Anda di halaman 1dari 16

Laporan Pendahulan dan Asuhan Keperwatan

Demam Berdarah
A. PENGERTIAN

 Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan
ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam (Brooker,
2001).
 Demam dengue/dengue fever adalah penyakit yang terutama pada anak, remaja,
atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi
yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenophati, demam
bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata, rasa
menyecap yang terganggu, trombositopenia ringan, dan bintik-bintik perdarahan
(ptekie) spontan (Noer, dkk, 1999).
 Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).
B. ETIOLOGI
Virus dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan dikenal ada 4
serotipe. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke-
II, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953 –
1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap
inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70 0C. Dengue
merupakan serotipe yang paling banyak beredar.
C. PATOFISIOLOGI
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan
kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody,
dalam asirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi & Yuliani, 2001).
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali
menyebabkan demam dengue. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat
pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang
mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF dapat
terjadi bila seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang
virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik
antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks
virus-antibodi) yang tinggi (Noer, dkk, 1999).
D. MANIFESTASI KLINIS
 Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa
inkubasi anatara 13 – 15 hari, tetapi rata-rata 5 – 8 hari. Gejala klinik timbul
secara mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot dan tulang, mual, kadang-
kadang muntah dan batuk ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat
pada daerah supra orbital dan retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama
dirasakan bila otot perut ditekan. Sekitar mata mungkin ditemukan
pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar mata terasa pegal.
Eksantem yang klasik ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal demam (6 –
12 jam sebelum suhu naik pertama kali), terlihat jelas di muka dan dada yang
berlangsung selama beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan oleh pasien.
 Ruam berikutnya mulai antara hari 3 – 6, mula – mula berbentuk makula besar
yang kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak-bercak
petekia. Pada dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian menjalar
ke seluruh tubuh. Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat
menghilang, bekas-bekasnya kadang terasa gatal. Nadi pasien mula-mula cepat
dan menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5.
 Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa penyembuhan.
Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura,
ekimosis, hematemesis, epistaksis. Juga kadang terjadi syok yang biasanya
dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan
tanda : anak menjadi makin lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan
lembab, denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan
tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang.
E. KLASIFIKASI
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4
golongan, yaitu :
1. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-
7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II : Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan
spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
3. Derajat III : Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah
dan cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi sempit (120 mmHg), tekanan darah
menurun, (120/80 , 120/100 , 120/110, 90/70, 80/70, 80/0, 0/0)
4. Derajat IV : Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur (denyut 140x/mnt)
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
1. Tirah baring atau istirahat baring.
2. Diet makan lunak.
3. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan
beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling
penting bagi penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan
cairan yang paling sering digunakan.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi
pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
9. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
10. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-
tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
11. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam. Pada kasus dengan renjatan pasien
dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai pengganti
cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau
plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 – 30 ml/kg BB.
12. Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 –
48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah
teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan
plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam. Transfusi darah diberikan
pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat. Indikasi pemberian
transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis
dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolok.
Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter
dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua.
Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila :
a. Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga
mengancam terjadinya dehidrasi.
b. Hematokrit yang cenderung mengikat.
G. PENCEGAHAN
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :
1. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.
2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada
tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia
sembuh secara spontan.
3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di
sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
4. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan
tinggi.
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :
a. Menggunakan insektisida. Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan
demam berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa
dan temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan
malathion ialah dengan pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan
temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk
aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1
ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air.
b. Tanpa insektisida Caranya adalah :
1) Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x
seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7–10 hari).
2) Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
3) Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain
yang memungkinkan nyamuk bersarang.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian
anak, remaja dan dewasa (Effendy, 1995).
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu
makan menurun.
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal
seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu
makan menurun.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
5. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan
melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
6. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti
kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti
airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
7. Riwayat Tumbuh Kembang
8. Pengkajian Per Sistem
1) Sistem Pernapasan yaitu Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan
dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada
auskultasi terdengar ronchi, krakles.
2) Sistem Persyarafan yaitu Pada grade III pasien gelisah dan terjadi
penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi DSS.
3) Sistem Cardiovaskuler yaitu Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi,
uji tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III dapat terjadi
kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut,
hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah
tak dapat diukur.
4) Sistem Pencernaan yaitu Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri
tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen
teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan,
dapat hematemesis, melena.
5) Sistem perkemihan yaitu Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30
cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna
merah.
6) Sistem Integumen. Yaitu Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering,
pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada
grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.
3. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang
menurun.
5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor
pembekuan darah (trombositopeni).
c. Rencana Asuhan Keperawatan.
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Intervensi
Hasil

1 Hipertermi NOC NIC


berhubungan dengan Fever Treatment
proses infeksi virus Thermoregulation 1. Monitor suhu sesering
dengue mungkin
Kriteria Hasil :
2. Monitor IWL
Definisi : peningkatan 1. Suhu tubuh dalam 3. Monitor warna dan suhu
suhu tubuh diatas rentang normal kulit
kisaran normal. 1 2 3 4 (5) 4. Monitor tekanan darah,
2. Nadi dalam rentang nadi, dan RR
Batasan Karakteristik : normal 5. Monitor penurunan
 Konvulsi 1 2 3 4 (5) tingkat kesadaran
 Kulit kemerahan 3. RR dalam rentang 6. Monitor WBC, Hb, dan
 Penongkatan suhu normal Hct
tubuh diatas kisaran 1 2 3 4 (5) 7. Monitor intake dan
normal 4. Tidak ada perubahan output
 Kejang warna kulit 8. Berikan antipiretik
 Takikardi 1 2 3 4 (5) 9. Berikan pengobatan
 Takipnea 5. Tidak ada pusing untuk mengatasi
 Kulit terasa hangat 1 2 3 4 (5) penyebab demam
10. Selimuti pasien
Faktor-faktor yang 11. Lakukan tapid sponge
berhubungan : 12. Kolaborasi pemberian
 Anastesia cairan intravena
 Penurunan respirasi 13. Kompres pasien pada
 Dehidrasi lipat paha dan aksila
 Pemajanan 14. Tingkatkan sirkulasi
lingkungan yang udara
panas 15. Berikan pengobatan
 Penyakit untuk mencegah
 Pemakaian pakaian terjadinya menggigil
yang tidak sesuai Temperature Regulation
dengan suhu 1. Monitor suhu minimal
lingkungan tiap 2 jam
 Peningkatan laju 2. Rencanakan monitoring
metabolisme suhu secara kontinyu
 Medikasi 3. Monitor TD, nadi, dan RR
 Trauma 4. Monitor warna dan suhu
 Aktivitas berlebihan kulit
5. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan
hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
7. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan
akibat panas
9. Berikan anitipiretik jika
perlu
Vital Sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
4. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari
nadi
7. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernapasan
abnormal
10. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign

2 Resiko kekurangan NOC NIC


volume cairan  Fluid balance Fluid management
Definisi: berisiko  Hydrational
1. Pertahankan intake dan
mengamai dehiidrasi  Nutrition status: food output
vaskular,selular, atau
and fluid intake 2. Monitor status
intraselular
Kriteria hasil: hidrasi(kelembapapan
Faktor resiko: mukosa, nadi adekuat,
1. Mempertahankan tekanan darah ortostatik
 Kehilangan volume urine output 3. Monitor vital sign
cairan aktif
4. Monitor masukan
 Kurang pengetahuan 1 2 3 4 (5) makanan atau cairan dan
 Penyimoangan yang hitung intake kalori
2. Tekanan darah dalam
mempengaruhi 5. Kolaborasi pemberian IV
batas normal
absorbsi cairan 6. Monitor status nutrisi
1 2 3 4 (5)
 Penyimpangan yang 7. Dorong masukan oral
mempengaruhi 3. Nadi dalam batas 8. Tawarkan snck (jus buah)
akses cairan normal 9. Atur kemungkinan
 Kehilangan 1 2 3 4 (5) tranfusi
berlebihan melalui 10. Hipovolemik
rute normal(mis 4. suhu tubuh dalam management
diare) batas normal 11. Monitor status cairan
 Usia lanut 1 2 3 4 (5) intake dan output
 Berat badan ektrem 12. Pelihara IV line
5. Tidak ada tanda
 Faktor yang 13. Monitor tingkat HB dan
dehidrasi
mempengaruhi hematokrit
1 2 3 4 (5)
kebutuhan cairan 14. Monitor tanda vital
(mis status 6. Elastisitas turgor 15. Monitor respon pasien
hipermetabolik) kulit yang baik terhadap penambahan
 Kegagalan fungsi 1 2 3 4 (5) cairan
regulator 16. Monitor bb
 Kehilangan cairan 7. membran mukosa 17. Dorong pasien
melalui rute lembab tidak ada menambah intake oral
abnormal (mis. tanda dehidrasi 18. Pemebrian cairan IV
Slang menetap) 1 2 3 4 (5) monitor adanya tanda
 Agens fermasutikal 9 dan gejala kelebihan
mis.diuretik) volume cairan
19. Monitor tanda gejala
gagal ginjal

3 Resiko syok NOC NIC


hipovolemik  syok prevention Syok prevention
Definisi: beresiko  syok management
1. Monitor status sirkulasi
terhadap
kriteria hasil: BP, warna kulit, suhu
ketidakcukupan aliran
kulit, denyut jantung, HR,
darah kejaringan tubuh 1. nadi dalam dalam
dan ritme, nadi perifer
yang dapat batas normal dan kapiler refill
mengakibtakan
1 2 3 4 (5) 2. Monitor tanda inadekuat
disfungsi seluler yang
oksigenasi jaringan
mengancam jiwa 2. irama jantung dalam
3. Monitor suhu dan
batas yang pernafasan
Faktor resiko diharapkan 4. Monitor input dan output
1 2 3 4 (5) 5. Pantau nilai labor; HB,
 Hipotensi
HT, GDA dan eletrolit
 Hipovolemi 3. frekuensi nafas dlaam 6. Monitor hemodinamik
 Hipoksemia
batas yang invasi yang sesuai
 Hipoksia
7. Monitor dan gejala asites
 Infeksi diharapkan
8. Monitor tanda awal syok
 Sepsis 1 2 3 4 (5) 9. Tempatkan pasien pada
 Sindrom respons
posisi supine kaki elevasi
inflamasi sistemik 4. irama pernafasan
untuk meningkatkan
dalam batas yang preload yang tepat
diharapkan 10. Lihat dan pelihara
kepatenan jalan nafas
1 2 3 4 (5)
11. Berikan cairan IV atau
5. natrium serium oral yang tepat
dalam batas normal 12. Berikan vasodilator yang
tepat
1 2 3 4 (5)
13. Ajarkan pasien dan
6. kalium dalam batas keluarga tentang tanda
dan gejal syok
normal
14. Ajarka pasien dan
1 2 3 4 (5) keluarga tentang langkah
untuk mengatasi gejala
7. klorida dalam batas
syok
normal Syok management:
1 2 3 4 (5) 1. Monitor fungsi neurologis
2. Monitor fungsi renal(ex
8. kalsium dalam batas BUN Cr level)
yang diharapkan 3. Monitor tekanan nadi
1 2 3 4 (5) 4. Monitor status cairan,
input dan output
9. magnesium dalam 5. Catat gas darah dan
batas normal oksigen di jaringan
6. Monitor EKG sesuai
1 2 3 4 (5)
7. Memanfaatkan
10. PH darah dalam pemantauan jalur arteri
untuk meningkatkan
batas normal
akurasi pembacaan
1 2 3 4 (5) tekanan darah sesuai
11. Hidrasi 8. Menggambarkan gas
darah arteri dan
1 2 3 4 (5) memonitor jaringan
oksigenasi
12. Mata cekung tidak 9. Memamntautren dalam
ditemukan parameter
hemodinamik(mis. CVP,
1 2 3 4 (5)
MAP, tekanan kapiler
13. Demam tidak pulmonal/arteri)
10. Memantau faktor
ditemukan
penentu pengiriman
1 2 3 4 (5) jaringan oksigenasi,
PaO2 kadar hemoglobin
14. TD dalam batas
SaO2, CO) jika tersedia
normal 11. Memantau tingkat
1 2 3 4 (5) karbon dioksida
sublingual atau
15. Hemotokrit dalam tanometri lambung
batas normal sesuai
1 2 3 4 (5) 12. Memonir gejala gagal
pernfasan(mis. Rendah
PaO2 peningkatan
PaCO2 tingkat, kelelahan
otot pernafasan)
13. Monitor nilai
laboratorium(mis. CBC
dengan diferensial)
koagulasi profil kimia)
14. Memasukkan dan
memelihara besarnya
akses IV
4 Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh  Nutritional Status : Nutrition Management
berhubungan dengan food and fluid intake
intake nutrisi tidak  Nutritional Status : 1. Kaji adanya alergi
adekuat nutrient intake makanan
Kriteria Hasil 2. Kolaborasi dengan ahli
1. Adanya peningkatan gizi untuk menentukan
berat badan sesuai jumlah kalori dan nutrisi
Definisi : asupan nutrisi yang dibutuhkan pasien
tidak cukup untuk dengan tujuan
1 2 3 4 (5) 3. Anjurkan pasien untuk
memenuhi kebutuhan meningkatkan intake Fe
metabolik 2. Berat badan ideal
4. Anjurkan pasien untuk
sesuai dengan tinggi
meningkatkan protein
badan
dan vitamin C
1 2 3 4 (5)
Batasan Karakteristik : 5. Berikan substansi gula
3. Mampu 6. Yakinkan diet yang
 Kram abdomen mengidentifikasi dimakan mengandung
 Nyeri abdomen kebutuhan nutrisi tinggi serat untuk
 Menghindari 1 2 3 4 (5) mencegah konstipasi
makanan 4. Tidak ada tanda- 7. Berikan makanan yang
 Berat badan 20% tanda malnutrisi terpilih (sudah
atau lebih dibawah 1 2 3 4 (5) dikonsultasikan dengan
berat badan ideal 5. Menunjukkan ahli gizi)
 Kerapuhan kapiler peningkatan fungsi 8. Ajarkan pasien
 Diare pengecapan dari bagaimana membuat
 Kehilangan rambut menelan catatan makanan harian
berlebihan 1 2 3 4 (5) 9. Monitir jumlah nutrisi
 Bising usus 6. Tidak terjadi dan kandungan kalori
hiperaktif penurunan berat 10. Berikan informasi
 Kurang makanan badan yang berarti tentang kebutuhan
 Kurang informasi 1 2 3 4 (5) nutrisi
 Kurang minat pada 11. Kaji kemampuan pasien
makanan untuk mendapatkan
 Penurunan berat nutrisi yang dibutuhkan
badan dengan Nutrition Monitoring
asupan makanan 1. BB pasien dalam batas
adekuat normal
 Kesalahan konsepsi 2. Monitor adanya
 Kesalahan informasi penurunan berat badan
 Membran mukosa 3. Monitor tipe dan jumlah
pucat aktifitas yang biasa
 Ketidakmampuan dilakukan
memakan makanan 4. Monitor interaksi anak
 Tonus otot menurun atau orang tua selama
 Mengeluh gangguan makan
sensasi rasa 5. Monitor lingkungan
 Mengeluh asupan selama makan
makanan kurang 6. Monitor kulit kering dan
dari RDA perubahan pigmentasi
(recommanded daily 7. Monitor turgor kulit
allowance) 8. Monitor kekeringan,
 Cepat kenyang rambutkusam, dan
setelah makan mudah patah
 Sariawan rongga 9. Monitor mual dan
mulut muntah
 Kelemahan otot 10. Monitor kadar albumin,
pengunyah total protein, Hb, dan
 Kelemahan otot kadar Ht
untuk menelan 11. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
Faktor yang 12. Monitor pucat,
berhubungan : kemerahan, dan
 Faktor biologis kekeringan jaringan
 Faktor ekonomi konjungtiva
 Ketidakmampuan 13. Monitor kalori dan
untuk mengabsorbsi intake nutrisi
nutrien 14. Catat adanya edema,
 Ketidakmampuan hiperemik, hipertonik
untuk mencerna papila lidah dan cavitas
makanan oral
 ketidakmampuan 15. Catat jika lidah berwarna
menelan makanan magent, scarlet
 faktor psikologis

5 Resiko perdarahan NOC : NIC :


 Blood Lose Severiy
definisi: beresiko Blood Precution :
 Blood koagulation
mengalami
penurunan volume Krieria hasil: 1. Monitor ketat tanda-
darah yang dapat 1. Tidak ada hemauri
tanda perdarahan
mengganggu dan hemaemesis
kesehatan 2. Catat nilai Hb dan HT
1 2 3 4 (5)
sebelum dan sesudah
Faktor resiko
2. Kehilangan darah terjadi perdarahan
yang terlihat 3. Monitor nilai lab yang
 Aneurisme
1 2 3 4 (5) melipui
 Sirkumsisi
3. Tekanan darah PT,PTT,trombosit
 Defisiensi
pengetahuna dalam batas normal 4. Monitor TTV ortostatik
sistole dan diastole 5. Pertahankan bed rest
 Koagulasi
1 2 3 4 (5) selama perdarahan aktif
inravaskular
6. Kolaborasi dalam
diseminaa 4. Tidak ada perdarah
 Riwayat jatuh pervagina pemberian produk darah
 Gangguan 1 2 3 4 (5) (paltelet atau frest
gastrointestinal 5. Tidak ada disensi frozen plasma)
(mis. Penyaki ulkus abdomen 7. Lindungi pasien dari
lambung,polip 1 2 3 4 (5) trauma yang
vasrises) menyebakan perdarahan
6. Hemoglobin dan
 Gangguan hati(atoni 8. Hindari pengukuran
hematocrit dbn
uteri,reensi plasena) suhu rektal,
1 2 3 4 (5)
 Komplikasi terkait 9. Hindari pemberian
7. Plasma, PTT dbn aspirin dan
kehamilan(mis.plase
1 2 3 4 (5) anticoagulant
nta previa,
kehamilan 10. Hindari konstipasi
mola,solusio 11. Anjurkan pasien untuk
plasenta) meningkatkan intake

 Trauma makanan yang banyak

 Efeksamping terkait mengandung vit. K

erapi(mis. 12. Hindari erjadinya

Pembedahan,pembe konstipasi dengan

rian oba, pemberian menganjurkan untuk

produk darah, memperahankan intake

defisiensi cairan yang adekua dan

trombosit,kemotera pelembut feses

pi)
Bleeding reduction

1. Identifikasi penyebab
perdarahan
2. Monitor tren tekanan
darah dan parameter
capilary artery wedge
pressure
3. Monitor status cairan
yang meliputi inake dan
output
4. Monitor penentuan
pengiriman oksigen
kejraingan (PaO2, SaO2
dan level Hb dan cardiac
output)
5. Pertahankan retensi IV
line
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid.2. Salemba Medika
: Jakarta
Nasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta
Noer, Sjaifoellah dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.
Suriadi & Yuliani, Rita. 2001. Buku Pegangan Praktek Klinik : Asuhan Keperawatan pada
Anak. Sagung Seto : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai