DOKTER PEMBIMBING
dr. Rizki Rosyidah Nur, Sp.Rad
dr. Tika Mirantiayu, Sp.Rad
PENULIS
1102019018
Batas-batas jantung:
Kanan : vena cava superior (VCS), atrium kanan, vena cava inferior (VCI)
Kiri : ujung ventrikel kiri
Anterior : atrium kanan, ventrikel kanan, sebagian kecil ventrikel kiri
Posterior : atrium kiri, 4 vena pulmonalis
Inferior : ventrikel kanan yang terletak hampir horizontal sepanjang diafragma sampai apeks
jantung
Superior : apendiks atrium kiri
Darah dipompakan melalui semua ruang jantung dengan bantuan keempat katup yang
mencegah agar darah tidak kembali ke belakang dan menjaga agar darah tersebut mengalir ke
tempat yang dituju. Keempat katup ini adalah katup trikuspid yang terletak di antara atrium
kanan dan ventrikel kanan, katup pulmonal, terletak di antara ventrikel kanan dan arteri
pulmonal, katup mitral yang terletak di antara atrium kiri dan ventrikel kiri dan katup aorta,
terletak di antara ventrikel kiri dan aorta. Katup mitral memiliki 2 daun (leaflet), yaitu leaflet
anterior dan posterior. Katup lainnya memiliki tiga daun (leaflet)
Suplai darah jantung berasal dari arteri koronaria. Arteri koroner kanan berasal dari sinus
aorta anterior, melewati diantara trunkus pulmonalis dan apendiks atrium kanan, turun ke
lekukan A-V kanan sampai mencapai lekukan interventrikuler posterior. Pada 85% pasien arteri
berlanjut sebagai arteri posterior desenden/ posterior decendens artery (PDA) disebut dominan
kanan. Arteri koroner kiri berasal dari sinus aorta posterior kiri dan terbagi menjadi arteri
anterior desenden kiri/ left anterior descenden (LAD) interventrikuler dan sirkumfleks. LAD
turun di anterior dan inferior ke apeks jantung
Ada 5 pembuluh darah mayor yang mengalirkan darah dari dan ke jantung. Vena cava
inferior dan vena cava superior mengumpulkan darah dari sirkulasi vena (disebut darah biru) dan
mengalirkan darah biru tersebut ke jantung sebelah kanan. Darah masuk ke atrium kanan, dan
melalui katup trikuspid menuju ventrikel kanan, kemudian ke paru-paru melalui katup pulmonal.
Tekanan arteri yang dihasilkan dari kontraksi ventrikel kiri, dinamakan tekanan darah sistolik.
Setelah ventrikel kiri berkontraksi maksimal, ventrikel ini mulai mengalami relaksasi dan darah
dari atrium kiri akan mengalir ke ventrikel ini. Tekanan dalam arteri akan segera turun saat
ventrikel terisi darah. Tekanan ini selanjutnya dinamakan tekanan darah diastolik. Kedua atrium
berkontraksi secara bersamaan, begitu pula dengan kedua ventrikel
Kapiler melakukan gerakan kontraksi dan relaksasi secara bergantian, yang disebut
dengan vasomotion sehingga darah mengalir secara intermittent. Dengan aliran yang demikian,
terjadi pertukaran zat melalui dinding kapiler yang hanya terdiri dari selapis sel endotel. Ujung
kapiler yang membawa darah teroksigenasi disebut arteriole sedangkan ujung kapiler yang
membawa darah terdeoksigenasi disebut venule; terdapat hubungan antara arteriole dan venule
“capillary bed” yang berbentuk seperti anyaman, ada juga hubungan langsung dari arteriole ke
venule melalui arteri-vena anastomosis (A-V anastomosis). Darah dari arteriole mengalir ke
venule, kemudian sampai ke vena besar (v.cava superior dan v.cava inferior) dan kembali ke
jantung kanan (atrium kanan). Darah dari atrium kanan selanjutnya memasuki ventrikel kanan
melalui katup trikuspidalis.
b. Sirkulasi pulmonal
Sistem sirkulasi pulmonal dimulai ketika darah yang terdeoksigenasi yang berasal dari
seluruh tubuh, yang dialirkan melalui vena cava superior dan vena cava inferior kemudian ke
atrium kanan dan selanjutnya ke ventrikel kanan, meninggalkan jantung kanan melalui arteri
pulmonalis menuju paru-paru (kanan dan kiri). Di dalam paru, darah mengalir ke kapiler paru
dimana terjadi pertukaran zat dan cairan, sehingga menghasilkan darah yang teroksigenasi.
Oksigen diambil dari udara pernapasan. Darah yang teroksigenasi ini kemudian dialirkan melalui
vena pulmonalis (kanan dan kiri), menuju ke atrium kiri dan selanjutnya memasuki ventrikel kiri
melalui katup mitral (bikuspidalis). Darah dari ventrikel kiri kemudian masuk ke aorta untuk
dialirkan ke seluruh tubuh (dan dimulai lagi sirkulasi sistemik)
Jadi, secara ringkas, aliran darah dalam sistem sirkulasi normal manusia adalah :
Darah dari atrium kiri → melalui katup mitral ke ventrikel kiri → aorta ascendens – arcus aorta –
aorta descendens – arteri sedang – arteriole → capillary bed → venule – vena sedang – vena
besar (v.cava superior dan v.cava inferior) → atrium kanan → melalui katup trikuspid ke
ventrikel kanan → arteri pulmonalis → paru- paru → vena pulmonalis → atrium kiri.
2.4.2 Etiologi
Menurut beberapa penelitian penyakit jantung disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
usia,
jenis kelamin,
konsumsi garam berlebihan,
keturunan,
hiperaktivitas system syaraf simpatis,
stress,
obesitas,
olahraga tidak teratur,
merokok,
konsumsi alcohol dan kopi berlebihan,
hipertensi,
ischaemic heart disease,
konsumsi alkohol,
Hypothyroidsm,
penyakit jantung kongenital (defek septum, atrial septal defek, ventrical septal defek),
Kardiomiopati (dilatasi, hipertropik, restriktif), dan
infeksi juga dapat memicu timbulnya gagal jantung.
2.4.3 Klasifikasi
Klasifikasi gagal jantung dapat dijabarkan melalui dua kategori yakni kelainan struktural
jantung atau berdasarkan gejala yang berkaitan dengan kapasitas fungsional dari New York Heart
Association (NYHA).
1) Gagal Jantung Kiri
Gagal jantung akut (acute heart failure) secara garis besar sama dengan gagal
jantung kiri dan disebabkan oleh kegagalan mempertahankan curah jantung yang terjadi
mendadak. Tidak terdapat cukup waktu untuk terjadinya mekanisme kompensasi dan
gambaran klinisnya didominasi oleh edema paru akut.
Gagal jantung kiri atau gagal jantung ventrikel kiri terjadi karena adanya
gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri sehingga curah jantung kiri menurun
dengan akibat tekanan akhir diastole dalam ventrikel kiri dan volume akhir diastole
dalam ventrikel kiri meningkat.
Keadaan ini merupakan beban atrium kiri dalam kerjanya untuk mengisi ventrikel
kiri pada waktu diastolic, dengan akibat terjadinya kenaikan tekanan rata-rata dalam
atrium kiri. Tekanan dalam atrium kiri yang meninggi ini menyebabkan hambatan aliran
masuknya darah dari vena-vena pulmonal. Bila keadaan ini terus berlanjut, maka
bendungan akan terjadi juga dalam paru- paru dengan akibat terjadinya edema paru
dengan segala keluhan dan tanda-tanda akibat adanya tekanan dalam sirkulasi yang
meninggi.
Keadaan yang terakhir ini merupakan hambatan bagi ventrikel kanan yang
menjadi pompa darah untuk sirkuit paru (sirkulasi kecil). Bila beban pada ventrikel kanan
itu terus bertambah, maka akan meransang ventrikel kanan untuk melakukan kompensasi
dengan mengalami hipertropi dan dilatasi sampai batas kemempuannya, dan bila beban
tersebut tetap meninggi maka dapat terjadi gagal jantung kanan, sehingga pada akhirnya
terjadi akhirnya terjadi gagal jantung kiri-kanan.
2.4.4 Patofisologi
Pada gagal jantung terjadi suatu kelainan multisistem dimana terjadi gangguan pada
jantung, otot skelet dan fungsi ginjal, stimulasi sistem saraf simpatis serta perubahan
neurohormonal yang kompleks. Pada disfungsi sistolik terjadi gangguan pada ventrikel kiri yang
menyebabkan terjadinya penurunan cardiac output. Hal ini menyebabkan aktivasi mekanisme
kompensasi neurohormonal, sistem Renin – Angiotensin – Aldosteron (system RAA) serta kadar
vasopresin dan natriuretic peptide yang bertujuan untuk memperbaiki lingkungan jantung
sehingga aktivitas jantung dapat terjaga.
Aktivasi sistem simpatis melalui tekanan pada baroreseptor menjaga cardiac output
dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas serta vasokons-triksi perifer
(peningkatan katekolamin). Apabila hal ini timbul berkelanjutan dapat menyeababkan gangguan
pada fungsi jantung. Aktivasi simpatis yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya apoptosis
miosit, hipertofi dan nekrosis miokard fokal.
Terdapat tiga bentuk natriuretic peptide yang berstruktur hampir sama yang memiliki
efek yang luas terhadap jantung, ginjal dan susunan saraf pusat. Atrial Natriuretic Peptide (ANP)
dihasilkan di atrium sebagai respon terhadap peregangan menyebabkan natriuresis dan
vasodilatsi. Pada manusia Brain Natriuretic Peptide (BNO) juga dihasilkan di jantung,
khususnya pada ventrikel, kerjanya mirip dengan ANP. C-type natriuretic peptide terbatas pada
endotel pembuluh darah dan susunan saraf pusat, efek terhadap natriuresis dan vasodilatasi
minimal. Atrial dan brain natriuretic peptide meningkat sebagai respon terhadap ekspansi volume
dan kelebihan tekanan dan bekerja antagonis terhadap angiotensin II pada tonus vaskuler, sekresi
aldosteron dan reabsorbsi natrium di tubulus renal. Karena peningkatan natriuretic peptide pada
gagal jantung, maka banyak penelitian yang menunjukkan perannya sebagai marker diagnostik
dan prognosis, bahkan telah digunakan sebagai terapi pada penderita gagal jantung. Vasopressin
merupakan hormon antidiuretik yang meningkat kadarnya pada gagal jantung kronik yang berat.
Kadar yang tinggi juga didpatkan pada pemberian diuretik yang akan menyebabkan
hiponatremia
Endotelin disekresikan oleh sel endotel pembuluh darah dan merupakan peptide
vasokonstriktor yang poten menyebabkan efek vasokonstriksi pada pembuluh darah ginjal, yang
bertanggung jawab atas retensi natrium. Konsentrasi endotelin-1 plasma akan semakin
meningkat sesuai dengan derajat gagal jantung.
2.4.5 Diagnosis
Diagnosis gagal jantung dapat dilakukan dengan dengan pemeriksaan fisik dan penunjang.
Gejala yang didapatkan pada pasien dengan gagal jantung antara lain sesak nafas, Edema paru,
peningkatan JVP , hepatomegali , edema tungkai. 6
Pada pemeriksaan foto toraks seringkali menunjukkan kardiomegali (rasio kardiotorasik (CTR) >
50%), terutama bila gagal jantung sudah kronis. Kardiomegali dapat disebabkan oleh dilatasi
ventrikel kiri atau kanan, LVH, atau kadang oleh efusi perikard. Derajat kardiomegali tidak
berhubungan dengan fungsi ventrikel kiri.
Ekokardiografi harus dilakukan pada semua pasien dengan dugaan klinis gagal jantung. Dimensi
ruang jantung, fungsi ventrikel (sistolik dan diastolik), dan abnormalitas gerakan dinding dapat
dinilai dan penyakit katub jantung dapat disinggirkan.
Berikut kriteria yang digunakan dalam mendiagnosis suatu gagal jantung berdasarkan
Framingham Heart Study:
1. Kriteria Mayor:
1. PND Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) merupakan sesak napas pada malam
hari selang beberapajam ketika pasien tertidur sehingga dapat mempengaruhi
kualitas tidur seseorang.
2. Distensi Vena Leher
3. Ronkhi paru
4. Kardiomegali
5. Edema paru akut
6. Gallop S3
7. Peninggian JVP
8. Refluks hepatojugular
2. Kriteria Minor:
1. Edema ekstremitas
2. Batuk malam hari
3. Dispnea d’effort
4. Efusi pleura
5. Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
6. Takikardia (>120 x/menit)
Diagnosis gagal jantung ditegakkan minimal 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor.
2.5 Gambaran Radiologi Pada Gagal Jantung
Gagal jantung akan menyebabkan perubahan pada bentuk jantung yang membesar sebagai
berikut:
1. Proyeksi PA : Akan terlihat batas kanan jantung menonjol dan batas kiri jantung
mencembung karena pembesaran atrium kiri. Bronkus utama kiri terangkat.
2. Proyeksi Lateral : Pada proyeksi ini dengan menggunakan kontras tampak pembesaran
atrium kiri yang mendorong esofagus 1/3 tengah ventrikel kiri di bagian bawah belakang,
tidak melewati vena cava inferior.
3. Proyeksi Oblik Kanan dan Kiri Depan : Posisi ini tidak begitu membantu untuk diagnosis
gagal jantung.
Karena terjadi peningkatan volume darah, perubahan pada pembuluh darah baik arteri
dan vena menjadi lebih menonjol terutama arteri. Dengan ujung pembuluh yang berdekatan
dengan hilus menjadi lebih terlihat, dan pembuluh distal memanjang keluar ke perifer paru.
Hemosiderosis merupakan gambaran radiologi dari gagal jantung, yang berarti pecahnya
pembuluh darah. Karena peningkatan dari volume darah, pembuluh darah kapiler akan dilatasi
dan bisa pecah atau hemorage. Akibatnya besi bebas akan terkumpul pada daerah interstitial
jaringan yang akan tampak sebagai bayangan nodul pada radiograf.
Edema paru terjadi pada jaringan interstitial dan dalam ruangan alveolar. Edema interstitial
menyebabkan paru berbercak-bercak tipis, halus, sehingga gambaran radiolusensi dari paru
berubah menjadi suram. Garis Kerley B muncul di lapangan paru bagian tepi-tepi dan
kebanyakan di lapangan bawah. Garis ini terdapat pada sinus kostofrenikus dan mewakili adanya
cairan dalam jaringan interlobaris, agak spesifik untuk stenosis mitral dengan edema paru. Pada
edema alveolar akan tampak berkabut dan dapat memberikan gambaran Batwing dan butterfly
yang berupa kekasaran bonkovaskular tidak begitu jelas tapi ada kesuraman yang dimulai dari
suprahiler, hiler, paracardial sedangkan bagian tepi bersih. Gambaran ini menandakan semakin
meningkatnya tekanan vena sehingga cairan melewati rongga alveolus. Pada kasus yang berat,
terjadi edema paru di seluruh kedua lapangan paru.
Secara umum gambaran rontgen thoraks pada gagal jantung adalah sebagai berikut:
a. Pembesaran jantung
Tidak semua pasien gagal jantung ditemukan gambaran rontgen kardiomegali.
Pada gagal jantung akut, seperti pasien Miokard Infard dini, tidak ditemukan
kardiomegali. Sedangkan kardiomegali sering ditemukan pada gagal jantung kronis.
Pada gagal jantung hampir selalu ada dilatasi dari satu atau lebih pada ruang-ruang di jantung,
menghasilkan pembesaran pada jantung.
Dari segi radiologik, cara yang mudah untuk mengukur jantung apakah membesar atau tidak,
adalah dengan membandingkan lebar jantung dan lebar dada pada foto toraks PA (cardio-
thoracis ratio). Pada gambar, diperlihatkan garis-garis untuk mengukur lebar jantung (a+b) dan
lebar dada (c1-c2).
b. Penonjolan vaskular pada lobus atas : akibat meningkatnya tekanan vena pulmonalis
c. Efusi pleura : terlihat sebagai penumpukan sudut kostofrenikus, namun dengan semakin
luasnya efusi, terdapat gambaran opak yang homogen di bagian basaldengan tepi atas
yang cekung.
d. Edema pulmonal interstisial : pada awalnya, merupakan penonjolan pembuluh darah
pada lobus atas dan penyempitan pembuluh darah pada lobus bawah. Seiring
meningkatnya tekanan vena, terjadi edema interstisial dan cairan kemudian berkumpul di
daerah interlobular dengan garis septal di bagian perifer (garis Kerley ‘B’)
e. Edema pulmonal alveolus. Dengan semakin meningkatnya tekanan vena, cairan melewati
rongga alveolus (bayangan alveolus) dengan kekaburan dan gambaran berkabut pada
regio perihilar; pada kasus yang berat, terjadi edema pulmonal di seluruh kedua lapangan
paru. Sepertiga bagian luar paru dapat terpisah, edema sentral bilateral digambarkan
sebagai ‘bat’s wing’ (sayap kelelawar).
DAFTAR PUSTAKA
Malik A, Brito D, Vaqar S, dkk. Gagal Jantung Kongestif. [Diperbarui 7 November 2022]. Di
dalam: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): Penerbitan StatPearls; 2023 Jan-.
Tersedia dari: https://www-ncbi-nlm-nih-gov.translate.goog/books/NBK430873/?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
Homenta S.R (2014). Buku Praktis Kardiologi FKUI. Jakarta, Badan Penerbit FKUI