Oleh:
NIM : 21117074
2020
A. Pengertian
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai
darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. (Brunner &
Sudarth, 2002)
Infark miocard akut adalah nekrosis miocard akibat aliran darah ke otot jantung
terganggu. (Suyono, 1999)
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai
darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. (Smetzler Suzanne
C & Brenda G. Bare, 768 : 2002)
B. Etiologi
AMI terjadi jika suplai oksigen yang tidak sesuai dengan kebutuhan tidak
tertangani dengan baik sehingga menyebabkan kematian sel-sel jantung tersebut.
Beberapa hal yang menimbulkan gangguan oksigenasi tersebut diantaranya:
1. Faktor penyebab
Hal ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan darah
mencapai sel-sel jantung. Beberapa hal yang bisa mengganggu kepatenan
pembuluh darah diantaranya: atherosclerosis, spasme, dan arteritis. Spasme
pembuluh darah bisa juga terjadi pada orang yang tidak memiliki riwayat
penyakit jantung sebelumnya, dan biasanya dihubungkan dengan beberapa
hal antara lain: mengkonsumsi obat-obatan tertentu, stress emosional atau
nyeri, terpapar suhu dingin yang ekstrim, merokok.
2) Faktor Sirkulasi
3) Faktor darah
2. Faktor predisposisi
1) Merokok
Peran rokok dalam penyakit jantung koroner ini antara lain : menimbulkan
aterosklerosis, peningkatan trombogenesis dan vasokontriksi, peningkatan
tekanan darah, pemicu aritmia jantung, meningkatkan kebutuhan oksigen
jantung, dan penurunan kapasitas pengangkutan oksigen. Merokok 20 batang
rokok atau lebih dalam sehari bisa meningkatkan resiko 2-3 kali dibanding
yang tidak merokok.
2) Konsumsi alcohol
Meskipun ada dasar teori mengenai efek protektif alcohol dosis rendah
hingga moderat, dimana ia bisa meningkatkan trombolisis endogen,
mengurangi adhesi platelet, dan meningkatkan kadar HDL dalam sirkulasi,
akan tetapi semuanya masih controversial. Tidak semua literature
mendukung konsep ini, bahkan peningkatan dosis alcohol dikaitkan dengan
peningkatan mortalitas cardiovascular karena aritmia, hipertensi sistemik dan
kardiomiopati dilatasi.
3) Infeksi
4) Hipertensi sistemik
5) Obesitas
Terdapat hubungan yang erat antara berat badan, peningkatan tekanan darah,
peningkatan kolesterol darah, DM tidak tergantung insulin, dan tingkat
aktivitas yang rendah.
6) Kurang olahraga
C. Anatomi fisiologi
1. Anatomi
Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran sebesar kepalan
tangan. Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke pembuluh darah
dengan kontraksi ritmik dan berulang. Jantung normal terdiri dari empat
ruang, 2 ruang jantung atas dinamakan atrium dan 2 ruang jantung di
bawahnya dinamakan ventrikel, yang berfungsi sebagai pompa. Dinding
yang memisahkan kedua atrium dan ventrikel menjadi bagian kanan dan kiri
dinamakan septum.
2. Fisiologi
Kanan : vena cava superior (VCS), atrium kanan, vena cava inferior
(VCI)
AMI terjadi ketika iskemia yang terjadi berlangsung cukup lama yaitu lebih
dari 30-45 menit sehingga menyebabkan kerusakan seluler yang ireversibel.
Bagian jantung yang terkena infark akan berhenti berkontraksi selamanya.
Iskemia yang terjadi paling banyak disebabkan oleh penyakit arteri koroner /
coronary artery disease (CAD). Pada penyakit ini terdapat materi lemak
(plaque) yang telah terbentuk dalam beberapa tahun di dalam lumen arteri
koronaria (arteri yang mensuplay darah dan oksigen pada jantung) Plaque dapat
rupture sehingga menyebabkan terbentuknya bekuan darah pada permukaan
plaque. Jika bekuan menjadi cukup besar, maka bisa menghambat aliran darah
baik total maupun sebagian pada arteri koroner.
Tanda dan gejala dari serangan jantung tiap orang tidak sama. Banyak
serangan jantung berjalan lambat sebagai nyeri ringan atau perasaan tidak
nyaman. Bahkan beberapa orang tanpa gejala sedikitpun dinamakan ( silent heart
attack). Akan tetapi pada umumnya serangan AMI ini ditandai oleh beberapa hal
berikut :
1. Nyeri Dada
Serangan infark miokard biasanya akut, dengan rasa sakit seperti angina,
tetapi tidak seperti angina yang biasa, maka disini terdapat rasa penekanan
yang luar biasa pada dada atau perasaan akan datangnya kematian. Bila
pasien sebelumnya pernah mendapat serangan angina ,maka ia tahu bahwa
sesuatu yang berbeda dari serangan angina sebelumnya sedang berlangsung.
Juga, kebalikan dengan angina yang biasa, infark miokard akut terjadi
sewaktu pasien dalam keadaan istirahat, sering pada jam-jam awal dipagi
hari. Nitrogliserin tidaklah mengurangkan rasa sakitnya yang bisa kemudian
menghilang berkurang dan bisa pula bertahan berjam-jam malahan berhari-
hari. Rasa sakitnya adalah diffus dan bersifat mencekam, mencekik,
mencengkeram atau membor. Paling nyata didaerah subternal, dari mana ia
menyebar kedua lengan, kerongkongan atau dagu, atau abdomen sebelah
atas (sehingga ia mirip dengan kolik cholelithiasis, cholesistitis akut ulkus
peptikum akut atau pancreatitis akut).
Terdapat laporan adanya infark miokard tanpa rasa sakit. Namun bila
pasien-pasien ini ditanya secara cermat, mereka biasanya menerangkan
adanya gangguan pencernaan atau rasa benjol didada yang samar-samar
yang hanya sedikit menimbulkan rasa tidak enak/senang. Sesekali pasien
akan mengalami rasa napas yang pendek (seperti orang yang kelelahan) dan
bukanya tekanan pada substernal. Sesekali bisa pula terjadi
cekukan/singultus akibat iritasi diafragma oleh infark dinding inferior,
pasien biasanya tetap sadar, tetapi bisa gelisah, cemas atau bingung. Syncope
adalah jarang, ketidaksadaran akibat iskemi serebral, sebab cardiac output
yang berkurang bisa sekali-sekali terjadi. Bila pasien-pasien ditanyai secara
cermat, mereka sering menyatakan bahwa untuk masa yang bervariasi
sebelum serangan dari hari 1 hingga 2 minggu, rasa sakit anginanya menjadi
lebih parah serta tidak bereaksi baik tidak terhadap pemberian nitrogliserin
atau mereka mulai merasa distres/rasa tidak enak substernal yang tersamar
atau gangguan pencernaan (gejala -gejala permulaan /ancaman /pertanda).
Bila serangan-serangan angina menghebat ini bisa merupakan petunjuk
bahwa ada angina yang tidak stabil (unstable angina) dan bahwasanya
dibutuhkan pengobatan yang lebih agresif.
2. Sesak Nafas
3. Gejala Gastrointestinal,
4. Gejala lain termasuk palpitasi, rasa pusing, atau sinkop dari aritmia
ventrikel, dan gejala akibat emboli arteri (misalnya stroke, iskemia
ekstrimitas)
5. Bila diperiksa, pasien sering memperlihatkan wajah pucat bagai abu dengan
berkeringat, kulit yang dingin, walaupun bila tanda-tanda klinis dari syok
tidak dijumpai.
6. Nadi biasanya cepat, kecuali bila ada blok/hambatan AV yang komplit atau
inkomplit. Dalam beberapa jam, kondisi klinis pasien mulai membaik, tetapi
demam sering berkembang. Suhu meninggi untuk beberapa hari, sampai 102
derajat Fahrenheid atau lebih tinggi dan kemudian perlahan-lahan turun,
kembali normal pada akhir dari minggu pertama.
F. Pemeriksaan penunjang
1. EKG (Electrocardiogram)
2. Test Darah
Selama serangan sel-sel otot jantung mati dan pecah sehingga protein-
protein tertentu keluar masuk aliran darah.
Terjadi pada tahap lanjut infark miokard yaitu setelah 24 jam kemudian
mencapai puncak dalam 3-6 hari. Masih dapat dideteksi sampai dengan
2 minggu. Iso enzim LDH lebih spesifik dibandingkan CPK-MB akan
tetapi penggunaan klinisnya masih kalah akurat dengan nilai Troponin,
terutama Troponin T. Seperti yang kita ketahui bahwa ternyata isoenzim
CPK-MB maupun LDH selain ditemukan pada otot jantung juga bisa
ditemukan pada otot skeletal.
b. Troponin T & I
Merupakan protein merupakan tanda paling spesifik cedera otot jantung,
terutama Troponin T (TnT)Tn T sudah terdeteksi 3-4 jam pasca
kerusakan miokard dan masih tetap tinggi dalam serum selama 1-3
minggu. Pengukuran serial enzim jantung diukur setiap selama tiga hari
pertama, peningkatan bermakna jika nilainya 2 kali batas tertinggi nilai
normal.
3. Oronary Angiography
Anamnesis penyakit ini terdiri atas keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, dan kondisi psikologis pasien.
a. Keluhan Utama
Keluhan utama biasanya nyeri dada, perasaan sulit bernapas dan pingsan.
d. Riwayat Keluarga
f. Psikologis
g. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien terdiri atas keadaan umum dan B1- B6. Keadaan
umum: Pada pemeriksaan keadaan umum pasien IMA biasanya didapatkan
kesadaran baik atau compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat
gangguan yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat.
Gejala: kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, gerak statis, dan jadwal
olahraga tidak teratur.
1) Pemeriksaan Elektrokardiogram
a. Aktifitas
b. Sirkulasi
c. Integritas Ego
d. Eliminasi
e. Makanan / Cairan
f. Higiene
1) Tanda / gejala : kesulitan melakukan tugas perawatan
g. Neurosensori
h. Nyeri / ketidaknyamanan
1) Gejala :
e) Catatan : nyeri mungkin tak ada pada klien post operasi, dengan
DM, hipertensi, lansia.
2) Tanda :
a) Wajah meringis
i. Pernafasan
1) Gejala :
2) Tanda :
b) Sianosis
j. Interaksi social
1) Gejala :
2) Tanda :
H. Diagnosa
1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan askep selama 3 x 24 jam pola NIC
efektif b/d nafas klien menjadi efektif, dengan kriteria :
Airway Management :
hiperventilasi,
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara
kecemasan 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
bila perlu
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
pursed lips)
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien buatan
tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
4. Pasang mayo bila perlu
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal. 5. Lakukan fisioterapi dada
3. Tanda –tanda vital dalam rentang normal 6. Keluarkan secret dengan batuk atau suction
Respiratory Monitoring
2. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada 3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
kelelahan.
4. Monitor status kardiovaskuler
3. Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada
5. Monitor status pernafasan yang menandakan gagal
asites.
jantung
4. Tidak ada penurunan kesadaran 6. Monitor abdomen sebagai indikator penurunan perfusi
3 Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 NIC
injuri fisik x 24 jam nyeri klien berkurang, dengan kriteria :
Pain Management
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif ( lokasi,
nyeri, mampu menggunakan teknik non
karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas dan faktor
farmakologi untuk mengurangi nyeri)
pesipitasi)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
menggunakan managemen nyeri
3. Gunakan teknik komunikasi teraipetik untuk mengetahui
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,
pengalaman nyeri klien
frekuensi, dan tanda nyeri
4. Evaluasi pengalaman nyeri masa lalu
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang 5. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan
5. Tanda vital dalam rentang normal
6. Ajarkan tentang teknik pernafasan / relaksasi
7. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Analgetic Administration
Activity Therapy
Hudak & Gallo, 1995, Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, EGC : Jakarta