PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infark Miokard Akut (IMA) merupakan salah satu manifestasi klinis penyakit jantung
coroner (Fathoni, 2011). Infark miokard akut, yang dikenal sebagai serangan jantung
adalah terbentuknya suatu daerah nekrosis pada sel otot miokardium akibat suplai darah
yang tidak adekuat ke suatu daerah yang diawali dengan iskemik (Robbins et al., 2007).
Infark miokard akut adalah penyebab utama morbiditas maupun mortalitas di seluruh
dunia (Takii, 2009). Laju mortalitas awal yaitu 30 hari pada pasien IMA sebesar 30%
dengan lebih dari separuh terjadi kematian sebelum pasien mencapai rumah sakit.
Walaupun laju mortalitas menurun yaitu sebanyak 30% dalam 2 dekade terakhir, sekitar
1 diantara 25 pasien yang tetap hidup pada perawatan awal, meninggal dalam tahun
pertama setelah IMA (Alwi, 2009). Infark miokard akut merupakan penyakit yang
diagnosis rawat inapnya tersering pada negara maju (Alwi, 2009). IMA ialah penyebab
tunggal kematian di negara industri dan risikonya meningkat secara progresif seumur
hidup. Pasien yang terkena IMA diperkirakan 1,5 juta orang dengan kematian sekitar
500.000 pasien setiap tahunnya di Amerika Serikat. Usia yang sering menderita IMA
berkisar antara 45 dan 54 tahun dan laki-laki memiliki kemungkinan terkena IMA empat
sampai lima kali dibandingkan perempuan. Risiko penyakit menjadi setara pada kedua
jenis kelamin setelah usia 80 tahun untuk penyakit sistemik secara umum (Robbins et al.,
2007). Infark miokard akut menyebabkan kematian setelah keluar rumah sakit sebanyak
72%. Sedangkan 21% disebabkan oleh serangan jantung dan 6% kematian mendadak
disebabkan oleh penyebab yang tidak diketahui. Peneliti mengidentifikasi 31.777 pasien
IMA yang terdiri dari 19.058 pasien yang dirawat di rumah sakit (60%) dan 12.719
pasien (40%) keluar dari rumah sakit meninggal di Belanda pada tahun 2000 (Koek et al., 2007).
Infark miokard akut adalah masalah kesehatan di masyarakat dan merupakan penyebab kematian
tertinggi di Indonesia. Angka fatalitas kasus atau case fatality rate (CRF) IMA adalah tertinggi
dibandingkan penyakit jantung lainnya yaitu 16,6% pada tahun 2002 dan 14,1% pada tahun 2003
berdasarkan statistik rumah sakit di Indonesia (Delima et al., 2009).
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian infark miokard akut
2. Mengetahui etiologi infark miokard akut
3. Mengetahui anatomi dan fisiologi jantung
4. Mengetahui patofisiologi infark miokard akut
5. Mengetahui Manisfestasi klinis infark miokard akut
6. Mengetahui komplikasi infark miokard akut
7. Mengetahui penatalaksanaan infark miokard akut
8. Mengetahui askep infark miokard akut
BAB II
PEMBAHASAN
Infark miokard akut adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung
terganggu. Infark Miokard Akut (IMA) adalah terjadinya nekrosis miokard yang cepat
disebabkan oleh karena ketidakseimbangan yang kritis antara aliran darah dankebutuhan
darah miokard. (Morton, 2012)Infark myokardium merupakan blok total yang mendadak
dari arterikoroner besar atau cabang-cabangnya. Lamanya kerusakan
myocardialbervariasi dan bergantung kepada besar daerah yang diperfusi oleh arteri
yangtersumbat. Infark myocardium dapat berakibat nekrosis karena parut ataufibrosis,
dan mendatangkan kematian mendadak. (Barbara, 2006)Dari ketiga pengertian diatas
maka dapat disimpulkan bahwa AkutMiokard Infark (AMI) merupakan suatu keadaan
dimana terjadi kerusakan ataukematian otot jantung yang disebabkan oleh karena
berkurangnya atauterhambatnya aliran darah koroner secara tiba-tiba atau secara tiba-
tibakebutuhan oksigen meningkat tanpa disertai perfusi arteri koroner yang cukup.
b. Etiologi
Menurut Nurarif (2013), penyebab IMA yaitu :
a. Faktor penyebab :
b) Emosi.
c) Makan terlalu banyak.
d) Hypertiroidisme.
a) Kerusakan miocard.
b) Hypertropimiocard.
c) Hypertensi diastolic
b. Faktor predisposisi :
b) Jenis kelamin: insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat setelah
menopause.
c) Hereditas.
Fisiologi
Jantung dapat dianggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah terkait fungsinya sebagai
pompa darah. Masing-masing terdiri dari satu atrium-ventrikel kiri dan kanan. Berdasarkan
sirkulasi dari kedua bagian pompa jantung tersebut, pompa kanan berfungsi untuk sirkulasi
paru sedangkan bagian pompa jantung yang kiri berperan dalam sirkulasi sistemik untuk
seluruh tubuh. Kedua jenis sirkulasi yang dilakukan oleh jantung ini adalah suatu proses yang
berkesinambungan dan berkaitan sangat erat untuk asupan oksigen manusia demi
kelangsungan hidupnya. Ada 5 pembuluh darah mayor yang mengalirkan darah dari dan ke
jantung. Vena cava inferior dan vena cava superior mengumpulkan darah dari sirkulasi vena
(disebut darah biru) dan mengalirkan darah biru tersebut ke jantung sebelah kanan. Darah
masuk ke atrium kanan, dan melalui katup trikuspid menuju ventrikel kanan, kemudian ke
paru-paru melalui katup pulmonal. 1 Darah yang biru tersebut melepaskan karbondioksida,
mengalami oksigenasi di paru-paru, selanjutnya darah ini menjadi berwarna merah. Darah
merah ini kemudian menuju atrium kiri melalui keempat vena pulmonalis. Dari atrium kiri,
darah mengalir ke ventrikel kiri melalui katup mitral dan selanjutnya dipompakan ke aorta. 1
Tekanan arteri yang dihasilkan dari kontraksi ventrikel kiri, dinamakan tekanan darah sistolik.
Setelah ventrikel kiri berkontraksi maksimal, ventrikel ini mulai mengalami relaksasi dan
darah dari atrium kiri akan mengalir ke ventrikel ini. Tekanan dalam arteri akan segera turun
saat ventrikel terisi darah. Tekanan ini selanjutnya dinamakan tekanan darah diastolik. Kedua
atrium berkontraksi secara bersamaan, begitu pula dengan kedua ventrikel.
d. Patofisiologi
Patofisiologi dari infark miokard akut diawali dari proses atherosklerosis. Proses
atherosklerosis terdiri dari 3 proses, yaitu dimulai dari terbentuknya fatty streak, lalu
pertumbuhan plak, dan terjadinya ruptur plak (Gambar 2.1.) (Lilly, 2011). Terbentuknya fatty
streak merupakan tahap awal dari atherosklerosis, yang dimana akan didapati perubahan
warna pada dinding arteri sebelah dalam menjadi kuning, tetapi tidak didapati adanya
penonjolan pada bagian dalam dinding arteri maupun gangguan pada aliran darah. Fatty streak
timbul akibat adanya stresor kimia dan fisika yang akan mempengaruhi homeostastis endotel,
sehingga akan mengganggu fungsi endotel sebagai barier permeabilitas. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya modifikasi dari lipid dan masuknya lipid ke subintima, yang akan
memicu pelepasan dari sitokin inflamasi. Lingkungan yang kaya sitokin dan lemak ini akan
menarik leukosit (khususnya monosit dan T limfosit) ke subintima, sehingga akan
menyebabkan terbentuknya foam cell (Lilly, 2011). Foam cell, aktivasi platelet dan endotel
yang rusak akan mengeluarkan berbagai substansi, seperti platelet derived growth factor,
sitokin, dan growth factor. Akibat dari lepasnya substansi tersebut, akan terjadi proliferasi dan
migrasi sel otot polos dari arterial media ke intima, sehingga akan mempengaruhi sintesis
dan degradasi dari matriks ekstraseluler dan mengakibatkan terbentuknya dinding fibrous
cap yang mengandung inti lipid. Proses inilah yang berperan dalam perubahan fatty streak
menjadi plak ateroma fibrosa (Lilly, 2011). Proses dari sintesis dan degradasi matriks terjadi
selama bertahun - tahun. Sel otot polos dan foam cell yang mati akibat dari stimulasi
inflamasi yang berlebihan atau akibat aktivasi dari proses apoptosis akan membebaskan isi
dari sel berupa lipid yang terserap dan sel debris, dimana akan menyebabkan semakin
besarnya inti lipid, yang akan memicu terjadi stres mekanik. Sebagai respon dari peningkatan
stres mekanik, akan terjadi akumulasi lokal dari foam cell dan T limfosit di area tersebut. Hal
ini akan menyebabkan terjadinya destruksi dari fibrous cap dan mempercepat proses
degradasi dari matriks ekstraseluler, sehingga menyebabkan rentannya plak mengalami ruptur
(Lilly, 2011). Distribusi dari fibrous cap dan net deposition merupakan faktor penentu dalam
integritas plak. Plak yang stabil (ditandai dengan fibrous cap yang tebal dan inti lemak yang
kecil) dapat menimbulkan penyempitan arteri, tetapi kecil kemungkinan untuk terjadi ruptur.
Sedangkan plak yang tidak stabil (ditandai dengan fibrous cap yang tipis, inti lemak yang
besar, infiltrasi makrofag yang luas dan sedikit sel otot polos) lebih rentan untuk mengalami
ruptur (Lilly, 2011). Rupturnya fibrous cap dari plak atherosklerosis tersebut akan
menyebabkan terpaparnya molekul protrombosis dengan inti lipid. Akibatnya akan
mendorong untuk terbentuknya trombus akut, yang akan menyumbat daripada lumen arteri.
Tersumbatnya lumen arteri ini akan mengakibatkan terjadinya infark miokard akut (Lilly,
2011).
e. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala infark miokard ( TRIAS ) adalah :
1. Nyeri :
- Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidak mereda,
biasanya diatas region sternal bawah dan abdomen bagian atas, ini
merupakan gejala utama.
- Keparahan nyeri dapat meningkat secaara menetap sampai nyeri tidak
tertahankan lagi.
- Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke
bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
- Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan
emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang
dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin (NTG).
- Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
- Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat,
pening atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
- Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat
karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu
neuroreseptor (mengumpulkan pengalaman nyeri).
2. Laboratorium:
Pemeriksaan Enzim jantung :
- CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam,
memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
- LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali
normal
- AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata/khusus ) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak
dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari
3. EKG:
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan
simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST.Perubahan yang terjadi kemudian
ialah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.
Gagal jantung
Karena ada kelainan otot jantung menyebabkan menurunnya
kontraktilitas, sehingga jantung tidak mampu memompa darah dengan adekuat
untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.
Syok kardiogenik
Karena adanya kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah
jantung, sehingga menurunkan tekanan darah arteri ke organ-organ vital.
Adapun tand-tandanya tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah, hypoxia, kulit
dingin dan lembab.
Tromboemboli
Murangnya mobilitas pasien dengan sakit jantung dan adanya gangguan
sirkulasi yang menyertai kelainan ini berleran dalam pembentukan thrombus
intracardial dan intravesikular
Disritmia
Gangguan irama jantung akibat penurunan oksigen ke jantung.
Rupture miokardium
Dapat terjadi bila terdapat infark miokardium, proses infeksi dan disfungsi
miokadium lain yang menyebabkan otot jantung melemah.
Kelas 1 A
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmia yang
menyertai anastesi.
Kelas 1 B
Kelas 1 C
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri ditandai dengan :
· wajah meringis
· gelisah
· delirium
· Dispnea berat
· Gelisah
· Sianosis
· Perubahan GDA
· Hipoksemia
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
miokard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrosis jaringan miokard ditandai
dengan gangguan frekuensi jantung, tekanan darah dalam aktifitas, terjadinya
disritmia, kelemahan umum
6. Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas biologis
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi jantung
/ implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang akan datang , kebutuhan
perubahan pola hidup ditandai dengan pernyataan masalah, kesalahan konsep,
pertanyaan, terjadinya kompliksi yang dapat dicegah.
c. Intervensi Keperawatan
A. Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
NO INTERVENSI RASIONAL
2 Ukur dan catat tanda vital tiap supply O2 koroner yang adekuat dapat
jam. dimanifestasikan dengan kestabilan
tanda vital.
6 Lakukan pemeriksaan ECG tiap Pemeriksaan ECG tiap hari dan saat
hari dan saat nyeri dada timbul. nyeri dada timbul berguna untuk
mendiagnosa luasnya infark.
NO INTERVENSI RASIONAL
3 Beri kesempatan pada pasien Umpan balik positif dari pasien dan
untuk bertanya tentang hal-hal keluarga menjadi tolak ukur sikap
yang belum dimengerti. kooperatif pasien.
4 Ukur dan catat tand vital Efek dari aktivitas terhadap sirkulasi
sebelum dan sesudah aktivitas. sistemik dan koroner dapat
ditunjukkan dalam peningkatan tanda
vital.
C. (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan
konduksi listrik jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler
sistemik; infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma
ventrikel dan kerusakan septum.
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Ukur dan catat tanda vital tiap Penurunan curah jantung dapat
jam. dimanifestasikan dengan peningkatan
nadi, TD, HR.