Anda di halaman 1dari 3

PERANAN KARDIAK CT DAN MRI PADA PENYAKIT JANTUNG ISKEMIK

Penyakit jantung iskemik atau yang sering disebut sebagai Penyakit Jantung Koroner
(PJK) merupakan suatu penyakit kronis yang kompleks dimana terdapat perubahan secara
patologis baik pada arteri koroner maupun pada miokardium.

Saat ini pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk menegakkan diagnosis PJK yaitu
dengan Cardiac CT (CCT –Cardiac Computed Tomography) dan Cardiac MRI (CMR-Cardiac
Magnetic Resonance Imaging). CCT memberikan gambaran yang jelas mengenai aterosklerosis
di pembuluh darah koroner (plaque burden, angiography, dan karakteristik plak aterosklerosis),
sedangkan CMR memberikan gambaran yang jelas mengenai ventrikel kiri, baik perfusi,
visualisasi infark, maupun fungsi dari ventrikel kiri.

Secara umum indikasi dilakukannya CCT dan CMR adalah:

1. Memberikan gambaran karakteristik dan tingkatan stenosis pembuluh darah


2. Pengukuran ketebalan dinding pembuluh darah
3. Memberikan gambaran karakteristik penyakit aneurisma
4. Evaluasi morfologi pembuluh darah sebelum intervensi pembedahan
5. Pengukuran aliran darah dengan phase contrast MRI
6. Karakteristik aliran darah dengan contrast enhanced time-resolved MRA
7. Karakteristik morfologi dan fungsi miokardium
8. penilaian tekanan antara fokus stenosis dengan phase contrast MRI
9. Penilaian volume dari miokardium yang hipoperfusi dengan pencitraan perfusi
10. Luasnya fibrosis atau infiltrasi miokardium pada miokardiopati non iskemi untuk
penilaian risiko aritmia fatal.

CT: CORONARY ARTERY CALCIUM SCORING (CACS)

CACS memberikan informasi prognostik yang jauh lebih baik daripada evaluasi faktor
risiko tradisional dan dapat digunakan untuk menilai stratifikasi dan re-klasifikasi risiko pasien.

Beberapa guidelines pencitraan pada asimtomatik PJK, merekomendasikan CACS. Pada


tahun 2010, CACS telah digunakan pada pasien PJK asimtomatik dengan risiko sedang dan
risiko rendah yang memiliki riwayat PJK dini pada keluarga.

CT: CORONARY ANGIOGRAPHY

Coronary CT Angiografi (CCTA) merupakan teknik non-invasif yang digunakan untuk


menilai patensi lumen arteri koroner, dinding arteri, plak kalsifikasi dan non kalsifikasi serta
menilai fungsi ventrikel.
CARDIAC MAGNETIC RESONANCE IMAGING

Cardiac Magnetic Resonance (CMR), menjadi pencitraan non invasif yang akurat dan
dapat diandalkan dalam menilai anatomi jantung dan fungsi ventrikel, terutama keunggulannya
dalam menilai iskemia dan infark miokard. Selain itu CMR perfusi mampu mendeteksi iskemia
dengan akurasi diagnostik yang tinggi pada pasien PJK asimptomatik.

PERAN NEBIVOLOL PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN DISFUNGSI RENAL

Hipertensi merupakan masalah penting pada pasien dengan penyakit ginjal kronik (PGK).
Hipertensi memiliki peran kunci dalam progresi gagal ginjal dan merupakan kontributor dalam
meningkatkan risiko kejadian kardiovaskular.

Penggunaan beta bloker pada banyak studi memberikan manfaat dalam menurunkan
angka mortalitas; namun, obat ini masih relatif jarang digunakan pada pasien PGK.

INDIKASI

Beta bloker diindikasikan untuk penanganan hipertensi, mengurangi risiko kejadian


kardiovaskular, stroke dan infark miokardial. Obat ini juga dapat digunakan sebagai penanganan
gagal jantung kronik akibat disfungsi sistolik ventrikel karena sifatnya yang menginhibisi
aktivitas neurohormonal sistem saraf simpatis. Beta bloker juga digunakan dalam penanganan
jangka panjang pada angina.

EFEK SAMPING DAN INTERAKSI

Hipotensi adalah masalah yang penting pada pasien yang menerima hemodialisis dan
seringkali dikaitkan dengan penggunaan beta bloker. Namun , tekanan darah yang menurun
akibat beta bloker jarang mencapai nilai hipotensi yang signifikan secara klinis.

Efek samping lainnya termasuk mual, diare, ekstremitas dingin, bradikardia, hipotensi,
kelelahan, pusing, dan metabolism lemak berubah. Beta bloker juga dikenal karena efek
sampingnya terhadap metabolism glukosa dan kadar insulin.

DEPRESSION IN HEART FAILURE

Depresi mayor adalah suatu kondisi yang ditandai dengan > 2 minggu mood depresi atau
kehilangan kenikmatan dan > 4 gejala neurovegetative (yaitu, kelainan pada tidur, energy,
konsentrasi, nafsu makan, dan / atau fungsi psikomotor), serta afektif dan gejala kognitif
(misalnya kelainan minat, konsentrasi, perasaan bersalah, ide bunuh diri). Depresi adalah kondisi
umum yang sering terjadi pada pasien gagal jantung kronis (Congestive Heart Failure/ CHF).
MANAJEMEN DEPRESI DALAM GAGAL JANTUNG

Saat ini, data empiris yang berkaitan dengan pengobatan depresi pada populasi pasien
dengan gagal jantung kongestif masih terbatas. Bukti menunjukkan bahwa baik psikoterapi
(misalnya psikoterapi kognitif-perilaku) dan perawatan farmakologis (misalnya penggunaan
sertraline, penghambat ambilan serotonin selektif) aman dan efektif dalam mengurangi tingkat
keparan depresi pada pasien dengan penyakit kardiovaskular.

AORTIC STENOSIS IN ELDERLY

Etiologi stenosis aorta diantaranya yang paling sering adalah kongenital, kalsifikasi katup
aorta (degeneratif), dan penyakit jantung rematik.

Deteksi dini

Gejala utama dari stenosis aorta berat adalah sesak nafas, angina dan sinkop.
Pemeriksaan fisik klasik pada aorta stenosis adalah ditemukannya murmur kresendo-deskresendo
sistolik pada ICS 2 yang menjalar ke karotis, disertai nadi karotis yang lambat dan delayed
upstroke. Penunjang diagnosis yang paling mudah dan dianjurkan untuk stenosis aorta adalah
ekokardiografi.

Tatalaksana

Tatalaksana untuk pasien stenosis aorta berat tanpa gejala hingga saat ini masih
kontroversial karena belum ada data adekuat yang mendukung SAVR dini terhadap pasien,
bahkan pada stenosis aorta sangat berat.

Anda mungkin juga menyukai