Anda di halaman 1dari 20

Audiometri

Dr. Khairiyah Gusleni


Lintang Dyah
Audiometri
• Tujuan : untuk menentukan sifat kelainan
pendengaran
• Merupakan earphone sederhana yang
dihubungkan dengan ossilator elektronik yang
mampu memancarkan suara murni dengan
kisaran frekuensi rendah ke tinggi
Gangguan pendengaran (Tuli)

• Gangguan hantaran suara :telinga luar,


Tuli Konduktif telinga tengah
• Cerumen proops, udem,dll

Tuli • Kelainan di koklea,n.VIII,atau


sensorineural pusat pendengaran

• Kombinasi konduktif+sensorieural
• Infeksi telinga tengah+komplikasi
Tuli campuran • 2 penyakit : radang telinga
tengah+tumor n.VIII
Audiogram pada tuli saraf
Keterangan gambar
• Tuli saraf sebagian
• Pada frekuensi tinggi
• Kerusakan biasanya pada basis koklea
• Biasa terjadi pada orang tua
Audiogram pada tuli konduksi
Tuli konduksi
• Paling sering : fibrosis telinga tengah akibat
infeksi berulang atau penyakit herediter
(otosklerosis)
Audiometri
Persiapan Alat
• Nyalakan Power Audiometer 10 Menit sebelum
pemeriksaan
• Tombol :
– Output : untuk memilih earphone (kiri atau kanan), AC
atau BC,
– Frekuensi : Memilih nada
– Hearing Level : Mengatur Intensitas
– Tone : Memberikan Sinyal
– Masking : Memberikan bunyi Masking pada NTE (Non-Test
Ear) apabila diperlukan
Persiapan Pasien
• Pemeriksaan kemampuan komunikasi Penderita sebelum
pemeriksaan
– Telinga mana yang mampu mendengar lebih jelas
– Telinga mana yang lebih sering digunakan bertelepon
– Pemeriksaan Tinitus
– Daya tahan terhadap suara yang keras
• Pemeriksaan Liang Telinga
– Periksa dan bersihkan dahulu liang telinga dari serumen
• Memberikan instruksi secara singkat dan sederahana
– Penderita menekan tombol (atau mengangkat tangan) saat mendengar
sinyal yang diberikan.
– Saat sinyal tidak terdengar, penderita diminta untuk tidak menekan
tombol
Posisi Pemeriksaan
• Penderita duduk dikursi
• Penderita tidak boleh melihat gerakan
pemeriksa
– Minimal menghadap 30o dari posisi pemeriksa
Presentasi Sinyal
• Nada harus diberikan selama 1 – 3 detik (bisa
diatur dengan “Pulse”)
• Nada harus diberikan secara acak (ireguler)
• Pasien tidak boleh :
– Melihat gerakan pemeriksa
– Menebak interval waktu pemberian sinyal
Pemeriksaan Air Conduction (AC)
• Mulai pada telinga yang lebih baik
• Frekwensi :
– Mulai pada 1000 Hz, kemudian naik setiap 1 oktaf ke 8000 Hz, dan kembali
lagi ke 500 Hz dan 250 Hz.
– Sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulang pada frekwensi 1000 Hz.
• Intensitas awal diperoleh dengan memberikan sinyal yang
terdengar jelas (40dB atau 50 dB)
– Bila tidak terdengar, naikkan 10 dB secara gradual hingga memperoleh
respon
– Bila ada respon, turunkan 5 dB hingga tidak terdengar
– Bila telah tidak tidak terdengar, naikkan 10 dB hingga terdengar.
– Lakukan berulang hingga diperoleh ambang terendah
– Ambang terendah diperoleh pada respon terhadap 2 kali perangsangan
ulangan dengan cara yang sama (turun 5 dB, naik 10 dB)
• Lakukan cara tersebut pada semua frekwensi
Pemeriksaan Bone Conduction (BC)
• Hanya dilakukan bila ambang AC meningkat. Bila AC
berada dalam batas normal, BC tidak diperlukan
• Vibrator harus dipasang pada mastoid pasien dengan
baik, dengan sedikit penekanan
• Cara pemeriksaan sama dengan AC, tetapi dengan
frekuensi dan intensitas yang terbatas (500 Hz s.d. 4000
Hz, hanya sampai 45 dB – 80 dB)
Masking
• Pada prinsipnya masking perlu dilakukan apabila salah satu
telinga normal dan satu teling mengalami gangguan
pendengaran (ambang dengan asimetris)
– AC : perbedaan lebih besar dari 40 dB antara AC TE dan AC NTE
– BC : Perbedaan lebih besar dari 5 dB antara BC TE dan BC NTE
• Pemeriksaan dimulai pada frekwensi 1000 Hz
• Masking berbeda pada setiap frekuensi :

Frekwensi (Hz) 250 500 1000 2000 4000


Intensitas (dB) 60 50 40 40 40
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai