Oleh
Mita Siska Yuliandari, S.Kep
NIM 202311101145
E. Faktor Resiko
Berikut ini hal-hal yang menjadi faktor resiko seseorang mengalami aritmia
jantung, antara lain yaitu:
1) Usia, semakin bertambahnya usia maka makin beresiko meningkatnya
terjadinya aritmia jantung
2) Memiliki penyakit Hipertensi
3) Memiliki berat badan berlebih (obesitas)
4) Memiliki riwayat penyakit Diabetes mellitus
5) Memiliki penyakit gagal jantung
6) Memiliki penyakit jantung koroner
7) Mengalamai hipertiroid/hipotiroid
8) Memiliki kebiasan merokok
9) Gemar mengkonsumsi alkolol dan kafein
10) Mengalami stress
11) Menggunakan obat-obatan dan sumplemen tertentu
12) Memiliki kelainan pada katup jantung
13) Kelainan jantung bawaan (congetinal heart disease)
14) Genetik
15) Infeksi (OMNI Hospital, 2015)
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik dari aritmia/distrimia pada jantung ini dapat berupa gejala
ringan dan mungkin tanpa keluhan, hingga ke gejala yang bersifat berat dan
memungkinkan dapat mengancam jiwa. Manifestasi dari aritmia jantung
bervariasi, antara lain:
1) Denyut jantung keras, cepat atau tidak beraturan
2) Mengalami sesak nafas
3) Mengalami nyeri dada
4) Merasa mudah lelah
5) Berkeringat dingin
6) Mengalami mual
7) Mengalamai pusing
8) Mengalami pingsan bahkan dapat mengalami henti jantung (OMNI
Hospital, 2015)
G. Klasifikasi Aritmia Jantung
Secara umum, penyakit aritmia jantung terbagi menjadi 2 jenis utama yaitu
bradikardi dan takikardi. Bradikardia merupakan gangguan irama yang labat
dengan jumlah detak jantung <60x/menit, sedangkan takikardi gangguan
irama cepat ditandai dengan jumlah detak jantung >100x/menit. Berikut ini
merupakan jenis gangguan irama jantung, yaitu:
1) Fibrilasi atrium : keadaan saat serambi atau atrium jantung berdenyut
tidak teratur. Dalam kondisi normal, irama detak jantung yang teratur
bisa lancar mengalirkan darah dari atrium ke bilik atau ventrikel
jantung. Dalam fibrilasi atrium, proses ini terganggu. Fibrilasi atrium
hampir selalu dibarengi dengan takikardia.
2) Takikardi ventrikel : Penyakit jantung ini terjadi akibat impuls listrik
abnormal dari ventrikel yang menyebabkan laju detak jantung cepat
melebihi normal. Orang yang pernah mengalami serangan jantung
rentan terkena takikardia ventrikel.
3) Fibrilasi ventrikel : Kondisi ini ditandai dengan gagalnya ventrikel
memompa darah secara benar atau tidak adanya darah yang
dipompakan keluar dari jantung. Irama jantung sangat sangat cepat,
tidak teratur dan tak terkoordinasi.
4) Sindrom QT panjang : Terjadi ketika sistem kelistrikan jantung tidak
berfungsi normal. Hal ini bisa memicu ganguan irama jantung lainnya
yang mengganggu fungsi pompa jantung
H. Pemeriksaan Penunjang
1) Photoplethysmograph (PPG)
Photoplethsymograph (PPG) dapat digunakan untuk mendapatkan
informasi menganai berbagai hal yang berhubungan dengan psikologi
seseorang, diantaranya yaitu dalam memonitoring detak jantung,
mengamati kerja dan kelainan pada jantung, memonitoring pernafasan
serta dapat mengatur kandungan oksigen dalam darah. Secara khusus,
sinyal dari PPG dalam memonitoring detak jantung dengan melihat melihat
perubahan pada volume darah dalam pembuluh darah pada tubuh
seseorang. Sinyal PPG meruapakan keluaran dari pulse sensor yang terdiri
dari LED dan sensor cahaya (Rahmadya dkk, 2017).
2) Elektrokardiografi (EKG) : pemeriksaan yang paling sederhana dalam
merekam irama jantung untuk sesaat
3) Holter Monitor merupakan alat seperti EKG yang dipasangkan ke tubuh
pasien yang tujuannya sama untuk merekam irama jantung pasien selama
24 jam ataupun lebih
4) Echocardiogram merupakan pemeriksaan menggunakan gelombang
ultrasound untuk melihat gambaran, struktur, pergerakan jantung dan
fungsi jantung
5) Treadmill Test merupakaan pemeriksaan yang dilakukan dengan cara
merekam jantung saat kondisi pasien sedang beraktifitas. Bebrapa kejadian
aritmia dapat terjadi pada pasien yang sedang melakukan aktivitas
6) Electrophysiology Study (EPS) merupakan pemeriksaan untuk memetakan
aktifitas listrik jantung sehingga titik asal penyebab terjadinya gangguan
kelistrikan jantung dapat diketahui. Hasil dari pemeriksaan tersebut dapat
menetukan tindakan korektif yang dibutuhkan. Tata cara dalam
pemeriksaan ini ialah memasukkan kateter melalui pembuluh darah hingga
ke jantung. Elektroda khusus terpasang di ujung kateter untuk
mengirimkan sinyal listrik ke jantung dan merekam aktifitasnya. Prosedur
pemeriksaan ini dilaksanakan di ruangan cathlab/laboratorium kateterisasi.
I. Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksaan Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi berupa obat-obat antiaritmia dapat
diklasifikasi menjadi :
a) Obat yang efektif pada aritmia supraventikular (kanan atas), antara lain:
Adenosin : menstimulsi reseptor adenosin A1 dan membuka K +
yang sensitif terhadap Ach. Adenosin intravena digunakan untuk
menghentikan takikardia supraventricular akut
Digoksin : menstimulsi aktivitas vagus, menyebabkan pelepasan
Ach. Digoksin intravena digunakan pada terapi flutter atrium cepat
yang terkontrol dan fibrilasi atrium
Varapamil : Bekerja dengan memblok kanal kalsium tipe L dan
mempunyai efek khusus yang sangat kuat pada AVN, di mana
kondisi seluruhnya tergantung pada spike kalsium.
b) Obat yang efektif pada aritmia ventrikular (kiri bawah), antara lain:
Obat golongan B : memblok kanal Na+ (inaktif) yang tergantung
tegangan. Lidokain yang diberikan secara intravena digunakan pada
terapi aritmatik ventrikular, biasanya setelah infark miokard akut.
Pada jaringan jantung normal, lidokain mempunyai efek kecil
+
karena cepat terisolasi (< 0,5 detik) dari Knal NA , yang
selanjutnya pulih kembali semala diastol. Akan tetapi pada daerah
iskemik, dimana anoksia menyebabkan depolarisasi dan aktivitas
aritmogenik, banyak kanal Na+ terinaktivasi sehingga rentan
terhadap lidokain. Efek samping : pusing, kesemutan, atau
mengantuk (terutama bila injeksi terlalu cepat), efek SSP lainnya
(bingung, depresi pernapasan dan konvulsi), hipotensi dan
bradikardia (sampai terjadi henti jantung); hipersensitivitas.
c) Obat yang efektif pada kedua jenis aritmia supraventrikular dan
ventrikular, antara lain:
Obat golongan 1A : bekerja dengan memblok kanal Na+ (yang
terbuka) yang tergantung tegangan. Obat ini memperlambat fase 0
dan memperpanjang periode refrakter efektif. Obat golongan 1A
menghasilkan blok yang tergantung frekuensi (penggunaan).
Selama diastol ketika kanal Na+ tertutup, obat golongan 1A
mengalami disosiasi yang relatif lambat (>5 detik) sehingga bila
frekuensinya tinggi obat tetap terikat pada kanal dan tidak dapat
memberi kontribusi terhadap potensial aksi. Contoh seperti
Dispiramid dan Kuinidin.
Obat Golongan 1C : terdisosiasi sangat lambat dari kanal Na+ (10-
20 detik) dan menekan kuat konduksi pada miokard. Contoh obat
flekainid digunakanan sebagai profilaksis fibrilasi atrium
paroksismal, tetapi mempunyai efek inotropik negatif dan bisa
menyebabkan aritmia ventrikular yang serius.
Obat Golongan III : Bekerja dengan memperlambat repolarisasi dan
memperpanjang potensial aksi serta periode rerfrakter pada semua
jaringan jantung. Contoh obat yaitu amiodaron.
2. Penatalaksaan Non Farmakologi
Memberikan edukasi mengenai berhenti mengkonsumsi merokok
dan kafein
Mengurangi stress
Memulai diet sehat dengan menghindari makanan yang dapt
memicu hipertensi dan obesitas seperti garam dan kolesterol
Menjadwalkan kegiatan olahraga terartur untuk menghindari
mengalami obesitas
Istirahat dengan cukup
Terapkan perilaku hidup dan bersih dalam kehidupan sehari-hari
3. Penatalaksanaan Medis
Cardiac Ablation : merupakan tindakan untuk memngkoreksi
aritmia dengan cara memasukkan kateter melalui pembuluh darah
sampai ke jantung. Elektroda pada ujung kateter dilengkapi dengan
energi radiofrekuensi untuk mengablasi (merusak ) titik tetrntu pada
jantung yang menyebabkan aritmia/disritmia sehingga jantung
dapat berdnyut kembali dengan normal
J. Patofiologi
Hal utama yang menjadi penyebab gangguan irama atau ritme pada
jantung adalah karena pasokan darah ke jaringan atau organ tubuh yang
kurang atau nama lainnya adalah infark miokard. Infark miokard ini
berdasarkan lokasi terjadinya akan juga mempengaruhi pada timbulnya
gangguan irama atau ritme pada jantung. Misalnya saja jika hal ini terjadi
pada bagian anterior, maka terjadinya penyempitan (stenosis) akan terjadi di
pembuluh arteri pada jantung sebelah kanan. Hal ini akan berpengaruh
terhadap proses hantaran sirkulasi pada nodus Sinoatrial (SA), dengan
demikian rangsangan alami pada cardiac juga terganggu karena kondisi
tersebut.
Kemudian, apabila pasokan tidak terpenuhi, akan menyebabkan sel-sel
otot jantung akan mengalami kematian. Dengan adanya kondisi kematian
pada sel ini, mekanisme sistem polarisasi dan depolarisasi pada membran di
otot jantung akan terganggu, sehingga dengan demikian mekanisme ritme
pada jantung akan mengalami gangguan juga. Kemudian enzim pada intrasel
akan dilepaskan bersama dengan ion K+ dan juga hasil dari penimbunan asam
laktat, maka mekanisme transport pada jalur hantaran listrik pada jantung
mengalami gangguan. Sehingga, dari proses tersebut akan menimbulkan
gangguan pada ritme jantung.
Dari irama jantung yang terganggu tersebut, akan menyebabkan beberapa
kemungkinan. Sinus bradikardia (denyut jantung 100 x/menit) akan
menyebabkan frekuensi jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen pada
otot jantung meningkat. Dari peningkatan frekuensi jantung akan
menyebabkan suplai darah ke jantung dan jaringan menurun, maka suplai
oksigen juga menurun. Akibatnya akan menyebabkan nyeri akut dan risiko
perfusi perifer tidak efektif. Selain itu, akibat dari meningkatnya denyut
jantung tersebut, maka seseorang akan menjadi lelah yang berakibat pada
intoleransi aktivitas.
II. Clinical Pathway
Hipertensi, obesitas, penyakit gagaj jantung, Genetik, hipertiroid, stress,
Usia, jebiasan merokok dan
penyakit jantung koroner kelainan katup jantung
mengkonsumsi kafein
Aritmia
Takikardi Bradikasrdi
Nyeri Akut
III. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan Fokus
a. Pengkajian Primer
1) Aiways
Periksa adanya peningkatan lendir atau suara nafas tambahan
2) Breathing
Periksa adanya ketegangan saat bernafas, sesak nafas, hipoksemia
berat, adanya tambahan otot bantu pernafasan atau suara nafas
tambahan
3) Circulation
Periksa adanya perubahan tingkat kesadaran, penurunan CRT, sianosis
Periksa adanya takikardi, takipnea, penurunan tekanan darah
b. Pengkajian Sekunder
1) Identitas Pasien : nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, agama dan
NRM
2) Keluhan utama : pada pasien aritmia jantung akan mengeluhkan sesak
nafas dan nyeri pada dada
3) Riwayat Penyakit sekarang : riwayat penyakit saat ini yang sedang
dialami oleh pasien
4) Riwayat penyakit terdahulu : Diabetes Mellitus, hipertensi dan onesitas
5) Riwayat penyakit keluarga : salah satu risiko faktor penyebab aritmia
jantung yaitu genetik. Apabila keluarga memiliki riwayat penyakit
dengan aritmia jantung maka pasien akan memiliki resiko penyakit
yang sama dengan keluarga
6) Pemeriksaan keadaan umum : pasien tampak sesak, tampak meringis,
TTV : TD normal, RR: normal/tidak , Suhu: normal , N:
Takikardi/bradikardi
2. Pengkajian fisik
a) Aktivitas : periksa adanya kondisi kelelahanan umum
b) Sirkulasi
Periksa adanya perubahan tekanan darah (hipertensi atau hipotensi),
ketidakaturan frekuensi nadi, irama jantung tidak teratur,
Periksa suara jantung, penurunan denyut jantung
Periksa perubahan warna kulit dan kelembaban (misal pucat, sianosis,
berkeringat, edema, haluaran urin menurun bila curah jantung menurun
berat).
c) Integritas ego : periksa adanya perasaan gugup, cemas, takt, menolak,
marah, gelisah dan menangis
d) Makanan/cairan : Periksa adanya perubahan pada nafsu makan, anoreksia,
tidak toleran terhadap makanan, mual muntah, perubahan pada berat
badan, perubahan kelembaban kulit
e) Neurosensori : Periksa adanya tanda-tanda pusing, sakit kepala,
disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil, atau tanda tanda
berdenyut.
f) Nyeri/ketidaknyamanan : Periksa adanya nyeri dada ringan hingga berat,
apabila dengan obat bisa hilang atau tidak, dan tanda-tanda gelisah
g) Pernafasan
Periksa adanya perubahan pola napas (missal napas pendek dan cepat),
perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan
Periksa adanya batuk, bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi)
mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal
jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal,
atau hemoptisis.
h) Keamanan : Periksa adanya tanda-tanda demam, kemerahan kulit (akibat
reaksi obat), inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial), kehilangan
tonus otot/kekuatan otot
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang kemungkinan muncul adalah:
a) Penurunan Curah Jantung (D. 0008) b.d perubahan irama jantung d.d
perubahan irama jantung bradikardia/takikardia, tekanan darah
meningkat/menurun, warna kulit pucat dan/atau sianosis, batuk, cemas,
gelisah
b) Nyeri Akut (D.0077) b.d agen pencendrra fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,
neoplasma) d.d mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah, prekuensi nadi
meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola nafas berubah
c) Intoleransi aktivitas (D. 0056) b.d kelemahan d.d mengeluh lelah, frekuensi
jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat, merasa lemah, tekanan darah
berubah >20% dari kondisi istirahat
d) Resiko perfusi ferifer tidak efektif (D.0015)
e) Resiko perfusi cerebral tidak efektif (D.0017)
4. Perencanaan
OMNI Hospital. 2015. Gangguan Irama Jantung Dapat Terjadi Pada Sispa Saja.
https://www.omni-hospitals.com/kenali-gejala-penyebab-dan-penanganan-
gangguan-irama-jantung-atau-aritmia. [Diakses pada 18 April 2021)
Priyama Hospital. 2019. Penyakit Gangguan Irama Jantung, Gejala dan Cara
Mengobatinya. https://primayahospital.com/jantung/penyakit-gangguan-irama-
jantung/. [Diakses pada 18 April 2021)
Rahmadya, B., E. Gustin dan F. Akbar. 2017. Sistem Deteksi Penderita Aritmania
Berdasarkan Jumlah Detak Jantung Berbasis Smartphone. Jurnak Universitas
Muhammadiyah Jakarta. 1-6
Rendayu, I., dan A. Sukohar. 2018. Pemilihan Jenis Obat Antiaritmia Yang Tepat
Untuk Penyembuhan Pasien Aritmia. Jurnal Majority. 7(3): 249-254
Setiati, S. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke 6. Jakarta: Interna
Publshing: 1325-1336
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi III. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
II. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia