Penyakit jantung iskemik atau yang sering disebut sebagai Penyakit Jantung Koroner
(PJK) merupakan suatu penyakit kronis yang kompleks dimana terdapat perubahan secara
patologis baik pada arteri koroner maupun pada miokardium.
Saat ini pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk menegakkan diagnosis PJK yaitu
dengan Cardiac CT (CCT –Cardiac Computed Tomography) dan Cardiac MRI (CMR-Cardiac
Magnetic Resonance Imaging). CCT memberikan gambaran yang jelas mengenai aterosklerosis
di pembuluh darah koroner (plaque burden, angiography, dan karakteristik plak aterosklerosis),
sedangkan CMR memberikan gambaran yang jelas mengenai ventrikel kiri, baik perfusi,
visualisasi infark, maupun fungsi dari ventrikel kiri.
CACS memberikan informasi prognostik yang jauh lebih baik daripada evaluasi faktor
risiko tradisional dan dapat digunakan untuk menilai stratifikasi dan re-klasifikasi risiko pasien.
Cardiac Magnetic Resonance (CMR), menjadi pencitraan non invasif yang akurat dan
dapat diandalkan dalam menilai anatomi jantung dan fungsi ventrikel, terutama keunggulannya
dalam menilai iskemia dan infark miokard. Selain itu CMR perfusi mampu mendeteksi iskemia
dengan akurasi diagnostik yang tinggi pada pasien PJK asimptomatik.
Hipertensi merupakan masalah penting pada pasien dengan penyakit ginjal kronik (PGK).
Hipertensi memiliki peran kunci dalam progresi gagal ginjal dan merupakan kontributor dalam
meningkatkan risiko kejadian kardiovaskular.
Penggunaan beta bloker pada banyak studi memberikan manfaat dalam menurunkan
angka mortalitas; namun, obat ini masih relatif jarang digunakan pada pasien PGK.
INDIKASI
Hipotensi adalah masalah yang penting pada pasien yang menerima hemodialisis dan
seringkali dikaitkan dengan penggunaan beta bloker. Namun , tekanan darah yang menurun
akibat beta bloker jarang mencapai nilai hipotensi yang signifikan secara klinis.
Efek samping lainnya termasuk mual, diare, ekstremitas dingin, bradikardia, hipotensi,
kelelahan, pusing, dan metabolism lemak berubah. Beta bloker juga dikenal karena efek
sampingnya terhadap metabolism glukosa dan kadar insulin.
Depresi mayor adalah suatu kondisi yang ditandai dengan > 2 minggu mood depresi atau
kehilangan kenikmatan dan > 4 gejala neurovegetative (yaitu, kelainan pada tidur, energy,
konsentrasi, nafsu makan, dan / atau fungsi psikomotor), serta afektif dan gejala kognitif
(misalnya kelainan minat, konsentrasi, perasaan bersalah, ide bunuh diri). Depresi adalah kondisi
umum yang sering terjadi pada pasien gagal jantung kronis (Congestive Heart Failure/ CHF).
MANAJEMEN DEPRESI DALAM GAGAL JANTUNG
Saat ini, data empiris yang berkaitan dengan pengobatan depresi pada populasi pasien
dengan gagal jantung kongestif masih terbatas. Bukti menunjukkan bahwa baik psikoterapi
(misalnya psikoterapi kognitif-perilaku) dan perawatan farmakologis (misalnya penggunaan
sertraline, penghambat ambilan serotonin selektif) aman dan efektif dalam mengurangi tingkat
keparan depresi pada pasien dengan penyakit kardiovaskular.
Etiologi stenosis aorta diantaranya yang paling sering adalah kongenital, kalsifikasi katup
aorta (degeneratif), dan penyakit jantung rematik.
Deteksi dini
Gejala utama dari stenosis aorta berat adalah sesak nafas, angina dan sinkop.
Pemeriksaan fisik klasik pada aorta stenosis adalah ditemukannya murmur kresendo-deskresendo
sistolik pada ICS 2 yang menjalar ke karotis, disertai nadi karotis yang lambat dan delayed
upstroke. Penunjang diagnosis yang paling mudah dan dianjurkan untuk stenosis aorta adalah
ekokardiografi.
Tatalaksana
Tatalaksana untuk pasien stenosis aorta berat tanpa gejala hingga saat ini masih
kontroversial karena belum ada data adekuat yang mendukung SAVR dini terhadap pasien,
bahkan pada stenosis aorta sangat berat.