjolan (+), edema (+), nyeri tekan (+).
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Nilai Normal Satuan Tanggal
06/04/23
Hematologi Rutin
Leukosit 5-10 Ribu/ul 23,42
Eritrosit 3,08-5,05 Juta/ul 5,22
Hemoglobin 12-16 g/dl 15,0
Hematokrit 37-48 % 43,2
Mcv 80-92 Fl 88,2
Mch 27-31 Pg 29,6
Mchc 32-36 g/dl 33,4
Trombosit 150-450 Ribu/ul 246
Rdw 12,4-14,4 % 12,7
Mpv 7,3-9 Fl 8,40
Kimia Klinik
GDS <140 Mg/dl 102
Ureum 19-44 Mg/dl 35,2
Kreatinin 0,9-1,3 Mg/dl 1,20
Hemostasis
Massa Perdarahan (BT) 1’00” – 6’00” Menit 5’00”
Massa Pembekuan (CT) 9’00” – 15’00” Menit 10’00”
Serologi
HbsAg Non Reaktif Non Reaktif
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

- Abses Submandibula
- Angina Ludovici
- Abses Parafaring

Diagnosis Kerja :
Abses Submandibula
Penatalaksanaan

IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2 x 1gr
Inj. Omeprazole 1 x 40mg
Inj. Ketorolac 3 x 30mg
Prognosis
Inj. Metronidazole 3 x 500mg
Inj. Gentamicin 3 x 8mg Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Pada daerah leher, terdapat beberapa ruang
ANATOMI LEHER potensial yang dibatasi oleh fascia servikal. Fascia
servikal dibagi menjadi dua yaitu fascia servikalis
superfisial dan profunda. Fascia servikalis superfisial
terletak di bawah dermis dan terdiri dari jaringan
fibroadiposa. Fascia ini membungkus saraf sensoris,
pembuluh darah superfisialis, kelenjar limfe, muskulus
platisma dan otot mimik.
Fascia servikalis profunda terdiri dari
jaringan ikat fibrus dan dibagi menjadi tiga lapisan yaitu
lapisan superfisial, media dan profunda. Lapisan
superfisial fascia profunda disebut juga investing layer.
Rule of two dari lapisan superfisial ini adalah
membungkus dua otot yang terletak diatas tulang hyoid
yaitu muskulus masseter dan venter anterior muskulus
digastrikus, dua otot leher yaitu muskulus trapezius dan
muskulus sternokleidomastoideus, dua kelenjar ludah
yaitu kelenjar parotis dan submandibula, dua ruang yaitu
ruang parotis dan mastikator.
ANATOMI LEHER

Lapisan media fascia profunda yang disebut juga fascia servikal


terdiri dari divisi muskular dan viscera. Divisi muskular membungkus muskulus
sternohyoid, muskulus sternotiroid, muskulus tirohyoid dan muskulus omohyoid.
Divisi viscera mengelilingi kelenjar paratiroid, kelenjar tiroid, esofagus, laring,
muskulus konstriktor faring dan muskulus buccinator. Lapisan profunda disebut
juga fascia prevertebra, terdiri dari divisi alar dan prevertebra. Divisi alar terletak
diantara fascia bukofaringeal di anterior dan divisi prevertebra di posterior. Divisi
alar merupakan dinding anterior dari ruang bahaya atau danger space. Fascia ini
meluas dari basis kranii sampai vertebra torakal kedua. Divisi prevertebra
terletak di depan kolumna vertebrae dan meluas ke lateral melewati otot
prevertebra dan kemudian berfusi dengan prosesus transversus dan ligamen
penyertanya. Fascia ini merupakan dinding anterior dari ruang prevertebra dan
dinding posterior dari danger space.
ETIOLOGI
DEFINISI
Infeksi dapat bersumber dari
Abses submandibula gigi, dasar mulut, faring, kelenjar limfe
adalah suatu peradangan yang disertai submandibula. Mungkin juga kelanjutan
pembentukan pus pada daerah infeksi dari ruang leher dalam lain. Kuman
submandibula. Ruang submandibula penyebab biasanya campuran dari kuman
terdiri dari ruang sublingual dan aerob dan anaerob.
submaksila yang dipisahkan oleh otot
milohioid. Ruang submaksila dibagi lagi
menjadi ruang submental dan
submaksila (lateral) oleh otot digastrikus
anterior. Pada umumnya sumber infeksi
pada ruang submandibula berasal dari
proses infeksi dari gigi, dasar mulut,
faring, kelenjar limfe submandibular.
Diagnosis
Anamnesis
Pasien biasanya akan mengeluhkan nyeri pada leher, demam dan sakit kepala.

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan didapatkan adanya pembengkakan di daerah submandibula,
fluktuasi dan nyeri tekan. Pada insisi didapatkan cairan nanah atau
purulent, angulus mandibula dapat diraba.

- Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan Radiologis
- CT Scan
Differential Diagnosis
Diagnosis banding penyakit abses submandibula, antara lain :
• Angina Ludovici
Angina ludovici atau angina ludwig merupakan infeksi ruang submandibula berupa selulitis dengan tanda khas berupa
pembengkakan seluruh ruang submandibula, tidak membentuk abses, sehingga keras pada pembesaran submandibula.
Gejala klinis berupa nyeri tenggorokan dan leher disertai pembengkakan di daerah submandibula yang hiperemis dan
keras pada perabaan, dasar mulut yang membengkak dapat mendorong lidah ke atas belakang sehingga menimbulkan
sesak napas.
• Abses parafaring
Diagnosis abses parafaring ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Gejala klinis berupa demam, nyeri pembengkakan disekitar angulus mandibula, pembengkakan dinding lateral faring
hingga menonjol kearah medial. Pemeriksaan penunjang berupa foto polos jaringan lunak leher dan tomografi
komputer. Pada pemeriksaan foto jaringan lunak leher pada kedua posisi tersebut dapat diperoleh gambaran deviasi
trakea, udara di daerah subkutis, cairan didalam jaringan lunak dan pembengkakan daerah jaringan lunak leher.
Penatalaksanaan

Terapi yang diberikan pada abses submandibula

adalah :
• Antibiotik (parenteral) • Analgesik
Antibiotik kombinasi adalah pilihan terbaik karena Analgesik menghilangkan rasa sakit sementara sampai faktor
mikroorganisme penyebabnya adalah campuran. Secara penyebab infeksi terkendali. Pilihan analgesik harus
empiris kombinasi ceftriaxone dengan metronidazole didasarkan pada kesesuaian pasien. Obat antiinflamasi
masih cukup baik. Setelah hasil uji sensistivitas kultur nonsteroid digunakan pada nyeri ringan sampai sedang.
pus telah didapat, pemberian antibiotik dapat Analgesik opioid, seperti dihidrokodein dan petidin,
disesuaikan. digunakan untuk rasa sakit yang parah.
Komplikasi
Prognosis
Proses peradangan dapat menjalar
Pada umumnya prognosis abses submandibula baik
secara hematogen, limfogen atau
apabila dapat didiagnosis secara dini dengan
langsung (perkontinuitatum) ke daerah
penanganan yang tepat dan komplikasi tidak
sekitarnya. Infeksi dari submandibula
terjadi. Pada fase awal dimana abses masih
paling sering meluas ke ruang
kecil maka tindakan insisi dan pemberian
parafaring karena pembatas antara
antibiotika yang tepat dan adekuat
ruangan ini cukup tipis. Perluasan ini
menghasilkan penyembuhan yang sempurna.
dapat secara langsung atau melalui
Apabila telah terjadi mediastinitis, angka
ruang mastikor melewati musculus
mortalitas mencapai 40-50% walaupun dengan
pterygoid medial kemudian ke
pemberian antibiotik. Ruptur arteri karotis
parafaring.
mempunyai angka mortalitas 20-40%
sedangkan trombosis vena jugularis mempunyai
angka mortalitas 60%
KESIMPULAN
Pada kasus ini diagnosis abses submandibula ditegakkan berdasarkan autoamnesis, pemeriksaan
fisik pasien. Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien mengeluh bengkak pada rahang kiri
sejak 1 minggu SMRS. Keluhan ini disertai nyeri pada leher, demam dan sakit kepala.

Pada pemeriksaan fisik leher pasien didapatkan teraba benjolan, edema dan terasa nyeri tekan.
Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu IVFD RL 20 tpm, Ceftriaxone 2 x 1gr, Omeprazole 1 x
40mg, Ketorolac 3 x 30mg, Metronidazole 3 x 500mg, Gentamicin 3 x 8mg

Anda mungkin juga menyukai