Anda di halaman 1dari 22

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL PADA LANSIA

65 TAHUN KE ATAS

Disusun Oleh :

Lestari Ningsih 21117074


Pariska rahma dia 21117093
Popy pratama 21117094
Rahma arifah putri 21117095
Rahmadiya rendra 21117096
Ramadhoni 21117097

Dosen Pembimbing :

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKes MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2019 / 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan

karunia yang telah diberikan kepada kami sehingga bisa menyelesaikan Tugas Keperawatan

jiwa dengan judul ”perkembangan psikososial pada lansia 65 tahun ke atas”

Dalam penyusunan Tugas ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami

menyadari bahwa  dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan

bimbingan dari beberapa orang, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada

teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis

harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini dan bila untuk makalah

selanjutnya.Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi

pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat

tercapai, Aamin

Palembang,13 Mei 2019

Penulis
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................… i
DAFTAR ISI...........................................................................................… ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................… 1
B. Rumusan Masalah........................................................................… 1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................… 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian lansia..............................................................................3
B. Batasan -batasan usia lansia.............................................................3
C. Tipologi manusia lansia...................................................................4
D. Perubahan yang terjadi pada lansia..................................................5
E. Masalah kesehatan lansia.................................................................9
F. Lansia yang sukses dan bahagia.......................................................10
G. Penyakit psikiatris............................................................................10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian........................................................................................12
B. Diagnosa ..........................................................................................12
C. intervensi..........................................................................................13
D.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................................18

B. Saran ....................................................................................................18
ii

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses atau keadaan menjadi tua,senescence,merupakan fenomena perkembangan


manusi yang alamiah dimana secara berangsur-angsur terjadi kemunduran dari kapasitas
mental,berekurangnya minat social dan menurunnya aktifitas fisik serupa dengan masa
kanak-kanak,remaja,dewasa,menjadi tua adalah hal yang normal yang disertai pula dengan
problema yang khusus pula. Tekanan hidup yang beraneka ragam yang terdapat dalam
masyarakat ikut membentuk keadaan istimewa atau khusus ini pada usia lanjut.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perawatan usia lanjut yang keadaan
kesehatannya terutama dipengaruhi oleh proses ketuaannya,maka penulis mengambil judul
makalah ini “Asuhan Keperawatan pada Pasien Lansia”.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang “Asuhan Keperawatan
Perkembangan Psikososial Lansia”, dengan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian lansia?
2. Berapa batasan-batasan usia lansia?
3. Apa saja tipologi manusia lansia?
4. Apa saja perubahan yang di alami lansia?
5. Apa saja masalah kesehatan lansia?
6. Apa itu lansia yang sukses dan bahagia?
7. Apa saja penyakit psikiatris yang dapat di alami oleh lansia?

C. Tujuan Penulisan

Adapun penulisan ini, bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui apa pengertian


1 dari Lansia
2. Untuk mengetahui Berapa batasan-batasan usia lansia
3. Untuk mengetahui Apa saja tipologi manusia lansia
4. Untuk mengetahui Apa saja perubahan yang di alami lansia
5. Untuk mengetahui apa saja masalah kesehatannya yang ada pada lansia
6. Untuk mengetahui Apa itu lansia yang sukses dan bahagia
7. Untuk mengetahui apa saja penyakit psikiatris yang dapat di alami oleh Lansia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lansia

Lansia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan


jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti died dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita.
Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi
fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu
cenderung berpotensi  menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa
secara khusus pada lansia. Lansia adalah seseorang yang lebihdari 75 tahun

B. Batasan-batasan Usia Lansia

Lanjut usia memiliki patokan umur yang berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60
– 65tahun. Menurut WHO terdapat empat tahap batasan umur yaitu masuk usia pertengahan
(middle age) antara 45 - 59 tahun, usia lanjut (elderly) antara 60 - 74 tahun, dan usia lanjut
usia (old) antara 75 - 90 tahun, serta usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho,
2008).
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan umur yang
mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:
1. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2 yang
berbunyi“Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun
ke atas”.

2. (WHO) usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria berikut: usia pertengahan (middle
age) ialah 45 - 59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60 - 74 tahun, lanjut usia tua (old)
ialah 75 - 90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun.
3
3. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI),terdapat empat fase yaitu : pertama (fase
inventus) ialah 25 - 40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40 - 55 tahun, ketiga (fase
presenium) ialah 55 - 65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65 hingga tutup usia.

4. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoromasa lanjut usia (geriatric age): > 65
tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi menjadi tiga
batasan umur, yaitu young old (70 - 75 tahun), old (75 - 80 tahun), dan very old ( >
80 tahun) (Efendi, 2009).

C. Tipologi Manusia Lansia


Terdapat bermacam-macam tipologi manusia lanjut usia, ada tipe mandiri, tipe
tidak puas, tipe pasrah, dan tipe bingung. Pertama, pada lansia tipe mandiri, mereka
mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan-kegiatan baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, teman pergaulan, serta memenuhi undangan. Kedua, lansia tipe tidak
puas cenderung memiliki konflik lahir bantin, menentang proses penuaan yang
menyebabkan hilangnya kecantikan, daya Tarik jasmaniah, kekuasaan, status, teman
yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani, dan
pengkritik. Ketiga, lansia tipe pasrah cenderung menerima dan menunggu nasib baik,
mempunyai konsep habis gelap terbitlah terang, mengikuti kegiatan beribadah, ringan
kaki, pekerjaan apa saja dilakukan. Keempat, lansia tipe binggung cenderung kaget,
kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif , acuh tak
acuh.
Pengelompokan lain sebagaimana dikemukan oleh tipe lain dari lansia adalah tipe
optimis, tipe konstruktif, tipe independen (ketergantungan), tipe defensife (bertahan), tipe
militan dan serius, tipe pemarah/ frustasi ( kecewa akibat kegagalan dalam melakukan
sesuatu), serta tipe putus asa ( benci pada diri sendiri)

Tipe lansia berkaitan dengan karakter, pengalaman kehidupannya, lingkungan,


kondisifisik, mental, sosial4 dan ekonominya, antara lain tipe optimis, tipe kontruktif, tipe
ketergantungan (dependent), tipe defensif, tipe militant dan serius, tipe marah/ frustasi
( the angry man ), dan tipe putus asa ( self heating man ).
Ada juga pendapat yang menggolongkan lansia dalam kelompok-kelompok
sebagai berikut: lanjut usia mandiri sepenuhnya, lanjut usia mandiri dengan bantuan
langsung keluarganya, lanjut uisa mandiri dengan bantuan tidak langsung, lanjut usia
dibantu oleh badan social, lanjut usia Panti Sosial Tresna Werda, lanjut usia yang
dirawat di rumah sakit, dan lanjut usia yang menderita gangguan mental.

Di Negara maju, ukuran kemampuan kemandirian para lanjut usia berupa


kemampuan melakukan aktivitas normal sehari-hari. Apakah tanpa bantuan orang lain
mereka dapat bangun, mandi, ke WC, kerja ringan, olahraga, pergi ke pasar, berpakaian
rapi, membersihkan kamar, tempat tidur, lemari, mengunci pintu dan jendela, dan
aktivitas lain-lain? Salah satu faktor yang sangat menentukan adalah keadaan mental
yang dapat menyebabkan demensia ( kemunduran dalam fungsi berpikir ).

D. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia


1. Perubahan pada semua system dan implikasi klinik
a. Sel

Jumlah sel pada lansia lebih sedikit, ukuranya lebih besar, jumlah cairan tubuh
dan cairan intra seluler berkurang, proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah,
danhatimenurun.

b. Perubahan pada system sensoris

Sensoris memengaruhi kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan


orang lain dan untuk memelihara atau membentuk hubungan baru, berespons
terhadap bahaya, dan menginterprestasiakan masukan sensori dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari.

1. Penglihatan

Perubahan pengelihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam


proses penuaan termasuk penurunan kemampuan dalam melakukan akomodasi,
5
kontraksi pupil, akibat penuaan, dan perubahan warna serta kekeruhan lensa,
yaitu katarak.

2. Pendengaran
Penurunan pendengaran merupakan kondisi yang secara dramatis dapat
memengaruhi kualitas hidup. Kehilangan pendengaran pada lansia disebut
presbikusis.

3. Perabaan

Perabaan merupakan system sensori pertama yang menjadi fungsional


apabila terdapat gangguan pada penglihatan dan pendengaran.

4. Pengecapan

Hilangnya kemampuan menikmati makanan seperti pada saat seseorang


bertambah tua mungkin dirasakan sebagai kehilangan salah satu kenikmatan
dalam kehidupan.

5. Penciuman

Sensi penciuman berkerja akibat stimulasi reseptor olfaktorius oleh zat


kimia yang mudah menguap. Perubahan yang terjadi pada penciuman akibat
proses menua yaitu penurunan atau kehilangan sensai penciuman karena penuaan
dan usia.

c. Perubahan pada system integumen

Padalansia, epidermis tipis dan rata, terutama yang paling jelas di


atastonjolan-tonjolantulang , telapak tangan, kaki bawah, dan permukaan dorsalis
tangan dan kaki. Penipisan ini menyebabankan vena-vena tampak lebih menonjol.

1. Stratum korneum

Stratum korneum merupakan lapisan terluar dari epidermis yang terdiriri


dari timbunan korneosit.

2. Epidermis
Berikut inimerupakan
6 perubhana yang terjadi pada epidermis akibat
proses menua. Pertama, jumlah sel basal menjadi lebih sedikit, perlambatan
dalam proses perbaikan sel, dan penurunan jumlah kedalam rete ridge. Kedua,
terjadi penurunan jumlah melanosit. Implikasi dari hal ini adalah perlindungan
terhadap sinar ultraviolet berkurang dan terjadinya pigmentasi yang tidak merata
pad akulit. Ketiga, penurunan jumlah sel Langer hans sehingga menyebabakan
penurunan konpetensi imun.
3. Dermis

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada dermis akibat proses
menua. Pertama, volume dermal mengalami penurunan yang menyebabakan
penipisan dermal dan jumlah sel berkurang. Kedua, penghancuran serabut elastic
dan jaringan kolagen oleh enzim-enzim.

4. Subkutis

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada subkutis akibat proses
menua. Pertama , lapisan jaringan subkutan mengalami penipisan. Implikasi ini
adalah penampilan kulit yang kendur /menggantung di atas tulang rangka. Kedua,
distribusi kembali dan penurunan lemak tubuh. Implikasi dari hal adalah
gangguan fungsi perlindungan dari kulit.

5. Bagian tambahan padakulit

Bagian tambahan pada kulit meliputi rambut, kuku, korpuspacini,


korpusmeissner, kelenjarkeringat, dan kelenjar sebasea. Berikut ini merupakan
perubahan yang terjadi pada rambut, kuku, korpuspacini, korpusmeissner,
kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea akibat proses penuaan.

d. Perubahan pada system musculoskeletal

Otot mengalami atrofi sebagian akibat dari berkurangnya aktivitas, gangguan


metabolic, atau denervasi saraf. Dengan bertambahnya usia, perusakan dan
pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi karena penurunan hormone esterogen
pada wanita, vitamin D, dan beberapa hormone lain.
7
1. System skeletal

Ketika manusia mengalami penuaan, jumlah masa otot tubuh mengalami


penurunan. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada system skeletal
akibat proses menua.

2. System muscular

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada system muscular


akibat proses menua. Pertama, waktu untuk kontraksi dan relaksidanrelaksasi
muscular memanjang. Kedua, perubahan kolumnavertebralis, akilosis atau
kekakuan ligament dan sendi, penyusutan dan sclerosis tendon dan otot, dan
perubahan dengan eratifekstrapiranidal.

3. Sendi

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sendi akibat proses
menua. Pertama, pecahnya komponen kapsul sendi kolagen. Implikasi dari hal ini
adalah nyeri, inflamasi, penurunan mobilitasi sendi, kekakuan ligament dan sendi.
Implikasi dari hal ini adalah peningkatan risiko cedera.

4. Estrogen

Perubahan yang terjadi pada system akibat proses menua, yaitu penurunan
hormone esterogen. Implikasi dari hal ini adalah kehilangan unsur-unsur tulang
yang berdampak pada pengeroposan tulang.

e. Perubahan pada system neurologis

Berat otak menurun 10-20%. Beratotak ≤ 350 gram pada saat kelahiran,
kemudian menigkat menjadi 1,375 gram pada usia 20 tahun, berat otak mulai
menurun pada usia 45-50 tahun penurunan ini kurang lebih 11% dari berat maksimal.

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada system neurologis akibat
proses menua. Pertama, konduksi saraf perifer yang lebih lambat. Kedua, peningkatan
lipofusin sepanjang neuron-neuron . Implikasi dari hal ini adalah vasokonstriksi dan
vasodilatasi yang tidak8 sempurna.

f. Perubahan pada system kardiovaskular


Jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan, baik structural
fungsional. Penurunan yang terjad iberangsur-angsur sering ditandai dengan
penurunan tingkat aktivitas, yang mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang
teroksigenasi.

Pada fungsi fisiologis, faktor gaya hidup berpengaruh secara signifikan


terhadap fungsi kardiovaskuler. Gaya hidup dan pengaruh lindkungan merupakan
faktor penting dalam menjelaskan berbagai keragaman fungsi kardiovaskuler pada
lansia, bahkan untuk tanpa penyakit terkait.

Berikut ini merupakan perubahan struktur yang terjadi pada system


kardiovaskuler akibat proses menua. Pertama, penebalan dinding vertikel kiri karena
peningkatan densitasi kolagen dan hilangnya fung siserta-serta elastis. Kedua,
jumalah sel-sel peace maker mengalami penurunan dan berkas his kehilangan serat
konduksi yang membawa impuls kevertikel. Implikasi dari hal ini adalah terjadinya
disritmia. Ketiga, system aorta dan arteri perifer rmenjadi kaku dan tidak lurus
karena penigkatan serat kolagen dan hilangnya serat elatis dalam lapisan medial
arteri.Keempat, vena meregang dan mengalami dilatsi. Imlikasi dari hal iniadalah
vena menjadi tidak kompeten atau gagal dalam menutup secara sempurna sehingga
mengakibatakan terjadinya edema pada ekstermitas bawah dan penumpukan darah.

g. Perubahan pada system pulmonial

Perubahan anatomis seperti penurunan paru dandinding dada turut berperan


dalam peningkatan kerja pernapasan sekitar 20% pada usia 60 tahun. Pe/decade.
Urunan laju ekspirasi paksa satu detik sebesar 0,2 liter/dakade.

E. Masalah Kesehatan Lansia

Menurut Hardiwinoto dan Setiabudi (2005), berbagai permasalahan yang


berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia, antara lain:

1. Permasalahan umum 9
a. Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.
b. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia
lanjut kurang diperhatikan, dihargai, dan dihormati.
c. Lahirnya kelompok masyarakat industri.
d. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga professional pelayanan lanjut usia.
e. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
2. Permasalahan khusus
a. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,
mental, maupun sosial.
b. Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
c. Rendahnya produktivitas kerja lansia.
d. Banyaknya lansia yang miskin, terlantar, dan cacat.
e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat
individualistik.
f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat menggangu
kesehatan fisik lansia.
F. Lansia yang Sukses dan Bahagia

Bahagia merupakan idaman bagi semua orang, tidak terkecuali bagi lanjut usia.
Menurut Dadang Hawari (2007), ada empat dimensi hidup sehat bagi lansia. Pertama,
dimensi fisik (biologik). Kedua, dimensi kejiwaan (psikologik). Ketiga, dimensi sosial.
Keempat, dimensi spiritual (agama).

G. Penyakit Psikiatris

Gangguan yang paling banyak diderita adalah gangguan depresi, demensia, fobia,
dan gangguan terkait penggunaan alkohol. Lansia dengan usia di atas 75 tahun juga beresiko
tinggi melakukan bunuh diri. Banyak gangguan mental pada lansia dapat dicegah,
diperbaiki, bahkan dipulihkan.
1. Gangguan demensia
Faktor resiko demensia yang sudah diketahui adalah usia, riwayat
keluarga, dan jenis kelamin wanita. Perubahan khas pada demensia terjadi pada
10
kognisi, memori, bahasa, dan kemampuan visuospasial, tapi gangguan perilaku
juga sering ditemui, termasuk agitasi, restlessness, wandering, kemarahan,
kekerasan, suka berteriak, impulsif, gangguan tidur, dan waham.
2. Gangguan depresi
Gejala yang sering muncul pada gangguan depresif adalah menurunnya
konsentrasi dan fisik, gangguan tidur (khususnya bangun pagi terlalu cepat dan
sering terbangun [multiple awakenings]), nafsu makan menurun, penurunan berat
badan, dan masalah-masalah pada tubuh.
3. Gangguan kecemasan
Termasuk gangguan panik, ketakutan (fobia), gangguan obsesif-
kompulsif, gangguan kecemasan yang menyeluruh, gangguan stres akut, dan
gangguan stres pasca trauma.
Tanda dan gejala ketakutan (fobia) pada lansia tidak seberat daripada yang
lebih muda, tetapi efeknya sama. Gangguan kecemasan mulai muncul pada masa
remaja awal atau pertengahan, tetapi beberapa dapat muncul pertama kali setelah
usia 60 tahun.
Pengobatan harus disesuaikan dengan penderita dan harus diperhitungkan
pengaruh biopsikososial yang menghasilkan gangguan. Farmakoterapi dan
psikoterapi dibutuhkan.

11

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
 Apakah mengenal masalah-masalah utamanya
 Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
 Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak
 Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan
 Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
 Apakah lanjut usia yang sering mengalami kegagalan
 Apakah harapan pada saat ini dan akan datang
 Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif daya ingat,proses piker alam
perasaan,orientasi dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah

B. Diagnosa
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan memasukan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena factor biologi
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama, terbangun lebih
awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan fungsi yang ditandai dengan
penuaan, perubahan pola tidur,dan cemas
3. Koping tidak efektif berhubungan dengan percaya diri tidak ade kuat dalam kemampuan
koping, dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari karakteristik atau hubungan
4. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau kerusakan memori
sekunder
5. Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi.

12

C. Intervensi
Diagnosakeperawatan Tujuan Intervensi
1 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan intervensi NIC: Manajemen
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24 jam ketidakteraturan makan (eating
kebutuhan tubuh nutrisi klien terpenuhi dengan disorder management)
berhubungan dengan criteria hasil:
1. Kolaborasi dengan
ketidakmampuan
NOC :Status nutrisi anggota tim kesehatan
memasukan,
untuk memuat
mencerna, Kriteria T
perencanaan perawatan
mengabsorbsi Asupan nutrisi tidak 5
jika sesuai
makanan karena bermasalah
2. Diskusikan dengan tim
factor biologi Asupan makanan dan 5
dan klien untuk membuat
cairan tidak
target berat badan, jika
bermasalah
berat badan klien tidak
Energi tidak 5
sesuai dengan usia dan
bermasalah
bentuk tubuh
Berat badan ideal 5 3. Diskusikan dengan ahli
gizi untuk menentukan
asupan kalori setiap hari
supaya mencapai dan /
mempertahankan berat
badan sesuai target
4. Ajarkan dan kuatkan
konsep nutrisi yang baik
pada klien
5. Kembangka nhubungan
suportif dengan klien

2 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan NIC :Peningkatantidur


13
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam
1. Tetapkan pola kegiatan
insomnia dalam klien diharapkan dapat
dan tidur pasien
waktu lama, memperbaiki pola tidurnya
2. Monitor pola tidur pasien
terbangun lebih awal dengan kriteriahasil: dan jumlah jam tidurnya
atau terlambat bangun 3. Jelaskan pentingnya tidur
NOC : Kontrol kecemasan,
dan penurunan selama sakit dan stress
tingkat kenyamanan, tingkat
kemampuan fungsi fisik
nyeri, istirahat, dan pola tidur
yang ditandai dengan 4. Bantu pasien untuk
penuaan, perubahan Kriteria T menghilangkan situasi
pola tidur,dan cemas Mengatur jumlah 5 stress sebelum jam
jam tidurnya tidurnya
Tidur secar arutin 5 5. Pertahankan kondisi yang
Meningkatkan pola 5 kodusif untuk tidur, yang
tidur mencakup perhatian pada
Tidak ada 5 faktor-faktor lingkungan
gangguantidur dan kegiatan ritual
menjelang tidur
6. Bantu klien untuk rileks
pada saat menjelang tidur
dengan memberikan
usapan punggung,
massage kaki, atau
cemilan bila diinginkan
7. Berikan posisi yang
tepat, hilangkan nyeri,
dan berikan kehangatan
dengan selimut
konvensiona latauselimut
listrik
8. Jangan biarkan klien
meminum kafein (kopi,
14 cokelat) di sore atau
malam hari
9. Lakukan tindakan yang
masuk akal seperti
memutar music lembut
dan menawarkan susu
hangat dan minuman
hangat lainnya atau
kudapan yang llebih berat
untuk meningkatkan tidur
pada lansia tanpa
mengggunakan hipnotik

3 Koping tidak efektif Setelah dilakukan intervensi NIC : coping enhancement


berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam
1. Dorong klien melakukan
percaya diri tidak ade klien secara konsisten di
aktivitas social dan
kuat dalam harapkan mampu.
komunitas
kemampuan koping,
NOC : koping (coping) 2. Dorong klien untuk
dukungan social tidak
mengembangkanhubunga
adekuat yang Kriteria T
n
dibentuk dari Mengindentifikasi 5
3. Dorong klien untuk
karakteristik atau pola koping efektif
berhubungan dengan
hubungan Mengidentifikasi 5
seseorang yang memiliki
pola koping yang
tujuan dan ketertarikan
tidak efektif
yang sama
Melaporkan 5
4. Dukung klie n
penurunan stress
mengunakan mekanisme
Memverbalkan 5 pertahanan yang sesuai
control perasaan 5. Kenalkan klien kepada
Memodifikasi gaya 5 seseorang yang
hidup yang mempunyai latar
15
dibutuhkan belakang pengalaman
Beradaptasi dengan 5 yang sama
perubahan
perkembangan
Menggunakan 5
dukungan social
yang tersedia
4 Gangguan proses Setelah dilakukan keperawatan NIC : Latihan daya ingat
berpikir berhubungan selama 2 x 24 jam, klien
1. Kembangkan lingkungan
dengan kemunduran diharapkan dapat meningkatkan
yang mendukung dan
atau kerusakan daya ingat dengan kriteriahasil :
hubungan perawat klien
memori sekunder
NOC : Kognisi yang terapeutik
2. Pertahankan lingkungan
Kriteria T
yang menyenangkan dan
Mengingat dengan
tenang
segera informasi
3. Tatap wajah ketika
yang tepat
5 berbicara dengan klien
4. Panggil klien dengan
Mengingat 5
namanya
informasi yang baru
5. Gunakan suara yang agak
saja disampaikan
rendah dan berbicara
Mengingat 5
dengan perlahan pada
informasi lalu
klien
6. Diskusi dengan pasien
dan keluarga mengenai
beberapa masalah ingatan
7. Rangsang ingatan dengan
mengulang pemikiran
pasien kemarin dengan
cepat

16 8. Mengenangkan tentang
pengalaman di masa lalu
dengan pasien
5 Cemas berhubungan Setelah dilakukan intervensi NIC : Anxiety reduction
dengan perubahan keperawatan selama 2 x 24 jam
dalam status peran, klien diharapkan mampu:
1. Gunakan pendekatan
status kesehatan, pola
NOC : Kontrol kecemasan yang menenangkan
interaksi, fungsi
(anxiety control:koping 2. Nyatakan dengan jelas
peran, lingkungan,
harapan terhadap pelaku
status ekonomi, yang Kriterian T
klien
ditandai dengan: Memonitor itensitas 5
3. Jelaskan semua prosedur
cemas
1. Ekspresi yang dan apa yang dirasakan
Melaporkan tidur 5
mendalam selama prosedur
yang adekuat
dalam 4. Temani klien untuk
Mengontrol respon 5
perubahan memberikan keamanan
cemas
hidup dan mengurangi takut
2. Mudah Merencanakan 5 5. Berikan informasi factual
tesinggung strategi koping dalam mengenai diagnose,
3. Gangguan situasi stress tindakan prognosis
tidur Vital sign dalam 5 6. Libatkan keluarga untuk
batas normal mendampingi klien
Postur tubuh, 5 7. Intruksikan pada klien
ekspresi wajah untuk menggunakan
teknik relaksasi
8. Dengarkan dengan penuh
perhatian
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses menua (aging) adalah proses alami yang di sertai adanya penurunan kondisi
fisik ,psikologi maupun sosial yang
17 saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus
pada lansia.
B. Saran
Pada kesempatan ini penulis memberikan saran kepada para pembaca, agar lebih
memahami mengenai Asuhan Keperawatan Perkembangan Psikososial Lansia. Maka dari
itu, diharapkan setelah membaca makalah ini, para pembaca dapat mengetahui apa saja
materi yang terkait dengan Asuhan Keperawatan Perkembangan Psikososial Lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Bandiyah, Siti.2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Jogyakarta: Penerbit Mulia Medika

Hawari, Dadang.2007. Sejahtera di Usia Lanjut. Dimensi Psikoreligi pada Lanjut Usia (Lansia).

Jakarta: Badan Litbangkes.

Toni Setiabudhi & Hardiwinoto. 1999.


18 Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai Askep.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Aniek, M.1998. Pengkajian Gerontology.Jakarta:EGC.


Brooker, Chris.2009. Ensiklopedia Keperawatan.Jakarta:EGC.

Depkes RI.2001.Pedoman Pembinaan Kesehatan Usila Bagi Petugas Kesehatan.Jakarta:

Depkes RI.

Eliopoulos, Charlotte.2005.Gerontological Nursing, 6th edition.Philadelphia:Lippincott

Williams & Wilkins.

Giovella, E.C. and Beril C.W.1993.Nursing Care of Aging Client: Promoting Health

Adaption.Norwak: Appletion Century-Croft.

19

Anda mungkin juga menyukai