Anda di halaman 1dari 61

BAB II

TINJAUAN KASUS KELOLAAN

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Dasar Medis

a. Pengertian Atrial Fibrilasi

Atrial fibrilasi merupakan salah satu karakteristik takiaritmia.

Hal ini ditandai dengan tidak terkoordi nasinya aktivitas atrial

sehingga terjadi kemunduran pada fungsi mekanik atrial. Pada

gambaran elektrokardiogram, atrial fibrilasi digambarkan

sebagai tidak adanya gelombang P, juga terjadinya respon

ireguler dari ventrikel ketika konduksi atrioventricular (AV)

dibatasi (National Collaborating Center for Chronic Condition,

2013).

Gambaran elektrokardiogram atrial fibrilasi adalah

irama yangtidak teratur dengan frekuensi laju jantung

bervariasi (bias normal/lambat/cepat). Jika laju jantung kurang

dari 60 kali permenit disebut atrial fibrilasi dengan respon

ventrikel lambat (SVR)

b. Anatomi Fisiologi

Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran

sebesar kepalan tangan. Fungsi utama jantung adalah

memompa darah ke pembuluh darah dengan kontraksi ritmik

dan berulang. Jantung normal terdiri dari empat ruang, 2

9
10

ruang jantung atas dinamakan atrium dan 2 ruang jantung di

bawahnya dinamakan ventrikel, yang berfungsi sebagai

pompa. Dinding yang memisahkan kedua atrium dan ventrikel

menjadi bagian kanan dan kiri dinamakan septum.

Gambar 1. Jantung normal dan sirkulasinya.

1) Batas-batas jantung:

a) Kanan : vena cava superior (VCS), atrium kanan, vena

cava inferior (VCI)

b) Kiri : ujung ventrikel kiri

c) Anterior : atrium kanan, ventrikel kanan, sebagian kecil

ventrikel kiri

d) Posterior : atrium kiri, 4 vena pulmonalis

e) Inferior : ventrikel kanan yang terletak hampir horizontal

sepanjang diafragma sampai apeks jantung

f) Superior : apendiks atrium kiri.


11

Darah dipompakan melalui semua ruang jantung dengan

bantuan keempat katup yang mencegah agar darah tidak

kembali ke belakang dan menjaga agar darah tersebut

mengalir ke tempat yang dituju. Keempat katup ini

adalah katup trikuspid yang terletak di antara atrium

kanan dan ventrikel kanan, katup pulmonal, terletak di

antara ventrikel kanan dan arteri pulmonal, katup mitral

yang terletak di antara atrium kiri dan ventrikel kiri dan

katup aorta, terletak di antara ventrikel kiri dan aorta.

Katup mitral memiliki 2 daun (leaflet), yaitu leaflet

anterior dan posterior. Katup lainnya memiliki tiga daun

(leaflet) .

Jantung dipersarafi aferen dan eferen yang

keduanya sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Saraf

parasimpatis berasal dari saraf vagus melalui preksus

jantung. Serabut post ganglion pendek melewati nodus

SA dan AV, serta hanya sedikit menyebar pada ventrikel.

Saraf simpatis berasal dari trunkus toraksik dan servikal

atas, mensuplai kedua atrium dan ventrikel. Walaupun

jantung tidak 9 mempunyai persarafan somatik, stimulasi

aferen vagal dapat mencapai tingkat kesadaran dan

dipersepsi sebagai nyeri.


12

Suplai darah jantung berasal dari arteri koronaria.

Arteri koroner kanan berasal dari sinus aorta anterior,

melewati diantara trunkus pulmonalis dan apendiks

atrium kanan, turun ke lekukan A-V kanan sampai

mencapai lekukan interventrikuler posterior. Pada 85%

pasien arteri berlanjut sebagai arteri posterior desenden/

posterior decendens artery (PDA) disebut dominan

kanan. Arteri koroner kiri berasal dari sinus aorta

posterior kiri dan terbagi menjadi arteri anterior

desenden kiri/ left anterior descenden (LAD)

interventrikuler dan sirkumfleks. LAD turun di anterior

dan inferior ke apeks jantung.

Mayoritas darah vena terdrainase melalui sinus

koronarius ke atrium kanan. Sinus koronarius bermuara

ke sinus venosus sistemik pada atrium kanan, secara

morfologi berhubungan dengna atrium kiri, berjalan

dalam celah atrioventrikuler.

2) Fisiologi Jantung

Jantung dapat dianggap sebagai 2 bagian pompa

yang terpisah terkait fungsinya sebagai pompa darah.

Masing-masing terdiri dari satu atrium-ventrikel kiri dan

kanan. Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian pompa

jantung tersebut, pompa kanan berfungsi untuk sirkulasi


13

paru sedangkan bagian pompa jantung yang kiri berperan

dalam sirkulasi sistemik untuk seluruh tubuh. Kedua jenis

sirkulasi yang dilakukan oleh jantung ini adalah suatu proses

yang berkesinambungan dan berkaitan sangat erat untuk

asupan oksigen manusia demi kelangsungan hidupnya.

Ada 5 pembuluh darah mayor yang mengalirkan darah

dari dan ke jantung. Vena cava inferior dan vena cava

superior mengumpulkan darah dari sirkulasi vena (disebut

darah biru) dan mengalirkan darah biru tersebut ke jantung

sebelah kanan. Darah masuk ke atrium kanan, dan melalui

katup trikuspid menuju ventrikel kanan, kemudian ke paru-

paru melalui katup pulmonal.

Darah yang biru tersebut melepaskan karbondioksida,

mengalami oksigenasi di paru-paru, selanjutnya darah ini

menjadi berwarna merah. Darah merah ini kemudian menuju

atrium kiri melalui keempat vena pulmonalis. Dari atrium kiri,

darah mengalir ke ventrikel kiri melalui katup mitral dan

selanjutnya dipompakan ke aorta.

Tekanan arteri yang dihasilkan dari kontraksi ventrikel

kiri, dinamakan tekanan darah sistolik. Setelah ventrikel kiri

berkontraksi maksimal, ventrikel ini mulai mengalami

relaksasi dan darah dari atrium kiri akan mengalir ke

ventrikel ini. Tekanan dalam arteri akan segera turun saat


14

ventrikel terisi darah. Tekanan ini selanjutnya dinamakan

tekanan darah diastolik. Kedua atrium berkontraksi secara

bersamaan, begitu pula dengan kedua ventrikel.

3) Sirkulasi Darah

Darah bersirkulasi dalam sistem sirkulasi sistemik dan

pulmonal.

a) Sirkulasi sistemik Sistem sirkulasi sistemik dimulai ketika

darah yang mengandung banyak oksigen yang berasal

dari paru, dipompa keluar oleh jantung melalui ventrikel

kiri ke aorta, selanjutnya ke seluruh tubuh melalui arteri-

arteri hingga mencapai pembuluh darah yang

diameternya paling kecil (kapiler) .

Kapiler melakukan gerakan kontraksi dan

relaksasi secara bergantian, yang disebut dengan

vasomotion sehingga darah mengalir secara intermittent.

Dengan aliran yang demikian, terjadi pertukaran zat

melalui dinding kapiler yang hanya terdiri dari selapis sel

endotel. Ujung kapiler yang membawa darah

teroksigenasi disebut arteriole sedangkan ujung kapiler

yang membawa darah terdeoksigenasi disebut venule;

terdapat hubungan antara arteriole dan venule “capillary

bed” yang berbentuk seperti anyaman, ada juga


15

hubungan langsung dari arteriole ke venule melalui arteri-

vena anastomosis (A-V anastomosis).

Darah dari arteriole mengalir ke venule, kemudian

sampai ke vena besar (v.cava superior dan v.cava

inferior) dan kembali ke jantung kanan (atrium kanan).

Darah dari atrium kanan selanjutnya memasuki ventrikel

kanan melalui katup trikuspidalis.

b) Sirkulasi pulmonal

Sistem sirkulasi pulmonal dimulai ketika darah

yang terdeoksigenasi yang berasal dari seluruh tubuh,

yang dialirkan melalui vena cava superior dan vena cava

14 inferior kemudian ke atrium kanan dan selanjutnya ke

ventrikel kanan, meninggalkan jantung kanan melalui

arteri pulmonalis menuju paru-paru (kanan dan kiri). Di

dalam paru, darah mengalir ke kapiler paru dimana

terjadi pertukaran zat dan cairan, sehingga menghasilkan

darah yang teroksigenasi. Oksigen diambil dari udara

pernapasan. Darah yang teroksigenasi ini kemudian

dialirkan melalui vena pulmonalis (kanan dan kiri),

menuju ke atrium kiri dan selanjutnya memasuki ventrikel

kiri melalui katup mitral (bikuspidalis). Darah dari ventrikel

kiri kemudian masuk ke aorta untuk dialirkan ke seluruh

tubuh (dan dimulai lagi sirkulasi sistemik) .


16

Gambar 2. Sirkulasi paru dan sistemik).

Jadi, secara ringkas, aliran darah dalam sistem

sirkulasi normal manusia adalah : Darah dari atrium kiri

→ melalui katup mitral ke ventrikel kiri → aorta

ascendens – arcus aorta – aorta descendens – arteri

sedang – arteriole → capillary bed → venule – vena

sedang – vena besar (v.cava superior dan v.cava inferior)

→ atrium kanan → melalui katup trikuspid ke ventrikel

kanan → arteri pulmonalis → paruparu → vena

pulmonalis → atrium kiri.


17

4) Katup Jantung

Anatomi Katup Jantung

Gambar 4. Katup jantung.

a) Katup Trikuspid

Katup trikuspid berada diantara atrium kanan dan

ventrikel kanan. Bila katup ini terbuka, maka darah

akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel

kanan. Katup trikuspid berfungsi mencegah

kembalinya aliran darah menuju atrium kanan dengan

cara menutup pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai

dengan namanya, katup trikuspid terdiri dari 3 daun

katup.

b) Katup Pulmonal Darah akan mengalir dari dalam

ventrikel kanan melalui trunkus pulmonalis sesaat


18

setelah katup trikuspid tertutup. Trunkus pulmonalis

bercabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri

yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan

dan kiri. Pada pangkal trunkus pulmonalis terdapat

katup pulmonalis yang terdiri dari 3 daun katup yang

terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi dan menutup

bila ventrikel kanan relaksasi, sehingga

memungkinkan darah mengalir dari ventrikel kanan

menuju arteri pulmonalis.

c) Katup Bikuspid Katup bikuspid atau katup mitral

mengatur aliran darah dari atrium kiri menuju ventrikel

kiri. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid menutup

pada saat kontraksi ventrikel. Katup bikuspid terdiri

dari dua daun katup.

d) Katup Aorta 17 Katup aorta terdiri dari 3 daun katup

yang terdapat pada pangkal aorta. Katup ini akan

membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi

sehingga darah akan mengalir keseluruh tubuh.

Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel

kiri relaksasi, sehingga mencegah darah masuk

kembali kedalam ventrikel kiri. Pembuluh darah yang

terdiri dari arteri, arteriole, kapiler dan venula serta

vena merupakan pipa darah dimana didalamnya


19

terdapat sel-sel darah dan cairan plasma yang

mengalir keseluruh tubuh. Pembuluh darah berfungsi

mengalirkan darah dari jantung ke jaringan serta

organ2 diseluruh tubuh dan sebaliknya. Arteri,

arteriole dan kapiler mengalirkan darah dari jantung

keseluruh tubuh, sebaliknya vena dan venula

mengalirkan darah kembali ke jantung

c. Etiologi

Pada dasarnya etiologi yang terkait dengan atrial fibrilasi

terbagi menjadi beberapa faktor-faktor, diantaranya yaitu :

1) Peningkatan tekanan atau resistensi atrium

a) Peningkatan katub jantung

b) Kelainan pengisian dan pengosongan ruang atrium

c) Hipertrofi jantung

d) Kardiomiopati

e) Hipertensi pulmo (chronic obstructive purmonary disease

dan cor pulmonary chronic)

f) Tumor intracardiac

2) Proses Infiltratif dan Inflamasi

a) Pericarditis atau miocarditis

b) Amiloidosis dan sarcoidosis

c) Faktor peningkatan usia


20

3) Proses Infeksi

a) Demam dan segala macam infeksi

4) Kelainan Endokrin

a) Hipertiroid, Feokromotisoma

5) Neurogenik

a) Stroke, Perdarahan Subarachnoid

6) Iskemik Atrium

a) Infark miocardial

7) Obat-obatan

a) Alkohol, Kafein

8) Keturunan atau Genetik

d. Klasifikasi

beberapa sistem klasifikasi atrial fibrilasi yang telah

dikemukanakan, seperti:

a) Berdasarkan laju respon ventrikel, atrial fibrilasi dibagi

menjadi :

1. AF respon cepat (rapid response) dimana laju ventrikel

lebih dari 100 kali permenit

2. AF respon lambat (slow response) dimana laju ventrikel

lebih kurang dari 60 kali permenit

3. Af respon normal (normo response) dimana laju ventrikel

antara 60-100 kali permenit.


21

b) Berdasarkan keadaan Hemodinamik saat AF muncul

maka dapat diklasifikasikan menjadi :

1. AF dengan hemodinamik tidak stabil (gagal jantung,

angina atau infark miokard akut)

2. AF dengan hemodinamik stabil

c) Klasifikasi menurut American Heart Assoiation (AHA), atrial

fibriasi (AF) dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:

1. AF deteksi pertama yaitu tahap dimana belum pernah

terdeteksi AF sebelumnya dan baru pertama kali

terdeteksi.

2. AF paroksimal bila atrial fibrilasi berlangsung kurang dari 7

hari. Lebih kurang 50% atrial fibrilasi paroksimal akan

kembali ke irama sinus secara spontan dalam waktu 24

jam. Atrium fibrilasi yang episode pertamanya kurang dari

48 jam juga disebut AF Paroksimal.

3. AF persisten bila atrial fibrilasi menetap lebih dari 48 jam

tetapi kurang dari 7 hari. Pada AF persisten diperlukan

kardioversi untuk mengembalikan ke irama sinus.

4. AF kronik atau permanen bila atrial fibrilasi berlangsung

lebih dari 7 hari. Biasanya dengan kardioversi pun sulit

untuk mengembalikan ke irama sinus (resisten)

Disamping klasifikasi menurut AHA (American Heart

Association), atrial fibrilasi juga sering diklasifikasikan


22

menurut lama waktu berlangsungnya, yaitu AF akut dan

AF kronik. AF akut dikategorikan menurut waktu

berlangsungnya atau onset yang kurang dari 48 jam,

sedangkan AF kronik sebaliknya, yaitu atrial fibrilasi yang

berlangsung lebih dari 48 jam.

Selain itu, klasifikasi atrial fibrilasi berdasarkan ada

tidaknya penyakit lain yang mendasari yaitu AF primer

dan AF sekunder. Disebut AF primer jika tidak disertai

penyakit jantung lain atau penyakit sistemik lainnya. AF

sekunder jika disertai dengan penyakit jantung lain atau

penyakit sistemik lain seperti diabetes, hipertensi,

gangguan katub mitral dan lain-lain. Sedangkan klasifikasi

lain adalah berdasarkan bentuk gelombang P yaitu

dibedakan atas Coarse AF dan Fine AF. Coarse AF jika

bentuk gelombang P nya kasar dan masih bisa dikenali.

Sedangkan Fine AF jika bentuk gelombang P halus

hampir seperti garis lurus.

e. Patofisilogi

Pada dasarnya mekanisme atrial fibriasi terdiri dari 2

proses, yaitu proses aktivasi fokal dan multiple wavelet

reentry. Pada proses aktivasi fokal bisa melibatkan proses

depolarisasi tunggal atau depolarisasi berulang. Pada

proses aktivasi fokal, fokus ektopik yang dominan adalah


23

berasal dari vena pulmonalis superior. Selain itu, fokus

ektopik bisa juga berasal dari atrium kanan, vena cava

superior dan sinus coronarius. Fokus ektopik ini

menimbulkan sinyal elektrik yang dapat mempengaruhi

potensial aksi pada atrium dan menggangu potensial aksi

yang dicetuskan oleh nodus sino-atrial (SA). Sedangkan

multiple wavelet reentry, merupakan proses potensial aksi

yang berulang dan melibatkan sirkuit atau jalur depolarisasi.

Mekanisme multiple wavelet reentry tidak tergantung 16

pada adanya fokus ektopik seperti pada proses aktivasi

fokal, tetapi lebih tergantung pada sedikit banyaknya sinyal

elektrik yang mempengaruhi depolarisasi. Timbulnya

gelombang yang menetap dari depolarisasi atrial atau

wavelet yang dipicu oleh depolarisasi atrial prematur atau

aktivas aritmogenik dari fokus yang tercetus secara cepat.

Pada multiple wavelet reentry, sedikit banyaknya sinyal

elektrik dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu periode refractory,

besarnya ruang atrium dan kecepatan konduksi. Hal ini bisa

dianalogikan, bahwa pada pembesaran atrium biasanya

akan disertai dengan pemendekan periode refractory dan

terjadi penurunan kecepatan konduksi. Ketiga faktor tersebut

yang akan meningkatkan sinyal elektrik dan menimbulkan


24

peningkatan depolarisasi serta mencetuskan terjadinya atrial

fibrilasi.

Mekanisme fibrilasi atrium identik dengan mekanisme

fibrilasi ventrikel kecuali bila prosesnya ternyata hanya di

massa otot atrium dan bukan di massa otot ventrikel.

Penyebab yang sering menimbulkan fibrilasi atrium adalah

pembesaran atrium akibat lesi katup jantung yang mencegah

atrium mengosongkan isinya secara adekuat ke dalam

ventrikel, atau akibat kegagalan ventrikel dengan

pembendungan darah yang banyak di dalam atrium. Dinding

atrium yang berdilatasi akan menyediakan kondisi yang

tepat untuk sebuah jalur konduksi yang panjang demikian

juga konduksi lambat, yang keduanya merupakan faktor

predisposisi bagi fibrilasi atrium.

1) Karakteristik Pemompaan Atrium Selama Atrial Fibrilasi

Atrium tidak akan memompa darah selama AF

berlangsung. Oleh karena itu atrium tidak berguna

sebagai pompa primer bagi ventrikel. Walaupun demikian,

darah akan mengalir secara pasif melalui atrium ke dalam

ventrikel, dan efisiensi pompa ventrikel akan menurun

hanya sebanyak 20 – 30 %. Oleh karena itu, dibanding

dengan sifat yang mematikan dari fibrilasi ventrikel, orang

dapat hidup selama beberapa bulan bahkan bertahun-


25

tahun dengan atrial fibrilasi, walaupun timbul penurunan

efisiensi dari seluruh daya pompa jantung.

2) Patofisiologi Pembentukan Trombus pada Atrial Fibrilasi

Pada AF

Aktivitas sitolik pada atrium kiri tidak teratur, terjadi

penurunan atrial flow velocities yang menyebabkan statis

pada atrium kiri dan memudahkan terbentuknya trombus.

Pada pemeriksaan TEE (Ekokardiogram

Transesophageal), trombus pada atrium kiri lebih banyak

dijumpai pada pasien AF dengan stroke emboli

dibandingkan dengan AF tanpa stroke emboli. 2/3sampai

¾ stroke iskemik yang terjadi pada pasien dengan AF non

valvular karena stroke emboli. Beberapa penelitian

menghubungkan AF dengan gangguan hemostasis dan

thrombosis. Kelainan tersebut mungkin akibat dari statis

atrial tetapi mungkin juga sebagai kofaktor terjadinya

tromboemboli pada AF. Kelainan-kelainan tersebut adalah

peningkatan faktor von Willebrand ( faktor VII ), fibrinogen,

D-dimer, dan fragmen protrombin 1,2. Sohaya melaporkan

AF akan meningkatkan agregasi trombosit, koagulasi dan

hal ini dipengaruhi oleh lamanya AF.

f. Manifestasi klinis
26

Pada dasarnya, atrial fibrilasi tidak memberikan tanda dan

gejala yang khas dan spesifik pada perjalanan penyakitnya.

Umumnya gejala dari atrial fibrilasi adalah peningkatan

denyut jantung, ketidakteraturan irama jantung dan

ketidakstabilan hemodinamik. Disamping itu, atrial fibrilasi

juga memberikan gejala lain yang diakibatkan oleh

penurunan oksigenisasi darah ke jaringan, seperti pusing,

kelemahan, kelelahan, sesak nafas dan nyeri dada. Akan

tetapi, lebih dari 90% episode dari atrial fibrilasi tidak

menimbulkan gejala-gejala tersebut.

Tanda dan gejala lain pada atrial fibrilasi seperti

palpitasi. Palpitasi merupakan salah satu gejala yang sering

muncul pada pasien dengan atrial fibrilasi akibat respon

ventrikel yang ireguler. Namun gejala palpitasi dapat juga

terjadi pada pasien dengan penyakit jantung lainnya.

Palpitasi belum menjadi gejala yang spesifik untuk

mendasari pasien mengalami atrial fibrilasi. Untuk

menunjukkan adanya atrial fibrilasi, pasien biasanya disertai

dengan keluhan kesulitan bernafas seperti sesak, syncope,

pusing dan ketidaknyamanan pada dada. Gejala tersebut di

atas dialami oleh pasien dimana pasien juga mengeluh

dadanya terasa seperti diikat, sesak nafas dan lemas.


27

Sering pada pasien yang berjalan, pasien merasakan

sakit kepala seperti berputar-putar dan melayang tetapi tidak

sampai pingsan. Serta nadi tidak teratur, cepat, dengan

denyut sekitar 140x/menit. Atrial fibrilasi dapat disertai

dengan pingsan (syncope) ataupun dengan pusing yang tak

terkendali. Kondisi ini akibat menurunnya suplai darah ke

sitemik dan ke otak.

g. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita

Atrial Fibrilasi adalah sebagai berikut:

1) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk mencar

gangguan/penyakit yang tersembunyi, terutama apabila laju

ventrikel sulit dikontrol. Satu studi menunjukkan bahwa

elevasi ringan troponin I saat masuk rumah sakit terkait

dengan mortalitas dan kejadian kardiak yang lebih tinggi, dan

mungkin berguna untuk stratifikasi risiko.Pemeriksaan

laboratorium yang dapat diperiksa antara lain:

a) Darah lengkap (anemia, infeksi)

b) Elektrolit, ureum, kreatinin serum (gangguan elektrolit

atau gagal ginjal)

c) Enzim jantung seperti CKMB dan atau troponin (infark

miokard sebagai pencetus FA)


28

d) Peptida natriuretik (BNP, N-terminal pro-BNP dan ANP)

memiliki asosiasi dengan FA. Level plasma dari peptida

natriuretic tersebut meningkat pada pasien dengan FA

paroksismal maupun persisten, dan menurun kembali

dengan cepat setelah restorasi irama sinus.

e) D-dimer (bila pasien memiliki risiko emboli paru)

f) Fungsi tiroid (tirotoksikosis)

g) Kadar digoksin (evaluasi level subterapeutik dan/atau

toksisitas)

h) Uji toksikologi atau level etanol

2) Elektrokardiogram (EKG)

Temuan EKG biasanya dapat mengkonfirmasi

diagnosis FA dan biasanya mencakup laju ventrikel bersifat

ireguler dan tidak terdapat gelombang P yang jelas,

digantikan oleh gelombang F yang ireguler dan acak, diikuti

oleh kompleks QRS yang ireguler pula. Manifestasi EKG

lainnya yang dapat menyertai FA antara lain:

a) Laju jantung umumnya berkisar 110-140x/menit, tetapi

jarang melebihi 160-170x/menit.

b) Dapat ditemukan denyut dengan konduksi aberan (QRS

lebar) setelah siklus interval R-R panjang-pendek

(fenomena Ashman)

c) Preeksitasi
29

d) Hipertrofi ventrikel kiri

e) Blok berkas cabang

f) Tanda infark akut/lama

Elektrokardiogram juga diperlukan untuk memonitor

interval QT dan QRS dari pasien yang mendapatkan terapi

antiaritmia untuk FA.

3) Foto toraks

Pemeriksaan foto toraks biasanya normal, tetapi

kadangkadang dapat ditemukan bukti gagal jantung atau

tanda-tanda patologi parenkim atau vaskular paru (misalnya

emboli paru, pneumonia).

4) Uji latih atau uji berjalan enam-menit

Uji latih atau uji berjalan enam-menit dapat membantu

Menilai apakah strategi kendali laju sudah adekuat atau

belum (target nadi <110x/menit setelah berjalan 6-menit). Uji

latih dapat menyingkirkan iskemia sebelum memberikan

obat antiaritmia kelas 1C dan dapat digunakan juga untuk

mereproduksi FA yang dicetuskan oleh aktivitas fisik

5) Ekokardiografi

Ekokardiografi transtorakal memiliki sensitivitas yang

rendah dalam mendeteksi trombus di atrium kiri, dan

ekokardiografi transesofageal adalah modalitas terpilih untuk

tujuan ini.
30

Ekokardiografi transtorakal (ETT) terutama bermanfaat untuk :

a) Evaluasi penyakit jantung katup

b) Evaluasi ukuran atrium, ventrikel dan dimensi dinding

c) Estimasi fungsi ventrikel dan evaluasi trombus ventrikel

d) Estimasi tekanan sistolik paru (hipertensi pulmonal)

e) Evaluasi penyakit pericardial

f) Ekokardiografi transesofageal (ETE) terutama bermanfaat

untuk :

a) Trombus atrium kiri (terutama di AAK)

b) Memandu kardioversi (bila terlihat trombus, kardioversi

harus ditunda)

6) Computed tomography (CT) scan dan magnetic resonance

imaging (MRI)

Pada pasien dengan hasil D-dimer positif, CT angiografi

mungkin diperlukan untuk menyingkirkan emboli paru.

Teknologi 3 dimensi seperti CT scan atau MRI seringkali

berguna untuk mengevaluasi anatomi atrium bila

irencanakan ablasi FA. Data pencitraan dapat diproses

untuk menciptakan peta anatomis dari atrium kiri dan VP.

7) Monitor Holter atau event recording

Monitor Holter dan event recording dapat berguna untuk

menegakkan diagnosis FA paroksismal, dimana pada saat


31

presentasi, FA tidak terekam pada EKG. Selain itu, alat ini

juga dapat digunakan untuk mengevaluasi dosis obat dalam

kendali laju atau kendali irama.

h. Penatalaksanaan Stroke Iskemia (Stroke Non Hemoragik)

1) Terapi Antitrombotik

Terapi antitrombotik yang dipergunakan untuk prevensi

stroke pada pasien AF meliputi antikoagulan (antagonis

vitamin K dan antikoagulan baru), dan antiplatelet. Jenis

antitrombotik lain yaitu trombolitik tidak digunakan untuk

prevensi stroke pasien AF.

2) Antagonis vitamin K (AVK) Antagonis vitamin K (warfarin

atau coumadin) adalah obat antikoagulan yang paling

banyak digunakan untuk pencegahan stroke pada AF.

3) Penutupan aurikel atrium kiri (AAK) Aurikel atrium kiri

merupakan tempat utama terbentuknya trombus yang bila

lepas dapat menyebabkan stroke iskemik pada FA.

Dikatakan hampir 90% trombus pada FA terbentuk di AAK.

Angka stroke yang rendah didapatkan pada pasien yang

dilakukan pemotongan AAK pada saat operasi jantung.

Baru-baru ini suatu teknik invasif epikard dan teknik

intervensi transeptal telah dikembangkan untuk menutup

AAK. Teknik ini dapat merupakan alternatif terhadap


32

antikoagulan oral bagi pasien FA dengan risiko tinggi stroke

tetapi kontraindikasi pemberian antikoagulan oral jangka

lama.

4) Kendali irama fase akut

Respon irama ventrikel yang terlalu cepat akan

menyebabkan gangguan hemodinamik pada pasien AF.

Pasien yang mengalami hemodinamik tidak stabil akibat AF

harus segera dilakukan kardioversi elektrik untuk

mengembalikan irama sinus.84 Pasien yang masih

simtomatik dengan gangguan hemodinamik meskipun

strategi kendali Pedoman Tata Laksana Fibrilasi Atrium 47

laju telah optimal, dapat dilakukan kardioversi farmakologis

dengan obat antiaritmia intravena atau kardioversi elektrik.

Saat pemberian obat antiaritmia intravena pasien harus

dimonitor untuk kemungkinan kejadian proaritmia akibat

obat, disfungsi nodus sinoatrial (henti sinus atau jeda sinus)

atau blok atrioventrikular. Obat intravena untuk kardioversi

farmakologis yang tersedia di Indonesia adalah amiodaron.

Kardioversi dengan amiodaron terjadi beberapa jam

kemudian setelah pemberian.


33

5) Konsep Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1) Pengkajian Primer

a) Airway

Airway artinya mempertahankan agar jalan napas bebas

dari segala hambatan, baik akibat hambatan yang terjadi

akibat benda asing .

b) Breathing

Breathing atau fungsi bernapas yang mungkin terjadi

akibat gangguan di pusat napas atau oleh karena

komplikasi infeksi di saluran napas.

c) Circulation

Cardiovaskular function (fungsi kardiovaskuler), yaitu

fungsi jantung dan pembuluh darah. Seringkaali terdapat

gangguan irama, adanya thrombus, atau gangguan

tekanan darah yang harus ditangani secara cepat.

Gangguan jantung seringkali merupakan penyebab

stroke, akan tetapi juga bisa merupakan komplikasi dari

stroke tersebut.
34

d) Disability

Penilaian disabilitas melibatkan evaluasi fungsi sistem

saraf pusat. Lakukan penilaian cepat pada tingkat

kesadaran pasien dengan menggunakan metode Alert,

Verbal, Pain, Unresponsive (AVPU) atau menggunakan

Glasgow Coma Scale (GCS). Berbagai penyebab

perubahan tingkat kesadaran meliputi hipoksia,

hiperkapnia, hipoperfusi cerebral, obat-obat analegetik,

sedative dan hipoglikemia.

e) Exposure

Secara khusus, pemeriksaan harus dipusatkan pada

bagian tubuh yang paling berkonstribusi pada status

penyakit pasien. Menurut Musliha (2010), pengkajian

yang dilakukan setelah masalah airway, breathing,

circulaton, dan disability yang ditemukan pada

pengkajian primer diatasi. Pengkajian sekunder meliputi

pengkajian subjektif dan objektif dari riwayat

keperawatan (Riwayat penyakit sekarang, riwayat

penyakit terdahulu, riwayat pengobatan, riwayat

keluarga) dan pengkajian dari kepala sampai kaki.

Pengkajian sebagai berikut:

(a) Faranheit (Suhu tubuh) : kaji suhu tubuh, dan suhu

lingkungan
35

(b) Exposure : kaji tekanan darah, irama dan kekuatan

nadi, saturasi oksigen

(c) Head to toe assement (pengkajian dari kepala hingga

kaki) meliputi pengkajian riwayat penyakit sekarang,

riwayat penyakit terdahulu, riwayat pengobatan,

riwayat penyakit keluarga.

2) Pengkajian Sekunder

a) Identitas klien meliputi: nama, umur (kebanyakan terjadi

pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat,

pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk

rumah sakit, nomor registrasi, diagnose medis.

b) Keluhan utama: biasanya didapatkan nyeri dada dan

sesak nafas.

c) Riwayat Penyakit Sekarang

Pada pasien dengan penyakit jantung serangan

seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien

sedang melakukan aktivitas. biasanya terjadi nyeri dada,

mual, muntah.

d) Riwayat Psikososial

Penyakit jantung memang suatu penyakit yang sangat

mahal. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan

perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga


36

sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas

emosi dan pikiran klien dan keluarga.

e) Pemeriksaan fisik

(a) Keadaan umum: Lemah

(b) Pemeriksaan integument: Kulit, jika klien kekurangan

Oksigen maka kulit tampak pucat dan jika kekurangan

cairan makan turgor kulit akan jelek.

(c) Pemeriksaan dada: pada pernapasan kadang

didaptkan suara napas terdengar ronchi, wheezing,

ataupun suara napas tambahan, pernapasan tidak

teratur akibat penurunan reflex batuk dan menelan.

(d) Pemeriksaan abdomen: didapatkan penurunan

peristaltic usus akibat bedrest yang lama, dan kadang

terdapat kembung.

(e) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus.

(f) Pemeriksaan ekstremitas: sering didapatkan

kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang

respon individu, keluarga, dan komunitas terhadap masalah

kesehatan atau proses kehidupan ataupun kerentanan respon

terkait masalah kesehatan (Herdman & Kamitsuru, 2015).


37

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien dengan

ganguan kardiovaskuler menurut NANDA 2015-2017 dalam

Prabowo E & Eka (2014) adalah:

1. Penurunan Curah Jantung

Domain 4 : Aktivitas/Istirahat

Kelas 4 : Respons Kardiovaskular/Pulmonal

Kode : 00029

Definisi:

Batasan Karakteristik:

 Dispnea  Penurunan tekanan inspirasi

 Fase ekspirasi memanjang  Penurunan ventilasi semenit

 Orthopnea  Pernapasan bibir

 Penggunaan otot bantu  Pernapasan cuping hidung

pernapasan  Perubahan ekskursi dada

 Penggunaan posisi tiga titik  Pola napas abnormal (mis.,

 Peningkatan diameter irama, frekuensi,

anterior-posterior kedalaman)

 Penurunan tekanan  Takikpnea

eskpirasi  Penurunan kapasitas vital


Faktor yang Berhubungan:

 Ansietas  Hiperventilasi
38

 Cedera medula spinalis  Imaturitas neurologis

 Deformitas dinding dada  Keletihan

 Deformitas tulang  Keletihan otot pernapasan

 Difungsi neuromuscular  Nyeri

 Gangguan musculoskeletal  Obesitas

Gangguan neurologis (mis.,  Posisi tubuh yang

elektroensefalogram, menghambat ekspansi paru

trauma kepala, gangguan  Sindrom hipoventilasi

kejang)

1) Intoleransi aktivitas

Domain 4. Aktivitas/ Istirahat

Kelas 4. Respons Kardiovaskuler/ Pulmonal

Kode 00092

Definisi: Ketidakcukupan energy psikologis atau fisiologis

untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas

kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan.

Batasan Karakteristik  Perubahan

 Dispnea setelah elektrokardiogram (EKG)

beraktivitas (mis, aritmia, abnormalitas

 Keletihan konduksi, iskemia)

 Ketidaknyamanan setelah  Respons frekuensi jantung

beraktivitas abnormal terhadap aktivitas

 Respons tekanan darah


39

abnormal terhadap aktivitas

Faktor yang berhubungan  Ketidakseimbangan antara

 Gaya hidup kurang gerak suplai dan kebutuhan

 Imobilitas. oksigen

 Tirah baring

c. Intervensi

Perencanaan keperawatan merupaka langkah ketiga dalam

proses keperawatan yang terdiri dari dua langkah (Potter &

Perry, 2013). Langkah pertama adalah menetapkan tujuan dan

hasil yang harapkan bagi klien. Langkah kedua perencanaan

keperawatan adalah merencanakan intervensi keperawatan

yang akan diimplementasikan ke pasien. Dalam menetapkan

tujuan dan kriteria hasil perawat menggunakan pedoman

Nursing Outcomes Classification (NOC). Sedangkan dalam

merencanakan intervensi keperawatan digunakan Nursing

Intervensions Classification (NIC).

1) Ketidakefektifan pola napas

Domain 4. Aktivitas/ Istirahat

Kelas 4. Respons Kadiovaskuler/ Pulmonal

Kode 00032
40

NOC NIC
 Respiratory status :
1) Posisikan pasien untuk
Ventilation
memaksimalkan
 Respiratory status : Airway
ventilasi
patency
2) Monitor vital sign
 Vital sign Status
3) Monitor adanya
Setelah dilakukan tindakan
kecemasan pasien
keperawatan pasien
terhadap oksigen
menunjukkan keefektifan pola
4) Lakukan fisioterapi
nafas, dibuktikan dengan
dada jika perlu
kriteria hasil:
5) Keluarkan secret
 Mendemonstrasikan batuk
dengan batuk atau
efektif dan suara nafas yang
suction
bersih, tidak ada sianosis
6) Auskultasi suara
dan dyspneu (mampu
napas, catat adanya
mengeluarkan sputum,
suara tambahan
mampu bernafas dengan
7) Atur intake untuk
mudah, tidakada pursed
cairan mengoptimalkan
lips)
keseimbangan
 Menunjukkan jalan nafas
8) Monitor respirasi dan
yang paten (klien tidak
status O2
merasa tercekik, irama
9) Pertahankan jalan
nafas, frekuensi pernafasan
napas yang paten
dalam rentang normal, tidak
41

ada suara nafas abnormal)


10) Informasikan pada
 Tanda Tanda vital dalam
pasien dan keluarga
rentang normal (tekanan
tentang tehnik
darah, nadi, pernafasan)
relaksasi untuk

memperbaiki pola

napas

11) Ajarkan bagaimana

batuk efektif.

2) Intoleransi aktivitas

Domain 4. Aktivitas/ Istirahat

Kelas 4. Respons Kardiovaskuler/ Pulmonal

Kode 00092

NOC NIC
 Self Care : ADLs 1) Observasi adanya

 Toleransi aktivitas pembatasan klien

 Konservasi energi dalam melakukan

Setelah dilakukan tindakan aktivitas

asuhan keperawatan, 2) Kaji adanya faktor yang

diharapkan pasien bertoleransi menyebabkan

terhadap aktivitas dengan kelelahan

kriteria hasil : 3) Monitor nutrisi dan

 Berpartisipasi dalam sumber energi yang


42

aktivitas fisik tanpa disertai adekuat

peningkatan tekanan darah, 4) Monitor pasien akan

nadi dan RR adanya kelelahan fisik

 Mampu melakukan aktivitas dan emosi secara

sehari hari (ADLs) secara berlebihan

mandiri 5) Monitor respon

 Keseimbangan aktivitas dan kardivaskuler terhadap

istirahat aktivitas (takikardi,

disritmia, sesak nafas,

diaporesis, pucat,

perubahan

hemodinamik)

6) Monitor pola tidur dan

lamanya tidur/istirahat

pasien

7) Kolaborasikan dengan

Tenaga Rehabilitasi

Medik dalam

merencanakan progran

terapi yang tepat.

8) Bantu klien untuk

mengidentifikasi

aktivitas yang mampu


43

dilakukan

9) Bantu untuk memilih

aktivitas konsisten

yang sesuai dengan

kemampuan fisik,

psikologi dan social

10) Bantu untuk

mengidentifikasi dan

mendapatkan sumber

yang diperlukan untuk

aktivitas yang

diinginkan

11) Bantu untuk

mendpatkan alat

bantuan aktivitas

seperti kursi roda, krek

12) Bantu untuk

mengidentifikasi

aktivitas yang disukai

13) Bantu klien untuk

membuat jadwal

latihan diwaktu luang

14) Bantu pasien/keluarga


44

untuk mengidentifikasi

kekurangan dalam

beraktivitas

15) Sediakan penguatan

positif bagi yang aktif

beraktivitas

16) Bantu pasien untuk

mengembangkan

motivasi diri dan

penguatan

17) Monitor respon fisik,

emosi, social dan

spiritual

d. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat

proses keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun

rencana keperawatan (Potter & Perry, 2013). Pada tahap ini

perawat akan mengimplementasikan intervensi yang telah

direncanakan berdasarkan hasil pengkajian dan penegakkan

diagnosis yang diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil

sesuai yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan

status kesehatan klien.


45

Penerapan implementasi keperawatan yang dilakukan

perawat harus berdasarkan intervensi berbasis bukti atau telah

ada penelitian yang dilakukan terkait intervensi tersebut. Hal ini

dilakukan agar menjamin bahwa intervensi yang diberikan

aman dan efektif (Miller, 2012). Dalam tahap implementasi

perawat juga harus kritis dalam menilai dan mengevaluasi

respon pasien terhadap pengimplementasian intervensi yang

diberikan.

e. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap kelima dari prsoes keperawatan.

Tahap ini sangat penting untuk menentukan adanya perbaikan

kondisi atau kesejahteraan klien (Perry & Potter, 2013). Hal

yang perlu diingat bahwa evaluasi merupakan proses kontinu

yang terjadi saat perawat melakukan kontak dengan klien.

Selama proses evaluasi perawat membuat keputusan-

keputusan klinis dan secara terus-menerus mengarah kembali

ke asuhan keperawatan. Tujuan asuhan keperawatan adalah

membantu klien menyelesaikan masalah kesehatan actual,

mencegah terjadinya masalah risiko, dan mempertahankan

status kesehatan sejahtera. Proses evaluasi menentukan

keefektifan asuhan keperawatan yang diberikan.


46

Perawat dapat menggunakan format evaluasi SOAP

untuk mengevaluasi hasil intervensi yang dilakukan. Poin S

merujuk pada respon subjektif pasien setelah diberikan

intervensi. Poin O melihat pada respon objektif yang dapat

diukur pada pasien setelah dilakukannya intervensi. Poin A

adalah analisis perawat terhadap intervensi yang dilakukan.

Poin P adalah perencanaan terkait tindakan selanjutnya sesuai

analisis yang telah dilakukan sebelumnya.

B. Tinjauan Kasus

1. Identitas Pasien

Nama : Tn. A

Umur : 64 Tahun 3 Bulan

Alamat : Palopo

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : PNS

Tgl Masuk : 01 oktober 2018 / 21.00 Wita

Tgl Pengkajian : 01 oktober 2018 / 21.00 Wita

Alasan Masuk : Nyeri dada kiri

No.RM : 378090

Diagnosa Medis : Atrial Fibrilasi Slow Ventricular Response

2. Triage
Emergency
47

a. Keluhan Utama : Nyeri dada kiri

a. Riwayat keluhan utama : Tn.A umur 64 tahun 3 Bulan rujukan dari

RS.Hermina Makassar dengan keluhan nyeri dada yang dirasakan

terus-menerus sejak pukul 05.30 sampai tiba di RS.Hermina ±

07.30, nyeri dirasakan seperti teriris dengan skala 10 (NRS), tidak

berkurang dengan istirahat, berkurang dengan konsumsi obat

ISDN sublingual saat di RS.Hermina (NRS : 5). Berkeringat (tidak),

sesak (tidak), edema (tidak), mual (-), muntah (-), Dari hasil

pemeriksaan fisik di dapatkan, Kesadaran GCS 15 (E4, V5,

M6/Composmentis), Vital sign ; BP : 158/99 mmHg, HR :

60x/menit, RR : 20x/menit, temp : 36,5°C. Pengkajian nyeri ; P :

Beraktivitas, Q : Teriris, R : Dada kiri, S: Skala 4, T : Hilang timbul

(2 menit). Hasil pemeriksaan Lab., WBC : 7,7 10^3/ul, RBC : 15,2

10^3/ul, PLT : 196 10^3/ul, PT/APTT : 196 detik, HGB : 10,9 gr/dl.

b. Tanda-Tanda Vital

Tekanan darah : 158/99 mmHg

Frekuensi Nadi : 60 x/menit

Respiration Rate (RR) : 20 kali/menit

Suhu : 36,5 ºC

3. Pengkajian Primer (Primary Survey)

a. Airway
48

Jalan napas bebas.

b. Breathing

Bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak ada sesak dengan

frekuensi pernafasan 20x/menit dan saturasi oksigen 99%,

suara napas kanan dan kiri jelas. Tidak ada suara napas

tambahan, tidak ada penggunaan otot bantu napas.

c. Circulation

Tekanan darah : 158/99 mmHg, frekuensi nadi : 60 kali/ menit,

nadi lemah dan irregular, suhu tubuh : 36,5 ºC. Nadi karotis

teraba kuat, akral teraba hangat, Capilarry refill time (CRT) < 2

detik.

d. Disability

Tingkat Kesadaran compos mentis dengan Nilai GCS 15 (E4

M6 V5 ).

e. Exposure

Suhu Tubuh 36,5 ºC, kulit teraba hangat, tidak ditemukan

adanya trauma/jejas pada kulit pasien.

4. Pengkajian Sekunder

1) Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan dahulu

Pada saat pengkajian keluarga mengatakan pasien memiliki

riwayat hipertensi sejak 2 tahun terakhir.

b) Riwayat kesehatan keluarga


49

Pada saat pengkajian keluarga mengatakan pasien memiliki

riwayat penyakit hipertensi dan rutin mengkonsumsi obat

herbal.

2) Pemeriksaan fisik

a) Kepala

Kepala : Bentuk kepala mesochepal, kulit kepala bersih,

tidak ditemukan adanya jejas pada kepala, distribusi rambut

merata dan berwarna hitam beruban.

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera putih, tidak ada

edema pada mata, reaksi pupil isokor dengan diameter 2,5

mm/2,5 mm, refleks pada cahaya positif mengecil.

Telinga : Tidak adanya perdarahan pada telinga, tampak

bersih.

Hidung : Tidak ditemuka adanya polip, memiliki lubang dan

rambut hidung, terpasang O2 nasal canule 3 liter/ menit

Mulut dan gigi : Mukosa mulut lembab, dan jumlah gigi 32

normal pada orang dewasa.

Wajah : Simetris kiri dan kanan, tidak ada paralisis pada

wajah.

b) Leher

Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak teraba

pembesaran vena jugularis.

c) Dada/thoraks
50

Paru – paru :

Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak ada

retraksi dinding dada saat bernapas. Sifat pernapasan dada

dan perut, frekuensi pernapasan 20 kali/menit.

Auskultasi : Tidak ada bunyi napas tambahan

Perkusi : Terdengar redup pada lobus kanan

Palpasi : Tidak ada penonjolan pada kedua sisi.

d) Abdomen

Inspeksi : Bentuk perut cembung dan ascites (Stiffing

dulness), tidak ada jejas/luka pada abdoemen

Auskultasi : Peristaltik usus kesan normal 6 kali/menit

Perkusi : Suara perkusi pekak pada kuadran kanan atas

tympani pada kiri atas kanan bawah.

Palpasi : Tidak ada benjolan pada abdomen.

e) Pelvis

Inspeksi : Tidak terdapat cedera maupun luka

f) Ekstremitas

Status sirkulasi : CRT < 2 detik

Keadaan injury : Tidak adanya injury

g) Neurologi

Fungsi sensorik : Pasien dapat merasakan rangsangan,

getaran sentuhan, dan rassa sakit saat di cubit.


51

Fungsi motoric : kekuatan otot 5 5

5 5

3) Pemeriksaan Penunjang

a. Hasil Laboratorium Darah 13:15:26 wita

Nama : Tn. A RM : 378090


Diagnosa : Tgl. Hasil : 26-09-12018

Jam : 23.15.33 Wita

Hasil Nilai Rujukan Satuan

HEMATOLOGI

Hematologi

Rutin 7.7 4.00-10.0 10^3/ul

WBC 3.56 4.00-6.00 10^6/Ul

RBC 15.2 12.0-16.0 gr/dl

HGB 38 37.0-48.0 %

HCT 77 80.0-97.0 fL

MCV 24 28.5-33.5 fL

MCH 32 31.5-35.0 gr/dl

MCHC 196 150-400 10^3/ul

PLT 18.8 37.0-54.0 fL

RDW-SD 8.1 10.0-15.0 fL

RDW-CV 8.4 10.0-18.0 fL

PDW 0.00 6.50-11.0 %


52

MPV 69.7 13.0-43.0 %

P-LCR 20.9 0.15-0.50 %

PCT 8.5 62.0-75.0 %

NEUT 0.7 20.0-40.0 10^3/ul

LYMPH 0.2 2.00-8.00 10^3/ul

MONO 1.00-3.00 10^3/ul

EO 0.00-0.10 mm

BASO (L<10, P(<20)

RET

LED I

LED Jam II

Koagulasi 10.0 10-14 detik

PT 0.74 -

INR 24.6 22.0-30.0 detik

APTT

KIMIA DARAH

Fungsi Ginjal 28 10-50 mg/dl

Ureum 1.01 L(<13);P(<1.1) mg/dl

Kreatinin

Fungsi Hati 13 <38 U/L

SGOT 9 <41 U/L

SGPT

Protein total 5.8 6.6-8.7 gr/dl


53

Albumin 2.8 3.5-5.0 gr/dl

Globulin

Penanda Jantung 214.62 L;(<190)P;(<167) U/L

CK 30.4 <25 U/L

CK-MB

Imunoserologi ng/dl

lain 7268 L;(17-50)P;(8-29)

Troponin I Mol/l

Elektrolit 138 136-145 mmol/l

Natrium 4.3 35-51 mmol/l

Kalium 103 97-111

Klorida
KESAN/SARAN :

b. EKG

Atrial fibrilasi slow ventrikuler response, rate : 60 x/menit,

inferior QST V1-V3 LRD

4) Terapi Medikasi

Nama Obat Dosis Rute


Aspilet 80 mg/24 jam Oral
Atorvastatin 40 gr/24 jam Oral
54

Clopidogrel 75 mg/24 jam Oral

Cedocard 10 mg/8 jam Oral

ISDN 5 gr Sublingual

Ramipril 2.5 gr/24 jam Oral

Arixtra 2.5 gr/24 jam Subcutan

5. Analisa Data

NO. DATA MASALAH

KEPERAWATAN

1. Data Subjektif: Penurunan Curah Jantung

a. Klien mentakan nyeri


Domain 4 :
dada kiri
Aktivitas/Istirahat
Data Objektif:
Kelas 4 : Respons
a. Pasien tampak lemah
Kardiovaskular/Pulmonal
b. Vital sign

BP : 158/99 mmHg Kode : 00029

HR : 60x/menit

RR : 20x/menit

Temp : 36,50C,

SpO2 : 99 %

c. EKG :

Atrial fibrilasi slow

ventrikuler response
55

Rate : 60 x/menit

d. Laboratorium

Penanda Jantung

CK : 214.62 U/L

CK-MB : 30.4 U/L

Imunoserologi lain

Troponin : I7268 ng/dl


56

Data Subjektif: Nyeri Akut


2.
a. Klien mengatakn nyeri
Domain 12 : Kenyamanan
dada bagian kiri
Kelas 1 : Kenyamanan
Data Objektif :
Fisik
a. Klien Nampak meringis

b. Pengkajian nyeri : Kode : 00132

P : Beraktivitas

Q : Teriris

R : Dada kiri

S : Skala 2 (Ringan)

T : Hilang timbul

(Durasi 2 menit)

Data Subjektif : Intoleransi aktivitas


3.
a. Klien mengakan Nyeri
Domain 4 :

dada Aktivitas/Istirahat

b. Klien mengatakan Kelas 4 : Respons

mudah letih beraktivitas Kardiovaskuler /Pulmonal

Data Objektif : Kode : 00092

Respirasi 20 x/menit, SpO2 :

99 %, klien tampak lemah.


57

6. Diagnosa Ke

Diagnosa Keperawatan

No Diagnosis Tanggal Tanggal

Keperawatan ditemukan teratasi


1. Domain 4 : Aktivitas/Istirahat 01 Oktober

2018
Kelas 4 : Respons

Kardiovaskular/Pulmonal

Kode : 00029
Pasien
Penurunan Curah Jantung
pindah ke
2. Domain 12 : Kenyamanan 01 Oktober
Perawata
Kelas 1 : Kenyamanan 2018
n
Fisik
CVCU
Kode : 00132

Nyeri akut
3. Domain 4 : Aktivitas/Istirahat 01 Oktober

Kelas 4 : Respons 2018

Kardiovaskuler /Pulmonal

Kode : 00092

Intoleransi aktivitas
58

Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC


Penurunan Curah Jantung , pasien akan menunjukkan: Perawatan Jantung (4040)
Domain 4 : Aktivitas/Istirahat Outcomes : 1. Pastikan tingkat aktivitas pasien yang tidak
Kelas 4 : Respons Kardiovaskular Setelah dilakukan tindakan membahayakan curah jantung atau
/Pulmonal keperawatan Cardiac pump memprovokasi serangan jantung
Kode : 00029 effectiveness 2. Instruksikan pasien tentang pentingnya
Data Subjektif: Circulation status untuk segera melaporkan bila merasakan
a. Klien mentakan nyeri dada kiri Vital sign status nyeri dada
Data Objektif: Kriteria evaluasi : 3. Monitory Vital sign secara rutin
b. Pasien tampak lemah a. Tanda vital dalam rentang 4. Catat tanda dan gejala penurunan curah
c. Vital sign normal. Tekanan darah : jantung
BP : 158/99 mmHg 100-129/80-90 , nadi : 60 – 5. Monitori sesak nafas dan kelelahan pasien
HR : 60x/menit 100 kali/menit, pernafasan :
RR : 20x/menit 16 – 24 kali/menit suhu
Temp : 36,50C, tubuh : 36.5 OC - 37.5 OC.
SpO2 : 99 % b. Dapat mentoleransi
d. EKG : aktivitas,
Atrial fibrilasi slow tidak ada kelelahan.
ventrikuler response c. Tidak ada penurunan
Rate : 60 x/menit kesadaran
e. Laboratorium
Penanda Jantung
CK : 214.62 U/L
CK-MB : 30.4 U/L
Imunoserologi lain
59

Troponin : I7268 ng/dl


Nyeri Akut Outcomes : Manajemen nyeri (1400)
Domain 12 : Kenyamanan Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
Kelas 1 : Kenyamanan FisikKeperawatan, Klien akan komprehensif
Kode : 00132 menunjukkan kemampuan 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal
Data Subjektif: mengontrol nyeri, menunjukkan mengenai ketidaknyamanan
a. Klien mengatakn nyeri dada tingkat nyeri ringan dan 3. Berikan posisi nyaman
bagian kiri menunjukkan tingkat 4.Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi
Data Objektif : kenyamanan dengan kriteria (teknik napas dalam)
a. Klien Nampak meringis hasil : Manajemen medikasi (2380)
b. Pengkajian nyeri : 1. Control nyeri (1605) 1.Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
P : Beraktivitas 2. Tingkat nyeri (2102) derajat nyeri sebelum pemberian obat
Q : Teriris 3.Tingkat Ketidaknyamanan 2. Monitor tanda-tanda vital setelah
R : Dada kiri (2109) pemberian obat
S : Skala 2 (Ringan) a.(160502) Klien mampu
T : Hilang timbul (Durasi 2 menit) mengena nyeri (skala,
intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
d. (160504) Klien mampu
mengontrol nyeri
(mampu menggunakan
tehnik non farmakologi
untuk mengurangi nyeri)
e. (210201) Melaporkan
bahwa Perawatan jantung :Rehabilitatif (4046)
Intoleransi aktivitas nyeri berkurang dengan 1. Monitor toleransi klien terhadap aktivitas
Domain 4 : Aktivitas/Istirahat menggunakan 2. Pertahankan jadwal ambulasi, sesuai
Kelas 4 : Respons Kardiovaskuler manajemen nyeri toleransi Klien
60

/Pulmonal f. (210901) Menyatakan rasa 3. Instruksikan kepada klien dan keluarga


Kode : 00092 nyaman setelah nyeri mengenai modifikasi factor risiko jantung
Data Subjektif : berkurang. (Menghentikan kebiasan merokok,diet dan
a. Klien mengakan Nyeri dada olahraga), sebagaimana mestinya
c. Klien mengatakan mudah letih Outcomes : 4. Instruksikan pada klien dan keluarga
beraktivitas Setelah dilakukan asuhan mengenai aturan berolahraga
Data Objektif : keperawatan,diharapkan Klien 5. Instruksikan klien dan keluarga untuk
Respirasi 20 x/menit, SpO2 : 99 %, :Toleransi Terhadap Aktivitas membatasi mengangkat/mendorong
klien tampak lemah. (0005) barang (benda berat)
a. ( 000501) Saturasi oksigen Terapi Latihan : Ambulasi (0221)
Ketika beraktivitas tidak 1.Bantu klien untuk duduk di tempat tidur
terganggu Untuk Memfasilitasi penyesuaian sikap
g. (0005032) Frekuensi nadi tubuh.
Ketika beraktivitas tidak 2. Sediakan alat bantu (Rostur) untuk
terganggu ambulasi bantu klienuntuk berdiri dan
h. (000503) Frekuensi ambulasi dengan jarak tertentu.
pernapasan ketika
Beraktivitas tidak
terganggu
d. (000508) Kemudahan
bernapas ketika beraktivitas
e. (000504) Tekanan darah
sistolik
ketika beraktivitas tidak
terganggu
f. (000505) Tekanan darah
diastolik
ketika baeraktivitas tidak
61

terganggu
g. Temuan /hasil EKG
(Elektrokardiogram tidak
terganggu
h. (000518) Kemudahan
dalam melakukan Aktivitas
Hidup Harian (Activities of
Daily Living/ADL) tidak
terganggu
62

Implementasi dan Evaluasi

No Diagnosa Hari/tanggal Jam Implementasi Evaluasi


Keperawatan
1 Penurunan Curah Senin, 21.30 Perawatan jantung (4040) Senin, 01-10-2018; Jam
Jantung 01-10-2018 22.00 wita
Domain 4 : 1. Memastikan tingkat aktivitas Subjektif:
Aktivitas/Istirahat 1. Klien mengataka Nyeri
Klien yang tidak
Kelas 4 :
Respons dada kiri
membahayakan curah jantung
Kardiovaskular /
2. Klien mengatakan mudah
Pulmonal 21.35 ataumemprovokasi serangan
lelah
Kode :
00029 jantung
Objektif:
Hasil : klien beristirahat 1. Vital sign
BP : 161/100 mmHg
dengan posisi semi fowler Bradirkardi (HR : 60
21.40 x/menit)
2. Menginstruksikan Klien Respirasi 20 x/menit
tentang pentingnya untuk SpO2: 98%
segera melaporkan bila A: Penurunan curah jantung
merasakan nyeri dada belum teratasi
Hasil : Klien dan keluaraga P: Lanjutkan intervensi
memhami instruksi Perawatan Jantung (4040)
21.45 1. Pastikan tingkat aktivitas
3. Memonitori Vital sign secara
Pasien yang tidak
21.50
63

Rutin membahayakan curah


BP : 156/98 mmHg jantung atau
HR : 62 x/menit memprovokasi
RR : 36,5 °C serangan jantung
Temp. : 22 x /menit 2. Instruksikan pasien
tentang pentingnya untuk
4. Catat tanda dan gejala segera melaporkan
bila merasakan nyeri
penurunan curah jantung
dada
Hasil : Bradikardi, 3. Monitory Vital sign secara
rutin
5. Memonitori sesak nafas dan 4.Catat tanda dan gejala
penurunan curah jantung
kelelahan pasien
5. Monitori sesak nafas dan
Hasil : Klien mudah lelah, kelelahan pasien
HR : 62 x/menit
RR : 22x/menit

2. Nyeri Akut Senin, 23.05 Manajemen nyeri (1400) Senin, 01-10-2018; Jam
Domain 12 : 01-10-2018 23.30 wita
Kenyamanan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara Subjektif:
Kelas 1 : Klien mengakan Nyeri dada
komprehensif
Kenyamanan Objektif:
64

Fisik Hasil : Pengkajian nyeri : Klien nampak meringis


Kode :
00132 P : Beraktivitas Pengkajian nyeri :
Q : Teriris P : Beraktivitas
R : Dada kiri Q : Teriris

23.10 S : Skala 2 (Ringan) : NRS R : Dada kiri


T : Hilang timbul (Durasi 2 S : Skala 2 (Ringan) :
menit) NRS
23.15 2. Mengobservasi adanya petunjuk T : Hilang timbul (Durasi 2
nonverbal mengenai menit)
23.20
ketidaknyamanan A: Nyeri akut belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Hasil : Klien meringis saat Lanjutakn intervensi
Manajemen nyeri (1400)
merasakan nyeri
1. Lakukan pengkajian
3. Memberikan posisi nyaman
nyeri secara
Hasil : Mengatur posisi Klien
komprehensif
denganm semi fowler
2. Observasi adanya
4.Mengajarkan penggunaan
65

23.25 teknik nonfarmakologi (teknik petunjuk nonverbal


napas dalam) mengenai
Hasil : Klien mengerti dengan ketidaknyamanan
penjelasan tehnik relaksasi 3. Berikan posisi nyaman
nafas dalam (Menarik napas 4. Ajarkan penggunaan
melalui hidung, lalu ditahan teknik nonfarmakologi
selam kurang lebih satu menit (teknik napas dalam)
kemudian dihembuskan Manajemen medikasi (2380)
melalui mulut) 1.Tentukan lokasi,
Manajemen medikasi (2380) karakteristik,
1.Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
kualitas, dan derajat nyeri derajat nyeri sebelum
sebelum pemberian obat pemberian obat
Hasil : Pengkajian nyeri : 2. Berikan obat sesuai
P : Beraktivitas instruksi yang diberikan
Q : Teriris 3. Monitor tanda-tanda vital
66

R : Dada kiri setelah pemberian obat


S : Skala 2 (Ringan) : NRS
T : Hilang timbul (Durasi2 menit)
2. Memberikan obat sesuai instruksi
yang diberikan
Hasil :
- Aspilet 80mg/24jam/Oral
- Cedocard 10 mg/8 jam/Oral
- ISDN 5 g/Sublingual
3. Monitor tanda-tanda vital
setelah pemberian Obat
Hasil : Vital sign :
BP : 148/98 mmHg
HR : 61 x/menit
RR : 20 x/menit
3. Intoleransi Selasa, Perawatan jantung : Rehabilitatif Selasa, 02-10-2018, Jam
aktivitas 02-10-2018 (4046) 07.10 wita
Domain 4 : 06.30 Subjektif:
67

Aktivitas/Istirahat 1. Memonitor toleransi klien Klien mengakan Nyeri dada


Kelas 4 : Klien mengatakan mudah
Respons terhadap aktivitas
Kardiovaskuler 16.40 letih beraktivitas
Hasil : Klien hanya mampu
/Pulmonal
Objektif :
Kode : latihan berjalan dalam kamar
00092 16.50 Respirasi 22 x/menit
2. Pertahankan jadwal ambulasi ,
SpO2 : 98 %
sesuai toleransi Klien
Klien tampak lemah
Hasil : Setiap pagi
A : Intoleransi Aktivitas
3. Instruksikan kepada klien dan
(Masalah belum teratasi)
keluarga mengenai modifikasi
P : Lanjutkan intervensi
factor risiko jantung (Menghentikan
Perawatan jantung
kebiasan merokok, diet dan
:Rehabilitatif (4046)
olahraga), sebagaimana mestinya.
1. Monitor toleransi klien
Hasil : Klien dan keluarga
terhadap aktivitas
diberikan pendidikan kesehatan
2. Pertahankan jadwal
mengenai factor risiko
ambulasi, sesuai
penyakit jantung klien dan
toleransi Klien
68

keluarga menegerti 3. Instruksikan kepada


4. Instruksikan klien dan klien dan keluarga
keluarga untuk membatasi mengenai modifikasi
mengangkat/ mendorong factor risiko jantung
barang (benda berat) (Menghentikan
Hasil : Klien dan keluarga kebiasan merokok ,
diinstruksikan agar tidak diet dan olahraga),
mengangkat/mendorong barang sebagaimana mestinya
yang berat. 4. Instruksikan klien dan
keluarga untuk
Terapi Latihan : Ambulasi (0221) 5. Membatasi mengangkat
/mendorong barang
1. Membantu klien untuk duduk
(benda berat)
di tempat tidur untuk memfasilitasi
Terapi Latihan : Ambulasi
penyesuaian sikap tubuh. (0221)

Hasil : Klien duduk di tempat tidur 1.Bantu klien untuk duduk

2. Menyedikan alat bantu (Rostur) di tempat tidur untuk

untuk ambulasi memfasilitasi


69

Hasil : Klien di bantu dengan penyesuaian sikap


menggunakan rostur tubuh.
3. Membantu klien untuk berdiri 2. Sediakan alat bantu
dan ambulasi dengan jarak tertentu (Rostur) untuk ambulasi
Hasil : Klien di bantu berdiri dan bantu klienuntuk
ambulasi
berdiri dan ambulasi
dengan jarak tertentu.

Anda mungkin juga menyukai