Disusun Oleh:
Jantung memiliki ruangan dimana ruang tersebut dibagi menjadi 4 dimana hal ini
berfungsi untuk menampung darah yang masuk dan juga untuk mengeluarkan darah
tersebut dari jantung. Jantung manusia memeliki 4 ruang berongga yaitu (Anggraini &
Leniwita, 2020):
a. Serambi Jantung/Atrium Jantung/Atrium
b. Biliki jantung/Ventrikel jantung/Ventricle
Katup jantung berfungsi sebagai pintu pembatas antara ruang ruang jantung
dalam membuka dan menutup. Katup jantung terdiri dari 2 jenis, yaitu (Harjanto
dkk., 2018):
a. Katup Atrioventrikularis (Katup A.V)
Katup antrioventrikularis adalah katup jantung yang berada di runag atrium dan
ventrikel. Berfungsi dalam mencegah aliran balik darah dari ventrikel kembali
atrium. Yang biasanya disebut degan fase Sistole. Katup ini tebagi atas :
b. Katup Semilunaris
Katup semilunaris adalah katup jantung yang berbentuk seperti bulan sabit.
Berfungsi dalam mencegah aliran balik darah yang sudah keluar dari jantung
kembali ke ruang ventrikel selama fase diastole. Katup ini terletak antara ruang
ventrikel dengan pembuluh darah di luar jantung.
c. Katup Aorta /Aortic Valve
Katup jantung yang membatasi antara ruang ventrikel kiri dengan pembuluh
aorta dalam mencegah aliran balik darah dari aorta kembalike ventrikel kiri
Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai
oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh
kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung disebabkan oleh gangguan yang
menghabiskan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan
atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik) (Laksono dkk., 2021).
C. Etiologi
Gagal jantung dapat disebabkan oleh penyakit jantung bawaan maupun didapat
yang diakibatkan oleh beban volume (preload) atau beban tekanan (afterload)
berlebih atau oleh insufisiensi miokard. Umumnya pada gagal jantung terjadi curah
jantung yang rendah misalnya pada miokarditis akut, kardiomiopati dilatasi,
takiaritmia kronik, kelainan koroner dan sekuele pasca operatif. Dapat terjadi juga
curah jantung yang normal atau bahkan meningkat misalnya pada gagal jantung
akibat hipertiroid, anemia atau defisiensi thiamine. Beberapa penyakit jantung
didapat yang bisa mengakibatkan gagal jantung diantaranya (Laksono dkk., 2021) :
Penyakit jantung adalah salah satu masalah utama kesehatan pada Negara maju
dan berkembang. Tingkat kematian di rumah sakit pada gagal jantung akut adalah
10% sampai 20%. Menurut World Health Organization (WHO) (2013) 17,3 juta
orang di dunia meninggal disebabkan penyakit kardiovaskuler lalu terus meningkat
hingga mencapai 23,3 juta pada tahun 2020 (Depkes, 2014). Gagal jantung akut
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama pada beberapa negara industri
maju dan Negara berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI tahun 2014, prevalensi penyakit gagal
jantung di Indonesia tahun 2013 diperkirakan sekitar 530.068 orang (Puspita dan
Fadil, 2020).
(PVR)). Seiring meningkatnya PVR, ventrikel kanan bekerja lebih keras, dan
kebutuhan oksigen jantung meningkat. Jika kegagalan terus berlangsung, jumlah
darah yang dipompakan dari ventrikel kanan menurun, dan darah mengalir
kembali ke sirkulasi sistemik. Secara klinis pasien mengalami kenaikan berat
badan, distensi vena vena leher, hepatomegali dan splenomegali, serta edema
perifer dependen
3) Gagal jantung kongestif biasa diartikan sebagai kombinasi dari gagal jantung
kanan dan kiri, menyebabkan kongesti paru dan edema perifer. Gagal jantung
kongestif (dekompensasi jantung) merupakan sin drom yang dicirikan oleh
ketidakmampuan jantung dalam mem pertahankan aliran darah yang memadai di
dalam sistem sirkulasi sehingga terjadi penurunan aliran darah ke ginjal, retensi
cairan dan natrium yang berlebihan, edema perifer dan paru, dan akhirnya
jantung yang keletihan serta membengkak.
F. Patofisiologi
Pada gagal jantung terjadi suatu kelainan multisistem dimana terjadi gangguan
pada jantung, otot skelet dan fungsi ginjal, stimulasi sistem saraf simpatis serta
perubahan neurohormonal yang kompleks. Pada disfungsi sistolik terjadi gangguan
pada ventrikel kiri yang menyebabkan terjadinya penurunan cardiac output Hal ini
menyebabkan aktivasi mekanisme kompensası neurohormonal, sistem Renin
Angiotensin Aldosteron (system RAA) serta kadar vasopresin dan natriuretic peptide
yang bertujuan untuk memperbaiki lingkungan jantung sehingga aktivitas jantung
dapat terjaga (Mayangsari dkk., 2019).
Disfungsi miocard Beban systolic Kelainan otot Arteriosklerosis Hipertensi Peradangan Penyakit Faktor
(AMI) miokarditis meningkat jantung koroner sistemik/pulmonal dan penyakit jantung sistemik
miokardium
Disfungsi
miokardium
Gagal Jantung
Gagal Jantung
Forward Back
failure Pulmonary Vascular
failure
Resistance (PVR) meningkat
Kongesti
pulmonalis
Hipertrofi v Suplai darah jaringan Renal flow Kebutuhan O2
miosit otot menurun menurun jantung meningkat
Distensi vena
pulmonalis
Kontraksi Metabolisme LFG/GFR Volume darah yang dipompa dari
otot melemah anaerob menurun Cairan kapiler ventrikel kanan menurun
berpindah ke
Pasokan Asidosis Gagal ginjal interstisial paru Darah mengalir kembali ke
darah ke otot metabolik sirkulasi sistemik
menurun
Produksi urin Penimbunan
ATP menurun cairan alveoli Penurunan konsentrasi
Hipoksia menurun Hemoglobin (Hb)
jaringan otot Edema paru
Oliguria
Fatigue
Penurunan Ekspansi paru ↓ Kompensasi
Hipervolemia Ronkhi basah
Curah Jantung
Intoleransi
Work of Perfusi Perifer
Aktivitas Disfungsi osmotik breathing ↓ Tidak Efektif
Gangguan
Sesak
pertukaran gas
Gejala gagal jantung berupa sesak nafas, bengkak, dan kelelahan yang
berlangsung lama mempengaruhi status fungsional dan kehidupan yang dijalani
pasien setiap hari (Laksmi dkk., 2020). Adapun gejala dan tanda yang terjadi pada
seseorang dengan gagal jantung (Davey, 2005) :
1) Gagal jantung kiri: sesak napas, diperberat bila berbaring (ortopnea), terutama saat
tengah malam (dispnea nokturnal paroksismal (paroxysmal nocturnal dyspnoea
PND]). Tanda-tanda yang muncul di antaranya adalah takipnea, takikardia,
terdengar nya bunyi jantung ketiga dan ronki paru bibasilar saat inspirasi.
Kenaikan tekanan vena jugularis (JVP) dan edema perifer bisa tidak ada.
2) Gagal jantung kanan: retensi cairan pada tungkai, pada kasus yang berat dapat
terjadi asites. Tanda-tanda yang ditemukan adalah kenaikan JVP dan edema
perifer.
3) Gagal jantung kronis pada CHF yang berlangsung lama (congestive heart failure-
gagal jantung kongestif) terjadi pembesaran jantung (kardiomegali dan regurgitasi
mitral/trikuspid sekunder). Penurunan otot skelet (kaheksia jantung') bisa
substansial dan menyebabkan fatigue, kelelahan, dan kelemahan.
H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada penderita gagal jantung antara lain (Irwan, 2018):
a) Foto torak
Foto torak penting sebagai pemeriksaan rutin dan melihat besarnya jantung,
bentuk jantung serta vaskularisasi paru. Hampir selalu ditemukan kardiomegali
Tidak ditemukannya kardiomegali hampir dapat menyingkirkan diagnosis gagal
jantung Dikatakan kardiomegali pada foto posteroanterior (PA) jika rasio antara
diameter jantung dengan dimensi torak internal (cardiothoracic ratio CTR)
melebihi 0.5 pada dewasa, 0.55 pada anak dan sekitar 0.6 pada bayi
Peningkatan CTR terjadi akibat dilatasi ventrikel kiri atau kanan, hipertrofi
ventrikel kiri atau efusi pericardium
b) EKG
EKG tidak dapat memastikan ada atau tidaknya gagal jantung tetapi dapat
mendeteksi adanya hipertrofi ruang ruang jantung Jadi lebih berfungsi ke arah
penyebab dari gagal jantung Pemeriksaan ini sangat penting jika penyebab
gagal jantung adalah aritmia misalnya takikardia supraventrikular yang hanya
bisa dipastikan dengan EKG Nilai normal EKG berbeda menurut usia anak
c) Ekokardiografi
Ekokardiografi memberi gambaran terinci dan kuantitatif tentang anatomi dan
fungsi jantung Ekokardiografi dapat memastikan pembesaran ruang jantung
gangguan fungsi ventrikel kiri dan juga dapat mendeteksi penyebab dari gagal
jantung tersebut misalnya ditemukannya defek septum ventrikel besar
I. Penatalaksanaan medis
Penatalaksaan secara umum (Saroinsong dkk., 2021) :
1) Pemberian oksigen.
2) Tirah baring, posisi setengah duduk Sedasi kadang diperlukan pada anak yang
sangat gelisah.
3) Koreksi gangguan kesimbangan asam basa dan elektrolit yang timbul 4Restriksi
garam jangan terlalu ketat terutama pada bayi
4) Timbang berat badan tiap hari pada pasien yang dirawat inap. Hal ini untuk
menilai apakah retensi cairan yang bertambah atau berkurang
5) Menghilangkan faktor yang memperberat seperti demam (diberi antipiretik),
anemia (berikan transfusi packed cell), atasi infeksi jika ada
6) Mengobati faktor penyebab misalnya hipertensi, arıtmı, defek septumventrikel
besar, dan sebagainya.
d) Pola makan dan cairan: hilang nafsu makan, mual dan muntah.
a) Kepala
Inspeksi: simetris pada kepala, rambut terlihat kering dan kusam, warna
rambut hitam atau beuban, tidak adanya hematom pada kepala, tidak
adanya pedarahan pada kepala.
b) Mata
Inspeksi: simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan pada mata, reaksi pupil
terhadap cahaya baik, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada
pembengkakan pada mata, tidak memakai kaca mata.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan dan lepas pada daerah mata, tidak teraba
benjolan disekitar mata
c) Telinga
Inspeksi: simetris kiri dan kanan pada telinga, tidak terjadi perdarahan,
tidak ada pembengkakan, dan pendengaran masih baik.
Palpasi: tidak teraba benjolan pada daun telinga, tidak ada nyeri saat diraba
bagian telinga, tidak ada perdarahan pada telinga baik luar maupun dalam.
d) Hidung
Inspeksi: simetris pada hidung, tidak ada kelainan bentuk pada hidung,
tidak ada perdarahan, ada pernapasan cuping hidung, terpasang oksigen.
Palpasi: tidak teraba benjolan pada hidung dan tidak ada perdarahan pada
hidung.
Inspeksi: mulut terlihat bersih, terdapat batuk, mukosa lembab/ kering, dan
tidak terjadi kesulitan menelan.
f) Thoraks
Inspeksi: dada tampak simetris, tidak ada lesi pada thorak, tampak sesak RR
meningkat, menggunakan otot bantu pernafasan, terdapat retraksi dinding
dada.
Palpasi: tidak teraba benjolan pada dada, suhu pada thorak teraba sama
kirikanan Perkusi: sonor seluruh lapang paru
g) Jantung
Inspeksi: JVP meningkat, letak ictus cordis (normal: ICS ke5) Palpasi:
PMIbergeser kekiri, inferior karena dilatasi atau hepertrofi ventrikel
h) Abdomen
j) Ekstremitas
Ekstremitas atas: terdapat edema perifer, tidak ada kelainan bentuk pada
kedua tangan, turgor kulit menurun, akral teraba hangat
Ekstremitas bawah: tidak ada kelainan bentuk pada kedua kaki, terlihat
edema pada kedua kaki dengan piting edema > 2 detik, type derajat edema,
tidak ada varises pada kaki, akral teraba hangat, CRT > 2 detik
4) Pemeriksaan Penunjang
a. Foto thorax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, edema
atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF
2 Pola napas Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Jalan Napas (1.01011)
tidak efektif selama … jam diharapkan pola napas dapat Observasi
(D.0005) membaik dengan kriteria hasil : 1. Monitor pola napas
Pola Napas L.01004 2. Monitor bunyi napas tambahan
No. Indikator Awal Tujuan 3. Monitor sputum
1 2 3 4 5 Terapeutik
1. Frekuensi 4. Pertahankan kepatenan jalan
napas napasdengan head-tilt dan chin-
lift
2. Kedalaman √ 5. Posisikan semifowler atau fowler
napas 6. Berikan oksigen, jika perlu
Keterangan: 7. Anjurkan asupan cairan 2000
1= Memburuk ml/hari
2 = Cukup memburuk Kolaborasi
3 = Sedang 8. Kolaborasi pemberian
4 = Cukup membaik bronkodilator,jika perlu
5 = Membaik
3 Penurunan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Perawatan Jantung (I. 02075)
curah selama … jam diharapkan curah jantung Observasi
jantung dapat meningkat dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi tanda dan gejala
(D.0008) Curah Jantung L.02008 primer penurunan curah jantung
seperti dyspnea, kelelahan,
edema,
Tujuan ortopnea, paroxysmal nocturnal
No. Indikator Awal
1 2 3 4 5 dyspnea, dan peningkatan CVP
Palpitasi √
2. Monior aritmia
1 3. Monitor EKG 12 sadapan
√ 4. Monitor keluhan nyeri dada
2 Takikardi
(lokasi, radiasi, durasi, presivitasi
√ yang mengurangi nyeri)
3 Gambaran
EKG Terapeutik
√
5. Posisikan semifowler atau fowler
4 Lelah dengan kaki ke bawah atau posisi
Keterangan: nyaman
1= Meningkat Edukasi
2 = Cukup meningkat 6. Anjurkan berhenti merokok
3 = Sedang 7. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
4 = Cukup menurun toleransi
5 = Menurun Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian
antiaritmiajika diperlukan
9. Rujuk ke program
rehabilitasijantung
4 Hipervolemia Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipervolemia (I.03114)
(D.0022) keperawatan selama … jam Observasi
diharapkan keseimbangancairan dapat 1. Periksa tanda dan gejala
menurun dengan kriteria hasil : hipervolemia (mis: ortopnes,
Keseimbangan Cairan L.03020 dipsnea, edema, JVP/CVP
Tujuan meningkat, suara nafas tambahan)
No. Indikato Awa
r l 1 2 3 4 5 2. Monitor intake dan output cairan
Edema √ 3. Monitor efek samping diuretik
1
(mis: hipotensi ortortostatik,
hipovolemia, hipokalemia,
2 Asites √
hiponatremia)
Terapeutik
4. Batasi asupan cairan dan garam
Keterangan:
1= Meningkat 5. Tinggikan tempat tidur 30-40
2 = Cukup meningkat derajat
3 = Sedang Edukasi
4 = Cukup menurun 6. Anjurkan melapor haluaran urin
5 = Menurun <0,5mL/kg/jam dalam 6 jam
7. Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian diuretik