K
DI KAMAR CATHLAB I RUANG KATETERISASI JANTUNG RSUP
DR.KARIADI SEMARANG
OLEH :
TEGUH NUGROHO
Teguh Nugroho
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
CHF (Chronic Heart Failure) Gagal Jantung Kronis adalah Sindrom
kronis di tandai gejala dan tanda abnormalitas struktur dan fungsi jantung
yang menyebabkan kegagalan jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen
metabolisme tubuh. (PERKI, 2018)
Angina pectoris adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan
episode atau paroksisma nyeri atau perasaan tertekan di dada depan,
penyebab diperkirakan berkurangnya aliran darah koroner, menyebabkan
suplai oksigen ke jantung tidak adekuat atau dengan kata lain, suplai
kebutuhan jantung meningkat. Angina biasanya diakibatkan oleh penyakit
aterosklerotik dan hampir selalu berhubungan dengan sumbatan arteri
koroner utama (Barbara, 2012).
Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan penyebab kematian tertinggi
di dunia, pada tahun 2015 sebesar 7,4 juta dan diperkirakan akan mencapai
23,3 juta kematian pada tahun 2030 (WHO). SKA merupakan penyakit tidak
menular dimana terjadi perubahan patologis atau kelainan dalam dinding
arteri koroner yang dapat menyebabkan terjadinya iskemik miokardium,
Unstable Angina Pectoris (UAP) serta Infark Miokard Akut (IMA) seperti
NSTEMI dan STEMI. Terjadinya penyakit ini berhubungan dengan faktor
risiko seperti umur, jenis kelamin, keturunan, merokok, hipertensi, diabetes
mellitus, dislipidemia, dan obesitas.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung dalam memberikan
asuhan keperawatan sebagai perawat scrubs dalam tindakan PAC
Standby PCI trans femoral pada pasien dengan Chronic Heart Failure
(CHF)
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tujuan dari prosedur pemeriksaan kateterisasi jantung
pada pasien dengan diagnosa Chronic Heart Failure (CHF)
b. Mengetahui Langkah-langkah prosedur pemeriksaan Angiografi
Coronary (PAC)
c. Memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan Chronic Heart
Failure (CHF) yang dilakukan tindakan Angiografi Coronary (PAC)
d. Memahami hasil tindakan Angiografi Coronary (PAC) pada pasien
dengan Chronic Heart Failure sehingga dapat dilakukan
penatalaksanaan lebih lanjut.
C. MANFAAT
Manfaat disusun studi kasus ini yaitu untuk :
1. Sebagai salah satu sarana menambah ilmu pengetahuan
2. Laporan peran perawat scrubs pada asuhan
keperawatan pasien N y . K dengan Chronic Heart
Failure di ruang kateterisasi jantung ini diharapkan
bermanfaat bagi penyusun dan juga sebagai peserta
pelatihan agar dapat mengerti, memahami dan mampu
memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang
dilakukan tindakan diagnostik invasif di Ruang
Kateterisasi Jantung Cathlab.
3. Mempunyai kompetensi klinik dalam bidang
perawatan kardiovaskular khusus (Cathlab), sehingga
dapat meningkatkan pelayanan pasien Kardiovaskuler
khususnya Chronic Heart Failure (CHF) Sehingga
diharapkan dapat mengurangi angka kematian akibat CHF
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Etiologi
c. Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan penyakit pada arteri yang lebih
besar, yaitu merupakan akumulasi lipid yang teralokalisasi dalam
inti arteri dan kemudian berkembang menjadi plak. Arteri yang
aterosklerosis menujukkan spasme atau pengurangan vasodilatasi
sehingga hal tersebut memperburuk aliran darah dan oksigen dan
memacu pembentukan thrombus (Aaronson and Ward, 2010).
d. Aritmia
Aritmia merupakan kelainan irama jantung yang terjadi
akibat perubahan kondisi impuls, pembentukan impuls maupun
keduanya (Tao and Kendall, 2013). Takiaritmia mengurangi
metode waktu yang tersedia untuk pengisian ventrikel.
Bradiaritmia juga dapat menurunkan curah jantung, kinerja
jantung semakin rusak karena hilangnya kontraksi ventrikel pada
aritmia yang disebabkan oleh konduksi tidak normal dalam
ventrikel (Syamsudin, 2011).
e. Overload Tekanan
Peningkatan tekanan darah secara cepat (mislanya
hipertensi atau karena penghentian obat antihipertensi) dapat
menimbulkan hilangnya kemampuan kompensasi jantung
(Syamsudin, 2011) ataupu obstruksi stenotik pada stenosis mitral
akan menghalangi pengosongan atrium kiri menimbulkan suatu
gradient tekanan antara atrium kiri dan ventrikel kiri selama
diastole (Tao and Kendall,2013)
f. Tirotoksikosis
Tirotoksikosis juga ditandai dengan kondisi curah jantung
yang tinggi. Perkembangan atau intesifikasi gagal jantung pada
seorang pasien dengan penyakit yang terkompensasi
sesungguhnya merupakan salah satu manifestasi klinik utama
untuk hipertiroidisme (Syamsudin, 2011).
g. Infeksi
Pasien dengan kangesti valvular paru akibat gagal
ventrikel kiri lebih rentan terhadap infeksi paru dan seriap infeksi
dapat memicu gagal jantung (Syamsudin, 2011).
h. Anemia
Dengan adanya anemia, kebutuhan oksigen untuk jaringan
metabolisasi hanya bias dipenuhi dengan kenaikan curah jantung.
Pada jantung yang sakit dan kelebihan beban mungkin tidak
mampu menambah volume darah yang dikirim kesekitarnya.
Dalam hal ini, kombinasi antara anemia dengan penyakit jantung
dapat memicu dan memperburuk gagal jantung (Syamsudin,
2011).
v. Merokok
9. Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan
kasus gagal jantung kongestive di antaranya sebagai berikut :
a. Elektrokardiogram.
Pemeriksaan elektrokardiogram harus dikerjakan pada
semua pasien diduga gagal jantung. Abnormalitas EKG sering
dijumpai pada gagal jantung abnormalitas EKG memiliki nilai
prediktif yang kecil dalam mendiagnosis gagal jantung, jika EKG
normal, diagnosis gagal jantung khususnya dengan disfungsi
sistolik sangat kecil (< 10%). (Siswanto, 2015)
Hiperatropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis,
iskemia, disastria, takikardia, fibrilasi atrial.
b. Uji Stress
Merupakan pemeriksaan non-invasif yang bertujuan untuk
menentukan kemungkinan iskemia atau infeksi yang terjadi
sebelummnya.
c. Echocardiografi
d. Kateterisasi Jantung
Katetrisasi merupakan proses medis yang dilakukan
dengan tujuan untuk memeriksa kondisi jantung secara
menyeluruh, sehingga jika ada kelainan bisa teridentifikasi
dengan lebih mudah, seperti jika muncul sumbatan atau terdapat
plak pada pembuluh darah koroner. Selain itu juga bisa untuk
mengetahui Tekanan abnormal merupakan indikasi dan
membantu membedakan gagal jantung kanan dan kiri dan stenosis
katup atau insufisiensi
e. Rontgen Thorax.
Foto thoraks merupakan komponen penting dalam
diagnosis gagal jantung. Rontgen toraks dapat mendeteksi
kardiomegali, kongesti paru, efusi pleura dan dapat mendeteksi
penyakit atau infeksi paru yang menyebabkan atau memperberat
sesak nafas. (Siswanto, 2015).
Dapat menunjukan pembesaran jantung, bayangan
mencerminkan terjadinya hipertrofi atau dilatasi, atau perubahan
dalam pembuluh darah abnormal.
f. Elektrolit.
Hiponatremi umum ditemukan 25-30% pasien memiliki
kandungan natrium < 135 mEq/L, hiponatremi berat (<130 mEq/L)
jarang (5%). Kalium umumnya normal pada gagal jantung (sekitar
4.3-4.6 mEq/L), hypokalemia (3%<3.6 mEq/L) dan hyperkalemia
(8%>5.5% mEq/L) jarang (Anonim, 2014). Mungkin berubah
karena perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal terapi diuretik.
g. Troponin I atau T
Pemeriksaan troponin dilakukan pada penderita gagal
jantung jika gambaran klinisnya disertai dugaan sindroma koroner
akut Peningkatan ringan kadar troponin kardiak sering pada gagal
jantung berat atau selama dekompensasi gagal jantung pada
penderita tanpa iskemia miokard (Siswanto, 2015).
h. Oksimetrinadi
Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal
jantung kongestif akut menjadi kronis.
10. Penatalaksanaan
Penatalakasanaan gagal jantung dibagi menjadi 2 terapi yaitu
sebagai berikut :
a. Terapi Farmakologi.
Terapi yang dapat iberikan antara lain golongan
diuretik, angiotensin converting enzym inhibitor (ACEI), beta
bloker, angiotensin receptor blocker (ARB), glikosida jantung ,
antagonis aldosteron, serta pemberian laksarasia pada pasien
dengan keluhan konstip
a. Angiogram/angiography
Yaitu memasuki media/zat kontras ke dalam suatu rongga (ruang
jantung/pembuluh darah), untuk meyakinkan suatu anatomi/aliran
darah, kemudian merekam/mendokumentasikannya ke dalam
film/CD/video sebagai data.
b. Penyadapan
Yaitu tindakan menyadap/merekam/mendokumentasikan tekanan,
kandungan oksigen, sistem listrik jantung, tanpa menggunakan
media kontras.
1. DATA DEMOGRAFI
Nama : Ny. K
Tanggal Lahir : 07 Januari 1962
Usia : 62 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
TB / BB : 160 cm / 60 Kg
Tanggal Masuk : 19 Februari 2024
Tanggal Tindakan : 20 Februari 2024
No CM : D113454
Diagnosa Utama : CHF ec IHD
Alamat : Sendang Mulyo Semarang
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan merasakan nyeri pada dada sebelah kanan, terasa pegel,
kemeng, terkadang tembus ke punggung saat kecapekan, nyeri hilang
timbul, durasi nyeri kurang lebih 1-5 menit, nyeri berkurang ketika
istirahat.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan pernah merasakan nyeri seperti sekarang sejak
beberapa tahun yang lalu, tetapi saat itu sembuh ketika periksa, kurang
lebih 1 bulan terakhir nyeri timbul lagi. Pasien mengetahui mempunyai
riwayat Hipertensi
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan di keluargannya ada yang menderita Hipertensi /
penyakit darah tinggi yaitu dari ayahnya, tidak ada yang menderita
penyakit gagal jantung , kencing manis.
e. Pola Eliminasi
Jika pasien ingin BAK maka akan disediakan pispot.
i. Pola Reproduksi-Seksualitas
Tidak ada perbubahan atau gangguan yang berarti.
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kulit/kuku : wana kulit sawo matang, tidak sianosis, CRT kurang dari 2
detik, turgor kulit normal
b. Kepala : kulit kepala tampak bersih, tidak terdapat nyeri tekan pada kepala,
tidak terdapat lebam pada muka, warna rambut hitam dan terdapat
beberapa uban,
c. Mata : posisi mata simetris, konjungtiva tidak tampak anemis, mata
tidak ikterik
d. Hidung : hidung tampak bersih, tidak terdapat kelenjar sinus, dan
hidung tampak simetris
e. Telinga : Terlihat tampak simetris, tampak bersih dan normal
f. Bibir dan mulut : Bibir tampak tidak sianosis, tampak bersih, mulut
tampak bersih, tidak berbau
g. Leher : Leher tampak simetris, tidak ada kelenjar tiroid, nadi karotis
teraba, tidak ada peningktan JVP
h. Axila : Tampak bersih dan tidak ada benjolan
i. Dada dan Jantung :
Cor : s1 di dengarkan di ics4 parasternal kiri, S2 reguler terdengar di ICS2
parasternal kanan, murmur negatif, gallop negative
Paru : suara nafas vesikuler, tidak ada ronchi dan wheezing
j. Abdomen : Supel , bising usus positif 5x/mnt.
k. Ekstremitas : Akral hangat, ektremitas atas kanan kiri dan bawah kanan
kiri normal, tidakada kelemahan
l. Tanda -tanda vital :
TD = 160/80 mmHg, HR = 80 x/mt, RR = 18 x/mt, sPO2 = 99 %
Irama : Regular
HR : 68 x/menit
Axis : Normo Axis
Gel P : P normal
Interval PR : normal
Komplek QRS : normal
Q patologis : Leads III, AvF
T inverted : V1, V2
ST elevasi : -
ST Depresi : -
Kesimpulan : Sinus rhythm, HR 68 x/menit, dengan Normo Axis.
Pemeriksaan ekg dilakukan seperti pada pasien normal.
d. Echocardiografi 29 Desember 2023
Dimensi ruang jantung dalam batas normal
LV Normal Geometry
IAS dan IVS Intact
Trombus tidak ada
Efusi perikardial tidak tampak
Efusi Pleura tidak tampak
RWMA Terlihat, Hipokinetik Anteroseptal setinggi basal Mid
Segmen lain Normokinetik
Fungsi sistolik LV Global Normal dengan LVEF 65 % Teichz, 67 %
Biplane, GLS 22,4 %
Fungsi LV diastolik Turun dengan E/A : 0.6, E/e’ : 8.3, EDT : 22 ms
Fungsi Sistolik RV Normal dengan TAPSE 32 mm
Katup katup dalam batas normal
PH : Negatif
e. Hasil Rontgen Thorax PA 19 Februari 2024
f. Laboratorium tanggal 19 Februari 2024
6. MASALAH SAAT / INTRA TINDAKAN
Pasien dilakukan tindakan PAC Stanby PCI dengan akses femoral. Pada saat
tindakan terjadi kesulitan tidak ada, namun setelah tindakan selesai, saat
setelah dilakukan aff Sheath, dilakukan pressure didaerah puncture selama 15
menit, namun setelah 15 menit masih terjadi perdarahan
Sebelum tindakan :
TD = 160/80 mmHg, HR = 80
x/mt, RR = 18 x/mt, sPO2 =
99 %
Setelah tindakan :
TD : 150 / 80 mmHg
N : 83 x / menit
RR : 18 x / Menit
SpO₂ : 99 %
2 Data Subjektif :
Pasien mengatakan baru
pertama kali dilakukan
tindakan kateterisasi
jantung, dan berharap tidak
Krisis situasional
ada masalah Ansietas
(hospitalisasi )
Data Objektif :
Pasien terlihat cemas
HR: 80x/menit RR: 18
x/menit
3 Data Subjektif:
-
Data Objektif : Prosedur Resiko
Masih terjadi perdarahan Tindakan perdarahan
setelah 15 menit aff Sheath
dan telah dilakukan
pressure.
Terdapat luka puncture di
femoral kanan. Sheath
sudah terlepas, di balut kasa
dengan hypafix. Luka
puncture di tindih dengan
bantal pasir.
Hematom (+), perdarahan (-
)sudah berhenti 25 menit
dari Aff sheath
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisiologis.
2. Ansietas berhubungan dengan krisi situasional (hospitalisasi)
3. Resiko perdarahan berhubungan dengan prosedur perdarahan.
b. Mandiri
Berikan tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri (misal
terapi music, tehnik imajinasi
terbimbing, tehnik relaksasi
nafas dalam).
Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitasi istirahat tidur
c. Edukasi.
Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan
nyeri.
Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri.
Ajarkan tehnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
d. Kolaborasi.
Kolaborasi pemberian
analgetik jika diperlukan.
2 Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas (I.09314)
(D.0080) tindakan keperawatan a. Observasi
selama 1x12 jam Identifikasi saat tingkat
diharapkan tingkat kecemasan berubah (mis.
ansietas menurun Kondisi, waktu, stressor).
Kriteria Hasil : Monitor tanda ansietas
i. Pasien (verbal dan non verbal)
mengatakan tidak b. Mandiri
cemas Ciptakan suasana terapeutik
ii. Wajah untuk menumbuhkan
tampak rileks kepercayaan.
iii. Frekuensi Temani pasien untuk
pernafasan 16- mengurangi kecemasan, jika
20x/menit memungkinkan.
iv. Frekuensi Dengarkan dengan penuh
nafas 60-90x/menit perhatian.
v. Orientasi Motivasi, mengidentifikasi
membaik situasi yang memicu
kecemasan.
c. Edukasi
Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin
dialami
Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
Latih teknik relaksasi
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
anti ansietas, jika perlu.
3 Resiko Setelah dilakukan Pencegahan Perdarahan
Perdarahan tindakan keperawatan a. Observasi
(D.0012) selama 1x4jam, Monitor tanda gejala
diharapkan tingkat perdarahan.
perdarahan (L.02017) Monitor tanda gejala
dapat menurut. perdarahan.
Kriteria Hasil : Monitor nilai
Tidak ada tanda-tanda hematokrit/hemoglogin
perdarahan pada luka sebelum dan sesudah
puncture. kehilangan darah
Tidak ada pengurangan Monitor koagulasi (mis.
kadar hemoglobin Protombin time, partial
tromboplastin time,
fibrinogen, degradasi fibrin
dan antiplatelet)
b. Mandiri.
Monitor koagulasi (mis.
Protombin time, partial
tromboplastin time,
fibrinogen, degradasi fibrin
dan antiplatelet)
Pertahankan bedrest selama
perdarahan
c. Edukasi.
Pertahankan bedrest selama
perdarahan
Jelaskan faktor faktor yang
bisa memicu perdarahan
d. Kolaboratif.
Kolaborasi lapor DPJP jika
terjadi perdarahan
d. Implementasi Keperawatan
No
Tanggal/Jam Diagnosa keperawatan Implementasi Hasil Paraf
Dx
1 20/02/2024 Nyeri Akut 1. Mengkaji lokasi nyeri, frekuensi, S:Pasien mengatakan merasakan Teguh
Jam 08:00 karakteristik, kulaitas dan nyeri pada dada sebelah
intensitas nyeri kanan, terasa pegel, kemeng,
terkadang tembus ke
punggung saat kecapekan,
nyeri hilang timbul, durasi
2. Mengkaji skala nyeri nyeri kurang lebih 1 - 5 menit,
nyeri berkurang ketika
istirahat.
3. Memberikan tehnik non O: VAS 3
farmakologis ; tehnik relaksasi
nafas dalam S:pasien mengatakan nyeri Teguh
masih
O: VAS 3
S:- Teguh
O: pasien tampak mengerti
3. Menganjurkan pasien untuk penjelasan untuk prosedur
relaksasi tindakan serta menganjurkan
pasien mengutarakan apa saja
yang di rasakan saat tindakan.
e. Evaluasi Keperawatan
No
Tanggal/Jam Evaluasi Paraf
Dx
1 20/2/2024 S: pasien mengatakan nyeri di dada tidak timbul selama tindakan, tetapi terasa nyeri pada bagian luka Teguh
Jam 08:30 puncture.
O: TD : 150 / 80 mmHg, N : 83 x / menit, RR : 18 x / Menit, SpO₂ : 99 %
Skala nyeri VAS 4 (luka puncture)
Pasien tampak mentolerir
A: Masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
Menganjurkan pasien mengulangi tehnik relaksasi nafas dalam saat nyeri muncul
Menganjurkan pasien untuk melapor jika nyeri muncul dan memberat
2 20/2/2024 S: Pasien mengatakan sudah merasa rileks, dan bersyukur tindakan berjalan dengan lancar Teguh
Jam 08:30 O: TD : 150 / 80 mmHg, N : 83 x / menit, RR : 18 x / Menit, SpO₂ : 99 %
Pasien tampak rileks
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
Menganjurkan pasien untuk menggunakan tehnik nafas dalam saat cemas muncul
Menganjurkan pasien menanyakan kepada petugas jika ada yang di cemaskan
3 20/2/2024 S: pasien mengatakan mengerti tindakan apa yang dilakukan jika terjadi perdarahan, dengan cara Teguh
Jam 08:30 melapor ke petugas. Serta mengerti untuk tidak boleh menekuk kaki ataupun duduk selama 6 - 7 jam
dengan ditindih bantal pasir.
O: terdapat luka puncture di femoral kanan, luka ditindih dengan bantal pasir, tidak ada perdarahan.
A: Masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
Menganjurkan pasien untuk melaporkan jika terjadi atau ada tanda-tanda perdarahan
Menganjurkan pasien untuk tidak melakukan pergerakan menekuk kaki kanan 6 - 7 jam
f. Kronologi Tindakan
1. Persiapan Tindakan
a) Persiapan Fisik
Pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi obat. Pemeriksaan laboratorium
pra katerisasi sudah dilakukan. Pasien sudah puasa 6 jam sebelum jadwal
tindakan. Akses intravena terpasang iv line di tangan kiri, dan iv line NaCl
0,9% 14 tpm lancar.
b) Persiapan Mental
Pasien mengatakan sudah mendapatkan informasi tindakan yang akan
dilakukan, prosedur, resiko serta manfaat tetapi pasien mengatakan belum
mengetahui tindakannya seperti apa, sehinggga pasien terlihat sedikit cemas
akan hasil tindakan.
c) Persiapan Administrasi
Informed consent sudah ditandatangani oleh pasien. Pasien sudah
mendapatkan penjelasan tentang tindakan dan bersedia menjalani prosedur
kateterisasi jantung. Pasien peserta jaminan kesehatan BPJS non PBI. Hasil
laboratorium, EKG juga dilampirkan dalam rekam medis.
d) Persiapan Alat
1) Linen Steril
Duk lubang 2 buah ukuran ± 50 x 80cm.
Duk ukuran ± 80 x 80 cm untuk menutup tabir bawah.
Duk ukuran ± 100 x 150 cm untuk menutup tubuh bagian atas pasien.
Duk ukuran ± 120 x 250 cm untuk menutup kaki pasien dan meja
tindakan.
Gown operasi 3 buah.
Handuk ukuran ± 30 x 30cm 3 buah.
Darm gaas ukuran ± 30 x 50cm 1 buah.
2) Instrumen Steril
Kom ukuran sedang 2 buah.
Kom kecil 1 buah.
Bengkok 1 buah.
Duk klem 2 buah.
Scalpel 1 buah.
Korentang 1 buah
3) Alkes dan Bahan Habis Pakai
Kasa 7,5 x 7,5cm 10 lembar
Kasa deppres 8 buah
Sheath 7 F femoral
Needle puncture
J wire i buah
Lidocain 5 ampul
Syringe 10cc 2 buah, Syringe 20cc 2 buah
Diagnostic Catheter Judkins Right (JR) 3.5 / 6 Fr 1 buah
Diagnostic Catheter Judkins Left (JL) 3.5 / 6 F 1 buah
Three Way Rotator 1 buah
High Pressure extention (Ekstension panjang) 1 buah
Handscoen Steril No. 7 (1 buah)
Handscoen Steril No. 6.5 (2 buah)
NaCl 0,9% 500 cc + Heparin 2500 iu .
Betadine 10%
Alkohol 70%
Plastik Steril penutup tabir, handle lampu, dan plastik alas ukuran ±
50x100cm.
Kontras (Iopamiro 370)
2. Prosedur Tindakan
a) Preparasi Alat
Buka set linen steril di atas meja instrumen, lalu buka paket alat steril di
atasnya dengan tetap menjaga prinsip steril.
Isi 1 kom besar dengan NaCl 0.9 % 500 cc + Heparin, dan kom kecil dengan
betadine 10 %. 1 kom besar satunya biarkan kosong untuk di isi kontras.
Buka dan letakkan alkes steril dan bahan habis pakai yg diperlukan di atas
meja Preparasi steril untuk tindakan.
o Sheath femoral 7F (sheath, dilator, wire)
o Needle puncture
o Diagnostic catheter JR dan JL masing masing dengan ukuran sama 3.5 /
6 Fr
o J-wire.
o Three way rotator.
o High pressure extention (Ekstension panjang).
o Syringe 20 cc (2), Syringe 10 cc(2)
o Plastik alas, akrilik penutup tabir, handle lamp.
o Handscoen steril.
b) Preparasi Pasien
Setelah pasien selesai dikondisikan, perawat scrub melakukan preparasi pasien :
Perawat Sirkuler menyiapkan pasien diatas meja tindakan
Memasang Elektrode monitor pada pasien
Mencukur rambut didaerah kemaluan pasien yang akan dilakukan Puncture
yaitu di daerah lipatan paha kanan dan kiri Menutup kemaluan pasien
Perawat scrub memakai APD Radiasi Lead apron, Tyroid Apron, dan
kacamata Timbal lengkap.
Cuci tangan.
Memakai gown bedah dan handschoon steril
Perawat melakukan preparasi kepada pasien : menutup X ray Shield bawah di
meja tindakan dengan Duk Steril 80 x 80 cm
Melakukan Desinfektan didaerah lipatan paha kanan dan kiri (inguinalis kanan
dan kiri didaerah arteri Femoral) dengan dengan kasa deppers steril dan
Povidone Iodine 10% diusap memutar dari tengah daerah Puncture di Arteri
femoralis kearah keluar dilakukan dua kali tiap area, 2 kali di arteri femoralis
kanan dan 2 kali di arteri femoralis kiri.
Melakukan desinfektan didaerah yang sama dilipatan paha (inguinalis) kanan
dan kiri dengan menyemprotkan alkohol 70% didaerah tersebut
Keringkan dengan mengusap memakai Kassa deppers steril masing masing
area 2 kali dengan tehnik yang sama memutar dimulai dari tengah area
punctur memutar kearah luar
Menutup area Puncture dengan duk lubang steril 50 x 80 cm dimulai ditutup
dari area lipatan paha (inguinalis)kiri dengan posisi lubang tepat diatas
daerah yang akan di lakukan puncture arteri femoralis kiri lalu tutup derah
area lipatan paha kanan (Inguinalis)kanan dengan posisi lubang tepat diatas
daerah yang akan di lakukan puncture arteri femoralis kanan dimana sisa duk
sebelah kanan menutupi area duk lubang lipatan paha kiri
Tutup daerah kaki dimulai dari 20 cm dibawah area lipatan paha kanan dan
kiri sampai ujung kaki dengan plastik steril, diatas plastik kita tutup memakai
duk steril berukuran 120 x 250 cm mulai dari 20 cm dibawah lipatan paha
sampai menutupi seluruh kaki dan meja tindakan, kemudian jepit, plastik
dengan duk lubang disebelah kanan dan kiri dengan duk klem
Tutup daerah leher pasien kebawah sampai diatas daerah Punctur dengan Duk
steril 100 x 150 cm
Menutup tabir kaca acrylic timbal, handel lampu tindakan, dan pedal dengan
plastik steril
Perawat scrub akan memflush alkes yg harus di flush dengan NaCl 0.9% 500
cc + Heparin 2500 IU ( sheath 7 Fr dan set lalu dirakit, j-wire, kateter
diagnostik, pucture needle didalam bengkok yang berisi 50 cc NaCl 0.9%
500 cc + Heparin 2500 IU, dan 2 khas 7.5 x 7.5 cm kemudian letakkan di
atas meja tindakan diatas duk steril di tengah meja tindakan ditengah antara
dua kaki pasien
Perawat scrub memasukkan obat-obatan yg diperlukan saat tindakan ke
dalam spuit dengan tetap memperhatikan prinsip steril antara lain
Lidocaine 2% pada syringe 10cc.
Letakkan darm kass steril di bawah area pungsi, yaitu di femoral kanan.
Letakkan juga didekatnya puncture needle, syringe lidocaine 2 % 10 cc,
guide wire sheath, sheath 7 Fr yg sudah dirakit dengan dilatornya, dan 1 kasa
kering.
Sambung high pressure extention dengan threeway rotator, minta tolong
kepada perawat sirkuler untuk memasang extention ke set transduser, laluisi
dengan nacl sampai tidak ada bubble. Isi kom kosong dengan kontras
Lopamiro 370 50cc.
RCA : Normal
Acute
: Normal
Marginal
Posterior
: Normal
Descending
Posterolateral
: Normal
Branch
Left Main : Normal
LAD : Irreguler di Mid
D1 : Normal
D2 : Normal
LCx : Normal
Obtus
: Normal
Marginal
Intermediete : Tidak ada
Kesimpulan : Non Signifikan Stenosis di LAD
Anjuran : Medikamentosa
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada makalah ini penulis mengangkat kasus pada pasien Ny. K dengan diagonosa
CHF NYHA II ec IHD, LVEF 67%. Pada pasien ini dilakukan pengkajian didapatkan
keluhan utama yaitu Pasien mengatakan merasakan nyeri pada dada sebelah kanan, terasa
pegel, kemeng, terkadang tembus ke punggung saat kecapekan, nyeri hilang timbul, durasi
nyeri kurang lebih 1-5 menit, nyeri berkurang ketika istirahat.
. Pasien mengatakan pernah merasakan nyeri seperti sekarang sejak beberapa tahun
yang lalu, tetapi saat itu sembuh ketika periksa, kurang lebih 1 bulan terakhir nyeri timbul
lagi. Pasien mengetahui mempunyai riwayat Hipertensi. Akhirnya pasien berobat ke
rumahsakit dan di sarankan untuk melakukan tindakan kateterisasi jantung untuk melihat
kondisi koroner pasien tersebut.
Pada tindakan angiografi ini kesulitan yang dialami pada saat proses tindakan tidak
ada. Namun pada akhir tindakan saat setelah Aff Sheath dan melakukan pressure di daerah
puncture Arteri femoralis kanan, ada sedikit kendala dimana biasanya dilakukan cukup 15
menit, disini ternyata sampai 15 menit masih keluar darah dari daerah puncture. Akibatnya
perawat harus melakukan Pressure post aff sheath lebih dari 15 menit. Hal ini terjadi
kemungkinan besar pemberian obat per oral Ticagrelor 180 mg pagi hari sebelum tindakan.
Pasien di edukasi untuk tidak menekuk kaki kanan ataupun duduk selama kurang lebih 7jam
hingga penutup luka dan bantal pasir diambil oleh perawat, serta pasien dianjurkan untuk
tidak melakukan aktifitas berat atau tumpuan pada kaki kanan kurang lebih 4-5hari.
Hasil dari tindakan kateterisasi jantung pasien ini adalah normokoroner. Dengan
semua koroner normal, dengan begitu kemungkinan nyeri yang dirasakan pasien tidak berasal
dari koroner pasien tersebut. Sehingga dilanjutkan dengan menggunakan obat saja.
Masalah keperawatan yang muncul pada pasien ini diantaranya adalah nyeri, ansietas
dan resiko perdarahan. Diagnosa keperawatan nyeri ini muncul pada awalnya yaitu pasien
merasakan nyeri yang hilang timbul, saat tindakan nyeri tersebut tidak muncul sama sekali.
Akan tetapi nyeri timbul akibat prosedur tindakan yaitu akibat puncture serta saat proses aff
sheath. Masalah keperawat yang muncul kedua adalah ansietas, masalah ini muncul karena
pasien belum mengerti dan paham akan proses tindakan yang beliau jalani serta pasien
mearasa cemas akan apa yang dialami oleh dirinya, pasien mencemaskan hasil yang akan
didapatkan. Pada masalah ansietas ini, pasien mulai rileks dan santai saat dijelaskan kembali
tentang prosedur tindakan serta pasien dihimbau untuk memberitahu petugas saat pasien
merasakan hal yang dirasakan mengganggu. Pasien menjadi lebih rileks dan lega ketika
mengetahui hasil dari tindakan tersebut adalah normokoroner. Masalah keperawatan ketiga
yang muncul adalah resiko keperawatan, masalah ini muncul akibat akses saat tindakan yaitu
luka puncture pada femoral kanan. Setelah selesei tindakan dilakukan aff sheath dengan cara
menekan luka puncture selama lebih dari 15 menit karena proses pembekuan darah yang
memanjang efek samping dari penggunaan obat antiplatelet Ticagrelor 180 mg, tidak ada
aliran darah yang keluar dari luka Puncture setelah dilakukan pressure kurang lebih 25 menit
serta adanya hematom diameter kurang lebih 10 cm. Akan tetapi masih beresiko terjadinya
perdarahan, hingga akhirnya pasien di edukasi untuk tidak menekuk kaki kanan ataupun
duduk selama kurang lebih 7jam hingga penutup luka dan bantal pasir diambil oleh perawat,
serta pasien dianjurkan untuk tidak melakukan aktifitas berat atau tumpuan pada kaki kanan
kurang lebih 4-5hari.
LAMPIRAN
1. Log Prosedur
2. Pressure Awal
3. Pressure Akhir
4. RCA GRAFI
a. RAO 30
b. LAO 45
5. LCA GRAFI
a. LAO 54 CAUD 23
b. CAUD 35
c. RAO 4 CRAN 31