Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

“ANGINA LUDWIG”

Disusun Oleh :
dr. Cintya Ristimawarni

Pendamping:
dr. Ratna Hastuti

Untuk memenuhi persyaratan program dokter internship


RSUD KALIDERES JAKARTA
Periode 5 November - 4 Maret 2020

1
BAB 1

PRESENTASI KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. J
Usia : 19 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Kalideres
Agama : Islam
Suku : Jawa
Tanggal masuk : 25 Desember 2020

B. Anamnesa
Dilakukan secara autoanamnesa dan alloanamnesa
Keluhan Utama : Terdapat benjolan dileher sejak 1 minggu
Keluhan Tambahan : Pasien mengeluh timbul benjolan pada
leher sejak kurang lebih 7 hari SMRS.
Awalnya timbul pada leher sebelah kiri
kemudian menjalar sanpai leher sebelah
kanan.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke IGD RSUD Kalideres dengan keluhan
mengeluh timbul benjolan pada leher sejak kurang lebih 7 hari SMRS.
Awalnya timbul pada leher sebelah kiri kemudian menjalar sanpai
leher sebelah kanan. Terdapat keluhan nyeri pada leher, demam, sulit
menelan, suara serak dan membuka mulut. Sebelumnya pasien
mengeluh sakit gigi disebelah kiri 2 minggu yang lalu dan belum ke
dokter gigi. Pasien baru pertama kali mengeluhkan keluhan seperti ini.

Riwayat Penyakit Dahulu :


 Riwayat darah tinggi
 Riwayat sakit gigi berulang
 Riwayat kencing manis disangkal

C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : tampak sakit sedang

2
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit, tidak tampak retraksi cuping
hidung maupun penggunaan otot-otot napas tambahan
Suhu : 36.70C

Pemeriksaan Fisik THT

 Telinga
Telinga Kanan
- Aurikula : normal
- Canalis akustikus eksternus : Hiperemis (-), edema (-), massa (-),
laserasi (-), sekret (-), serumen (+)
- Membran timpani : Intak, hiperemis (-), refleks cahaya
(+)

Telinga Kiri
- Aurikula : normal
- Canalis akustikus eksternus : Hiperemis (-), edema (-), massa (-),
laserasi (-), sekret (-), serumen (+)
- Membran timpani : Intak, hiperemis (-), refleks cahaya
(+)

 Cavum Nasi
Cavum Nasi Dextra
- Membran mukosa : Hiperemis (-), edema (-), sekret (-), konka inferior
eutrofi,
massa (-), laserasi (-), krusta (–)
- Pasase udara : normal
Cavum Nasi Sinistra
- Membran mukosa: Hiperemis (-), edema (-), sekret (-), konka inferior
eutrofi,
massa (-), laserasi (-), krusta (–)
- Pasase udara : normal

 Orofaring
- Pembukaan mulut : maksimal 2.5 cm
- Hipersalivasi : (+)
- Lain-lain : sulit dinilai

3
 Leher: tampak daerah swelling pada daerah submandibula baik kiri
maupun kanan, daerah submental dan sublingual, hiperemis
(+), keras, hangat (+), nyeri tekan (+), fluktuasi (+) trismus
(+)

 Maksilofasialis: simetris

Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 25 Desember 2019

Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan


Hemoglobin 12.5 gr/dL
Lekosit 15.9 109/L
Hematokrit 37.6 %
Trombosit 242 109/L
Eritrosit 4.05 106/L
MCV 93 fl
MCH 31 pg
MCHC 33 g%
Basofil 0%
Eosinofil 0%
Staff 0%
Segmen 83 %
Limfosit 7%
Monosit 10 %

Tanggal 26 Desember 2019

Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Normal


Hemoglobin 12.4 gr/dL 12.0 – 16.0 gr/dL
Lekosit 17.8 109/L 4.5 – 11.0 109/L
Hematokrit 39.2 % 36 – 46 %
Trombosit 250 109/L 150 – 450 %

D. Diagnosis
Angina Ludwig

E. Diagnosis Banding
- Abses submandibula

4
- Abses Parafaring

F. Saran Pemeriksaan
- Soft tissue leher AP/lateral
- Pro Rujuk Bedah

G. Tatalaksana IGD
 O2 NC 3 LPM
 IVFD RL dengan Humulin 8 U  20 tpm
 Ceftriaxone 1 x 2 gr IV
 Ketorolac 1 x 10 mg IV
 Ondansentrone 1 x 8 mg IV
 Metronidazole 500 mg IV
 Ranitidine 1x50 mg IV

Tatalaksana DPJP
 Dexamethasone 3x1 amp
 Talak Lanjut, Obs di IGD. Konsul ke Poli Gigi
 Pro Rujuk Bedah

H. Resume
Pasien Laki-laki 19 tahun datang ke IGD RSUD Kalideres dengan
keluhan odinofagia, disfagia, swelling pada leher pasien, nyeri bila
disentuh dan terasa hangat, trismus, lidah terasa sulit digerakkan
sehingga pasien mengalami kesulitan berbicara, hipersalivasi, demam.
Pasien mengaku mulai merasa sesak. Disfagia baik makanan padat
mapun cair dan pada awal proses menelan. Keluhan serupa
sebelumnya disangkal. Riwayat darah tinggi diakui, riwayat sakit gigi
berulang diakui, riwayat kencing manis disangkal.
Pada pemeriksaan tanda – tanda vital ditemukan hipertensi. Telinga
dan hidung dalam batas normal. Pada pemeriksaan orofaring,
didapatkan adanya trismus (pembukaan maksimal 2.5 cm),
hipersalivasi (+), sisanya sulit dinilai karena pasien tidak mampu
menggerakkan lidah. Pada pemeriksaan leher didapatkan pembesaran
di region submandibula dekstra dan sinistra, submental, dan
sublingual, hiperemis, hangat, nyeri tekan, indurasi, dan fluktuatif.

I. Prognosis
Ad vitam : bonam

5
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Phlegmon Dasar Mulut

6
Phlegmon dasar mulut (submandibular atau sublingual space) atau
Ludwig`s angina. Ludwig`s angina dikemukakan pertama kali oleh Von Ludwig
pada 1836 sebagai selulitis dan infeksi jaringan lunak disekeliling kelenjar
mandibula. Kata angina pada Ludwig`s angina dihubungkan dengan sensasi
tercekik akibat obstruksi saluran nafas secara mendadak.1
Ludwig`s angina merupakan infeksi yang berasal dari gigi akibat
penjalaran pus dari abses periapikal tergantung jenis gigi (seperti pada fascial
spaces). Kriteria yang mendasari suatu keadaan disebut dengan Ludwig`s angina
yaitu:
1. Proses selulitis pada submandibular space (bukan merupakan abses)
2. Keterlibatan dari submandibular space baik unilateral atau bilateral
3. Adanya gangrene dengan keluarnya cairan serosanguinous yang
meragukan ketika dilakukan incise dan tidak jelas apakah itu adalah pus
4. Mengenai fascia, otot, jaringan ikat, dan sedikit jaringan kelenjar
5. Penyebaran secara langsung dan tidak ada penyebaran secara limfatik1

2.1. Definisi Angina Ludwig


Angina Ludwig atau phlegmon dasar mulut adalah infeksi secara cepat, progesif
dan berpotensial secara fulminant mencakup ruang sublingual, submental,
submandibular dan parapharyngeal1.
Wilhelm Fredrick von Ludwig pertama kali mendeskripsikan angina Ludwigini
pada tahun 1836 sebagai gangrenous cellulitis yang progresif yang berasal dari
region kelenjar submandibula.

2.2 Epidemiologi
Kebanyakan kasus Angina Ludwig dapat terjadi pada orang sehat secara
dini. Dengan terdapat faktor predisposisi berupa diabetes mellitus, neutropenia,
alkoholik, anemia aplastik, glomerulonefritis, dermatomyositis, dan sistemik
lupus eritematosus. Penderita terbanyak berkisar antara umur 20-60 tahun,
walaupun pernah dilaporkan terjadi pada anak berumur 12 hari atau orang tua
berumur 84 tahun. Kasus ini dominan terjadi pada laki-laki (3:1 sampai 4:1).

7
Pemeriksaan gigi ke dokter secara teratur dan rutin penanganan infeksi gigi dan
mulut yang tepat dapat mencegah kondisi yang akan meningkatkan terjadinya
Angina Ludwig.2

2.3 Anatomi Leher dan Rongga Mulut


Pengetahuan tentang ruang-ruang di leher dan hubungannya dengan fasia
penting untuk mendiagnosis dan mengobati infeksi pada leher. Ruang yang
dibentuk oleh berbagai fasia pada leher ini adalah merupakan area yang berpotensi
untuk terjadinya infeksi. Invasi dari bakteri akan menghasilkan selulitis atau
abses, dan menyebar melalui berbagai jalan termasuk melalui saluran limfe.
Ruang submandibular merupakan ruang di atas tulang hyoid (suprahyoid) dan otot
mylohyoid.Di bagian anterior otot mylohyoid memisahkan ruang ini menjadi dua
yaitu di bagian superior adalah ruang sublingualis dan di bagian inferior yaitu otot
submaksilaris.Adapula yang membaginya menjadi tiga diantaranya yaitu ruang
sublingualis, ruang submentalis dan submaksillaris.3

Gambar 2.Ruang Sublingual di superior dari Otot Mylohyoid.


Ruang Submandibularis di inferior dari Otot Mylohyoid

8
Ruang submandibularis dipisahkan dengan ruang sublingualis di bagian
superiornya oleh otot mylohyoid dan otot hyoglossus, di bagian medialnya oleh
styloglossus dan di bagian lateralnya oleh korpus mandibula.Batas lateralnya
berupa kulit, fasia superfisial, otot platysma lapisan superfisial pada fasia servikal
bagian dalam.Di bagian inferiornya dibentuk oleh otot digastricus.Di bagian
anteriornya, ruang ini berhubungan secara bebas dengan ruang submental, dan di
bagian posteriornya terhubung dengan ruang pharyngeal.Ruang submandibular ini
mengandung kelenjar submaxillaris, duktus Wharton, nervus lingualis dan
hypoglassal, arteri fasialis, dan sebagian nodus limfe dan lemak.3
Ruang submental merupakan ruang yang berbentuk segitiga yang terletak
di garis tengah di bawah mandibula dimana batas superior dan lateralnya dibatasi
bagian anterior dari otot digastrikus.Dasar pada ruangan ini adalah otot mylohyoid
sedangkan atapnya adalah kulit, fasia superficial, dan otot platysma.Ruang
submental mengandung beberapa nodus limfe dan jaringan lemak fibrous.Ruang
submaxillaris berada di bawah otot mylohyoid, dan ruang sublingual berada di
atasnya tetapi masih di bawah lidah. Ruang-ruang yang sering terkontaminasi
adalah leher bagian depan, ruang faringomaksilaris (parafaringeal), retrofaring
dan mediastinum superior. 3

2.1.4 Etiologi
Dilaporkan sekitar 50%-90% Angina Ludwig berawal dari infeksi
odontogenik, khususnya dari molar dua atau tiga bawah. Gigi-gigi ini mempunyai
akar yang terletak pada tingkat otot myohyloid, dan abses di sini akan menyebar
ke ruang submandibula. Ada juga penyebab lain yang sedikit dilaporkan antara
lain adalah sialadenitis, abses peritonsilar, fraktur mandibula terbuka, infeksi kista
duktus thyroglossus, epiglotitis, injeksi obat intravena melalui leher, trauma oleh
karena bronkoskopi, intubasi endotrakeal, laserasi oral, luka tembus di lidah,
infeksi saluran pernafasan atas, dan trauma pada dasar atau lantai mulut.4
Organisme yang paling banyak ditemukan pada penderita Angina Ludwig
melalui isolasi adalah Streptococcus viridians dan Staphylococcus aureus.Banteri
anaerob seringkali juga diisolasi meliputi bacteroides, peptostreptococci, dan
peptococci.Bakteri gram positif yang telah diisolasi adalah Fusobacterium

9
nucleatum, Aerobacter aeruginosa, spirochetes, dan Veillonella, Candida,
Eubacteria, dan spesies Clostridium. Bakteri Gram negatif yang diisolasi antara
lain spesies Neisseria, Escherichia coli, spesies Pseudomonas, Haemophillus
influenza dan spesies Klebsiella.4

2.1.5 Patogenesis
Berawal dari etiologi di atas seperti infeksi gigi, nekrosis pulpa karena
karies dalam yang tidak terawat dan periodontal pocket dalam yang merupakan
jalan bakteri untuk mencapai jaringan periapikal. Karena jumlah bakteri yang
banyak, maka infeksi yang terjadi akan menyebar ke tulang spongiosa sampai
tulang kortikal. Jika tulang ini tipis, maka infeksi akan menembus dan masuk ke
jaringan lunak. Penyebaran infeksi ini tergantung dari daya tahan jaringan
tubuh.Odontogen dapat menyebar melalui jaringan ikat (perkontinuitatum),
pembuluh darah (hematogenous), dan pembuluh limfe (limfogenous).Yang paling
sering terjadi adalah penjalaran secara perkontinuitatum karena adanya
celah/ruang di antara jaringan yang berpotensi sebagai tempat berkumpulnya pus.4
Penjalaran infeksi pada rahang atas dapat membentuk abses palatal, abses
submukosa, abses gingiva, cavernous sinus thrombosis, abses labial, dan abses
fasial.Penjalaran infeksi pada rahang bawah dapat membentuk abses subingual,
abses submental, abses submandibular, abses submaseter, dan Angina
Ludwig.Ujung akar molar kedua dan ketiga terletak di belakang bawah linea
mylohyoidea (tempat melekatnya m. mylohyoideus) yang terletak di aspek dalam
mandibula, sehingga jika molar kedua dan ketiga terinfeksi dan membentuk abses,
pusnya dapat menyebar ke ruang submandibula dan dapat meluas ke ruang
parafaringeal.4
Abses pada akar gigi yang menyebar ke ruang submandibula akan
menyebabkan sedikit ketidaknyamanan pada gigi, nyeri terjadi jika terjadi
ketegangan antara tulang.Infeksi premolar dan molar menyebabkan perforasi,
kemudian menyebar ke ruang-ruang yang dibatasi oleh m.Mylohyoideus.4

10
Gambar 3.Linea mylohyoidea, Tempat Perlekatan M. Mylohyoideus.
Infeksi pada ruang submental biasanya terbatas karena ada kesatuan yang
keras dari fasia servikal profunda dengan m. digastricus anterior dan tulang
hyoid.Edema dagu dapat terbentuk dengan jelas. Infeksi pada ruang submaksilar
biasanya terbatas didalam ruang itu sendiri, tetapi dapat pula menyusuri sepanjang
duktus submaksilar Whartoni dan mengikuti struktur kelenjar menuju ruang
sublingual, atau dapat juga meluas ke bawah sepanjang m. hyoglossus menuju
ruang-ruang fasia leher. 4

Gambar 4.Ruang Suprahyoid

11
Ruang submandibular terletak antara m. mylohyoid, fasia dan kulit.Ruang
submandibular terinfeksi langsung oleh molar kedua dan ketiga.Pada infeksi
ruang sublingual, edema terdapat pada daerah terlemah dibagian superior dan
posterior, sehingga menghambat jalan nafas.Ruang sublingual, terletak antara
mukosa mulut dan m. mylohyoid.Ruang ini dapat terinfeksi yang berasal dari
premolar dan molar pertama.Penyebaran pembengkakan akibat abses di ruang
sublingual dan submandibular. Tulang hyoid membatasi terjadinya proses ini di
bagian inferior, dan pembengkakan menyebar di daerah depan leher yang
menyebabkan perubahan bentuk dan gambaran “Bull neck”. 4

2.1.6 Manifestasi Klinis


Gejala klinis yang timbul adalah demam, nyeri tenggorokan dan leher
disertai pembengkakan di daerah submandibular yang tampak hiperemis,
drooling, dan trismus.Nyeri tekan dan keras pada perabaan (seperti kayu).Dasar
mulut membengkak, dapat mendorong lidah ke atas belakang sehingga
menimbulkan sesak nafas.Meskipun banyak pasien sembuh tanpa komplikasi,
Angina Ludwig dapat berakibat fatal.Pada kasus yang berat dapat terjadi stridor
dan obstruksi jalan nafas.Pembengkakan submental, mulut tidak dapat membuka
Pembengkakan yang menegang, pasien tidak dapat membuka mulutnya Bengkak
meluas ke arah lateral dan pasien mengalami abrasi pada hidung.5

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat berupa foto polos leher dan
dada, yang mana sering memberikan gambaran pembengkakan jaringan lunak,
adanya gas, dan penyempitan jalan napas.
Pemeriksaan CT-Scan memberikan gambaran pembengkakan jaringan
lunak, adanya gas, akumulasi cairan, dan juga dapat sangat membantu untuk
memutuskan kapan dibutuhkannya pernapasan bantuan.Selain itu foto panoramik
rahang dapat membantu untuk menentukan tempat fokal infeksinya.
Pemeriksaan Laboratorium darah tampak leukositosis yang
mengindikasikan adanya infeksi akut.Pemeriksaan waktu bekuan darah penting

12
untuk dilakukan tindakan insisi drainase. Pemeriksaan kultur dan sensitivitas
untuk menentukan pemilihan antibiotik dalam terapi. Foto x-ray posisi lateral
untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan jaringan lunak dan menyingkirkan
kemungkinan penyebab lain adanya obstruksi jalan nafas. Foto panoramik
berguna untuk mengidentifikasi lokasi abses serta struktur tulang yang terlibat
infeksi.5

2.1.8 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisis, dan
pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan gejala berupa nyeri pada leher, kesulitan
makan dan menelan.Dari anamnesis juga didapatkan adanya riwayat sakit gigi,
mengorek atau mencabut gigi atau adanya riwayat higien gigi yang buruk.
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan tanda vital biasa ditemukan tanda-tanda sepsis seperti
demam, takipnea, dan takikardi.Selain itu juga ditemukan adanya edema bilateral,
nyeri tekan dan perabaan keras seperti kayu pada leher, trismus, drooling,
disfonia, dan pada pemeriksaan mulut didapatkan elevasi lidah, tetapi biasanya
tidak didapatkan pembesaran kelenjar limfe.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat berupa foto polos leher dan
dada, yang mana sering memberikan gambaran pembengkakan jaringan lunak,
adanya gas, dan penyempitan jalan napas.Pemeriksaan CT-Scan memberikan
gambaran pembengkakan jaringan lunak, adanya gas, akumulasi cairan, dan juga
dapat sangat membantu untuk memutuskan kapan dibutuhkannya pernapasan
bantuan.Selain itu foto panoramik rahang dapat membantu untuk menentukan
tempat fokal infeksinya.6

2.1.9 Diagnosis Banding

13
Diagnosa banding dari Angina Ludwig adalah : karsinoma lingual,
sublingual hematoma, abses glandula salivatorius, limfadenitis, dan peritonsilar
abses. Untuk dapat menegakkan diagnosis Angina Ludwig ada empat kriteria
yang dikemukakan oleh Grodinsky yaitu: 6
1. Terjadi secara bilateral pada lebih dari satu rongga.
2. Menghasilkan infiltrasi yang gangren-serosanguineous dengan atau tanpa pus.
3. Mencakup fasia jaringan ikat dan otot namun tidak melibatkan kelenjar
4. Penyebaran perkontinuitatum dan bukan secara limfatik.

2.1.10 Penatalaksanaan
Ada 4 Prinsip utama dalam penatalaksanaan Angina Lugwig :
1. Proteksi dan kontrol jalan napas
2. Pemberian antibiotik yang adekuat
3. Insisi dan drainase abses
4. Hidrasi dan nutrisi adekuat
2.1.10.1 Penatalaksanaan Akut
Penanganan medis pada masalah pernafasan akut antara lain pemberian
antibiotik. Diberikan antibiotik dosis tinggi dan berspektrum luas secara intravena
untuk organisme gram-positif dan gram-negatif serta kuman aerob dan anaerob.
Antibiotik yang diberikan sesuai dengan hasil kultur dan hasil sensitifitas pus.
Pengobatan Angina Ludwig pada anak untuk perlindungan jalan napas
digunakan antibiotik intravena, selain itu dapat juga digunakan terapi
pembedahan.Antibiotik yang digunakan adalah Penicilin G dosis tinggi, kadang-
kadang dapat dikombinasikan dengan obat antistaphylococcus atau
metronidazole.Jika pasien alergi pinicillin, maka clindamycin hydrochloride
adalah pilihan yang terbaik. Dexamethasone yang disuntikkan secara intravena,
diberikan dalam 48 jam untuk mengurangi edema dan perlindungan jalan nafas.7

2.1.10.2 Penatalaksanaan Elektif


Penanganan elektif yang digunakan dalam mengatasi masalah pernafasan
adalah trakeostomi. Setelah diagnosis Angina Ludwig ditegakkan, maka

14
penanganan yang utama adalah menjamin jalan nafas yang stabil melalui intubasi
atau trakeostomi yang dilakukan dengan anesthesia lokal.Trakeostomi dilakukan
tanpa harus menunggu terjadinya dispnea atau sianosis karena tanda-tanda
obstruksi jalan nafas yang sudah lanjut.Jika terjadi sumbatan jalan nafas maka
pasien dalam keadaan gawat darurat.Selain itu dilakukan eksplorasi yang
dilakukan untuk tujuan dekompresi (mengurangi ketegangan) dan evaluasi pus,
pada Angina Ludwig jarang terdapat pus atau jaringan nekrosis.Eksplorasi lebih
dalam dapat dilakukan memakai cunam tumpul.7
Jika terbentuk nanah dilakukan insisi dan drainase.Insisi dilakukan di garis
tengah secara horizontal setinggi os.hyoid (3–4 jari di bawah mandibula). Insisi
dilakukan di bawah dan paralel dengan korpus mandibula melalui fasia dalam
sampai ke kedalaman kelenjar submaksilar.Insisi vertikal tambahan dapat dibuat
di atas os.Hyoid sampai batas bawah dagu.Perlu juga dilakukan pengobatan
terhadap infeksi gigi untuk mencegah kekambuhan. Pasien dirawat inap sampai
infeksi reda.7

Gambar 5. Insisi dan Drainase

2.1.11 Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada Angina Ludwig yang tidak diterapi
secara tepat adalah sebagai berikut :
a. Infeksi carotid sheath

15
b. Tromboplebitis supuratif pada vena jugular interna
c. Obstruksi jalan napas
d. Empiema
e. Efusi pleura
f. Osteomielitis mandibula
g. Pneumonia aspirasi
h. Mediastenitis

2.1.12 Prognosis
Pada penderita usia muda yang berbahaya terutama ruptur abses spontan
dengan aspirasi dan/atau spasme laring. Ada kemungkinan meskipun jarang, jika
tidak diobati dapat menyusup ke dalam ruang faring dengan atau tanpa tandatanda
luar, menjalar ke bawah dari belakang esofagus menuju ke mediastinum posterior,
septikemia, perdarahan, edema, ruptur, dan aspirasi.
Angina Ludwig dapat berakibat fatal karena membahayakan jiwa.Namun
dengan diagnosis dini, perlindungan jalan nafas yang segera ditangani, pemberian
antibiotik intravena yang adekuat, penanganan dalam ICU, penyakit ini dapat
sembuh tanpa mengakibatkan komplikasi. Dengan begitu angka mortalitas juga
menurun hingga kurang dari 5%.7

2.1.12 Evaluasi
Hasil yang diharapkan atau evaluasi pasien dilihat tanda-tanda vital pasien
dalam batas normal, nadi perifer teraba, warna dan suhu ekstremitas pasien
normal, daerah insisi kering dan penyembuhan mulai terjadi. Drainase kuning
jernih dan tidak berbau. Setelah 72 jam, jika rasa sakit berkurang, bengkak telah
mulai untuk menyelesaikan dan suhu normal, aplikasi pad pemanas ke sisi wajah
dapat membantu untuk meningkatkan drainase dan mempercepat penyembuhan.
Selain menggunakan CT Scan, pemeriksaan klinis terbaik untuk menentukan
dilakukannya ektubasi adalah tes kebocoran udara dengan menutup rapat tabung
endotrakeal menggunakan jari, untuk menentukan apakah pasien bisa bernafas
tanpa tabung endotrakeal. 7

16
2.1.13 Rehabilitasi
Sebagian besar sakit di sekitar abses akan lenyap sesudah pembedahan.
Penyembuhan biasanya sangat cepat. Setelah tabung drain diambil keluar,
antibiotik dapat dilanjutkan untuk beberapa hari. Pembuatan protesa untuk
mengganti gigi yang telah diektraksi karena merupakan fokus infeksi dapat
dilakukan jika pasien dapat memilihari kebersihan mulutnya dengan baik dan
memiliki penyakit sistemik yang terkontrol.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dimitroulis, G, 1997, A Synopsis of Minor Oral Surgery, Wright, Oxford (71-


81) Falace, DA, 1995, Emergency Dental Care. A Lea & Febiger Book.
Baltimore (p214-26)
2. Milloro, M., 2004, Peterson’s of Principles Oral and Maxillofacial Surgery,
2nd edition, Canada: BC Decker Inc.
3. Neville, et al, 2004, Oral and Maxillofacial Pathology. WB Saunders,
Philadephia
4. Pedlar, et al, 2001, Oral Maxillofacial Surgery. WB Saunders, Spanyotl (p90-
100)
5. Peterson, et al, 2002, Oral and Maxillofacial Surgery. Mosby, St.
LouisTopazian, R.G & Golberg, M H, 2002, Oral and Maxillofacial Infection,
WB Saunders, Philadelphia

6. Murphy SC. The Person Behind the Eponym: Wilhelm Frederick von
Ludwig.Journal of Oral Pathology & Medicine.August 9 1996.
7. Clinical Instructor, Oral and Maxillofacial Surgery, 2007

17

Anda mungkin juga menyukai