Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ARITMIA JANTUNG

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL

Oleh
Mita Siska Yuliandari, S.Kep
NIM 202311101145

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
TINJAUAN PUSTAKA
I. Konsep Teori Tentang Penyakit
A. Definisi Aritmia Jantung
Aritmia merupakan gangguan dalam irama jantung. Aritmia dapat terjadi
akibat irama jantung menjadi lambat, cepat serta tidak teratur. Aritmia jantung
adalah kelainan elektrofisiologi jantung yang dapat diakibatkan adanya
gangguan sisterm konduksi jantung serta pembentukan dan penghantar implus
(Rahmadya dkk,2017). Aritmia atau distritmia merupakan gangguan pada
urutan irima atau kecepatan dari proses depolarisasi, repolarisasi atau
keduanya pada jantung. Keadaan tersebut dapat disertai dengan atau tanpa
penyakit jantung serta dapat juga dengan atau tidak gejala klinis (Rendayu &
Sukohar, 2018). Aritmia adalah komplikasi yang sering terjadi pada infark
miokardium. Aritmia tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung
akan tetapi juga termasuk dalam gangguan kecepatan denyut dan konduski.
Aritmia terbagi menjadi 2 bagian, yakni:
1. Sinus Bradikardi meruapakan irama sinus yang lambat dan kecepatan >60
denyut/menit
2. Sinus Takikardi merupakan irama sinus yang lebih cepat dari 100x/menit
dan biasanya tidak melebihi 170x/menit (Rahmadya dkk, 2017)
B. Review Anatomi dan Fisiologi Jantung
Prinsip dasar sistem kardiovaskuler ini terdiri atas jantung, pembuluh darah
dan saluran limfe. Sistem kardiovaskuler merupakan sistem terpenting dari
sirkulasi darah pada tubuh, yang berfungsi mengangkut oksigen, nutrisi, dan
zat lain yang kemudian dikirim ke seluruh tubuh. Selain itu juga membawa
bahan hasil metabolisme yang kemudian dikeluarkan dari tubuh.
Jantung terletak pada mediastinum, yaitu kompartemen pada bagian
tengah rongga thoraks diantara dua rongga paru. Mediastinum merupakan
struktur yang dinamis , lunak yang digerakkan oleh struktur – struktur yang
terdapat didalamnya (jantung) dan mengelilinginya (diafragma dan gerakan lain
pada pernafasan) serta efek gravitasi dan posisi tubuh. Struktur dari Jantung
yakni dari ukuran, ukuran jantung berkisar lebih besar dari kepalan tangan
dengan berat berada di rentang 7 – 15 ons (200 – 425 gram). Jantung setiap hari
mampu memompa sampai dengan 100.000 kali dan dapat memompa darah
sampai dengan 7.571 liter. Posisi jantung berada di belakang sternum pada
rongga mediastinum, diantara costae kedua dan keenam. Pada jantung sebelah
kanan menerima darah yang tidak teroksigenasi dari vena cava superior dan
vena cava inferior kemudian mengalirkannya ke pulmonal untuk proses
oksigenasi. Sedangkan bagian kiri jantung menerima dari teroksigenasi dari
paru melalui vena pulmonalis untuk selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh
melalui aorta.
Perikardium adalah lapisan pembungkus jantung yang tersusun oleh
membrane fibroserosa dan permukaan pembuluh darah besarnya. Perikardium
tersusun oleh dua lapisan yaitu pericardium fibrosa yang merupakan lapisan
bagian luar yang keras serta pericardium serosa yang merupakan lapisan bagian
dalam. Perikardium serosa juga mempunyai dua lapisan yaitu pericardium
parietal dan pericardium visceral. Perikardium parietal merupakan permukaan
bagian dalam pericardium fibrosa. Sedangkan pericardium visceral melekat
pada permukaan jantung. Ruang yang berada diantara perikardium parietal
dengan pericardium visceral disebut dengan ruang pericardium. Dalam kondisi
normal, ruang tersebut berisi cairan yang berfungsi untuk memudahkan bagi
jantung untuk bergerak dan berdenyut tanpa adanya hambatan.
Dinding jantung tersusun oleh tiga lapisan yaitu lapisan bagian luar yang
disebut epikardium, lapisan bagian tengah yang disebut miokardium serta
lapisan bagian dalam yang disebut endokardium.
1. Epikardium : lapisan bagian luar yang terbentuk dari lapisan visceral
pericardium serosa
2. Miokardium :lapisan yang terdiri dari otot jantung
3. Endokardium : lapisan bagian dalam yang tipis tersusun dari jaringan
ikat subendotelial yang juga menutupi katup jantung
Sedangkan ruangan jantung terdiri dari dua bagian yaitu bagian kanan dan
bagian kiri. Masing – masing bagian mempunyai satu atrium dan satu ventrikel
sehingga di dalam jantung terdapat empat ruang yaitu atrium kanan, atrium kiri,
ventrikel kanan dan ventrikel kiri. Antara atrium dengan ventrikel terdapat
lubang atrioventrikular dan pada setiap lubang tersebut terdapat katup. Bunyi
Jantung terdengar dua macam bunyi/suara. Bunyi ini berasal dari katup – katup
yang menutup secara pasif. Bunyi pertama disebabkan oleh menutupnya katup
atrioventrikular dan kontraksi ventrikel. Sedangkan bunyi kedua merupakan
bunyi akibat menutupnya katup semilunaris sesudah kontraksi ventrikel
(Fikriana, 2018)
C. Epidemilogi Aritmia Jantung
Epidemiologi aritmia menunjukkan pravelensi aritmia sesuai dengan tipe
aritmia. Di dunia Atrial Fibrilasi (AF) merupakan aritmia yang paling umum
terjadi pada dunia. Data Global Burden of Disease (GBD) tahun 2010
memperkirakan beban global AF sebesar 33,5 juta. Di Amerika AF
memengaruhi 2–6 juta orang saat ini dan diperkirakan akan meningkat dua
kali lipat pada tahun 2060 (4,5). Dalam studi GBD 2010 lelaki lebih rentang
mengalami atrial fibrilasi dibandingkan dengan perempuan. Pada laki-laki
kasus AF sebanyak 522,9-617,6 kasus dedangkan perempuan yaitu 337,4
-400,8 kasus. Epidemiologi AF di Asia berdasarkan 58 studi dari 8 negara
menunjukkan kejadian tahunan 5,38 per 1.000 orang-tahun dengan prevalensi
berkisar antara 0,37-15,8% di seluruh komunitas dan studi berbasis rumah
sakit (Mkoko dkk, 2020).
Data WHO ditahun 2015 menunjukkan bahwa kematian 70% diakibatkan
oleh Penyakit Tidak Menular (39,5 juta dari 56,4 kematian). Dari seluruh
kematian akibat PTM tersebut, 45% diakibatkan oleh penyakit jantung dan
pembulu darah yaitu 17,7 juta dari 39,5 juta kematian. Riskesdas 2018
menunjukkan pravelensi penyakit jantung di Indonesia berdasrkan diganosis
medis sebesar 1,5 % dengan pravelnsi tertinggi pada provinsi kalimantan utara
2,2%, DIY 2% dan Gorontalo 2%. (Kemenkes, 2019)
D. Etiologi Aritmia Jantung
Aritmia merupakan gangguan irama jantung yang terjadi akibat adanya impuls
listrik yang terganggu yang berada di jantung. Listrik itu sendiri merupakan
pemicu supaya setiap sel-sel pada jantung dapat berkontraksi. Sehingga,
gangguan hantaran listrik dapat terjadi diakibatkan oleh:
1. Beberapa sel otot jantung mati karena sebelumnya ada serangan jantung
maupun juga karena penyakit jantung koroner.
2. Gangguan elektrolit darah. Akibat tersebut mengganggu aktivitas listrik
jantung. Gangguan elektrolit diperoleh contohnya pada kondisi diare akut,
muntah, dehidrasi, penurunan kesadaran, kejang, gagal ginjal
3. Syaraf pada jantung terganggu
4. Pembengkakan jantung, misal akibat hipertensi kronis
5. Kelainan jantung bawaan (genetik) (Setiati, 2014)

E. Faktor Resiko
Berikut ini hal-hal yang menjadi faktor resiko seseorang mengalami aritmia
jantung, antara lain yaitu:
1) Usia, semakin bertambahnya usia maka makin beresiko meningkatnya
terjadinya aritmia jantung
2) Memiliki penyakit Hipertensi
3) Memiliki berat badan berlebih (obesitas)
4) Memiliki riwayat penyakit Diabetes mellitus
5) Memiliki penyakit gagal jantung
6) Memiliki penyakit jantung koroner
7) Mengalamai hipertiroid/hipotiroid
8) Memiliki kebiasan merokok
9) Gemar mengkonsumsi alkolol dan kafein
10) Mengalami stress
11) Menggunakan obat-obatan dan sumplemen tertentu
12) Memiliki kelainan pada katup jantung
13) Kelainan jantung bawaan (congetinal heart disease)
14) Genetik
15) Infeksi (OMNI Hospital, 2015)
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik dari aritmia/distrimia pada jantung ini dapat berupa gejala
ringan dan mungkin tanpa keluhan, hingga ke gejala yang bersifat berat dan
memungkinkan dapat mengancam jiwa. Manifestasi dari aritmia jantung
bervariasi, antara lain:
1) Denyut jantung keras, cepat atau tidak beraturan
2) Mengalami sesak nafas
3) Mengalami nyeri dada
4) Merasa mudah lelah
5) Berkeringat dingin
6) Mengalami mual
7) Mengalamai pusing
8) Mengalami pingsan bahkan dapat mengalami henti jantung (OMNI
Hospital, 2015)
G. Klasifikasi Aritmia Jantung
Secara umum, penyakit aritmia jantung terbagi menjadi 2 jenis utama yaitu
bradikardi dan takikardi. Bradikardia merupakan gangguan irama yang labat
dengan jumlah detak jantung <60x/menit, sedangkan takikardi gangguan
irama cepat ditandai dengan jumlah detak jantung >100x/menit. Berikut ini
merupakan jenis gangguan irama jantung, yaitu:
1) Fibrilasi atrium : keadaan saat serambi atau atrium jantung berdenyut
tidak teratur. Dalam kondisi normal, irama detak jantung yang teratur
bisa lancar mengalirkan darah dari atrium ke bilik atau ventrikel
jantung. Dalam fibrilasi atrium, proses ini terganggu. Fibrilasi atrium
hampir selalu dibarengi dengan takikardia.
2) Takikardi ventrikel : Penyakit jantung ini terjadi akibat impuls listrik
abnormal dari ventrikel yang menyebabkan laju detak jantung cepat
melebihi normal. Orang yang pernah mengalami serangan jantung
rentan terkena takikardia ventrikel.
3) Fibrilasi ventrikel : Kondisi ini ditandai dengan gagalnya ventrikel
memompa darah secara benar atau tidak adanya darah yang
dipompakan keluar dari jantung. Irama jantung sangat sangat cepat,
tidak teratur dan tak terkoordinasi.
4) Sindrom QT panjang : Terjadi ketika sistem kelistrikan jantung tidak
berfungsi normal. Hal ini bisa memicu ganguan irama jantung lainnya
yang mengganggu fungsi pompa jantung
H. Pemeriksaan Penunjang
1) Photoplethysmograph (PPG)
Photoplethsymograph (PPG) dapat digunakan untuk mendapatkan
informasi menganai berbagai hal yang berhubungan dengan psikologi
seseorang, diantaranya yaitu dalam memonitoring detak jantung,
mengamati kerja dan kelainan pada jantung, memonitoring pernafasan
serta dapat mengatur kandungan oksigen dalam darah. Secara khusus,
sinyal dari PPG dalam memonitoring detak jantung dengan melihat melihat
perubahan pada volume darah dalam pembuluh darah pada tubuh
seseorang. Sinyal PPG meruapakan keluaran dari pulse sensor yang terdiri
dari LED dan sensor cahaya (Rahmadya dkk, 2017).
2) Elektrokardiografi (EKG) : pemeriksaan yang paling sederhana dalam
merekam irama jantung untuk sesaat
3) Holter Monitor merupakan alat seperti EKG yang dipasangkan ke tubuh
pasien yang tujuannya sama untuk merekam irama jantung pasien selama
24 jam ataupun lebih
4) Echocardiogram merupakan pemeriksaan menggunakan gelombang
ultrasound untuk melihat gambaran, struktur, pergerakan jantung dan
fungsi jantung
5) Treadmill Test merupakaan pemeriksaan yang dilakukan dengan cara
merekam jantung saat kondisi pasien sedang beraktifitas. Bebrapa kejadian
aritmia dapat terjadi pada pasien yang sedang melakukan aktivitas
6) Electrophysiology Study (EPS) merupakan pemeriksaan untuk memetakan
aktifitas listrik jantung sehingga titik asal penyebab terjadinya gangguan
kelistrikan jantung dapat diketahui. Hasil dari pemeriksaan tersebut dapat
menetukan tindakan korektif yang dibutuhkan. Tata cara dalam
pemeriksaan ini ialah memasukkan kateter melalui pembuluh darah hingga
ke jantung. Elektroda khusus terpasang di ujung kateter untuk
mengirimkan sinyal listrik ke jantung dan merekam aktifitasnya. Prosedur
pemeriksaan ini dilaksanakan di ruangan cathlab/laboratorium kateterisasi.
I. Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksaan Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi berupa obat-obat antiaritmia dapat
diklasifikasi menjadi :
a) Obat yang efektif pada aritmia supraventikular (kanan atas), antara lain:
 Adenosin : menstimulsi reseptor adenosin A1 dan membuka K +
yang sensitif terhadap Ach. Adenosin intravena digunakan untuk
menghentikan takikardia supraventricular akut
 Digoksin : menstimulsi aktivitas vagus, menyebabkan pelepasan
Ach. Digoksin intravena digunakan pada terapi flutter atrium cepat
yang terkontrol dan fibrilasi atrium
 Varapamil : Bekerja dengan memblok kanal kalsium tipe L dan
mempunyai efek khusus yang sangat kuat pada AVN, di mana
kondisi seluruhnya tergantung pada spike kalsium.
b) Obat yang efektif pada aritmia ventrikular (kiri bawah), antara lain:
 Obat golongan B : memblok kanal Na+ (inaktif) yang tergantung
tegangan. Lidokain yang diberikan secara intravena digunakan pada
terapi aritmatik ventrikular, biasanya setelah infark miokard akut.
Pada jaringan jantung normal, lidokain mempunyai efek kecil
+
karena cepat terisolasi (< 0,5 detik) dari Knal NA , yang
selanjutnya pulih kembali semala diastol. Akan tetapi pada daerah
iskemik, dimana anoksia menyebabkan depolarisasi dan aktivitas
aritmogenik, banyak kanal Na+ terinaktivasi sehingga rentan
terhadap lidokain. Efek samping : pusing, kesemutan, atau
mengantuk (terutama bila injeksi terlalu cepat), efek SSP lainnya
(bingung, depresi pernapasan dan konvulsi), hipotensi dan
bradikardia (sampai terjadi henti jantung); hipersensitivitas.
c) Obat yang efektif pada kedua jenis aritmia supraventrikular dan
ventrikular, antara lain:
 Obat golongan 1A : bekerja dengan memblok kanal Na+ (yang
terbuka) yang tergantung tegangan. Obat ini memperlambat fase 0
dan memperpanjang periode refrakter efektif. Obat golongan 1A
menghasilkan blok yang tergantung frekuensi (penggunaan).
Selama diastol ketika kanal Na+ tertutup, obat golongan 1A
mengalami disosiasi yang relatif lambat (>5 detik) sehingga bila
frekuensinya tinggi obat tetap terikat pada kanal dan tidak dapat
memberi kontribusi terhadap potensial aksi. Contoh seperti
Dispiramid dan Kuinidin.
 Obat Golongan 1C : terdisosiasi sangat lambat dari kanal Na+ (10-
20 detik) dan menekan kuat konduksi pada miokard. Contoh obat
flekainid digunakanan sebagai profilaksis fibrilasi atrium
paroksismal, tetapi mempunyai efek inotropik negatif dan bisa
menyebabkan aritmia ventrikular yang serius.
 Obat Golongan III : Bekerja dengan memperlambat repolarisasi dan
memperpanjang potensial aksi serta periode rerfrakter pada semua
jaringan jantung. Contoh obat yaitu amiodaron.
2. Penatalaksaan Non Farmakologi
 Memberikan edukasi mengenai berhenti mengkonsumsi merokok
dan kafein
 Mengurangi stress
 Memulai diet sehat dengan menghindari makanan yang dapt
memicu hipertensi dan obesitas seperti garam dan kolesterol
 Menjadwalkan kegiatan olahraga terartur untuk menghindari
mengalami obesitas
 Istirahat dengan cukup
 Terapkan perilaku hidup dan bersih dalam kehidupan sehari-hari
3. Penatalaksanaan Medis
 Cardiac Ablation : merupakan tindakan untuk memngkoreksi
aritmia dengan cara memasukkan kateter melalui pembuluh darah
sampai ke jantung. Elektroda pada ujung kateter dilengkapi dengan
energi radiofrekuensi untuk mengablasi (merusak ) titik tetrntu pada
jantung yang menyebabkan aritmia/disritmia sehingga jantung
dapat berdnyut kembali dengan normal
J. Patofiologi
Hal utama yang menjadi penyebab gangguan irama atau ritme pada
jantung adalah karena pasokan darah ke jaringan atau organ tubuh yang
kurang atau nama lainnya adalah infark miokard. Infark miokard ini
berdasarkan lokasi terjadinya akan juga mempengaruhi pada timbulnya
gangguan irama atau ritme pada jantung. Misalnya saja jika hal ini terjadi
pada bagian anterior, maka terjadinya penyempitan (stenosis) akan terjadi di
pembuluh arteri pada jantung sebelah kanan. Hal ini akan berpengaruh
terhadap proses hantaran sirkulasi pada nodus Sinoatrial (SA), dengan
demikian rangsangan alami pada cardiac juga terganggu karena kondisi
tersebut.
Kemudian, apabila pasokan tidak terpenuhi, akan menyebabkan sel-sel
otot jantung akan mengalami kematian. Dengan adanya kondisi kematian
pada sel ini, mekanisme sistem polarisasi dan depolarisasi pada membran di
otot jantung akan terganggu, sehingga dengan demikian mekanisme ritme
pada jantung akan mengalami gangguan juga. Kemudian enzim pada intrasel
akan dilepaskan bersama dengan ion K+ dan juga hasil dari penimbunan asam
laktat, maka mekanisme transport pada jalur hantaran listrik pada jantung
mengalami gangguan. Sehingga, dari proses tersebut akan menimbulkan
gangguan pada ritme jantung.
Dari irama jantung yang terganggu tersebut, akan menyebabkan beberapa
kemungkinan. Sinus bradikardia (denyut jantung 100 x/menit) akan
menyebabkan frekuensi jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen pada
otot jantung meningkat. Dari peningkatan frekuensi jantung akan
menyebabkan suplai darah ke jantung dan jaringan menurun, maka suplai
oksigen juga menurun. Akibatnya akan menyebabkan nyeri akut dan risiko
perfusi perifer tidak efektif. Selain itu, akibat dari meningkatnya denyut
jantung tersebut, maka seseorang akan menjadi lelah yang berakibat pada
intoleransi aktivitas.
II. Clinical Pathway
Hipertensi, obesitas, penyakit gagaj jantung, Genetik, hipertiroid, stress,
Usia, jebiasan merokok dan
penyakit jantung koroner kelainan katup jantung
mengkonsumsi kafein

Perubahan irama jantung

Aritmia

Takikardi Bradikasrdi

Frekuensi jantung lambat


Kebutuhan oksigen Frekuensi denyut
otot jantung meningkat jantung meningkat
Jantung tidak dapat
mengompensasi
Penurunan waktu pengisian pada
Kelelahan ventrikel
Penurunan curah
jantung
Intoleransi
Aktivitas
Kurangnya pasokan Penurunan pasokan
Suplai darah dan
darah pada jaringan darah menuju jantung
oksigen ke otak
berkurang
Jaringan mengalami kekurangan Penurunan pasokan darah
pasokan oksigen menuju jantung Risiko Perfusi cerebral
tidak efektif

Risiko Perfusi perifer tidak inflamasi


efektif

Nyeri Akut
III. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan Fokus
a. Pengkajian Primer
1) Aiways
 Periksa adanya peningkatan lendir atau suara nafas tambahan
2) Breathing
 Periksa adanya ketegangan saat bernafas, sesak nafas, hipoksemia
berat, adanya tambahan otot bantu pernafasan atau suara nafas
tambahan
3) Circulation
 Periksa adanya perubahan tingkat kesadaran, penurunan CRT, sianosis
 Periksa adanya takikardi, takipnea, penurunan tekanan darah
b. Pengkajian Sekunder
1) Identitas Pasien : nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, agama dan
NRM
2) Keluhan utama : pada pasien aritmia jantung akan mengeluhkan sesak
nafas dan nyeri pada dada
3) Riwayat Penyakit sekarang : riwayat penyakit saat ini yang sedang
dialami oleh pasien
4) Riwayat penyakit terdahulu : Diabetes Mellitus, hipertensi dan onesitas
5) Riwayat penyakit keluarga : salah satu risiko faktor penyebab aritmia
jantung yaitu genetik. Apabila keluarga memiliki riwayat penyakit
dengan aritmia jantung maka pasien akan memiliki resiko penyakit
yang sama dengan keluarga
6) Pemeriksaan keadaan umum : pasien tampak sesak, tampak meringis,
TTV : TD normal, RR: normal/tidak , Suhu: normal , N:
Takikardi/bradikardi
2. Pengkajian fisik
a) Aktivitas : periksa adanya kondisi kelelahanan umum
b) Sirkulasi
 Periksa adanya perubahan tekanan darah (hipertensi atau hipotensi),
ketidakaturan frekuensi nadi, irama jantung tidak teratur,
 Periksa suara jantung, penurunan denyut jantung
 Periksa perubahan warna kulit dan kelembaban (misal pucat, sianosis,
berkeringat, edema, haluaran urin menurun bila curah jantung menurun
berat).
c) Integritas ego : periksa adanya perasaan gugup, cemas, takt, menolak,
marah, gelisah dan menangis
d) Makanan/cairan : Periksa adanya perubahan pada nafsu makan, anoreksia,
tidak toleran terhadap makanan, mual muntah, perubahan pada berat
badan, perubahan kelembaban kulit
e) Neurosensori : Periksa adanya tanda-tanda pusing, sakit kepala,
disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil, atau tanda tanda
berdenyut.
f) Nyeri/ketidaknyamanan : Periksa adanya nyeri dada ringan hingga berat,
apabila dengan obat bisa hilang atau tidak, dan tanda-tanda gelisah
g) Pernafasan
 Periksa adanya perubahan pola napas (missal napas pendek dan cepat),
perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan
 Periksa adanya batuk, bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi)
mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal
jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal,
atau hemoptisis.
h) Keamanan : Periksa adanya tanda-tanda demam, kemerahan kulit (akibat
reaksi obat), inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial), kehilangan
tonus otot/kekuatan otot
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang kemungkinan muncul adalah:
a) Penurunan Curah Jantung (D. 0008) b.d perubahan irama jantung d.d
perubahan irama jantung bradikardia/takikardia, tekanan darah
meningkat/menurun, warna kulit pucat dan/atau sianosis, batuk, cemas,
gelisah
b) Nyeri Akut (D.0077) b.d agen pencendrra fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,
neoplasma) d.d mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah, prekuensi nadi
meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola nafas berubah
c) Intoleransi aktivitas (D. 0056) b.d kelemahan d.d mengeluh lelah, frekuensi
jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat, merasa lemah, tekanan darah
berubah >20% dari kondisi istirahat
d) Resiko perfusi ferifer tidak efektif (D.0015)
e) Resiko perfusi cerebral tidak efektif (D.0017)
4. Perencanaan

No Masalah Keperawatan SLKI SIKI


1 Penurunan Curah Jantung Curah Jantung (L.02008) Perawatan Jantung (I. 02075)
(D.0008) 1. Kekuatan nadi meningkat dari Observasi
skala 3 (sedang) ke skala 5 1. Identifikasi tanda/gejala primer
(meningkat) penurunan curah jantung (meliputi
2. Bradikardia diturunkan dari skala 2 dispnea, kelelahan, edema, ortopnea,
(cukup meningkat) ke skala 5 paroxysmal nocturnal dyspnea,
(menurun) peningkatan CVP)
3. Takikardi diturunkan dari skala 2 2. Monitor aritmia (kelainan irama dan
(cukup meningkat) ke skala 5 frekuensi)
(menurun) 3. Monitor tekanan darah (termasuk
4. Gambaran EKG aritmia diturunkan tekanan darah ortostatik, jika perlu)
dari skala 2 (cukup meningkat) ke Terapeutik
skala 5 (menurun) 4. Posisikan semifowler atau
5. Lelah diturunkan dari skala 2 fowlerdengan kaki ke bawah atau
(cukup meningkat) ke skala 5 posisi nyama
(menurun) 5. Berikan diet jantung sesuai (mis
batasi asupan kafein, natrium,
kolesterol dan makanan tinggi lemak
6. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk
modifikasi gaya hidup sehat
7. Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stres, jika perlu
8. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%
Edukasi
9. Anjurkan beraktivitas fisik secara
bertahap
Kolaborasi
10.Kolaborasi pemberian antiritmia, jika
perlu
2 Nyeri Akut (D. 0077) Kontrol Nyeri (L. 08063) Manajemen Nyeri (I.08238)
1. Keluhan Nyeri dari skala Observasi
1(Meningkat) mejadi skala 5 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
(Menurun) durasi, frekuensi, kualitas,, intensitas
2. Melaporkan nyeri terkontrol dari nyeri
skala 2 (cukup menurun) ke skala 2. Identifikasi skala nyeri
5( meningkat) 3. Identifikasi faktor yang memperberat
3. Kemampuan menggunakan teknik dan memperingan nyeri
non-farmakologi dari skala Terapeutik
1(menurun) ke skala 5 (meningkat) 4. Berikan teknik non-farmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresur dll)
5. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
6. Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
7. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian analgesik, jika
perlu
3 Intoleransi Aktivitas Toleransi Aktivitas (L. 05047) Manajemen Energi (I.05178)
(D.0056) 1. Frekuensi nadi ditingkatkan dari Observasi
skala 2 (cukup menurun) ke skala 5 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
(meningkat yang mengakibatkan kelelahan
2. Kemudahan dalam melakukan 2. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
aktivitas ditingkatkan dari skala 2 selama melakukan aktivitas
(cukup menurun) ke skala 5 Terapeutik
(meningkat 3. Sediakan lingkungan nyaman dan
3. Keluhan lelah diturunkan dari skala rendah stimulus (mis cahaya, suara,
2 (cukup meningkat) ke skala 5 kunjungan
(menurun) 4. Fasilitasi duduk di siis tempat tidur,
4. Aritmia saat beraktivitas jika tidak dapat berpindah atau
diturunkan dari skala 2 (cukup berjalan
meningkat) ke skala 5 (menurun) Edukasi
5. Aritmia setelah beraktivitas 5. Anjurkan melakukan aktivitas
diturunkan dari skala 2 (cukup bertahap
meningkat) ke skala 5 (menurun) Kolaborasi
6. Tekanan darah membaik dari skala 6. Kolaborasik dengan ahli gizi tentang
3 (sedang) ke skala 5 (membaik) cara meningkatkan asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA

Fikriana, R. 2018. Sitem Kardiovaskuler. Yogyakarta: Depublish publisher

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Hari Jantung Sedunia (HJS)


Tahun 2019, Jantung Sehat, SDM Unggul. http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-
p2ptm/pusat-/hari-jantung-sedunia-hjs-tahun-2019-jantung-sehat-sdm-unggul.
[Diakses pada 18 April 2021]

Mkoko, P., E. Bahiru., O. A. Ajijola., A. Bonny., dan A. Chin. Cardiac Arrthythmias


In Low And Middle Income Contries. Journal Cardiovascular Diagnosis &
Therapy. 10(2): 350-360

OMNI Hospital. 2015. Gangguan Irama Jantung Dapat Terjadi Pada Sispa Saja.
https://www.omni-hospitals.com/kenali-gejala-penyebab-dan-penanganan-
gangguan-irama-jantung-atau-aritmia. [Diakses pada 18 April 2021)

Priyama Hospital. 2019. Penyakit Gangguan Irama Jantung, Gejala dan Cara
Mengobatinya. https://primayahospital.com/jantung/penyakit-gangguan-irama-
jantung/. [Diakses pada 18 April 2021)

Rahmadya, B., E. Gustin dan F. Akbar. 2017. Sistem Deteksi Penderita Aritmania
Berdasarkan Jumlah Detak Jantung Berbasis Smartphone. Jurnak Universitas
Muhammadiyah Jakarta. 1-6

Rendayu, I., dan A. Sukohar. 2018. Pemilihan Jenis Obat Antiaritmia Yang Tepat
Untuk Penyembuhan Pasien Aritmia. Jurnal Majority. 7(3): 249-254

Setiati, S. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke 6. Jakarta: Interna
Publshing: 1325-1336

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi III. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
II. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai