R
DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER
AKIBAT CHF DI RUANG MAWAR RSUD KOTA
BANJAR
BAB 1
PENDAHULUAN
Gagal Jantung Kongestif ( congestive heart Failure/ CHF ) adalah salah satu penyakit
kardiovaskuler dengan prevalensi yang terus meningkat. Gagal jantung mempengaruhi lebih dari
5.2 juta penduduk Amerika, dan lebih dari 550ribu kasus baru yang didiagnosis tiap tahunnya.
Tiap tahunnya gagal jantung bertanggug jawab terhadap hampir 1 juta hospitalisasi. Mortalitas
rata-rata rawatan yang dilaporan pada 3 hari, 12 bulan, dan 5 tahun pada pasien yang dirawat di
rumah sakit masing-masing adalah 12%, 33%, dan 50%. Rata-rata yang mengalami hospitalisasi
Di negara berkembang pada tahun 2000 ada 16,7 juta yang meninggal akibat kasus ini, Di
Indonesia prevalensi penyakit dari tahun ke tahun makin meningkat sehubungan dengan
kardiovaskuler.
Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan merupakan penyebab
peningkatan mordibilitas dan mortalitas pasien jantung. Diperkirakan 5% dari pasien yang
dirawat di rumah skait 4,7% wanita dan 5,1% laki-laki. Insiden gagal jantung dalam setahun
diperkirakan 2,3-3,7 perseribu penderita pertahun. Kejadian gagal jantung akan semakin
meningkat di masa depan karena semakin bertambahnya usia harapan hidup dan berkembangnya
terapi penanganan infark miokard mengakibatkan perbaikan harapan hidup penderita dengan
Beban ekonomi terhadap gagal jantung masih besar. Pada tahun 2007, biaya langsung dan
tidak langsung yang dialokasikan untuk gagal jantung adalah 33,2 juta dolar. Biaya hospitalisasi
Kurangnya kepatuhan terhadap rekomendasi diet atau terapi obat merupakan penyebab
merupakan penyebab paling umum dimana pasien gagal jantung masuk ke instalasi gawat
darurat, sekitar sepertiga kunjungan ke instalasi gawat darurat merupakan akibat dari
ketidakpatuhan tersebut.
Data yang diperoleh dari dari beberapa studi mengenai beberapa pengolongan klinis terhadap
pasien gagal jantung yang dirawat di rumah sakit dengan perburukan gagal jantung, studi ini
menunjukan bahwa mayoritas pasien dirawat dengan gagal jantung memiliki bukti hipertensi
sistemik pada saat masuk rumah sakit dan umumnya mengalami Left ventricular Ejection
Fraction ( LVEF)
Selama 20 tahun terakhir, jumlah dikeluarkan dari rumah sakit yang terkait dengan gagal
jantung telah meningkat 155% yag terutama disebabkan oleh meningkatnya populasi geriatric
Kejadian gagal jantung akan semakin meningat di masa depan karena semakin bertambahnya
usia harapan hidup dan berkembangnya terapi penanaganan infar miokard mengakibatkan
Gagal jantung susah dikenali secara kliis, karena beragam keadaan klinis serta tidak spesifik
serta hanya sedikit tanda-tanda klinis pada tahap awal penyakit. Perkembangan terkini
memungkinkan untuk mengenali gagal jantung secara dini serta perkemabngan pengobatanan
yang memperbaiki gejala klinis, kualitas hidup, penuruanan angka perawatan, memperlambat
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN TEORI
Gagal Jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologi berupa kelainan fungsi jantung,
sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume distolik secara
abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang sering digunakan kalau terjadi gagal jantung
(Cardiac Output = CO) dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Apabila tekanan
pengisian ini meningkat sehingga mengakibatkan edema paru dan bendungan sistem vena, maka
keadaan ini disebut gagal jantung kongestif ( Kabo dan Karim, 2002 )
Congestive Heart Failure adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat
Jantung adalah organ berongga, berotot, yang terletak di tengah toraks, dan ia menempati
rongga anatara pau dan diafragma. Beratnya sekitar 300 g ( 10,6 oz ), meskipun berat dan
ukuranya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat bada, beratnya latihan dan kebiasaan fisik
dan penyakit jantung. Fungsi jantung adalah memompa darah ke jaringan, menyuplai oksigen
dan zat nutrisi lain sambil mengangkut karbondioksida dan sampah hasil metabolisme.
Sebenarnya terdapat dua pompa jantung, yang terletak disebelah kanan dan kiri. Keluaran
jantung kanan didistribusikan seluruhnya ke paru-paru melalui arteri pulmonalis, dan keluaran
jantung kiri seluruhnya didistribusikan ke bagian tubuh lainmelalui aorta. Kedua pompa itu
menyemburkan darah secara bersamaan dengan kecepatan dan keluaran yang sama.
Kerja pemomopaan jantung dijalankan oleh kontraksi dan relaksasi ritmik dinding otot.
Selama kontraksi otot ( sitolik ), kamar jantung menjadi lebih kecil karena darah disemburkan
keluar. Selama relaksasi otot dinding jantung ( diastolik ), kamar jantung akan terisi darah
sebagai persiapan untuk menyemburkan sekitar 70 L darah dari kedua ventrikel perdetakan, dan
2.3 ANATOMI
Daerah dipertegahan dada di anatara kedua paru disebut sebagai mediastinum. Sebagian besar
rongga mediastinum ditempati oleh jantung, yang terbungkus dalam kantung fibrosa tipis yang
disebut pericardium.
Pericardium melindungi permukaan jantung agar dapat berfungsi dengan baik. Ruang antara
permukaan jantung dan lapisan dalam pericardium berisi sejumlah kecil cairan, yang melumasi
Kamar jantung. Sisi kanan dan kiri jantung, masing-masing tersusun atas dua kamar, atrium
dan ventrikel. Dinding yang memisahkan atrium dan ventrikel disebut septum. Ventrikel adalah
kamar yang menyemburkan darah ke arteri. Fungsi atrium adalah menampung darah yang datang
dari vena dan bertindak sebagai tempat penimbunan sementara sebelum darah kemudian
dikosongkan ke ventrikel.
Perbedaan ketebalan dinding atrium dan ventrikel berhubungan dengan beban kerja yang
diperlukan oleh tiap kamar. Dinding atrium lebih tipis dari pada dinding ventrikel karena
rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium untuk menahan darah dan kemudian
menyalurkanya ke ventrikel. Sedangkan ventrikel kiri mempunyai beban kerja yang lebih berat
di antara dua kamar bawah, maka tebalnya 21/2 lebih tebal dibandingkan ventrikel kanan.
Ventrikel kiri menyemburkan darah melawan tahanan sistemik yang tinggi, sementara ventrikel
ke anterior dan ventrikel kiri terletak lebih ke posterior. Ventrikel kanan bertangung jawab akan
terjadinya deyut apeks atau titik pukulan maksimum ( PMI ) yang normalnya teraba di garis
Katup jantung memungkinkan darah mengalir hanya ke satu arah dalam jantung. Katup, yang
tersusun atas bilah-bilah jaringan fibrosa, membuka dan menutup secara pasif sebagai respon
terhadap perubahan tekanan dan aliran darah .ada dua jenis katup : antrioventrikularis dan
semilunaris.
Katup antrioventrikularis adalah katup yang memisahkan atrium dan ventrikel. Katup
trikuspidalis tersusun atas tiga kuspis atau daun, memisahkan atrium kanan dan ventrikel kanan
.ktup mitral atau bikuspidalis terletak antara atrium dan ventrikel kiri.
Normalnya ketika ventrikel berkontraksi, tekanan ventrikel akan mendorong daun-daun katup
antriventrikularis ke atas ke rongga atrium. Jika terdapat tekanan cukup kuat untuk mendesak
katup, darah akan disemburkan ke belakang dari ventrikel ke atrium. Otot papilaris dan korda
tandinea bertangung jawab menjaga aliran darah tetap menuju ke satu arah melalui katup
antrioventrikularis. Otot papilaris adalah benddle otot yang terletak di sisi dinding ventrikel.
Korda tandinea adalah pita fibrosa yang memanjang dari otot papilaris ke tepi bilah katup,
berfungsi menarik tepi bebas katup ke dinding ventrikel. Kontraksi otot papilaris mengakibatkan
korda tadinea menjadi tegang. Hal ini menjaga daun katup menutup selama sistolik, mencegah
Otot papilair dan korda tandinea hanya terdapat pada katup mitral dan trikuspidalis dan tidak
ventrikel kanan dan arteri pulmonalis disebut katup pulmonalis. Katup anatara ventrikel kiri dan
aorta dinamakan katup aorta. Katup semilunaris normalnya tersusun atas tiga kuspis, yang
berfungsi dengan baik tanpa otot papilaris dan korda tadinea. Tidak terdapat katup antara vena-
Arteri koronaria adalah pembuluh yang menyuplai otot jantung, yang mempunyai kebutuhan
metabolism tinggi terhadap oksigen dan nutrisi. Jantung mengunakan 70-80 % oksigen yang
dihantarkan melalui arteri koronaria sebagai perbandingan, organ lain hanya mengunakan rata
rata seperempat oksigen yang dihantarkan. Arteri koronaria muncul dari aorta dekat hulunya
ventrikel kiri. Dinding sisi kiri jantung disuplai dengan bagian yang lebih banyak melalui arteri
koronaria utama kiri, yang kemudian terpecah menajdi dua cabang besar bawah ( arteri desenden
anterior sinistera ) dan melintang ( arteri sirkumfleksa ) sisi kiri jantung . jantung kanan dipasok
seperti itu pula dari arteri koronaria dekstra. Tidak seperti arteri yang lain, arteri koronaria
Otot jantung merupakan jaringan khusus yang menyusun dinding jantung. Secara
mikroskopis, otot jantung mirip otot serat lurik ( sklelet), yang berada di bawah control
kesadaran. Namun secara fungsional, otot jantung menyerupai otot polos karena sifatnya
volunter.
Serat otot jantung tersusun secara interkoneksi sehingga dapat berkontraksi dab berlelaksasi
tiap-tiap serabut otot akan memastikan kelakuan ritmik otot jantung sebagai satu keseluruhan dan
memungkinya berfungsi sebagai pompa. Otot jantung itu tersendiri dinamakan miokardium.
Lapisan dalam miokardium, yang berhubungan langsung dengan darah dinamakan endokardium
Gagal jantung, seing disebut gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompakan darah yang adekuat untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi
kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif paling sering
digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan.
2.4 PATOFISOLOGI
jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Konsep curah
jantung paling baik dijelaskan dengan persamaan CO = HR X SV dimana curah jantung (CO:
Cardiac output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR: Heart Rate) X volume sekuncup (SV :
Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi system saraf otonom. Bila curah jantung berkurang, system
saraf simpatis akan mempercepat frekunensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila
mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka
volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahakan curah
jantung.
Tetapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut otot
jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan.
Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap kontarksi tergantung pada tiga factor
Preload : sinonim dengan hukum starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah
yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya
Afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa
Pada gagal jantung, jika satu atau lebih dari ke 3 faktor tersebut terganggu hasilnya curah
pemantauan invasive telah mempermudah diagnose gagal jantung kongestif dan mempermudah
2.5 ETIOLOGI
Kelainan otot jantung. Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelaianan otot
jantung, meyebabkan menurunnya kontraktilitas otot jantung. Kondisi yang mendasari penyebab
fungsi otot mencakup, arteroklerosis koroner, hipertensi aterial dan peyakit otot degenerative
atau inflamasi.
ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis akibat penumpukan asam laktat. Infark
Hipertensi sistemik atau pulmonal meningkatkan beban kerja jantung pada giliranya
mengakibatkan hipertropi serabut otot jantung efeknya dapat diangap mekanisme kompensasi
Tetapi untuk alasan yang tidak jelas hipertropi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara
Peradangan dan penyakit miokardium degenerative berhubungan dengan gagal jantung karena
kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
Penyakit jantung lain. Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya tidak secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme yang biasanya terlibat
mencakup gangguan aliran darah melalui jantung, misalnya stenosis katup semilunar, ketidak
konstriktif, atau stenosis katup AV, atau pengososngan jantung abnormal misalnya insufisiensi
katup AV. Peningkatan mendadak afterload akibat meningkatnya tekanan darah sistemik atau
hipertensi maligna. Dapat menyebabakan gagal jantung meskipun tidak ada hiperteropi cardial
Faktor sistemik.
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung.
Meningkatanya lajur metabolisme misalnya demam, hipoksia dan anemi, memerlukan curah
jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia juga dapat
menurunkan suuplai oksigen ke jantung. Asidosis dan abdormalitas elektrolit dapat menurunkan
kontraktilitas jantung. Disritmia jantung yang dapat terjadi dengan sendirinya atau secara
Manifestasi Klinik
Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya volume intravaskuler. Kongesti jaringan
terjadi akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat turunnya curah jantung pada
kegagalan jantung. Peningkatan tekanan vena pulmonalis dapat menyebabkan cairan mengalir
dari kapiler paru ke alveoli, akibat terjadi edema paru, yang dimanisfestasikan sesak batuk dan
nafas pendek. Meningkatnya tekanan vena sistemik dapat meningkatkan edema perifer umum
dapat mencapai jaringan dan organ ( perkusi rendah ) untuk menyampaikan oksigen yang
dibutuhkn, beberapa efek yang biasanya timbul akibat perfusi rendah adalah pusing, konfusi,
kelelahan, tidak toleran terhadap pelatihan, ekstremitas dingin dan haluan urine berkurang.
Tekanan perfusi ginjal menurun mengakibatkan pelepasan renin dari ginjal, yang pada gilirannya
akan menyebabkan sekresi aldosteron, retensi natrium dan cairan, serta meningkatnya volume
intravaskuler.
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalamikegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri
paling sering mendahului ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan paru akut.
Karena curah ventrikel berpasangan atau sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat
mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Tetapi manifestasi kongesti dapat berbeda tergantung
Kongesti paru menonjol pada ventrikel kiri, tidak mampu memompa darah yang datang dari
paru. Peningkatan tekanan pada sirkulasi paru, menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru.
Manifestasi klinis yang terjadi meliputi dipsneu batuk, mudah lelah, denyut jantung cepat,
Dipsneu. Dipsneu terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu
pertukaran gas. Dipsneu bahkan dapat terjadi pada saat istirahat atau dicetuskan, oleh gerakan
yang minimal atau sedang. Dapat terjadi orthopneu kesulitan bernafas saat berbaring. Pasien
yang mengalami orthopneu tidak akan mau berbaring, tetapi akan menggunakan bantal, agar bisa
tegak di tempat tidur atu duduk dikursi bahkan saat tidur. Beberapa pasien hanya mengalami
orthopneu, pada malamhari, kondisi yang dinamakan parokismax nokturanal Dipsneu (PND).
Hal ini terjadi bila pasien sbelumya duduk lama dengan posisi kaki dan tangan dibawah, pergi
berbaring ketempat tidur. Setelah beberapa jam cairan yang tertimbun di ekstremitas yang
sebelumnya berada di bawah mulai di absorpsi dan ventrikel kiri yang sudah terganggu tidak
mampu meningkatkan volume yang adekuat. Akibatnya tekanan dalam sirkulasi paru meningkat
Batuk yang berhubungan dengan gagal ventrikel kiri bisa kering dan tidak produktif,
tetapi yang tersering adalah batuk basah yang menghasilkan sputum yang berbusa dalam jumlah
Mudah lelah, terjadi akibat curah jantung yang kurang menghambat jaringan dari sirkulasi
normal dan oksigen serta menurunnya sisa hasil katabolisme. Juga terjadi akibat peningkatan
energi yang digunakan untuk bernafas, dan insomnia yang terjadi distress pernafasan dan batuk.
Kegelisahan dan kecemasan, terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stres akibat
kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik. Begitu juga
kecemasan terjadi juga dipsneu yang pada gilirannya memperberat kecemasan, menciptakan
lingkaran setan.
Bila ventrikel kanan jantung gagal yang menonjol adalah kongesti vesera dan jaringan perifer,
hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan
adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara normal kembali ke
sirkulasi vena.
Manifestasi yang tampak adalah oedema ekstremitas bawah, yang biasanya merupakan pitting
oedema, pertambahan berat badan, hepatomegali, distensi vena leher, asites, anoreksia dan mual,
Oedema dimulai pada kaki dan tumit dan secara bertahap bertambah ke atas tungkai dan paha
pada akhirnya ke genetalia ektersnal dan tubuh bagian bawah. Oedema sakral seringjarang
terjadi pasien yang berbaring lama , karena daerah sakral menjadi daerah yang dependen. Pitting
edema adalah oedema yang akan tetap cekung bahkan setelah penekanan ringan dengan ujung
jari, baru jelas terlihat setelah retensi cairan paling tidak sebanyak 4,5 kg.
Hepatomegali dan Nyeri tekan pada kuadran atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena di
hepar. Bila proses ini berkembang, maka tekanan dalam pembuluh frontal meningkat sehingga
cairan terdorong keluar rongga abdomen, suatu kondisi yang dinamakan asites, pengumpulan
cairan dalam abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan distress pernafasan.
Anoreksia dan mulai terjadi akibat pembesaran vena dan stasi vena didalam rongga
abdomen.
Nokturial atau rasa ingin kencing pada malam hari didukung oleh posisi penderita pada
saat berbaring. Diuresi terjadi paling sering pada malam hari karen curah jantung akan membaik
dengan istrirahat.
Lemah yang menyertai gagal jantung sisi kanan disebabkan karna menurunnya curah jantung,
gangguan sisrkulasi dan pembuangan produk sampah katabolisme yang tidak adekuat dari
jaringan.
2.6 PENATALAKSANAAN
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien derngan gagal jantung adalah sebagai berikut :
3. Mehilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretik diet dan istirahat.
Glikosida jantung, diuretik dan fase dilator merupakan dasar farmakologis gagal jantung.
Digitalis meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan memperhambat frekuensi jantuung. Ada
beberapa efek yang dihasilkannya : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan
volume darah dan peningkatan diuresis yang mengeluarkan cairan dan mengurangi oedema.Efek
dosis digitalis yang diberikan tergantung pada keadaan jantung, keseimbangan elektrolit dan
Digitalis dosis lengkap diberikan untuk menginduksi efek terapi penuh obat ini. Biasanya
diberikan gagal jantung yang berat. Bila tidak, digitalis diberikan sebagian. Dosis pemeliharaan
diberikan setiap hari. Pada semua kasus, pasien harus diawasi ketat dan pemberian dosis harian
tepat. Sesuai dengan batas jumlah yang dapat dimetabolisme atau disekresikan untuk menjaga
efek digitalis tanpa menyebabkan keracunan. Dosis optimal adalah jumlah yang dapat
mengurangi tandadan gejala gagal jantung pasien atau memperlambat proses ventrikel secara
Pasien dipantau dengan ketat terhadap hilangnya tanda dan gejala seperti : berkurangnya
pentrikel(denyut normal dan prematur saling berganti), dan takikardi arterial paroximal.
Frekuensi jantung avikal dikaji sebelum perberian digitalis. Bila terdapat frekuensi jantung yng
terlalu lambat atau gangguan irama, pengobatan harus ditunda dan dokter harus diberi tahu.
Bila diperlukan, kadar digitalis serum diukur sebelum obat ini diberikan.
Gejala lain keracunan digitalis meliputi pandangan kabur, kuning atau hijau; kelemahan;
Terapai diuretik. Diuretik diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal.
Obat ini tidak diperlukan bila pasien bersedia merespon pembatasan aktivitas, digialis, dan diit
redah natrium.
Bila diiuretik diresepkan maka harus diberikan pada pagi hari, sehingga diuresis yang terjadi
Asupan dan haluaran cairan harus dicatat, karena pasien mungkin akan mengalami kehilangan
Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas terapi, maka pasien yang memdapat diuretik harus
ditimbang setiap hari apada waktu yang sama. Selain itu, turgor kulit dan selaput ledir harus
dikaji akan adanya tanda dehidrasi atau edema. Denyut nadi juga harus dipantau.
Temuan fisik tanda dan gejala purosemid ( Lasix), sangat penting dalam terapi gagal jantung
karena dapat mendilatasi penula, sehingga meningkatkan kapasitas vena yang gilirannya
lemah, letih , malaise, kram otot dan denyut nadi yang kecil dan cepat. Pemberian diuretik dalam
dosis besar dan berulang juga dapat mengakibatkan hipokalamia ditandai dengan denyut lemah,
hipertensi, suara jantung menjauh, otot kendor, penurunan reflek tendon dan kelemahan umum.
Hipokalamia menambah masalah baru pada pasien jantung karena antara komplikasi yang dapat
muncul hipokalamia adalah kelemahan kontraksi jantung yang mencetuskan keracunan digitalis
pada individu yang mendapat digitalis, keduanya meningktakan kemungkinan disritmia yang
berbahaya.
Pengkajian elektrolit berkala akan mengingatkan anggota tim kesehatan terhadap adanya
Untuk mengurangi risiko hipokalemia dan komplikasi yang menyertainya maka pasien yang
mendapatkan pengobatan diuretik harus diberi tambahan kalium,seperti pisang, jus jeruk dan
bayam.
Masalah lain dengan diuretik adalah peningkatan pada asam urat yang berlebihan akibat
Terapi vasadilator. Obat-obat vasoaktif merupakan pengobatan utama pelaksanaan pada gagal
jantung. Obat ini telah lama digunakan untuk mengurangi tekanan penyemburan darah oleh
ventrikel serta memeperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga
tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan dan dapat dicapai penurunan dramatis kongesti
Natrium nitrorusida dapat diberika secara intravena melalui infus yang dipantau secara ketat
dosisnya harus dititrasi agar tekanan sistole arterial tetap dalam batas yang diinginkan dan pasien
Rasionlanya adalah mengatur diit sehingga kerja dan ketegangan otot jantung minimal, status
Pemberian natrium ditunjukkan untuk mencegah, mengatur atau mengurangi oedema seperti
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
1. BIODATA
A. IDENTITAS PASIEN
NAMA : Ny.R
UMUR : 45 tahun
SUKU : Sunda
PENDIDIKAN : SD
PEKERJAAN : IRT
NO REGISTER : 257106
NAMA : Tn.A
UMUR : 40 tahun
JENIS KELAMIN : L
PENDIDIKAN : SD
PEKERJAAN : Buruh
Sesak Nafas
E. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Tanggal, 15 Maret 2014. Pasien datang ke Intalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Banjar dengan keluhan nyeri dada menjalar ke punggung & sesak nafas.
Pada saat dikaji tanggal 22 Maret 2014 pasien mengeluh sesak nafas , batuk berdahak, mudah
lelah saat melakukan aktivitas sedang, seperti pasien pergi ke kamar mandi. Sesak bertambah
berat bila pasien melakukan aktivitas sedang dan sesak berkurang setelah pemberian oksigenasi,
sesak dirasakan seperti ditimpa benda berat, respirasi 28x/menit, sesak nafas berlangsung
kontinue .
Pasien mengatakan sudah 4 tahun pasien menderita penyakit ini, sudah 4 kali pasien di rawat di
rumah sakit, sekitar ± 1 tahun yang lalu pasien pernah dirawat RSUD Kota Banjar dengan
keluhan nyeri dada& sesak nafas. Menurut penuturan pasien, pasien tidak mempunyai riwayat
Pasien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit genetik seperti DM,
Jantung, Asma, hipertensi dan tidak ada yang mempunyai penyakit menular seperti TBC,
H. DATA BIOLOGIS
1. Penampilan Umum
TD : 100/70 mmhg
P : 78x/Menit irregular, teraba kuat
RR : 28 x/Menit
Suhu : 36,7 ºC
BB : 40 kg
TB : 155 cm
1 1. Nutrisi
a. Makanan
2 2. Minum
Keluhan
a. Malam
Kesukaran tidur
b. Siang
Berapa jam
3 4. Eliminasi
a. BAK
Frekuensi 7x 7x
b. BAB
Frekuensi 1x 1x
a. Mandi
Sabun + +
Gosok gigi + +
b. Berpakaian
Ganti pakaian 1X 1X
2. Sistem Pencernaan
Inspeksi : Tidak ada gingivitis, tidak ada leukoplakia, tidak nampak faringitis, tidak ada pembesaran tonsil,
di 4 kuadran
3. Sistem Pernafasan
Inspeksi :Tidak ada nasal faring, tidak ada mucus dihidung, tidak ada polip, bentuk dada simetris, tidak ada
kelainan dada kogenital seperti scoliosis, burel chest, funnel chest dan pigeon chest. Tampak
Palpasi : Dada simetris tidak adamassa , melalui pemeriksaan vocal premitus teraba getaran di kedua
belah dada.
Auskultasi : didapatkan adanya suara nafas tambahan ronchi, wheezing tidak ada
4. Sistem Cardiovaskuler
Inspeksi: Konjungtiva tidak anemis bibir dan kuku tidak ada Sianosis. Nilai CRT 2 detik, tidak tampak
ictus cordis, tidak tampak dextro cordia, Nilai JVP 3 c m( terjadi peningkatatn JVP)
Perkusi: Terjadi pembesaran jantung (ketika di perkusi bunyi dullnes ada Siantar ICS 2-7)
murmur
5. Sistem Integumen
Inspeksi : Hidrasi kulit baik, kulit tidak ada ikterik kuku bersih,
Tidak ada clubbig finger, tidak terlihat ada edema pada ekstremitas atas dan bawah.
6. Sistem Muskuloskeletal
Inspeksi : Terpasang infuse dextrose 5% 5 tetes makro/menit pada lengan kiri Penilaian kekuatan otot (
skala 0-5 )
Ka Ki
Ket :
5 5 5: bisa mengangkat tahanan penuh dan
5 5 mampu melawan gravitasi
4: dapat mengangkat tahanan tapi tidak
mampu melawan gravitasi
Nilai Refleks :
Reflex Biseps + 2
Reflex Trisep + 2
Reflex Patella +1
Tendon Acilles +1
7. Sistem Genitourinaria
Inspeksi :Tidak Nampak pembengkakan , kandung kemih tidak ada Distensi, Daerah kemaluan tidak
terkaji, DC (-)
Palpasi :Ginjal tidak ada nyeri, palpasi blass kosong (kandung kemih tidak penuh )
8. SISTEM PERSYARAFAN
a. Nervus III (Okulomotorius) : reflex pupil mengecil setelah dilakukan pemeriksaan dengan
penlight
b. Nervus IV ( Trochlearis ) : observasi bola mata tidak ada nistagmus, tidak ada penglihatan ganda
( diplopia )
4. Nervus V ( trigeminus ) : fungsi sensorik : reflex kornea baik dengan test pilinan kapas, klien
dapat merasakan sentuhan pada saat mengusap maxilla dan mandibula. Fungsi Motorik : klien
mampu mengunyah .
Fungsi sensorik pengecapan : pasien dapat merasakan rasa manis pada 2/3 lidah bagian depan
7. Nervus IX (Gloso Faringeal) : pasien dapat merasakan rasa pahit pada 1/3 lidah bagian belakang
10. Nervus XII ( Hipoglosus ) pasien dapat menjulurkan lidah kedepan dan menariknya dengan
cepat .
9. DATA PSIKOSOSIAL
penyakitnya
penyakitnya
teraksi social : Pasien mampu berinteraksi baik dengan penunggu pasien dan kooperatif dengan petugas.
la koping :pasien mampu beradaptasi dengan penyakit yang dideritanya.
Hasil : Cardiomegali
HEMATOLOGY
KARBOHIDRAT
GINJAL
ELEKTROLIT
Natrium 133.8 135-148mmol/l Kurang
TOTAL
12. PENGOBATAN
Omeprazole 1X1tab 08 : 00
Infuse Dextrose 5%
500cc/24jam
1500kkal
Spironolactone 1x5
KSR 1x1
Dexanta 3x1
13. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS Beban Sistol Meningkat Penurunan Curah
a. Pasien mengeluh lemas Jantung
b. Pasien mengatakan mudah cape
bila beraktifitas
c. Pasien mengatakan sesak
d. Pasien menagatakan batuk
berdahak Preload meningkat
DO
a. Pasien terlihat lemas
b. Pasien terlihat sesak
c. TD 100/70mmHg Hambatan pengosongan
d. RR 28X/menit ventrikel
e. Hasil thorax Photo rontgen
Cardiomegali
f. Terdengar bunyi murmur
g. EKG : sinus tachicardi, MI
(lateral, anterior), RAD (right axis Beban jantung bertambah
deviation).
h. Nilai JVP 3cm (meningkat)
Gagal jantung kongestife
gagal pompa ventrikel
Intoleran aktivitas
DS Ketidakefektifan
a. Pasien mengeluh sesak Suplai darah ke paru-paru kebersihan jalan nafas
b. Pasien mengeluh batuk berdahak tidak maksimal
DO
a. Pasien terlihat sesak
b. Pasien terlihat batuk berdahak
warna putih
c. Terdengar suara ronchi Kongesti paru
d. RR 28x/menit
e. JPV 3 cm ( Meningkat )
f. Produksi secret berlebih warna
putih
Penumpukan cairan paru
Mekanisme tubuh timbul
batuk dan sesak nafas
Akumulasi secret
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan volume sekuncup yang ditandai
dengan
DS
DO
c. TD 100/70mmHg
d. RR 28X/menit
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi secret berlebih ditandai
dengan :
DS
DO
d. RR 28x/menit
e. JPV 3 cm ( Meningkat )
ditandai dengan :
DS
DO
d. TD 100/70 mmhg
e. RR 28x/menit
f. JPV 3 cm ( Meningkat )
NO Perencanaan
Diagnosa Keperawatan Rasional Im
NOC NIC
1. Penurunan curah jantung Setelah ( Cardiac Care)
berhubungan dengan perubahan dilakukan
volume sekuncup yang ditandai tindakan
dengan keperawatan 2x Atur periode istirahat Pengaturan periode Beke
DS 14 jam pasien untuk menghindari istirahat yang denga
a. Pasien mengeluh lemas diharapkan kelelahan cukup akan pasie
b. Pasien mengatakan mudah cape ( cardiac Pump mengurangi beban mene
bila beraktifitas Efective ) kerja jantung pemb
c. Pasien mengatakan sesak nafas dengan criteria: aktivi
d. Pasien mengatakan batuk akan
berdahak pasie
Lemas teratasi Seper
DO Sesak berkurang intruk
a. Pasien terlihat lemas dengan kelua
b. Pasien terlihat sesak Respirasi 20- selalu
c. TD 100/70mmHg 24x/menit mend
d. RR 28X/menit pispo
e. Hasil thorax foto rontgen Sesak teratasi pasie
Cardiomegali meng
f. Terdengar bunyi murmur langs
g. EKG : sinus tachicardi, MI pergi
(lateral, anterior), RAD (right axis mand
deviation). respo
h. Nilai JVP 3 cm (meningkat) meng
defek
mena
selam
posis
Respo
kelua
mene
yang
petug
22 M
09:00
Gung
Okky
Rizki
Cardiac Rehabilitative
Mem
Intruksikan kepada Istirahat dapat penga
keluarga bahwasanya memperingan kepa
pasien harus banyak beban kerja jantung bahw
beristirahat harus
berist
Respo
mene
dari p
22 M
08 :00
Risfi
Akma
Mem
Berikan O2 sesuai Pemberian O2 3-4 L
advis dokter berguna untuk canul
mengurangi sesak Respo
nafas mau d
binas
23 M
08: 0
Okky
Rizki
Mem
Monitor efektivitas Memonitor obat pemb
pemberian obat yang diberikan yang
kepada pasien - Digo
penting untuk - Ome
mengetahui sejauh - Capt
mana efektivitas - KSR
obat yang - Dexa
diberikan. Respo
mau d
obat o
paren
22 M
16: 00
Floria
Sukm
Mem
Kolaborasi dengan Obat digoxin tablet
dokter untuk merupakan obat digox
pemberian Obat digitalis untuk RK :
digoxin tablet memacu otot memi
jantung. yang
dijadw
sesua
22 M
16.00
Floria
Sukm
22 M
09 : 0
Okkk
Rizki
Okky
Rizki
Nuru
22 M
07:00
Floria
Sukm
22 M
07:30
Gung
Activity terapy
22 M
15 : 3
Nuru
Risfi
Akma
Nuru
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal Waktu Masalah S-O-A-P Paraf
24 Maret 09.00 WIB Penurunan curah S
2014 Jantung - pasien mengeluh
masih ada sesak
dan lemas
- Pasien mengatakan
mudah cape bila
beraktivitas
O
- Pasien terlihat lemas
dan sesak
- TD : 90/70
- RR: 24x/menit
- Nadi : 72x/menit
- Bunyi jantung masih Floria Kyan
terdengar murmur
A
Masalah penurunan
curah jantung teratasi
sebagian
P
- Atur
priode istirahat
untuk
menghindari
kelelahan
- Monitor toleransi
aktivitas
pasien
- Lanjutkan
pemberian
obat digoxin
sesuai
dengan
program
medikasi.
I
- Bekerjasama dengan
keluarga pasien
dalam menentukan
pembatasan aktivitas
pasien. Seperti
mendekatkan pispot
untuk keperluan
toileting dan
menganjurkan pasien
tidak mengedan pada
saat devekasi.
- Memberikan obat
digoxin ½ tablet,
- Memberikan
pengarahan kepada
keluarga bahwa
pasien harus banyak
istirahat
- Pasien mengatakan
sesak berkurang
dengan respirasi
26x/menit
- Pasien mengatakan
mudah cape bila
beraktivitas
- TD 90/70 mmHg
R
- Lanjutkan Intervensi
diatas
A
- Masalah ketidak
efektifan bersihan
jalan nafas teratasi
sebagian
P
- Atur posisi pasien
semi fowler
I
- mengatur posisi
pasien semi fowler
E
- sesak berkurang
- respirasi 24x/menit
R
- lanjutkan intervensi
- menganjurkan
pasien untuk tetap
melakukan latihan
batuk efektif
24 Maret 09.00 WIB Intoleran aktivitas S
2014 - pasien masih
mengeluh lemes
- pasien mengatakan
masih cepat lelah dan
sesak bila melakukan
aktivitas
O
- TD : 90/70 mmHg Okky
- RR 24x/menit Muhamad
- Nadi 72 x/menit Rizki
- 36,1 C
- Pasien tampak
lemah
A
- Masalah intoleransi
aktivitas teratasi
sebagian
P
- Ukur tanda-tanda
vital pasien
I
- Mengukur tanda-
tanda vital pasien
dengan hasil TD :
90/70 mmHg
- RR 24x/menit
- Nadi 72x/menit
- Suhu 36,1 C
E
- TD 90/70 mmHg
- RR 24x/menit
- Nadi 72 x/menit
- Suhu 36,1 C
R
- Lanjutkan intervensi
di atas
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. “American College of Cardiology; Air pollution damages more than
lungs: Heart and blood vessels suffer too”.
Corwin, Elizabeth J. 2009. “BUKU SAKU PATOFISIOLOGI”. Jakarta: EGC.
Herdman, T. Heather. 2012. “DIAGNOSA KEPERAWATAN: Definisi dan
Klasifikasi”. Jakarta: EGC.
Indriyantoro, dkk. 2008. “DOI: Data Obat di Indonesia”. Jakarta: PT. Muliapurna
Jayaterbit.
Lusianah, dkk. 2012.”Prosedur Keperawatan”. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Mansjoer, Arif. 1999. “Kapita Selekta Kedokteran”. Jakarta: Media Aesculapius.
McCloskey, Joanne Dochterman, dkk. 2008. “Nursing Interventions Classification
(NIC)”. USA: MOSBY ELSIEVER.
Moorhead, Sue, dkk. 2008. “Nursing Outcomes Classification (NOC)”. USA:
ELSEVIER SAUNDERS.
Priharjo, Robert. 2007. “Pengkajian Fisik Keperawatan”. Jakarta: EGC
Syaifuddin. 2011. “Anatomi Fisiologi”. Jakarta: EGC