BAB I
PENDAHULUAN
menutup spontan. Defek yang kecil (< 5 mm) dihubungkan dengan shunt yang
kecil dan tanpa konsekuensi hemodinamik. Defek 20 mm dihubungkan dengan
shunt luas dan menyebabkan efek hemodinamik yang nyata (Baskoro.R, 2016).
Insidensi individu remaja dan dewasa dengan penyakit jantung bawaan
(PJB) terus meningkat setiap tahun. Pasien PJB dapat bertahan hidup dan
menjalani kehidupan remaja hingga dewasa yang kini dikenal dengan Grown Up
Congenital Heart Disease (GUCH) dan Adult Congenital Heart Disease (ACHD).
Pada populasi Inggris didapatkan kurang lebih 150.000 pasien ACHD, sedangkan
di Amerika Serikat mencapai 1.000.000 pasien.Pada negara berkembang sebagai
contoh Mesir, didapatkan jumlah kasus PJB baru sekitar 15.200 pasien per tahun
dan 70% di antaranya mencapai usia remaja hingga dewasa. Hal tersebut
dikarenakan oleh faktor ketidak pedulian terhadap penyakit, sosial ekonomi, dan
hasil dari tindakan intervensi (Naysilla.A.M, 2017).
Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler termasuk
didalammya gagal jantung kongestif masih menduduki peringkat yang tinggi.
American Heart Association (AHA) melaporkan di Amerika Serikat
setidaknya 5 juta orang menderita gagal jantung dan sekitar 550.000 kasus baru
setiap tahunnya. Di Indonesia, di ruang rawat jalan dan inap Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM) Jakarta pada 2006 lalu didapati 3,23 % kasus gagal
jantung. Risiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5–10% pertahun
pada gagal jantung ringan dan meningkat menjadi 30–40% pada gagal jantung
berat. Dari hasil pencatatan dan pelaporan rumah sakit didapatkan case fatality
rate (CFR) tertinggi terjadi pada gagal jantung yaitu sebesar 13,42% (Lestari.W,
2013).
Mortalitas dan morbiditas gagal jantung kongestif berkisar antara 30-
40% yang dirawat di rumah sakit untuk setiap tahunnya. Rata-rata mortalitas
pasien dengan gagal jantung pada tahun 1971 adalah 60% pada laki-laki dan
45% pada wanita. Pada tahun 1991 penyebab paling banyak kematian pada
gagal jantung kongestif adalah gagal jantung yang bersifat progresif, dan
sekitar 45% meninggal mendadak. Berdasarkan hasil audit yang dilakukan
antara tahun 1992-1993, pada 4606 pasien gagal jantung yang dirawat di
3
rumah sakit diketahui bahwa rata-rata mortalitas total adalah 19%, dengan
30% meninggal karena penyebab non kardiak (Majid.A,2010).
Data yang diperoleh dari WHO (2012) menunjukkan bahwa pada tahun
2008 terdapat 57 juta kematian oleh semua jenis penyakit dan 36 juta atau sekitar
63 % di antaranya disebabkan oleh Non Comunicable Disease (NCD) dan 17 juta
atau sekitar 48 % dari total kematian disebabkan oleh penyakit Kardiovaskular.
Prevalensi Gagal Jantung di Amerika pada tahun 2008 yaitu sekitar 5,7 juta untuk
semua tingkat usia. Selanjutnya terjadi peningkatan menjadi 6,6 juta jiwa pasien
menderita Gagal Jantung pada tahun 2010 dan diperkirakan akan bertambah
sebanyak 3,3 juta jiwa pada tahun 2030 atau sekitar 2,3 % dari tahun 2010
(Kusuma.W. et al, 2016).
Dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementrian Kesehatan
Indonesia tahun 2007 yaitu terdapat 7,2% penduduk Indonesia menderita Penyakit
Jantung. Sedangkan angka mortalitasnya sebanyak 31,9% disebabkan oleh
Penyakit Kardioserebrovaskular yaitu Penyakit Jantung, Stroke, dan Pembuluh
darah perifer. Data rekam medis RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada
tahun 2014 terdapat jumlah kasus CHF sebesar 608 kasus dari 10 besar kasus
penyakit kardiovaskular, kemudian pada 2015 terdapat 555 kasus CHF. CHF ini
merupakan penyakit urutan pertama pada kasus kardiovaskular di RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya (Rekam Medis RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya) (Kusuma.W. et al, 2016).
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruangan yang terletak
di rongga dada dibawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum.
Ukuran jantung lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-
kira 250-300 gram. Jantung mempunyai empat ruang yaitu atrium kanan, atrium
kiri, ventrikel kanan, dan ventrikel kiri. Diantara kedua atrium dibatasi oleh
septum interatrial, yang terletak pada bagian postero-inferior dinding medial
atrium kanan, sedangkan kedua ventrikel dibatasi oleh septum interventrikuler.
Secara horizontal atrium kanan dihubungkan dengan ventrikel kanan oleh katup
trikuspid dan atrium kiri berhubungan dengan ventrikel kiri lewat katup bikuspid
atau yang sering disebut dengan katup mitral.
Atrium adalah ruangan sebelah atas jantung dan berdinding tipis,
sedangkan ventrikel adalah ruangan sebelah bawah jantung dan mempunyai
dinding lebih tebal karena harus memompa darah ke seluruh tubuh. Atrium kanan
berfungsi sebagai penampung darah rendah oksigen dari seluruh tubuh. Atrium
kiri berfungsi menerima darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan mengalirkan
darah tersebut ke paru-paru. Ventrikel kanan berfungsi menerima darah dari
atrium kanan dan memompakannya ke paru-paru. ventrikel kiri berfungsi untuk
memompakan darah yang kaya oksigen keseluruh tubuh.
Jantung dibungkus oleh jaringan ikat tebal yang disebut perikardium.
Pericardium yang meliputi jantung terdiri dari 2 lapisan yaitu pericardium
viceralis dan pericardium parietalis. Lapisan epikardium melapisi seluruh bagian
jantung hingga pangkal aorta dan arteri pulmonalis di bagian atas untuk kemudian
melipat keluar menjadi perikardium parietalis. Kedua lapisan perikardium yang
saling berkelanjutan ini membentuk suatu ruangan yang berisi cairan, disebut
sebagai cairan perikardium yang memudahkan pergerakan jantung saat terjadi
proses pemompaan darah. Adanya perikardium dengan perlekatannya pada
ligamentum-ligamentum juga berfungsi memfiksasi organ jantung di dalam
rongga dada. Jantung sendiri terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan terluar
epikardium (selaput pembungkus), lapisan tengah miokardium (otot-otot jantung)
dan endokardium (jaringan endotel).
6
Batas-batas jantung:
Kanan : vena cava superior (VCS), atrium kanan, vena cava inferior
(VCI)
FISIOLOGI JANTUNG
Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung selama
peredaran darah. Gerakan jantung terdiri dari 2 jenis yaitu jantung berkontraksi
dan memompa darah keluar dari jantung (sistolik) dan setiap ruang jantung
mengendur dan terisi darah relaksasi (diastolik). Sistolik merupakan sepertiga dari
siklus jantung. Kontraksi kedua atrium pendek, sedangkan kontraksi ventrikel
lebih lama dan lebih kuat. Daya dorong ventrikel kiri harus lebih kuat karena
harus mendorong darah keseluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah
sistemik. Ventrikel kanan juga memompakan darah yang sama tapi tugasnya
hanya mengalirkan darah ke sekitar paru-paru ketika tekanannya lebih rendah.
Kedua atrium mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua ventrikel
juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan.
Arah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida
dari seluruh tubuh mengalir melalui 2 vena terbesar (vena kava) yang menuju ke
7
dalam atrium kanan. Setelah atrium kanan terisi darah, dia akan mendorong darah
ke dalam ventrikel kanan. Darah dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup
pulmoner ke dalam arteri pulmonalis, menuju ke paru-paru. Darah akan mengalir
melalui pembuluh yang sangat kecil (kapiler) yang mengelilingi kantong udara di
paru-paru, menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida yang selanjutnya
dihembuskan.
Darah yang kaya akan oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis menuju
ke atrium kiri. Peredaran darah diantara bagian kanan jantung, paru-paru dan
atrium kiri disebut sirkulasi pulmoner. Darah dalam atrium kiri akan didorong ke
dalam ventrikel kiri, yang selanjutnya akan memompa darah yang kaya akan
oksigen ini melewati katup aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam
tubuh). Darah kaya oksigen ini disediakan untuk seluruh tubuh, kecuali paru-paru.
Sistem peredaran darah adalah suatu sistem organ yang berfungsi
memindahkan zat ke dan dari sel. Sistem ini juga menjaga stabilisasi suhu dan pH
tubuh (bagian dari homeostasis).
Sistem peredaran darah yang juga merupakan bagian dari kinerja jantung
dan jaringan pembuluh darah (sistem kardiovaskuler) dibentuk. Sistem ini
menjamin kelangsungan hidup organisme, didukung oleh metabolisme setiap sel
dalam tubuh dan mempertahankan sifat kimia dan fisiologis cairan tubuh.
Pertama, darah mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel dan karbon dioksida
dalam arah yang berlawanan. Kedua, yang diangkut dari nutrisi yang berasal
pencernaan seperti lemak, gula dan protein dari saluran pencernaan dalam
jaringan masing-masing untuk mengkonsumsi, sesuai dengan kebutuhan mereka,
diproses atau disimpan. Metabolit yang dihasilkan atau produk limbah (seperti
urea atau asam urat) yang kemudian diangkut ke jaringan lain atau organ-organ
ekskresi (ginjal dan usus besar) juga mendistribusikan darah seperti hormon, sel-
sel kekebalan tubuh dan bagian-bagian dari sistem pembekuan dalam tubuh.
Jantung mempunyai keistimewaan dibandingkan organ-organ lain dalam
aktivitasnya, hal ini disebabkan karena didalam otot jantung terdapat peacemaker
(gardu listrik) sehingga jantung dapat berdenyut secara teratur (rhythm) dan
independent tanpa harus menunggu arahan dari otak, dengan kata lain apabila
jantung sehat kita pisahkan dengan tubuh, maka jantung masih bisa berdenyut hal
ini dikarenakan sel-sel pacemaker alami yang secara automatis mengeluarkan
impuls secara teratur.
Adanya jaringan neuromuskular yang membentuk lintasan atau jalan
khusus sebagai kawat penghantar bioelektrik secara normal dimulai dari sino-
atrial node (SA node), atrio-ventrikuler node (AV node) dan bundle of his (berkas
his) purkinje fiber (serabut purkinje) yang selanjutnya akan diteruskan ke sel-sel
otot jantung sehingga menimbulkan kontraktilitas jantung.
9
Atrial Septal Defect (ASD) adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang
(defek) pada septuminter atrial, akibat kegagalan fusi septuminter atrial semasa
janin (PERKI). ASD menyebabkan pintasan kiri ke kanan intrakardiak dengan
overload volume ventrikular kanan, peningkatan aliran darah pulmonal
(pulmonary blood fl ow/PBF), hipertensi pulmonal, hipertrofi ventrikel kanan dan
terkadang gagal jantung kongestif (congestive heart failure/CHF). Meskipun
hipertensi pulmonal banyak didapatkan namun PVR jarang melebihi 500 dyn s
cm-5. Pada pasien dewasa, gejala yang muncul dapat berupa sesak nafas, aritmia
atrial atau gagal jantung. Namun begitu beberapa individu tetap asimptomatis
sampai terjadi shunt yang berbalik (Baskoro.R).
2.2.1.1 EMBRIOLOGI
Pemisahan atrium kanan dan atrium kiri kira-kira terjadi pada minggu ke
enam kehamilan. Akan terbentuk septum primum dan septum sekundum. Bila
kegagalan terjadi pada pertumbuhan septum primum maka akan terjadi defek
septum atrium primum (dinamakan dengan ASD I) dan bila kegagalan terjadi
pada pertumbuhan septum sekundum akan terjadi defek septum atrium sekundum
(ASD II). Defek sinus venosus biasanya terletak pada muara vena kava superior.
Defek ini hampir selalu disertai dengan tidak normalnya ven pulmonalis dekstra.
Defek sinus koronarius terletak pada muara dari sinus koronarius yang akan
menyebabkan terjadinya hubungan antara dinding atrium dimana pada keadaan
normal seharusnya terpisah antara sinus koronarius dengan atrium kiri. Tipe ini
biasanya disertai dengan adanya aliran pada bagian kiri vena kava superior ke
bagian atap atrium kiri. Menentukan tipe kelainan ASD ini sangat penting, karena
berkaitan dengan teknik operasi yang akan digunakan untuk memperbaiki
kelainan ini.
10
1) Ostium Secundum
Merupakan tipe ASD yang tersering. Kerusakan yang terjadi terletak pada
bagian tengah septum atrial dan fossa ovalis. Sekitar 8 dari 10 bayi lahir dengan
ASD ostium secundum. Sekitar setengahnya ASD menutup dengan sendirinya.
Keadaan ini jarang terjadi pada kelainan yang besar. Tipe kerusakan ini perlu
dibedakan dengan patent foramen ovale. Foramen ovale normalnya akan menutup
segera setelah kelahiran, namun pada beberapa orang hal ini tidak terjadi hal ini
disebut paten foramen ovale. ASD merupakan defisiensi septum atrial yang sejati.
2) Ostium Primum
Kerusakan terjadi pada bagian bawah septum atrial. Biasanya disertai dengan
berbagai kelainan seperti katup atrioventrikuler dan septum ventrikel bagian atas.
Kerusakan primum jarang terjadi dan tidak menutup dengan sendirinya.
3) Sinus Venosus
Kerusakan terjadi pada bagian atas septum atrial, didekat vena besar (vena cava
superior) membawa darah miskin oksigen ke atrium kanan. Sering disertai dengan
kelainan aliran balik vena pulmonal, dimana vena pulmonal dapat berhubungan
dengan vena cava superior maupun atrium kanan. Defek sekat primum dikenal
11
dengan ASD I, Defek sinus Venosus dan defek sekat sekundum dikenal dengan
ASD II.
2.2.4 Etiologi Atrial Septal Defect
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor
yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD.
Faktor-faktor tersebut diantaranya :
1) Faktor Prenatal
Ibu menderita infeksi RubellaIbu alkoholisme
Umur ibu lebih dari 40 tahun.
Ibu menderita IDDM (Insulin dependent diabetes melitus)
Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
2) Faktor genetik
Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB (penyakit jantung bawaan)
Ayah atau ibu menderita PJB (penyakit jantung bawaan)
Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down
Lahir dengan kelainan bawaan lain
3) Gangguan hemodinamik Tekanan diatrium kiri lebih tinggi dari pada tekanan
diatrium kanan sehingga memungkinkan aliran darah dari atrium kiri ke
atrium kanan.
ASD merupakan suatu kelainan jantung bawaan. Dalam keadaan normal,
pada peredaran darah janin terdapat suatu lubang diantara atrium kiri dan kanan
sehingga darah tidak perlu melewati paru-paru. Pada saat bayi lahir, lubang ini
biasanya menutup. Jika lubang ini tetap terbuka, darah terus mengalir dari atrium
kiri ke atrium kanan (shunt), Penyebab dari tidak menutupnya lubang pada septum
atrium ini tidak diketahui.
2.2.5 Manifestasi Klinis Atrial Septal Defect
Sebagian bayi lahir tanpa adanya gejala dan gejala baru tampak pada masa
kanak-kanak. Beberapa bayi lainnya menunjukkan gejala langsung ketika ia lahir
sehingga membutuhkan tindakan segera. Ada pula yang tidak menunjukkan gejala
12
sampai usianya dewasa atau bahkan usia lanjut. Meski begitu, beberapa gejala
khas penyakit atrial septal defect adalah:
Pada penderita ASD terdapat suara splitting yang menetap pada S2. Tanda ini
adalah khas pada patologis pada ASD dimana pada defek jantung yang tipe lain
tidak menyebabkan suara splitting pada S2 yang menetap.
13
Pemeriksaan Fisik
1. Takipnoe
2. Sianosis
3. Auskultasi: splitting BJ II, P2 mengeras, ejection sistolik murmur di sela iga 2
para sternal kiri, mid diastolik murmur di katup tricuspid
4. Hepatomegali
EKG 12 lead
Ekokardiografi: TTE dan TEE pada sebagian kasus
MRI (pada sebagian kasus)
Sadap Jantung (pada kasus yang dicurigai Pulmonary Vascular Disease)
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang Atrial Septal Defect menurut PERKI :
1. EKG minimal 2 kali
2. Foto Thoraks minimal 2 kali
3. Ekokardiografi untuk diagnosis dan evaluasi postoperatif
4. Sadap jantung pada kasus dengan kecurigaan penyakit vaskular paru
15
Penutupan ASD dapat dilakukan dengan bedah atau non bedah dengan
pemasangan device (pada ASD sekundum tanpa hipertensi pulmonal, yang
lokasinya memungkinkan).
1. ASD dengan aliran pirau yang kecil Pemantauan klinis dan ekokardiografis.
Bila hasil ekokardiogram meragukan antara kecil dan sedang, dilakukan
pemeriksaan sadap jantung usia 5–8 tahun untuk menentukan flow ratio (FR).
Penutupan ASD dilakukan bila FR >1,5.
a. Bayi dengan ASD besar (+ MR berat) dengan GJK: Berikan obat anti gagal
jantung (digitalis, diuretika, vasodilator)
- Bila GJK teratasi: operasi penutupan ASD ditunda sampai usia >1 tahun tanpa
didahului pemeriksaan sadap jantung.
- Bila GJK tidak teratasi: operasi penutupan ASD harus dilakukan lebih dini.
b. Bayi dengan ASD besar tanpa GJK dan tanpa HP Operasi penutupan ASD usia
pra-sekolah (3–4 tahun).
c. Anak / orang dewasa dengan HP. Pada anak/orang dewasa, biasanya gejala
yang timbul adalah akibat HP, pada kondisi seperti ini penutupan ASD harus
segera dilakukan. - Bila secara klinis dan ekokardiografis terlihat aliran pirau
(LtoR) deras, maka penutupan ASD dapat dilakukan tanpa perlu mengukur PARi.
- Bila secara klinis dan ekokardiografis terlihat aliran pirau (LtoR) kurang deras
atau bidirectional (diduga sudah terjadi penyakit vaskuler paru), maka perlu
dilakukan penyadapan jantung untuk menilai reaktifitas vaskuler paru. Kalau
didapat :
16
Bila dengan O2 100% ternyata PARi >8 U/m 2 , maka operasi penutupan ASD
tidak dianjurkan lagi.
d.Anak atau orang dewasa tanpa HP. Bila tidak ada tanda-tanda HP, operasi
penutupan ASD dilakukan secara elektif, pada usia pra–sekolah (3–4 tahun).
Penutupan ASD sekundum dilakukan dengan operasi atau intervensi non bedah
dengan device tanpa didahului pemeriksaan sadap jantung.
2.2.9 Edukasi
atau fungsi (yang diwariskan atau didapat) yang merusak kemampuan ventrikel
kiri untuk mengisi atau mengeluarkan darah (W.K.Maulidita, 2015).
Gejala khas gagal jantung : Sesak nafas saat istrahat atau aktifitas, kelelahan,
edema tungkai
DAN Tanda khas Gagal Jantung : Takikardia, takipnu, ronki paru, efusi pleura,
peningkatan tekanan vena jugularis, edema perifer, hepatomegali.
DAN Tanda objektf gangguan struktur atau fungsional jantung saat istrahat,
kardiomegali, suara jantung ke tiga, murmur jantung, abnormalitas dalam
gambaran ekokardiografi, kenaikan konsentrasi peptida natriuretik
Tabel 2 Gejala dan Tanda Khas CHF
Tanda Gejala
Mayor Mayor
- Sesak nafas - Peningkatan JVP
- Ortopneu - Refluks hepatojugular
- Paroxysmal nocturnal dyspnoe - Suara jantung S3 (gallop)
- Toleransi aktifitas yang berkurang - Apex jantung bergeser ke lateral
- Cepat lelah -Bising jantung
- Begkak di pergelangan kaki
Minor Minor
- Batuk di malam / dini hari - Edema perifer
- Mengi - Krepitasi pulmonal
20
- Berat badan bertambah > 2 kg/minggu - Sura pekak di basal paru pada perkusi
- Berat badan turun (gagal jantung - Takikardia
stadium lanjut) - Nadi ireguler
- Perasaan kembung/ begah - Nafas cepat
- Nafsu makan menurun - Heaptomegali
- Perasaan bingung (terutama pasien - Asites
usia lanjut) - Kaheksia
- Depresi
- Berdebar
- Pingsan
Tabel 3 Manifestasi Klinis CHF
Tehnik Diagnostik
Uji diagnostik biasanya paling sensitif pada pasien gagal jantung dengan
fraksi ejeksi rendah.Uji diagnostik sering kurang sensitf pada pasien gagal jantung
dengan fraksi ejeksi normal. Ekokardiografi merupakan metode yang paling
berguna dalam melakukan evaluasi disfungsi sistolik dan diastolik.
21
- Elektrokardiogram (EKG)
- Foto Toraks
demam, hipertroidisme
Sinus Bradikardia Obat penyekat β, anti aritmia, Evaluasi terapi obat
hipotiroidisme, sindroma sinus Pemeriksaan laboratorium
sakit
Atrial takikardia / Hipertiroidisme, infeksi, gagal Perlambat konduksi AV,
futer / fbrilasi jantung dekompensasi, konversi medik,
infark miokard elektroversi, ablasi
kateter, antikoagulasi
Aritmia ventrikel Iskemia, infark, Pemeriksaan laboratorium,
kardiomiopati, miokardits, tes latihan beban,
hipokalemia, pemeriksaan
hipomagnesemia, overdosis perfusi, angiografi
digitalis koroner, ICD
Iskemia / Infark Penyakit jantung Ekokardiografi, troponin,
Koroner Angiografiikoroner,
revaskularisasi
Pemeriksaan laboratorium rutin pada pasien diduga gagal jantung adalah darah
perifer lengkap (hemo-globin, leukosit, trombosit), elektrolit, kreatinin, laju
filtrasi glomerulus (GFR), glukosa, tes fungsi hati dan urinalisis. Pemeriksaan
tambahan laindipertimbangkan sesuai tampilan klinis. Gangguan hematologis
atau elektrolit yang bermakna jarang dijumpai pada pasien dengan gejala ringan
sampai sedang yang belum diterapi, meskipun anemia ringan, hiponatremia,
hiperkalemia dan penurunan fungsi ginjal sering dijumpai terutama pada pasien
dengan terapi menggunakan diuretik dan/atau ACEI (Angiotensin Converting
Enzime Inhibitor), ARB (Angiotensin Receptor Blocker), atau antagonis
aldosterone.
- Peptida Natriuretik
- Troponin I atau T
- Ekokardiografi
Diagnosis gagal jantung dengan fraksi ejeksi normal (HFPEF/ heart failure with
preserved ejection fraction) Ekokardiografi mempunyai peran penting dalam
mendiagnosis gagal jantung dengan fraksi ejeksi normal. Diagnosis harus
memenuhi tiga kriteria:
2. Fungsi sistolik ventrikel kiri normal atau hanya sedikit terganggu (fraksi ejeksi
> 45 - 50%)
- Ekokardiografi transesofagus
26
- Ekokardiografi beban
Pasien harus memantau berat badan rutin setap hari, jika terdapat kenaikan berat
badan > 2 kg dalam 3 hari, pasien harus menaikan dosis diuretik atas
pertmbangan dokter.
-Asupan cairan
Pengurangan berat badan pasien obesitas (IMT > 30 kg/m2) dengan gagal
jantung dipertimbangkan untuk mencegah perburukan gagal jantung, mengurangi
gejala dan meningkatkan kualitas hidup.
-Latihan fisik
Latihan fisik direkomendasikan kepada semua pasien gagal jantung kronik stabil.
Program latihan fisik memberikan efek yang sama baik dikerjakan di rumah sakit
atau di rumah.
2.2.6.2 Farmakologi
Tujuan diagnosis dan terapi gagal jantung yaitu untuk mengurangi morbiditas dan
mortalitas. Tindakan preventif dan pencegahan perburukan penyakit jantung tetap
merupakan bagian penting dalam tata laksana penyakit jantung.menyajikan
strategi pengobatan mengunakan obat dan alat pada pasien gagal jantung
simtomatik dan disfungsi sistolik. Sangatlah penting untuk mendeteksi dan
mempertimbangkan pengobatan terhadap kormorbid kardiovaskular dan non
kardiovaskular yang sering dijumpai.
ACEI
2. Naikan dosis secara titrasi
3. Pertimbangkan menaikan dosis secara titrasi setelah 2 - 4 minggu.
Jangan naikan dosis jika terjadi perburukan fungsi ginjal atau hiperkalemia.
Dosis titrasi dapat dinaikan lebih cepat saat dirawat di rumah sakit
Jika tidak ada masalah diatas, dosis dititrasi naik sampai dosis target
atau dosis maksimal yang dapat di toleransi. Periksa fungsi ginjal dan serum
elektrolit 3 dan 6 bulan setelah mencapai dosis target atau yang dapat
ditoleransi dan selanjutnya tiap 6 bulan sekali
2. PENYEKAT β
Asma
Blok AV (atrioventrikular) derajat 2 dan 3, sindroma sinus sakit (tanpa pacu
jantung permanen), sinus bradikardia (nadi < 50 x/menit)
Cara pemberian penyekat β pada gagal jantung (Tabel 9)
Penyekat β dapat dimulai sebelum pulang dari rumah sakit pada pasien
dekompensasi secara hati-hati. Dosis awal lihat
Naikan dosis secara titrasi
Pertimbangkan menaikan dosis secara titrasi setelah 2 - 4 minggu. Jangan
naikan dosis jika terjadi perburukan gagal jantung, hipotensi simtomatik atau
bradikardi (nadi < 50 x/menit)
Jika tidak ada masalah diatas, gandakan dosis penyekat β sampai dosis target
atau dosis maksimal yang dapat di toleransi
Hipotensi simtomatik
Perburukan gagal jantung
Bradikardia
3. ANTAGONIS ALDOSTERON
Jika tidak ada masalah diatas, dosis dititrasi naik sampai dosis target
atau dosis maksimal yang dapat di toleransi (Tabel 11)
hiperkalemia
Jika tidak ada masalah diatas, dosis dititrasi naik sampai dosis
target atau dosis maksimal yang dapat ditoleransi (Tabel 11)
Periksa fungsi ginjal dan serum elektrolit 3 dan 6 bulan setelah
mencapai dosis target atau yang dapat ditoleransi dan selanjutnya tiap
6 bulan sekali
Efek tidak mengutungkan yang dapat timbul akibat pemberian ARB:
Sama sepertiACEI, kecuali ARB tidak menyebabkan batuk
5. HYDRALAZINE DAN ISOSORBIDE DINITRATE (H-ISDN)
Antagonis aldosteron
Eplerenon 25 (1 x/hari) 50 (1 x/hari)
Spironolakton 25 (1 x/hari) 25 - 50 (1 x/hari)
Penyekat β
Bisoprolol 1,25 (1 x/hari) 10 (1 x/hari)
Carvedilol 3,125 (2 x/hari) 25 - 50 (2 x/hari)
Metoprolol 12,5 / 25 (1 x/hari) 200 (1 x/hari)
6. DIGOKSIN
Pada pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrial, digoksin dapat digunakan
untuk memperlambat laju ventrikel yang cepat, walaupun obat lain (seperti
penyekat beta) lebih diutamakan. Pada pasien gagal jantung simtomatik, fraksi
ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 % dengan irama sinus, digoksin dapat
mengurangi gejala, menurunkan angka perawatan rumah sakit karena
perburukan gagal jantung,tetapi tidak mempunyai efek terhadap
angkakelangsungan hidup (kelas rekomendasi IIa, tingkatan bukti B)
INDIKASI
Fibrilasi atrial
dengan irama ventrikular saat istrahat > 80 x/menit atau saat
aktifitas> 110 - 120 x/menit
Irama sinus
Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %
Gejala ringan sampai berat (kelas fungsional II-IV NYHA)
Dosis optimalACEI dan/atau ARB, penyekat β dan antagonis
aldosteron jika ada indikasi.
KONTRAINDIKASI
Blok AV derajat 2 dan 3 (tanpa pacu jantung tetap); hat-hat jika
pasien diduga sindroma sinus sakit
Sindroma pre-eksitasi
Riwayat intoleransi digoksin
7. DIURETIK
Diuretik direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan tanda klinis
atau gejala kongesti (kelas rekomendasi I, tingkatan bukit B).Tujuan dari
pemberian diuretik adalah untuk mencapai status euvolemia (kering dan
hangat) dengan dosis yang serendah mungkin, yaitu harus diatur sesuai
kebutuhan pasien, untuk menghindari dehidrasi atau reistensi.
Tabel 13 Dosis diuretik yang biasa digunakan pada pasien gagal jantung
Diuretik Dosis awal (mg) Dosis (mg)
harian
Diuretik Loop
Furosemide 20 – 40 40 – 240
Bumetanide 0.5 – 1.0 1 –5
Torasemide 5 – 10 10 – 20
Tiazide
Hidrochlortiazide 25 12.5 – 100
Metolazone 2.5 2.5 – 10
Indapamide 2.5 2.5 – 5
Diuretik hemat kalium
Spironolakton (+ACEI/ARB) 12.5 – (+ACEI/ARB) 50
25
(- ACEI/ARB) 50 (- ACEI/ARB) 100 – 200
LAPORAN KASUS
STATUS ORANG SAKIT
Anamnesa pribadi
Nama : Ny. Zesicha Sasadilla
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Kawin : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Asrama, Helvetia Medan
Suku : Jawa
Anamnesa penyakit
Keluhan Utama : Sering Mudah Lelah
Telaah : Pasien datang ke Rumah Sakit Putri Hijau Medan dengan
keluhan sering mudah lelah saat beraktifitas ringan
ataupun berat yang sudah dirasakan sejak 14 tahun yang
lalu. Keluhan memberat sejak OS hamil dan usia
kehamilan nya bertambah. Kadang kadang OS merasa
jantung nya berdebar.Keluarga OS tidak ada yang
memiliki keluhan seperti ini. OS sudah pernah berobat
sebelumnya tetapi belum mendapat tindakan apapun.
Buang air kecil : Normal
Buang air besar : Normal
Riwayat penyakit terdahulu : ASD
Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada
Riwayat alergi : Tidak ada
Anamnesa organ
1. Cor
- Dyspnoe d’effort : Tidak Cyanosis : Tidak
- Dyspnoe d’repos : Tidak Angina pectoris : Tidak
- Oedema : Tidak Palpitasi cordis : Tidak
- Nycturia : Tidak Asma cardial :Tidak
2. Tractus respiratorius
- Batuk : Tidak
- Berdahak : Tidak
- Haemaptoe : Tidak
-Sakit dada waktu bernafas: Tidak
43
3. Darah
- Sakit dimulut dan lidah : tidak - Muka pucat : tidak
- Mata berkunang- kunang : tidak - Bengkak : tidak
- Pembengkakan kelenjar : tidak - Penyakit darah : tidak
- Merah di kulit : tidak - Pendarahan sub kutan: tidak
Anamnesa penyakit terdahulu :
- ASD
Anamnesa family
- Penyakit – penyakit family : tidak ada
- Penyakit seperti orang sakit : tidak ada
Status present
- Sensorium : compos mentis
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Temperatur : 36.9 ˚c
- Pernafasan : 22 x/ menit
- Nadi : 80 x/menit
PEMERIKSAAN FISIK
1. Thorax depan
Inspeksi :
- Bentuk : fusiformis - Venektasi : tidak
- Simetris/asimetris : simetris ka = ki - Pembengkakan : tidak
- Bendungan vena : tidak - Vulsasi verbal : tidak
- Ketinggalan bernafas: tidak - Mammae : normal
Palpasi :
- Nyeri tekan : tidak - Iktus : tidak teraba
- Fremitus suara : Stem fremitus ka=ki a. Lokalisasi : -
- Fremissement :tidak b. Kuat angkat :-
c. Melebar :-
d. Iktus Negatif :-
Perkusi
- Suara perkusi paru : Sonor kedua lapang paru
a. Relatif : ICS V dextra
b. Absolut : ICS VI dextra
-Batas jantung : a. atas : ICS II linea parastrenalis sinistra
b. kanan : ICS IV linea parasternalis dextra
c. kiri : ICS V 2 cm ke medial linea midclavicula sinista
Auskultasi
Paru –paru
- Suara Pernafasan : vesikuler
- Suara Tambahan : tidak ditemukan
44
Darah Rutin
Hb 11,68gr/dL 12 – 16 g/dl
Ht 34,7% 40 – 54 %
Eritrosit 4,5mm3 4,5 – 6,5
Leukosit 16.130 mm3 4.000 – 11.000
Trombosit 268.300 /µl 150.000 – 450.000
Hitung Jenis
Eosinofil 2% 1–3
Basofil 0% 0–1
N. stab 0% 2–6
N. seg 89 % 53 – 75
Limfosit 7,70% 20 – 45
Monosit 2.03% 4–8
Laju Endap Darah 11 mm/jam 0 - 20
FUNGSI GINJAL
Ureum 39 mg/dL 20 – 40
Kreatinin 0,8 mg/dL 0,6 – 1,1
Asam urat 4.9 mg/dL 3,4-7,0
ELEKTROLIT
Natrium 137 mEq/L 135-155
Kalium 4.2 mEq/L 3.5-5.5
Klorida 112 mEq/L 98-106
45
9. ECHO
Kesan :
- Atrial sinus tertutup
- AV-VA Concordance
- Katup normal
- Dijumpai defek LGS L↔R
EKG
46
47
10. Resume
Anamnesa
Keluhan Utama : Sering Mudah Lelah
Telaah : Pasien datang ke Rumah Sakit Putri Hijau Medan dengan
keluhan sering mudah lelah saat beraktifitas ringan
ataupun berat yang sudah dirasakan sejak 14 tahun yang
lalu. Keluhan memberat sejak OS hamil dan usia
kehamilan nya bertambah. Kadang kadang OS merasa
jantung nya berdebar.Keluarga OS tidak ada yang
memiliki keluhan seperti ini. OS sudah pernah berobat
sebelumnya tetapi belum mendapat tindakan apapun.
11. Status Praesent :
Keadaan umum Keadaan penyakit
Sens : compos mentis Anemia : tidak
TD : 170/100 mmHg Ikterus : tidak
Nadi : 90x/menit Sianosis : tidak
Nafas : 22x/menit Dyspnoe : tidak
Suhu : 36,9˚c Edema : tidak
Eritema : tidak
Turgor : baik
Gerakan aktif : ya
Sikap paksa : tidak
Hematologi Hematologi
Hemoglobin = 12-16 g/dL, Hemoglobin = 11,68 g/dL,
Hitung Leukosit = 4.000-11.000/ul, Hitung Leukosit = 16.130/ul,
Hematokrit = 36-47% Hematokrit = 34,7%
Trombosit = 150.00-450.00 /uL Trombosit = 268.300 /uL
Limfosit = 20-45% Limfosit : 7.70
Monosit = 4-8% Monosit : 2.03
LED = 0-20% LED = 11 mm/jm
Kimia Klinik Kimia Klinik
PENATALAKSANAAN PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan - IVFDRL 20 gtt/i
2. Terapi Intervensi Non Bedah - inj Furosemid 1amp/hr
- inj Ketorolac 30mg / 8 jam
- inj Ranitidin 1 amp / 8 jam
50
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma.W et al, 2016. “Hubungan Tingkat Stress dengan kualitas tidur pasien
Congestive Heart Failure (CHF) di ruang ICCU DR Dorris
Sylvanus Palangkaraya”