PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infark miokard akut adalah suatu keadaan lanjutan mekanisme iskemia miokardium,
yang umumnya disebabkan oleh adanya sumbatan total pembuluh darah koroner yang telah
mengalami insufisiensi sebelumnya dan sistem kolateral nya tidak bekerja dengan baik serta
mengakibatkan rusaknya sebagian miokardium yang bersangkutan. Penyakit ini adalah
penyebab utama kematian pada orang dewasa. Laporan American Heart Association tahun
2010 kasus infark miokard akut tercatat terjadi 8.500.000. Terhitung sebanyak 7.200.000
(12,2%) kematian terjadi akibat penyakit ini di seluruh dunia.
Data diatas akan terus menunjukan peningkatan seiring dengan perkembangan gaya
hidup manusia sekarang. Dengan begitu, sebagai tenaga kesehatan perawat perlu melakukan
tindakan yang tepat dan cepat di unit gawat darurat untuk meminimalisir kemungkinan
terburuk dari setiap kejadian infark miokard.
B. Tujuan
Penulisan makalah ini memiliki tujuan yaitu mampu menyediakan informasi dan
literasi tentang apa itu Infark Miokard dan memberikan contoh mengenai Asuhan
Keperawatan Gawat Darurat untuk pasien Infark Miokard.
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Definisi
Menurut Udjianti Wajan Juni di dalam buku Keperawatan Kardiovaskular
(2011), Infark Miokard Akut adalah suatu keadaan infark atau nekrosis otot jantung
karena kurangnya suplai darah dan oksigen pada miokard (ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen miokard).
Menurut Alwi, I di dalam buku Ilmu Penyakit Dalam (2014), ST Elevasi
Infark Miokard adalah sindrom klinis yang didefinisikan sebagai gejala iskemia
miokard dan dikaitkan dengan gambaran EKG berupa elevasi ST yang persisten dan
diikuti pelepasan biomarker nekrosis miokard. Mortalitas selama perawatan (5-6%)
dan mortalitas 1 tahun (7-18%) cenderung menurun dikaitkan dengan peningkatan
terapi medis sesuai pedoman dan intervensi. Tanda dan gejala umum pada penderita
STEMI sendiri yaitu, nyeri pada dada kiri yang menyebar smpai ke bahu, leher dan
lengan. Nyeri dirasakan seperti di tusuk-tusuk, ditekan, rasa terbakar,rasa terpelintir,
rasa tertindih benda berat. Selain nyeri, klien juga mersakan mual, muntah,
berkeringat dingin, cemas terhadap penyakit yang dirasakannya, bada tersa lemas,
kadang sulit bernafas.
B. Etiologi Infark Miokard
Infark miokard disebabkan karena rupturnya plak aterosklerosis dan adanya
thrombus. Penyebab lain infark tanpa aterosklerosis pembuluh koronaria dapat
disebabkan karena emboli arteri koronaria, anomali arteri koronaria kongenital,
spasme koronaria terisolasi, arteritis trauma, gangguan hematologik dan berbagai
penyakit inflamasi sistemik (Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk, dalam Haniastri
2014).
Nurarif dan Kusuma (2013) mengemukakan bahwa etiologi Infark Miokard
Akut dengan STEMI yaitu:
Faktor penyebab
a. Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh tiga faktor:
1. Faktor pembuluh darah: Arterosklerosis, spasme, arteritis
2. Faktor sirkulasi: Hipotensi, stenosus aorta, insufiensi
3. Faktor darah: Anemia, hipoksemia, polisitemia
b. Curah jantung yang meningkat
1. Aktivitas berlebihan
2. Emosi
3. Makanan terlalu banyak
4. Hypertiroidisme
c. Kebutuhan oksigen miokard meningkat pada:
1. Kerukaskan miokard
2. Hypertropimiokard
3. Hypertensi diastolik.
Faktor resiko biologis
a. Usia lebih dari 40 tahun
b. Jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat
setelah menopause
c. Hereditas
d. Ras : lebih tinggi pada kulit hitam
C. Anatomi Fisiologi
a. Creatinin Kinase (CK)MB. Meningkat setelah 3 jam bila ada infarkmiokard dan
mencapai puncak dalam 10-24 jam dan kembali normaldalam 2-4 hari.
b. cTn (cardiac specific troponin). Ada 2 jenis yaitu cTn T dan cTn I. enzim ini
meningkat setelah 2 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak dalam
10-24 jam dan cTn T masih dapat dideteksi setelah 5-14 hari, sedangkan cTn I
setelah 5-10 hari.
c. Pemeriksaan enzim jantung yang lain yaitu:
i. Mioglobin. Dapat dideteksi satu jam setelah infark dan mencapai puncak
dalam 4-8 jam.
ii. Creatinin kinase (CK). Meningkat setelah 3-8 jam bila ada infark miokard
dan mencapai puncak dalam 10-36 jam dan kembali normal dalam 3-4
hari.
iii. Lactic dehydrogenase (LDH). Meningkat setelah 24-48 jam bila ada infark
miokard, mencapai puuncak 3-6 hari dan kembali normal dalam 8-14 hari.
H. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang disebabkan oleh Infark Miokard Akut atau IMA,
yaitu disfungsi ventrikular, gangguan hemodinamik, syok kardiogenik, infark
ventrikel kanan, aritmia pasca STEMI, ekstrasistol ventrikel, takikardia danfibrilasi
ventrikel, fibrilasi atrium, aritmia supraventrikular, asistol ventrikel, bradiaritmia dan
blok dan juga komplikasi mekanik. Pada disfungsi ventrikular,ventrikel kiri
mengalami perubahan serial dalam bentuk ukuran, dan ketebalan pada segmen yang
mengalami infark dan non infark. Syok kardiogenik dapatterjadi jika penderita juga
mempunyai penyakit arteri koroner multivesel. Syok kardiogenik ini ditemukan 10 %
pada saat masuk dan 90% saat masa perawatan (Sudoyo,2010).
Angka mortalitas dan morbiditas komplikasi yang terjadi pada Infark Miokard
Akut atau IMA yang masih tinggi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini
seperi keterlambatan mencari pengobatan, kecepatan serta ketepatan diagnosis dan
penanganan dokter. Kecepatan penanganan dinilai dari time window (kurang dari 6
jam) antara onset nyeri dada sampai tiba dirumah sakit dan mendapat penanganan di
rumah sakit. Apabila time window berperan dalam kejadian komplikasi, maka perlu
dikaji apa saja yang menjadi faktor keterlambatannya. Ketepatan dinilai dari
modalitas terapi yang dipilih oleh dokter yang menangani. Evaluasi tentang kecepatan
dan ketepatan penanganan terhadap pasien Infark Miokard Akut atau IMA diperlukan
untuk mencegah timbulnya komplikasi (Farissa dkk,2012).
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan secara medis
a. Terapi Reperfusi
Untuk pasien yang mengalami infark miokard akut dengan waktu onset
gajala kurang dari 12 jam, Percutaneous Coronary Intervention (PCI),
Coronary Artery Bypass Graft (CABG), ataupun reperfusi farmakologis
(fibrinolitik) harus dilakukan sedini mungkin
b. Bukan Terapi Reperfusi
American College of Cardiology (ACC)/American Heart Association
(AHA) dan European Society of Cardiology(ESC) merekomendasikan dalam
tata laksana pasien dengan infark miokard diberikan terapi dengan
menggunakan anti platelet (aspirin, clopidogrel, thienopyridin), anti koagulan
seperti Unfractionated Heparin (UFH)/Low Molecular Weight Heparin
(LMWH), nitrat, penyekat beta, ACE-inhibitor, dan Angiotensin Receptor
Blocker.Pasien dengan infark miokard yang berkembang sering tidak meminta
bantuan medis sampai gejala-gejalanya telah muncul lebih dari satu jam.
Keterlambatan pasien ini terjadi pada saat yang paling kritis dalam perjalanan
penyakit, saat nyeri parah dan risiko takiaritmia ventrikular dan serangan
jantung tinggi. Oleh karena ini, semua pasien dengan nyeri dada dicurigai
memiliki SKA yang harus segera dipindahkan ke rumah sakit untuk dilakukan
penilaian. Pemindahan idealnya harus dilakukan oleh paramedis yang terlatih
dengan monitoring jantung dan fasilitas resusitasi serta kemampuan untuk
mendapatkan EKG selama perjalanan. Transmisi EKG diawal akan
memungkinkan rumah sakit untuk mendiagnosis dan memberikan inisiasi awal
sampai pada tindakan selanjutnya.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Berikan oksigen meskipun kadar oksigen darah normal. Persediaan oksigen
yang melimpah untuk jaringan, dapat menurunkan beban kerja jantung.
Oksigen yang diberikan 5-6 L/menit melalui binasal kanul.
b. Pasang monitor kontinyu EKG segera, karena aritmia yang mematikan dapat
terjadi dalam jam – jam pertama pasca serangan
c. Pasien dalam kondisi bedrest untuk menurunkan kerja jantung sehingga
mencegah kerusakan otot jantung lebih lanjut. Mengistirahatkan jantung
berarti memberikan kesempatan kepada sel – selnya untuk memulihkan diri
d. Pemasangan IV line untuk memudahkan pemberian obat – obatan dan nutrisi
yang diperlukan. Pada awal – awal serangan pasien tidak diperbolehkan
mendapatkan asupan nutrisi lewat mulut karena akan meningkatkan kebutuhan
tubuh terhadap oksigen sehingga bisa membebani jantung.
J. Diagnosa Yang Mungkin Muncul
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis
2. Risiko penurunan curah jantung b.d penurunan karakteristik miokard
3. Risiko kelebihan volume cairan b.d penurunan perfusi ginjal
4. Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan aliran darah ke alveoli
KASUS
Studi kasus dilakukan di RSUD Majenang. Pada tanggal 1 Maret 2022 di ruangan
ICU. Pasien yang dirawat berinisial Tn. H berusia 65 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama
Islam, pekerjaan pensiunan PNS, pendidikan terakhir sarjana, alamat Karangpucung, No
register 513460, masuk rumah sakit pada tanggal 1 Maret 2022 dengan diagnosa ST Evelasi
Miokard Infark (STEMI) Inferior, sumber informasi dari pasien, keluarga dan catatan
perawatan. Hasil pengkajian pada tanggal 1 Februari jam 19:00 didapatkan hasil, keluhan
utama saat masuk Tn. H mengatakan nyeri dada menjalar ke leher, nyeri timbul saat
melakukan aktivitas seperti miring kiri kanan, skala nyeri 3, nyeri berlangsung selama ± 2-5
menit. Tn. H mengatakan tubuh terasa lemas.
Tn. H tidak sesak napas, tidak menggunakan otot tambahan, frekuensi pernapasan 20
x/menit, irama teratur, bunyi napas vesikuler, Circulation : Nadi 78x/menit, irama teratur,
denyut nadi kuat, TD 120/70 mmHg, ekstremitas hangat, warna kulit kemerahan, pasien
mengatakan nyeri dada, karakteristik nyeri menyebar ke leher, CRT < 3 detik, tidak oedema,
turgor kulit baik, mukosa mulut kering, Disability : tingkat kesadaran composmentis, GCS
E4M6V5 (total: 15), pupil isokor, reflek terhadap cahaya positif.
Pemeriksaan Fisik
Kepala dan Rambut Simetris, tidak ada lesi, bersih, rambut warna hitam
Mata Tidak ikterik, konjungtiva tidak ada anemis, simetris, alat bantu kacamata
thorax Simetris, suara vesikuler, tidak edema, tidak ada lesi, tidak ada suara tambahan
Abdomen Simetris, tidak ada benjolan, suara bising usus 10 x/ menit, tidak ada masa
Musculoskeletal kekuatan otot 5, ADL (Activity of Daily Living) dibantu oleh perawat dan
keluarga
Pengkajian Primer
Feel : nadi 85x/menit, irama teratur, denyut nadi kuat, ekstremitas hangat, tidak
oedema, turgor kulit baik, mukosa mulut lembab
Disability Look : tingkat kesadaran composmentis, GCS E4M6V5 (total: 15), pupil isokor,
reflek terhadap cahaya positif, pasien merasa lemas
Listen
: orientasi baik
Feel
: musculoskeletal : kekuatan otot 5
Exposure Look : tidak ada pembengkakan kelenjar, tidak ada luka atau bekas luka
Feel : teraba massa di kuadran kanan bawah, perkusi abdomen pekak dan saat
dipalpasi teraba massa pada kuadran kanan bawah.
Pengkajian K : pasein mengeluh lemas dan nyeri di dada kiri menjalar ke leher, nyeri skala
Sekunder 6, nyeri terasa saat merubah posisi, dengan lama nyeri ± 2-5 menit, nyeri
O seperti tertimpa beban berat, aktivitas istirahat pun terganggu
M : pasien mengatakan obat terakhir yang ia minum yaitu ranitidine
: pasien mengatakan makan 3x sehari dengan menghabiskan 1 porsi penuh
dengan diit lemak jantung
P : pasien mempunyai riwayat hipertensi
: tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, gigitan binatang, alkohol, zat
A
kimia dan obat-obatan
K : pasien mengatakan sejak 10 tahun terakhir memiliki kebiasaan merokok
sejak masih muda dengan menghabiskan 10 batang rokok/hari
Pemeriksaan Hasil pemeriksaan di dapatkan hasil pemeriksaan :
Lab & EKG 12 lead : II,III, aVF gelombang ST elevasi (infark inferior).
penunjang
Didapatkan juga hasil pemeriksaan laboratorium :
Leukosit meningkat dengan hasil 13.71 10^3/ul (normal 4.0 – 10.0 10^3/ul) ,
Troponin I meningkat dengan hasil 17.34 ug/L (< 0.60 ug/L).
2 DS : aterosklerosis Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 Manajemen Energi (1.05178)
Pasien mengatakan berhubungan dengan x 24 jam diharapkan kondisi pasien dapat
merasa lemas Aliran darah ke ketidakseimbangan membaik. Dengan kriteria hasil : O:
jantung turun antara suplai dan Toleransi Aktivitas (L. 05047) - Identifikasi gangguan fungsi
DO : kebutuhan oksigen tubuh yang mengakibatkan
Aktivitas hidup indikator A T S kelelahan
harian (toileting, Iskemia miokard - monitor pola dan jam tidur
Kemudahan 2 5 5
personal hygiene, dalam melakukan
makan dan akitivitas sehari - T:
Ketidakseimbangan
minum) pasien di hari - lakukan latihan rentang gerak
suplai oksigen yang
bantu oleh perawat Jarak berjalan 2 5 5 pasif atau aktif
adekuat di jantung
dan keluarga, hasil EKG iskemia 2 5 5 - berikan aktivitas distraksi yang
perekaman EKG menenangkan
didapatkan elevasi Kelelahan -sediakan lingkungan nyaman
pada lead II, III, aVf dan rendah stimulus
(STEMI Inferior)
dan serologi: Intoleransi E:
Troponin I 17.34 Aktivitas - anjurkan tirah baring
ug/L - anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
K:
Kobalorasi dengan ahli gizi
dalam pemberian asupan nutrisi
DIAGNOSIS IMPLEMENTASI EVALUASI RESPON EVALUASI SOAP
KEPERAWATAN
Nyeri akut berhubungan 1 Maret 2022 S : pasien mengatakan rasa nyeri menurun,
dengan agen cedera namun masih terasa
biologis (iskemik miokard) 10.00 : S : pasien merasakan nyeri
- mengidentifikasi karakteristik, durasi, pada dada sebelah kiri menjalar
frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri ke leher
- mengidentifikasi skla nyeri indikator A T S
- megidentifikasi faktor yang memperberat O: pasien tampak meringis, dan Keluhan nyeri 2 3 5
dan memperingan nyeri memegangi dada sebelah kiri Meringis 2 4 5
- memeriksa CGS, TTV Kesulitan tidur 2 5 5
Alwi, I. (2014). Buku AjarIlmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jilid 2. Jakarta: Interna Publishing
Nurarif AH & Hardi, K. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& Nanda.Jilid 1. Jakarta: EGC
Online https://id.scribd.com/doc/250976734/Manajemen-Kegawatdaruratan-Infark-Miokard-
Akut diakses hari Rabu, 2 Maret 2022 pukul 09.00 WIB
Online https://id.scribd.com/document/364056709/Anatomi-Fisiologi-Ima-Tugas-Pato-
Intensif diakses hari Selasa, 1 Maret 2022 pukul 15.00 WIB
Suddarth, B. &. 2014. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 12. Jakarta: EGC.
Sudoyo, AW. PGK. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. 6th ed. 2014. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.
PPNI, T. P. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.).Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.).Jakarta: DPP PPNI.
Ere, yeni wadu. 2019. ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA TN.
M.N.M DENGAN ST ELEVASI MIOKARD INFARK DI RUANG ICCU RSUD PROF.
DR. W. Z. JOHANNES KUPANG. Karya Tulis Ilmiah. Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kupang.