Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN KEPERAWATAN

“Perhitungan Ketenagaan Menurut Gilles dan WISN dan contoh”

Di susun Oleh:
Lestari Ningsih 21117074

Dosen Pembimbing : Efroliza, S.Kep., Ns., M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


PALEMBANG
PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
A. Metode Gillies

1. Metode Gillies untuk menghitung Kebutuhan Tenaga Kesehatan


Gillies (1989) dalam Nursing Management: A system Approach dikutip oleh
Bakri (2017), merumuskan suatu formula untuk menghitung kebutuhan SDM
Keprawatan. Rumus Penghitungan menurut Gillies adalah sebagai berikut:

Rata-rata jam perawatan perhari X (BOR X jumlah TT) X 365 hari


365 hari - jumlah hari libur X jam kerja efektif perhari

2. Prinsip perhitungan rumus Gillies:


Jumlah Jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah :
a. Waktu keperawatan langsung (rata rata 4-5 jam/klien/hari) dengan
spesifikasi pembagian adalah : keperawatan mandiri (self care) = ¼ x 4 = 1
jam , keperawatan partial (partial care ) = ¾ x 4 = 3 jam , keperawatan total
(total care) = 1-1.5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan intensif (intensive care)
= 2 x 4 jam = 8 jam.
b. Waktu keperawatan tidak langsung
a. Menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari
b. Menurut Wolfe & Young ( Gillies, 1994) = 60 menit/klien/hari = 1
jam/klien/hari
c. Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/hari/klien = 0,25
jam/hari/klien
d. Rata rata pasien per hari adalah jumlah pasien yang dirawat di suatu unit
berdasarkan rata rata biaya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR)
dengan rumus :

Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu X 100%


Jumlah tempat tidur X 365 hari

2
e. Jumlah hari pertahun yaitu: 365 hari
f. Hari libur masing – masing perawat pertahun, yaitu:73 hari (hari miggu)
atau libur = 52 hari (untuk ari sabtu tergantung kebijakan rumah sakit
setempat, kalau ini merupakan hari libur maka diperhitungkan, begitu juga
sebaliknya), hari libur nasional = 13 hari, dan cuti tahunan = 8 hari).
Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau kerja
efektif Hari maka 40/6 = 6,6 = 7 jam per hari, kalau kerja efektif 5 hari
maka 40/5 = 8 jam per hari).
Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di satu unit harus ditambah 25%
(untuk antisipasi kekurangan/cadangan).
Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 %

3. Contoh perhitungan rumus Gillies


1. Dari hasil observasi dan sensus harian selama enam bulan di sebuah ruangan
RS.X yang berkapasitas 32 tempat tidur, didapatkan jumlah rata-rata klien yang
di rawat (BOR) 25 orang per hari. Kriteria klien yang dirawat tersebut 10 orang
dapat melakukan perawatan mandiri, 9 orang perlu diberikan perawatan
sebagian, dan 6 orang harus diberikan perawatan total. Tingkat pendidikan
perawat yaitu SPK dan DIII Keperawatan. Hari kerja efektif adalah 5 hari per
minggu. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan
tenaga perawat di ruang tersebut adalah sebagai berikut :
a. Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkann klien per
hari, yaitu
1. Keperawatan langsung :
 Keperawatan mandiri 10 orang klien; 10 x 2 jam = 20 jam
 Keperawatan sebagian 9 orang klien; 9 x 3 jam = 27 jam
 Keperawatan total 6 orang klien; 6 x 6 jam = 39 jam
86 jam
2. Keperawatan tidak langsung : 25 orang klien x 1 jam = 25 jam
3. Penyuluhan kesehatan : 25 orang klien x 0,25 jam = 6,25 jam

3
b. Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per klien per hari
(total point a di atas) adalah = 4,69 jam
c. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan tersebut
adalah langsung dengan menggunakan rumus (Gillies, 1989) di atas, sehingga
didapatkan hasil sebagai berikut :
4,69jam/klien/hr X 25 org/hr X 365 hr 42796,25 jam/thn
=
365 hr – 128 hr/thn X 8 jam 1896 jam/thn
= 22,57 org (22 org)
= 22 + 20% = 26,4 orang (26 orang)
d. Menentukkan jumlah kebutuhan tenaga kepeawatan yang dibutuhkan per hari,
yaitu :
Rata-rata klien/hari X Rata-rata jam perawatan/hari
Jumlah jam kerja/hari
= 25 orang X 4,69 jam
= 14,65 orang (14 orang)/hari
8 jam
e. Menentukkan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu
dengan ketentuan menurut Warstler (dalam Swansburg, 1990 hal 71) Proporsi
dinas Pagi: 47%, Sore:36% dan Malam: 17%. Maka pada kondisi di atas
jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift adalah:
 Shift Pagi = 6,58 (7 orang)
 Shift Sore = 5,04 (5 orang)
 Shift malam = 2,38 (2 orang)

2. Pada tahun 2016 Rumah Sakit X telah melakukan penghitungan tenaga perawat.
Penghitungan kebutuhan tenaga dilakukan dengan menggunakan metode Gillies.
Metode ini dipilih karena terdapat tambahan dalam jumlah tertentu untuk
mengantisipasi kekurangan tenaga. Metode Gillies digunakan untuk menghitung
kebutuhan tenaga keperawatan dengan menghitung jumlah jam kerja perawat

4
perhari kali jumlah pasien rata-rata per hari kali jumlah hari setahun lalu dibagikan
dengan jumlah hari setahun kurang hari libur kali jumlah jam kerja per hari.
Sehingga, dapat ditentukan dengan rumus,

Jumlah tenaga= Rata-rata jam perawatan perhari x BOR x Jumlah TT x 365hari


365hari-Jumlah hari libur x jam kerja efektif perhari

Maka untuk menghitung jumlah kebutuhan tenaga perawat di Instalasi rawat Inap
Rumah Sakit Haji dijabarkan sebagai berikut,
1. Hasil perhitungan ini, nanti akan ditambahkan 20% dari hasil perhitungan
untuk antisipasi kekurangan tenaga
2. Rata-rata jam perawatan diperoleh dari penghitungan nilai rerata pada jam
perawatan dengan nilai minimal 4 jam dan maksimal 8 jam perawatan.
Penghitungan dilakukan seperti berikut:

Rata-rata jam perawatan= jam perawatan minimal+jam perawatan maksimal


2

Rata − rata jam perawatan = 4 jam + 8 jam


2
Rata − rata jam perawatan = 12 Jam
2
Rata-rata jam perawatan = 6 jam

BOR rumah Sakit Haji Medan pada Tahun 2017 adalah 60%.
Jumlah tempat tidur yang dimiliki oleh Rumah Sakit Haji Medan sebanyak 254
tempat tidur.
Jumlah hari libur diperoleh dari jumlah cuti tahunan yang berhak ditrima tenaga
perawat sebanyak 12 hari di jumlah dengan jumlah hari tenaga perawat Rumah
Sakit Haji Medan untuk kegiatan Pendidikan dan pelatihan, dan ketidak hadiran

5
kerja sebanyak 10 hari dan dijumlahkan dengan hari Libur Nasional, berdasarkan
Keputusan Bersama Menteri Terkait tentang Hari Libur Nasional dan Cuti
Bersama, tahun 2017 ditetapkan sebanyak 19 hari. Maka, dapat dihitung sebagai
berikut :
Jumlah hari libur = jumlah cuti tahunan+ jumlah untuk kegiatan Pendidikan dan
pelatihan, dan ketidak hadiran kerja+ hari Libur Nasional
Jumlah hari libur = 12 Hari + 10 Hari + 19 Hari
Jumlah hari libur = 41 hari
Jam kerja efektif per hari adalah jam kerja yang digunakan oleh tenaga perawat,
yaitu 8 jam.

Jumlah tenaga = Rata-rata jam perawatan perhari x (BOR x Jumlah TT) x


365hari
(365hari-Jumlah hari libur) x jam kerja efektif perhari

Jumlah tenaga = 6 jam x 60%x254 x 365 hari


(365 hari – 4)1 x 8
Jumlah tenaga = 129 orang + (20% x 129 orang)
Jumlah tenaga = 129 orang + 26 orang
Jumlah tenaga = 155 orang

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan diketahui bahwa jumlah


kebutuhan tenaga perawat dengan menggunakan metode Gillies sebanyak 155
orang.

6
B. Metode Workload Indicator Staff Need (WISN)

1. Metode Workload Indicator Staff Need (WISN) untuk Menghitung


Kebutuhan SDM Kesehatan
Metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja (WISN)
adalah suatu metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan pada
beban pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh tiap kategori SDM kesehatan
pada tiap unit kerja di fasilitas pelayanan kesehatan. (Depkes RI, 2004)
Kelebihan metode WISN adalah mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara
teknis mudah diterapkan, komprehensif dan realistis. Dengan menggunakan
metode WISN ini, kita dapat mengetahui unit kerja dan kategori SDM nya,
waktu kerja tersedia tiap kategori SDM, standar beban kerja, standar
kelonggaran, kuantitas kegiatan pokok dan akhirnya dapat mengetahui
kebutuhan SDM pada unit kerja tersebut (Depkes RI, 2004).
Metode WISN juga Berguna untuk menghitung kebutuhan saat ini dan
masa mendatang, bermanfaat untuk membandingkan SDM Kes pada daerah atau
fasilitas kesehatan yang berbeda, dapat melihat apa nakes bekerja sudah sesuai
dengan profesinya atau tidak, dapat mengidentifikasi seberapa besar beban kerja
SDM Kesehatan (Depkes RI, 2009).
Mugisha dan Namaganda (2008) menyatakan bahwa metode WISN
memiliki kelemahan utama yaitu sangat tergantung dari keakuratan dan
kelengkapan data yang berkaitan dengan beban kerja. Akibat dari kelemahan
tersebut didapatkan hasil bahwa bisa jadi angka kebutuhan tenaga yang
dihasilkan dari metode WISN tersebut sebenarnya tidak sesuai dengan beban
kerja. Perhitungan beban kerja obyektif perlu dilakukan untuk mengetahui
keakuratan metode WISN sehingga tidak menimbulkan interpretasi hasil yang
salah. Selain itu, metode WISN dinilai terlalu panjang sehingga memerlukan
ketelitian yang tinggi.

7
2. Langkah – langkah menggunakan perhitungan WISN
Menurut Kepmenkes no.81 tahun 2004, adapun langkah perhitungan
kebutuhan SDM berdasarkan WISN ini meliputi 5 langkah, yaitu:
1. Menetapkan Waktu Kerja Tersedia
Menetapkan waktu kerja tersedia tujuannya adalah diperolehnya waktu
kerja tersedia masing-masing kategori SDM yang bekerja selama kurun
waktu satu tahun. Data yang dibutuhkan untuk menetapkan waktu kerja
tersedia adalah sebaga berikut:
a) Hari Kerja, sesuai ketentuan berlaku di tempat kerja atau Peraturan
Daerah setempat, pada umumnya dalam 1 minggu 6 hari kerja. Dalam
1 tahun 300 hari kerja (6 hari x 50 minggu).
b) Cuti Tahunan, sesuai ketentuan setiap SDM memiliki hak cuti 12hari
kerja setiap tahun.
c) Pendidikan dan pelatihan, sesuai ketentuan yang berlaku di tempat
kerja untuk mempertahankan dan meningkatkan
kompetensi/profesionalisme setiap kategori SDM memiliki hak untuk
mengikuti pelatihan/kursus/seminar lokakarya dalam 6 hari kerja.
d) Hari Libur Nasional, berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Terkait
tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama, tahun 2016
ditetapkan.
e) Ketidakhadiran kerja, sesuai data rata-rata ketidak hadiran kerja
(selama kurun waktu 1 tahun) karena alasan sakit, tidak masuk dengan
atau tanpa pemberitahuan/ijin.
f) Waktu kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di tempat kerja atau
Peraturan Daerah, pada umumnya waktu kerja dalam 1 hari adalah 8
jam (6 hari kerja/minggu).

8
Berdasarkan data tersebut selanjutnya dilakukan perhitungan untuk
menetapkan waktu tersedia dengan rumus sebagai berikut:
Waktu Kerja Tersedia = {A – (B+C+D+E)} x F
Keterangan :
A = Hari Kerja
B = Cuti Tahunan
C = Pendidikan & Pelatihan
D = Hari Libur Nasional
E = Ketidak Hadiran Kerja
F = Waktu Kerja

Apabila ditemukan adanya perbedaan rata-rata ketidakhadiran kerja


atau RS menetapkan kebijakan untuk kategori SDM tertentu dapat
mengikuti pendidikan dan pelatihan lebih lama dibanding kategori SDM
lainnya, maka perhitungan waktu kerja tersedia dapat dilakukan
perhitungan menurut kategori SDM.

2. Menetapkan Unit Kerja Dan Kategori SDM


Menetapkan unit kerja dan kategori SDM tujuannya adalah diperolehnya
unit kerja dan kategori SDM yang bertanggung jawab dalam
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan perorangan pada pasien,
keluarga dan masyarakat didalam dan diluar RS. Data dan informasi yang
dibutuhkan untuk penetapan unit kerja dan kategori SDM adalah sebagai
berikut :
a) Bagan struktur organisasi rumah sakit dan uraian tugas pokok dan
fungsi masing-masing unit dan sub-unit kerja.
b) Keputusan Direktur RS tentang pembentukan unit kerja strutural dan
fungsional.

9
c) Data pegawai berdasarkan pendidikan yang bekerja pada tiap unit
kerja di RS.
d) PP 32 tahun 1996 tentang SDM Kesehatan.
e) Peraturan perundang-undangan berkaitan dengan jabatan fungsional
SDM kesehatan.
f) Standar profesi, standar pelayanan dan standar operasional prosedur
(SOP) pada tiap unit kerja RS.

Apabila ditemukan unit kerja fungsional yang belum diatur atau


ditetapkan oleh Direktur, Depkes, Pemda (Pemilik RS) perlu ditelaah
terlebih dahulu sebelum disepakati ditetapkan keberadaannya. Selanjutnya
apakah fungsi, kegiatan-kegiatannya dapat digabung atau menjadi bagian
unit kerja yang telah ada. Untuk menghindari hambatan atau kesulitan
perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja, sebaiknya tidak
menggunakan metode analisis jabatan untuk menetapkan kategori SDM
sesuai kompetensi yang dipersyaratkan dalam melaksanakan suatu
pekerjaan/kegiatan di tiap unit kerja.

3. Menyusun Standar Beban Kerja


Standar beban kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama 1 tahun
per kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun
berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan (ratarata waktu)
dan waktu yang tersedia per-tahun yang dimiliki oleh masingmasing
kategori tenaga. Data dan informasi yang dibutuhkan untuk menetapkan
beban kerja masing-masing kategori SDM utamanya adalah sebagai berikut
:
1. Kategori SDM yang bekerja ada tiap unit kerja sebagaimana hasil
yang telah ditetapkan pada langkah kedua.
2. Standar profesi, standar pelayanan yang berlaku.

10
3. Rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh tiap kategori SDM untuk
melaksanakan/menyelesaikan berbagai pekerjaan.
4. Data dan informasi kegiatan pelayanan pada tiap unit kerja.

Beban kerja masing-masing kategori SDM di tiap unit kerja adalah


meliputi:
a) Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh masing-masing kategori
SDM.Kegiatan pokok adalah kumpulan berbagai jenis kegiatan sesuai
standar pelayanan dan standar operasional prosedur (SOP) untuk
menghasilkan pelayanan perusahaan yang dilaksanakan oleh SDM
dengan kompetensi tertentu.
b) Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiapkegiatan
pokok. Rata-rata waktu adalah waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu kegiatan pokok, oleh masing-masing kategori
SDM pada tiap unit kerja. Kebutuhan waktu untuk menyelesaikan
kegiatan sangat bervariasi dan dipengaruhi standar pelayanan, standar
operasional prosedur (SOP), sarana dan prasarana medik yang tersedia
serta kompetensi SDM. Rata-rata waktu ditetapkan berdasarkan
pengamatan dan pengalaman selama bekerja dan kesepakatan
bersama. Agar diperoleh data rata-rata waktu yang cukup akurat dan
dapat dijadikan acuan, sebaiknya ditetapkan berdasarkan waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok oleh SDM yang
memiliki kompetensi, kegiatan pelaksanaan standar pelayanan, standar
operasional prosedur (SOP), dan memiliki etos kerja yang baik.
c) Standar beban kerja per satu tahun masing-masing kategori SDM.
Standar beban kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama satu
tahun per kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan
pokok disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikannya.

11
Adapun rumus perhitungan standar beban kerja adalah sebagai berikut:

Standar beban kerja = Waktu kerja yang tersedia


Rata-rata waktu kegiatan pokok

4. Menyusun Standar Kelonggaran


Penyusunan standar kelonggaran tujuannya adalah diperolehnya faktor
kelonggaran tiap kategori SDM meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan
waktu untuk menyelesaikan suatu kegiatan yang tidak terkait langsung atau
dipengaruhi tinggi rendahnya kualitas atau jumlah kegiatan
pokok/pelayanan.
Penyusunan faktor kelonggaran dapat dilaksanakan melalui pengamatan
dan wawancara kepada tiap kategori tentang:
a) Kegiatan-kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan pada
klien, misalnya: rapat, penyusunan laporan kegiatan, menyusun
kebutuhan bahan habis pakai.
b) Frekuensi kegiatan dalam suatu hari, minggu, bulan.
c) Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan. Selama
pengumpulan data kegiatan penyusunan standar beban kerja, sebaiknya
mulai dilakukan pencatatan tersendiri apabila ditemukan kegiatan yan tidak
dapat dikelompokkan atau sulit dihitung beban kerjanya karena
tidak/kurang berkaitan dengan pelayanan pada pasien untuk selanjutnya
digunakan sebagai sumber data penyusunan faktor kelonggaran tiap
kategori SDM. Adapun rumus dalam melakukan perhitungan standar
Kelonggaran yaitu:

Standar kelonggaran = waktu per faktor kelonggaran


Waktu kerja tersedia

12
5. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Per Unit Kerja
Perhitungan kebutuhan SDM per unit kerja tujuannya adalah diperolehnya
jumlah per unit kerja sesuai beban kerja selama 1 tahun. Sumber data yang
dibutuhkan untuk perhitungan kebutuhan SDM per unit kerja meliputi:
a) Data yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya yaitu:
1) Waktu kerja tersedia
2) Standar beban kerja
3) Standar kelonggaran masing-masing kategori SDM.
4) Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama kurun waktu satu
tahun.
Untuk penyusunan kuantitas kegiatan pokok Instalasi Rawat Inap
dibutuhkan data dasar sebagaiberikut:
a. Jumlah tempat tidur
b. Jumlah pasien masuk/keluar dalam 1 tahun
c. Rata-rata sensus harian
d. Rata-rata lama pasien di rawat (LOS)

Data kegiatan yang telah diperoleh dan standar beban kerja serta standar
kelonggaran merupakan sumber data untuk perhitungan kebutuhan SDM di
setiap instalasi dan unit kerja dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Kebutuhan SDM = Kualitas kegiatan pokok+ standar kelonggaran


Standar beban kerja

13
3. Contoh soal perhitungan rumus WISN
a. Menetapkan Waktu Kerja
Waktu kerja tersedia adalah waktu yang harus dipenuhi oleh seorang tenaga
keperawatan dalam menjalankan kegiatannya. Tujuan menetapkan waktu kerja
tersedia adalah diperolehnya waktu kerja tersedia masing-masing kategori SDM
yang bekerja selama kurun waktu satu tahun. Data yang dibutuhkan untuk
menetapkan waktu kerja tersedia adalah sebaga berikut:
1. Hari Kerja, Tenaga perawat Rumah Sakit Haji Medan memiliki hari kerja
efektif selama 5 hari dalam satu minggu. Kemudian akan dikalikan dengan
jumlah minggu dalam 1 tahun yaitu sebanyak 52 minggu (A)
2. Cuti Tahunan, Tenaga perawat Rumah Sakit Haji Medan memiliki hak cuti
12 hari kerja setiap tahun. (B).
3. Tenaga perawat Rumah Sakit Haji Medan memiliki jumlah Pendidikan dan
pelatihan, dan ketidak hadiran kerja sebanyak 10 hari. (C) 4. Hari Libur
Nasional, berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Terkait tentang Hari
Libur Nasional dan Cuti Bersama, tahun 2017 ditetapkan sebanyak 19 hari.
(D)
4. Waktu kerja, Tenaga perawat Rumah Sakit Haji Medan memiliki waktu
kerja dalam 1 hari adalah 8 jam. (E)
Sehingga, dapat ditentukan jumlah waktu kerja sebagai berikut:
Waktu kerja Tersedia = {A-(B+C+D)} X E
Waktu kerjaterseda = {(Hari Kerja x jumlah minggu dalam 1 tahun)- (Cuti
Tahunan+ jumlah hari untuk Pendidikan dan pelatihan, dan ketidak hadiran
kerja+Hari Libur Nasional)} x Waktu kerja
Waktu kerja = {(5 hari x 52 minggu) –( 12 hari + 19 hari + 10 hari)} x 8 jam
Waktu kerja = 1.752 jam/ tahun
Waktu kerja = 105.120 menit/tahun
Waktu kerja = 73 hari/tahun

14
Maka, waktu kerja yang dibutuhkan oleh setiap tenaga perawat adalah 105.120
menit/tahun.
b. Menghitung Standar kelonggaran
Penghitungan standar kelonggaran dilakukan berdasarkan data yang diperoleh
dari Rumah Sakit Haji Medan, yang terdiri dari faktor-faktor kelonggaran dan
rata-rata waktu (menit) untuk kegiatan selama satu tahun. Menghitung Standar
Kelonggaran adalah kegiatan menghitung kebutuhan waktu untuk
menyelesaikan tiap faktor kelonggaran dibanding dengan waktu kerja tersedia.
Penghitungan standar kelonggaran di Rumah Sakit haji dilakukan pada kegiatan
rapat mingguan, menyusun laporan kegiatan, menyusun kebutuhan obat dan alat,
menyusun kebutuhan bahan habis pakai dan pertemuan audit keperawatan.

Tabel Standar Kelonggaran Tenaga Keperawatan di Instalasi Rawat Inap


Rumah Sakit Haji Medan
No. Faktor Kelonggaran Rata-Rata waktu Standar kelonggaran
(menit)
1. Rapat bulanan 6240 0,055803571
2. Menyusun laporan kegiatan 6240 0,055803571
3. Menyusun kebutuhan obat 4500 0,041852679
dan alat
4. Menyusun kebutuhan bahan 4500 0,041852679
habis pakai
5. Pertemuan audit 6240 0,055803571
keperawatan
Total 0,055803571

Berdasarkan Tabel diatas diketahui bahwa faktor kelonggaran perawat di


instalasi rawat inap di Rumah Sakit Haji Medan yang paling besar adalah rapat
bulan, menyusun laporan kegiatan, dan pertemuan audit keperawatan yang
dilakukan selama 2 jam setiap minggu (6240 menit dalam setahun), sedangkan
faktor kelonggaran paling kecil adalah menyususn kebutuhan obat dan alat serta

15
menyusun kebutuhan bahan abis pakai yang dilakukan sekitar 1,5 jam setiap
minggu (4500 menit dalam setahun).

16

Anda mungkin juga menyukai